Senin, 16 Januari 2017

Love Story (Sebelas - YuiParu)

Title : Love Story (Sebelas - YuiParu)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :

  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki

Other Cast :

  • Kizaki Yurichi
  • Kizaki Yuria
  • Shimazaki Rina
  • Shimazaki Yuka


Happy Reading All.......


~---0---~



Rena keluar dari kelas bersama Yuria. Mereka berjalan mmenuju kantin. Di belakang, Yurichi mengikuti mereka. Dia terkadang melihat ke arah kanan dan kiri, melihat luasnya lapangan. Dia melihat beberapa orang bermain basket. Dia tersenyum. Yurichi sangat menyukai permainan itu. Dan dia sangat ingin memainkannya. Namun, ia memutuskan untuk ke kantin. Yui pastinya sudah menunggunya. Ia sudah berjanji untuk bertemu dengan pemuda itu ketika istirahat.
Mereka akhirnya sampai di kantin. Setelah menemukan meja Yui, mereka menghampiri pemuda itu. Yui tersenyum menyapa kedatangan ketiga adik kelasnya itu.

“Bagaimana? Apa kalian nyaman sekolah di sini?”
“Sangat. Aku menyukai sekolah ini” Yuria membalasnya.
Yokatta.”

Mereka duduk dan memesan makanan. Hari ini, Yui yang akan membayar makanan untuk mereka. Mereka bercerita selama makan. Dan tanpa mereka sadari, mereka menjadi pusat perhatian. Ada yang melirik Yurichi, Yui atau bahkan Jun yang duduk di samping Yui. Ada juga di antara mereka yang melihat Yuria. Wajah Yuria dan Yurichi yang memang kembar, sudah bisa di tebak oleh siswa di kantin, jika mereka sebenarnya adalah saudara kembar.
Rena memperhatikan kursi yang kosong. Dia sama sekali tidak melihat Mayu di sana. Biasanya, Mayu selalu bersama dengan Jun dan Yui. Tapi kali ini, pemuda itu sama sekali tidak terlihat.

Senpai, Mayu nii-chan kemana?”
“Sedang di perpustakaan. Sebentar lagi juga kemari”

Rena tersenyum membalasnya. Dia bahkan semakin mengagumi pemuda yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.
Kemudian, tak lama Mayu dan Jurina datang menghampiri mereka. Rena tersenyum melihat kedatangan Mayu dan Jurina. Di samping Jurina ada gadis cantik berambut panjang. Yuki, dia juga ikut bersama Mayu dan Jurina. Mereka bergabung dan memesan makanan. Jika di lihat, wajah Jun yang sangat suram. Sedari tadi, ia melihat Mayu yang tengah mengobrol asyik bersama Rena. Dia berdecak sebal.

***

Paruru membuka pintu rumahnya. Dia keluar dan menjalankan kursi rodanya ke depan. Dia melihat bunga kesayangannya tumbuh dengan baik. Warna kesukaan Paruru. Bunga berwarna putih dan dia memetiknya. Dia mencium aroma bunga itu. Dia tersenyum lebar. Dia sangat menyukai aroma bunga itu.
Di pangkuannya, terdapat buku yang di dalamnya ada bolpoin. Paruru mencoba melukis bunga itu di bukunya. Setelah selesai, Paruru melihat hasil karyanya sendiri. Dia mengerucutkan bibirnya. Hasilnya tidak sesuai keinginannya.

“Mou... Ini sangat jelek. Ternyata, aku tidak pandai menggambar” keluhnya.

Dia menolehkan pandangannya pada bunga yang terdapat di pojok. Sebenarnya, itu bunga mawar kesukaan sang kakak. Rina menyuruh pelayannya untuk merawat bunga itu agar tidak layu. Paruru mendekati bunga itu. Bunga itu mekar dan sangat indah. Warna merahnya benar-benar sangat indah. Ia memetik satu bunga itu.
Paruru tersenyum dan memandangi bunga itu. Kemudian, ia berbalik. Namun, ketika dia ingin menjalankan kursi rodanya, ia tertahan karena ada dua orang yang sudah berdiri di depannya. Paruru melihat kedua gadis itu yang menatapnya tajam.

Nee-chan sudah pulang?” tanya Paruru polos.
Rina mencengkeram kedua bahu adiknya dan membuat Paruru kesakitan, “Untuk apa kau memetik bunga kesayanganku?”
Paruru meringis sambil menjawab, “ Aku hanya memetik satu, nee-chan. Aku tidak bermaksud untuk mengambil semuanya”
PLAK!!
Satu tamparan mendarat mulus di pipinya. Paruru memegang pipinya dan menangis. Dia mengelus pipinya bermaksud menghilangkan rasa sakit yang ada di pipinya, akibat tamparan gadis yang berstatus menjadi kakaknya itu.

“Sakit, nee-chan” kata Paruru terisak.
“Itu balasan untukmu, karena kau sudah berani memetik bunga kesayanganku.”
“Aku tidak akan memetiknya lagi, nee-chan. Aku janji” ia masih menangis.

Pipinya memerah dan terdapat jelas telapak tangan Rina. Rina menamparnya dengan sangat keras dan membuatnya menangis kesakitan. Rina mendecak sebal, lalu dia menarik rambut Paruru. Lagi-lagi, gadis itu berhasil membuat adiknya kesakitan. Paruru kembali menangis akibat kelakuan kakaknya. Rina mencacinya habis-habisan.

“Jika aku memergokimu memetik bunga kesayanganku lagi, aku akan menghukummu! Kau mengerti?! Dasar gadis bodoh!”
“RINA!!!” Rina maupun Yuka terkejut dan menoleh ke arah sumber suara.

Di depan rumah, Yui dan saudara mereka menatap mereka dengan tajam. Yui berjalan dengan cepat, ia mendorong tubuh Rina hingga jatuh.
“Gadis tidak tahu diri!”
Kemudian, ia menatap pipi Paruru yang terdapat bekas tangan kakaknya. Paruru masih menangis akibat ulah sang kakak. Dia sakit, bukan hanya fisik tapi hatinya juga terluka. Yui membawa gadis itu masuk.

“Sayang, sudah jangan bersedih lagi, ya?” Yui mencoba menenangkannya.
Nii-chan, aku hanya tidak sengaja memetik bunganya. Aku hanya ingin satu, tidak lebih. Kenapa nee-chan harus menamparku?” tanyanya sambil menangis.
“Ssttt.... Jangan menangis lagi, ya? Sini, aku akan mengelusnya” Yui mengelusnya lembut.
“Mou.... Sakit, nii-chan. Aku salah, ya, nii-chan? Kenapa aku harus di tampar? Ini sakit, nii-chan

Melihat Paruru seperti itu, hati Yui juga sangat sakit. Dia sama sekali tidak pernah melihat Paruru menangis, tapi kali ini gadis itu benar-benar menangis. Dia memeluk gadis itu, menenangkannya yang masih menangis. Dia membelai lembut kepala gadis itu.

“Rena, ambilkan minum untuk Paru” kata Yui pada Rena yang sedari tadi berdiri di depannya dan Paruru.
Hai.”
“Sayang, ini bukan salahmu. Kau tidak salah, kau mengerti?”
“Tapi, kenapa nee-chan menamparku? Ini sakit, nii-chan” keluh Paruru lagi.
“Sstt... Yang terpenting, kau tidak terluka. Maaf karena datang terlambat, ya? Jangan menangis lagi, aku di sini menjagamu, ok?”

Paruru tidak membalas, dia masih menangis dan mengelus pipinya. Yui melepas pelukan Paruru, dia mencium pipi Paruru yang memerah. Dia tersenyum dan mengelus pipi gadis itu. Paruru menunduk karena malu, ini pertama kalinya Yui mencium pipinya. Biasanya, pemuda itu akan mencium kening atau jika tidak pucuk kepalanya.

Nii-chan.....” tidak sulit bagi Yui membuat Paruru kembali tersenyum.
“Kenapa? Kau malu? Tapi, kau tidak merasakan sakit lagi, bukan? Jika kau terluka, aku akan menciummu” wajah gadis kini bertambah merah akibat perlakuan manis dari Yui.
Nii-chan....” gadis itu masih malu dan sekarang menutupi wajah dengan kedua tangannya.
“Hahaha..... Kau malu? Gadisku ini ternyata lucu juga, ya? Apalagi jika tengah malu seperti itu” godanya membuat Paruru bertambah malu. Namun, ia masih bisa tersenyum.
Senpai, ini minumannya”

Yui mengambilnya dan tak lupa, ia mengucapkan terima kasih. Kemudian, ia membantu Paruru untuk meminum air putih itu. Setelah itu, Yui melihat keadaan gadis itu yang mungkin membaik. Dia tersenyum dan mengelus kepala gadis itu.

“Jangan menangis lagi, kau jelek jika menangis. Jadi, kau harus selalu tersenyum, agar kau selalu cantik. Mengerti?”
Hai.”
“Masih sakit?”
“Sedikit. Nii-chan, aku ingin makan” katanya dengan polos.
“Rena, siapkan makanan untuk Paru, ya”
Hai.”

Tak lama Yuria dan Yurichi masuk ke dalam, wajah keduanya sama-sama kesal. Di luar, mereka memarahi Rina dan Yuka habis-habisan. Tidak peduli pun, jika mereka saudara sepupu. Paruru juga bahkan saudara mereka. Yuria dan Yurichi memang tidak menyukai sifat kedua kakak Paruru yang terlalu kasar memperlakukan adiknya seperti itu.

“Paru, kau tidak apa-apa?” tanya Yuria khawatir.
“Tidak, nee-chan. Tadi sakit, tapi sekarang sudah hilang sakitnya.” Balas Paruru dengan sangat polos.
“Karena ciumanku, bukan?” goda Yui sekali lagi.
Nii-chan.....” Paruru mengerucutkan bibirnya karena kesal.
Nii-chan hanya Bercanda, sayang. Jangan kesal, ya? Sekarang kita makan saja, bagaimana?” Paruru Mengangguk menyetujui.

***

Paruru melihat sebuah bunga yang cantik. Kini, dia sedang berada di taman bersama Yui. Yui tahu, jika Paruru pasti akan sangat ketakutan, bila di rumah.
Paruru dengan wajah polosnya, memandangi bunga yang bermekaran di taman itu. Terkadang, dia tersenyum dengan ulahnya sendiri. Yui hanya bisa memandangnya dan tersenyum melihat wajah gadis itu yang tampak ceria. Dia mengelus kepala gadis itu dengan lembut.

Nii-chan, bunga ini cantik, ya?”
“Iya, sayang. Kau mau?” Yui bertanya.
Hai. Aku ingin memilikinya di rumah”
“Besok, kita beli dan tanam bunganya di rumah, ok?” Paruru mengangguk cepat. Ia tidak sabar memiliki bunga itu.

Yui kembali mendorong kursi roda Paruru. Yui melihat pedagang es krim di samping jalan. Kemudian, dia langsung menghampiri pedagang itu. Membeli dua untuknya dan Paruru. Ketika, Yui memberinya satu es krim, ia langsung menerimanya dengan senang. Yui kembali mengajaknya ke dalam taman. Di sana, mereka bisa melihat bunga bermekaran sambil menikmati es krim yang mereka beli.
Yui melihat matahari sore, sebentar lagi perannya akan terganti oleh bulan. Ini sudah sore, namun sepertinya Paruru terlalu menikmati suasana di taman. Ia masih ingin berlama-lama di taman. Memandangi bunga yang cantik dan hijaunya rumput di taman itu. Baginya, itu sangat indah dan bisa membuatnya bahagia.

“Sayang, ini sudah sore. Kita pulang, ya?”
Yada! Aku tidak ingin di marahi nee-chan lagi!”

Yui menatap Paruru. Wajah gadis itu sekarang tengah ketakutan, ia tahu Paruru pasti masih takut akibat perlakuan kakaknya. Dia bahkan merengek agar dia bisa jalan-jalan. Seandainya Yui tetap menolak, Paruru pasti akan langsung bersujud di depannya. Yui hanya tidak mau melihat gadis yang ia cinta itu, berlutut sambil memegang kakinya. Ketika Paruru hampir melakukannya, gadis itu bahkan hampir jatuh, jika Yui tidak menolongnya.

Nii-chan, kita pulang ke rumah nii-chan saja, ya?” kata Paruru akhirnya.
“Iya, sayang. Jika itu kemauanmu, nii-chan tidak bisa menolak”
Yatta. Sekarang saja, nii-chan.”
Hai.”

Yui tersenyum dan mengecup kening Paruru. Ia lalu membawa gadis itu keluar dari taman dan pergi menuju ke rumahnya. Yui tidak ingin kejadian tadi siang aka. Kembali terulang. Apalagi, jika Rina dan Yuka menyakiti gadis itu. Pastinya, dia tidak akan pernah memaafkan kedua gadis itu.

“Jadi, dia anaknya?”

Tanpa di sadari keduanya, sedari tadi ada seseorang yang sudah mengikuti mereka. Dia menatap Yui dan Paruru seolah, dia seperti serigala yang tidak akan Melepaskan mangsanya. Matanya menatap tajam pada dua orang insan itu.





To Be Continues.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar