Selasa, 26 April 2016

Because, I Love You (WMatsui)

Title : Oneshoot Because I Love You (WMatsui)
Author : Rena-chan
Genre : Roman, gxg

Main cast :
  • Matsui Jurina
  • Matsui Rena
Happy Reading All....




~---0---~



Mungkin, bukan hanya kau, aku dan dia saja yang merasakan apa itu cinta. Hanya saja, dengan cinta ini aku akan selalu ada untukmu. Aku mencintaimu, melebihi dia. Dan aku mencintai dirimu, karena dirimu yang berbeda dari orang lain. Bahkan, aku sangat rela jika aku mengorbankan semua yang ku punya demi dirimu. Hanya dirimu, yang ku cintai bukanlah orang lain.

***

Disinilah aku selalu mengwasinya, melihatnya dari jauh. Walau begitu, aku sangat mencintai dirinya. Pertama kali bertemu dengannya saja, hatiku sudah berdegup kencang. Dan jika tuhan menghendaki, aku ingin dia menjadi kekasihku. 
Untuk selamanya.
Ku lihat dari bangku belakang. Ya, karena aku memang duduk di belakang. Melihatnya dari sini memang membuatku bisa leluasa. Walau aku hanya bisa memandang wajah sampingnya. Seperti biasa, dia akrab dengan temannya yang lain. 

Setelah itu, mereka keluar termasuk dia. Padahal, nama kami sama-sama Matsui ya?. Tapi, entah kenapa aku malah tidak dekat dengannya. Aku merasa, aku sangat malu jika aku yang memulai duluan. Payah? Memang. Miris? Apalagi.
Baiklah. Lagi pula, aku juga sudah sangat lapar. Benar-benar lapar. Kau tahu? Tadi pagi aku tidak sarapan, karena ku kira aku telat. Sial, memang.

Sampai di kantin, aku melihatnya lagi. Sial. Dia bersama gadis lain. Dan itu mampu membuatku sangat cemburu. Kenapa, aku tidak bisa jika aku mendekatinya. Mungkin, aku harus mencobanya. Iya, aku harus bisa mendekatinya.
Caranya? Entahlah, mencoba saja. Siapa tahu aku beruntung. 
Setelah mendapat makanan, aku melangkah dan duduk di tempat yang masih kosong. Sendiri? Iya, aku sendiri. Tidak ada yang menemaniku. Aku memang penyendiri.

Ku santap makananku, sambil melihatnya yang berada tepat di depan mejaku. Entah kenapa, aku memilih meja disini. Mungkin, karena meja ini sangat dekat dengan meja yang di pilihnya. 
Disaat, aku tengah asyik melahap makananku. Dia menolehkan pandangannya ke arahku. Sial, apa dia menyadari jika aku memandangnya?. Aku hanya bisa berpura-pura. Ku anggukan kepalaku, memberi isyarat menyapa untuknya.
Apa yang terjadi?.
Dia tersenyum sangat manis sekali padaku. Senangnya, bisa melihat senyuman itu. Padahal, sejak kemarin aku hanya bisa melihatnya, namun sekarang aku bisa mendapatkan senyuman itu darinya. Sungguh, aku tidak pernah menyangka dengan hal ini. 
Terima kasih tuhan, karena kau telah mau mengabulkan doaku. 

***

Pagi yang indah. Aku berjalan sambil memainkan bola basket. Yah... aku memang sangat menyukai basket. Terkadang, aku juga bermain volly dan olahraga lainnya. Aku sangat menyukai olahraga. Pelajaran yang paling ku sukai saja, olahraga. 

"Ohayou Jurina-san" aku mendongak.
"Ohayou" balasku singkat.
"Kita bersama ke sekolah ne?" aku mengangguk.

Di perjalanan, aku dan dia hanya berbincang-bincang kecil. Aku tidak lagi bermain bola basket yang ku bawa. Ku rasa itu tidak sopan untuk di lakukan, ketika aku tengah berjalan dengan seseorang. Apalagi, orang itu adalah teman satu sekolahku.
Sampai disana, kami berpisah. Aku dan dia tidak satu kelas. Aku kelas 12 A sedangkan dia C. 
Ku lihat dari jauh, ada gadis itu lagi. Yah... gadis yang ku sukai. Tapi, entah kenapa raut wajahnya kesal. Aku tidak tahu, kenapa pagi-pagi seperti ini dia menampakan wajah seperti itu. Biasanya, ia selalu ceria.

Tapi, mungkin ini kesempatan yang bagus untuk mendekatinya. Yah... siapa tahu saja.
Ku langkahkan kakiku dengan cepat dan sekarang aku sudah berada di belakangnya. Ku hembuskan nafasku dan kemudian, aku menyapanya.
Dia menoleh ke arahku. Sial, jantungku ini. Jika, aku melihat kedua matanya, entah kenapa jantungku serasa ingin lepas dari tulang rusuk yang menahannya.

"Matsui Jurina-san" katanya.
"Ohayou" aku berkata lagi.
"Ohayou" balasnya sambil memamerkan deretan giginya.
"Wajahmu tampak bimbang, kau ada masalah?" sial, kenapa aku bertanya seperti ini?. Nanti aku akan di anggap mencampuri urusan orang lagi.
"Ah... tidak juga, Matsui-san" Matsui? Padahal, dia juga Matsui.
"Kita mempunyai nama yang sama, kau panggil saja aku Jurina. Itu tidak masalah untukku" dia mengangguk sambil tersenyum.
"Hai, Jurina-san?"
"Jurina, itu lebih terdengar akrab" ucapku lagi.
"Baiklah. Kau panggil aku Rena, bagaimana?" aku mengangguk.

Dan kami melangkah masuk bersama ke dalam kelas. Ah... senangnya, aku bisa berjalan bersama dengannya. 
Aku duduk di bangku ku sendiri. Bangku paling pojok dan dekat dengan jendela. Walau aku duduk di pojok kelas, jangan pernah meremehkan otakku. Aku sudah sangat sering, di puji para guru dan aku juga selalu mendapat peringkat satu di kelas.
Hanya saja aku memang suka duduk di belakang. Walau jauh dari guru, namun penjelasannya tetap sangat jelas di kupingku.

Seperti sekarang. Aku mendengar sensei menjelaskan. Dengan giat juga, aku menulis rumus yang di terangkan guru di kelas. Ini pelajaran matematika. Mungkin, banyak yang tidak menyukai pelajaran ini, namun aku sendiri malah bertolak belakang dengan mereka. Yah, aku menyukai pelajaran ini. 
"Ada yang ingin menjawab soal nomer 4?" nomer 4.
Aku melihat soal yang berada di papan. Lebih tepatnya soal nomer 4. Tidak salah lagi, aku sudah mengerjakannya lebih dulu daripada soal yang lainnya. 
Ku angkat tanganku dan kemudian, sensei menyuruhku untuk mau. Langsung saja, aku maju ke depan dan menuliskan jawaban yang berada di bukuku. Nah.. selesai.

"Sempurna, kau memang pintar Matsui-san" aku tersenyum.
"Arigatou sensei" aku langsung kembali duduk di tempat.

***

Pulang, pulang, dan pulang. Waktu yang di tunggu oleh teman-temanku. Tapi, pada kenyataannya ini menjadi mimpi buruk untukku. 
Kenapa?
Karena, dengan aku pulang. Aku tidak bisa lagi melihat wajahnya. Wajah Rena. Wajahnya selalu terbayang ketika malam hari, apalagi ketika aku dalam posisi terbaring di kamar. Sungguh. 

Ah... pulang? Kenapa, aku tidak mencoba untuk mengajaknya pulang bersama?. Dengan itu, aku dan dia bisa saja saling dekat. Benar bukan?. Jurina, Jurina otakmu kadang-kadang setengah ya?. Hanya di setiap pelajaran saja, kau selalu encer. Payah.
Ku langkahkan kakiku dengan cepat. Sial, dimana dia?. Aku terus melangkah dan nah.. itu dia. Ku lihat dia ada di depan gerbang. Aku berteriak memanggil namanya dan dia menoleh ke arahku. Langsung saja aku melangkah ke arahnya.

"Jurina, ada apa?" aku menunjukan senyumku.
"Mau pulang bersamaku?" tanyaku langsung.
"Ah... gomen ne? Aku sudah ada janji dengan Yuka" katanya membalas.
Sial, aku di dahului ternyata. Padahal, aku sangat ingin jika aku dan dia pulang bersama. Kenapa seperti ini terus, nasibku. Malangnya kau Jurina.
"Ah... baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu" suaraku menjadi lemas seketika.
"Kau baik-baik saja?" aku mengangguk.
"Aku baik kok" balasku.
"Baiklah. Hati-hati pulangnya ya" aku hanya mengangguk lemah.

Ku langkahkan kakiku menjauhi sekolah. Sial, kenapa disaat aku ingin mengajaknya dia malah sudah janji dengan temannya. Terlambat.

***

Hari demi hari jika berada di sekolah, aku pastinya selalu mencoba mendekatinya. Tidak peduli juga, aku di tolak. Tapi, nyatanya dia malah senang-senang saja jika ku ajak. Sungguh, beruntung memang. 
Tapi, jika aku mengajaknya pulang bersama. Dia pasti selalu menolak. Yah... karena dia selalu saja mendapat ajakan dari temannya yang lain. Benar-benar kurang beruntung. Yah... tapi, aku memang tidak bisa apa-apa.

Dan sekarang, ketika aku pulang sekolah. Lagi-lagi aku merasa deja vu. Aku melihatnya yang berdiri di depan gerbang sekolah. Tapi, kenapa sekarang agak berbeda ya dari kemarin?. Dia bertengkar dengan Yuka?. Kenapa mereka?.
Dan setelah itu, aku melihat Yuka yang mendorong Rena dengan kasar dan gadis itu terjatuh di jalan. Sial, gadis berhargaku. Aku tidak bisa melihatnya seperti itu. Kenapa kau lakukan itu, Yuka?. Benar-benar keterlaluan.

"Oi Yuka, kenapa kau mendorong Rena?" tanyaku terdengar ketus.
"Dia gadis gatal, kau mengerti Jurina" aku mengenyitkan dahi.
"Kau yang gatal Yuka" aku menoleh melihat Rena.

Ku bantu dia berdiri. Matanya menatap tajam ke arah gadis itu. Sebenarnya mereka kenapa?. Setahuku hubungan mereka selama ini baik, tapi kenapa entah kenapa hari ini mereka terlihat bertengkar. Aku tidak tahu, apa yang terjadi pada mereka.

"Sudah-sudah jangan bertengkar, lebih baik kau pergi saja Yuka" usirku.
"Baik, aku juga sudah muak melihat wajah gadis itu" dia menunjuk gadis yang sekarang berdiri di sebelahku.

Aku melihatnya yang masuk ke dalam mobilnya. Mobil merah itu berjalan dan menjauhi sekolahku. Aku menoleh melihat Rena. Wajahnya merah padam. 

"Rena, kau sedang bertengkar dengannya?" dia menoleh ke arahku dan kemudian mengangguk.
"Dia gadis yang terlalu suka mengatur kehidupan orang. Dan kau tahu? Dia justruh yang memulai melakukan kesalahan, tapi dia malah menyalahkanku" ceritanya dengan nada ketus.
"Sudahlah, ayo ku antar pulang" dia mengangguk.
"Ah... aku tidak ada teman hari ini, kau bisa menemaniku di apartemenku?" aku mengangguk antusias.

***

Dirumahnya, aku melihatnya semua barang-barangnya. Tertata sangat rapi. Dan begitu sangat nyaman. Ku akui, aku baru pertama kali di ajaknya kemari. Dan aku benar-benar sangat senang dengan semua ini.
Aku melihatnya yang baru saja keluar dari dapur, membawa nampan berisi dua minuman. Dia menaruh minuman itu di meja dan menyuruhku untuk duduk. Ku turuti saja kemauannya. Aku duduk bersebelahan dengannya.

"Kau tinggal sendiri di apartemenmu?" dia mengangguk.
"Ibu dan ayahku berada di luar kota, mereka tinggal disana. Dan aku sendiri disini" aku mengangguk mengerti.
"Nee... Rena-chan, kau tidak takut kah sendiri disini?" aku bertanya.
"Tidak. Memang kenapa?"
"Hanya merasa aneh saja. Kau seorang gadis tapi, kau malah tinggal sendiri" ku lihat dia tersenyum sebelum membalas ucapanku.
"Yah... mau bagaimana lagi. Ibu dan ayah ada di luar kota, sementara aku tidak mempunyai saudara" aku kembali mengangguk membalasnya.

Setelah itu kami terdiam. Aku asyik melihat suasana apartemen Rena yang menurutku sangat tenang. Tidak di rumahku, sangat ramai. Yah... karena aku harus tinggal bersama saudaraku yang berumur 6 tahun. Dan kerjanya berteriak saja. Jika belajar, aku selalu terusik dengan suaranya.

"Nee... Jurina" ku tolehkan pandanganku ke arahnya.
"Hai?"
"Kau pasti sangat bangga dengan prestasimu ya?" aku mengangguk.

Ku lihat wajahnya menjadi murung. Ada apa dengannya?. Apa dia masih memikirkan masalahnya dengan Yuka?. Atau kata-kataku ada yang salah?. 

"Rena, kau kenapa?" dia menoleh kearahku.
"Iie" aku yakin dia berbohong.

Ku peluk dirinya dengan erat. Mungkin, dia membutuhkan sebuah pelukan. Lagi pula, aku sangat ingin memeluk tubuhnya.

"Jika kau ada masalah, jangan di pendam sendiri. Cerita saja denganku, aku akan membantumu Rena" kataku.
"Terima kasih, karena kau sudah baik denganku Ju" aku mengangguk.
"Apapun akan aku lakukan untukmu, Rena" balasku mengelus punggungnya.
"Karena kau adalah orang yang sangat berharga untukku" sambungku kemudian.
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" tanyanya melepas pelukanku.
"Karena, aku sangat mencintaimu Rena" lirihku menunduk. 
"Apa? Aku tidak salah dengar?" aku menggeleng.
"Aku sudah lama menyukaimu, aku hanya takut jika aku menyatakan cintaku, kau akan meninggalkanku. Maka dari itu, aku diam saja" balasku kemudian.

Aku masih menunduk. Aku hanya takut, melihat wajahnya. Tak lama, aku merasakan tangan seseorang yang menggerakan daguku. Tatapan mata kami bertemu.
Ku lihat, dia mendekatkan wajahnya. Menatap mataku begitu dalam. Aku tidak mengerti kenapa, dia menatapku. Tapi, yang jelas jantungku berdetak sangat kencang sekarang ini. Matanya, seperti listrik saja bisa membuatku tegang seperti ini.

"Apa kau tidak bohong?" tanyanya.
"Tidak. Aku jujur, aku sangat mencintaimu. Matsui Rena" balasku.

Entah mendapat keberanian darimana, aku menariknya dan mencium lembut bibirnya. Aku tidak merasa jika dia memberontak. Tapi, yang jelas. Aku bisa merasakan bibir manis itu. Aku juga tidak tahu, kenapa aku bisa seperti ini padanya. 

"Itu tanda cintaku padamu" ku lihat matanya yang terbuka lebar. Mungkin, terkejut.
"J-Ju..." 

Aku berdiri, kemudian aku membantunya untuk berdiri. Ku cium lembut bibir itu lagi. Manis dan enak. Seperti strobery.

"Aku mencintaimu, Rena. Sungguh" bisikku tepat di telinganya.
"J-Ju..."

Ku tarik wajahku dan melihatnya. Kedua matanya terbuka lebar, dan melihatku. Tak lama, dia mengangkat tangannya dan memukul kepalaku hingga aku mengaduh.

"Itai" ringisku.
"Baka"
"Kau marah?" tanyaku.
"Iya. Dan kau tahu, kau mencuri ciuman pertamaku" ketusnya lagi.
"Gomen" aku menunduk.
"Sudahlah, jangan menunduk seperti itu" aku mendongak melihatnya.
"Lalu, apa kau akan mengatakan kepadaku, 'apa kau mau menjadi pacarku, Rena?' hmm?" aku mengangguk perlahan. 
"Hai, karena aku mencintaimu" balasku.
"Apa kau mau?" tanyaku.          

Ku lihat dia mengangkat kedua tangannya dan mengalungkan tangannya di leherku. Dia juga tersenyum kepadaku. Dan mendekatkan wajahnya lagi kearahku.

"I need You, Jurina" 
"Aku juga menyukaimu" aku tersenyum mendengarnya.
"Jadi...." dia mengangguk.
"Iya, aku mau menjadi kekasihmu" 
"Arigatou" ku peluk tubuhnya erat.
"Ayo ke kamarku" aku mengangguk.

Aku melangkah di sampingnya. Ia menggenggam tanganku erat. Senangnya aku bisa seperti ini dengannya. 
Di sana, aku menutup pintu itu. Aku hanya tidak ingin ada orang yang menggangguku dengannya. Dan kami bersenang-senang di kamarnya. Berungtung juga hari ini, aku bisa bersama dengannya dan menjadikan dia milikku. 




 END

2 komentar:

  1. Terus berkarya yah rena :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kakak, makasih atas dukungannya. kakak juga terus berkarya :D

      Hapus