Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, Love, Sad, Angst
Main cast :
- Maeda Atsuko
- Oshima Yuuto
- Takahashi Minami
- Maeda Haruka
- Yokoyama Yui
~Atsuko Pov~
Aku melihat diriku di cermin. Aku cantik
dan juga sangat manis. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Yuuto. Aku
harap dia suka dengan apa yang aku bawa untuknya. Aku mengambil barangnya yang
ku taruh di meja.
Sebuah kue yang aku buat khusus
untuknya. Pasti dia menyukai kue yang ku bawa. Setelah itu, aku melangkah
keluar dan menemukan adikku yang tengah duduk sambil menonton TV. Aku
memanggilnya dan dia menoleh ke arahku. Senyumnya mengembang ketika melihatku.
Selalu seperti itu. Karena memang, aku ini adalah keluarga satu-satunya. Ayah
dan ibu kami sudah lama pergi dari dunia ini. Maka dari itu, aku selalu mencoba
untuk menjaganya. Dia masih kuliah di salah satu universitas ternama di kota
Tokyo.
“Paru, kakak pergi dulu, ya?” dia
berdiri dan menghampiriku.
“Kakak mau kemana? Apa mau bertemu
dengan pacar kakak lagi?” tanyanya membuatku tersenyum menanggapi ucapannya.
“Iya. Kakak mau pergi bertemu dengan
Yuuto. Kau jaga diri baik-baik, jika ada apa-apa kabari kakak saja”
“Iya, kak. Hati-hati di jalan” aku
mengangguk.
Setelah mengusap rambutnya sebentar, aku
keluar dari rumah. Berjalan sambil membawa kue yang aku buat. Aku akan bertemu
dengannya di taman yang biasa kami jadikan tempat berdua. Aku sudah tidak sabar
memberikan kue yang aku buat ini untuknya. Dia sangat menyukai kue yang aku
buat untuknya.
Setelah sampai di taman, aku langsung
mencarinya. Terkadang dia akan duduk di bawah pohon Sakura. Ketika menoleh, aku
langsung menemukan seorang laki-laki yang aku cari sedari tadi. Aku tersenyum
dan kemudian mulai melangkah. Hanya saja, aku melihat seorang gadis yang berada
di sebelah kirinya. Tunggu. Sepertinya, aku mengenal gadis itu. Aku melangkah
dan berdiri di belakang pohon. Itu bukannya, Takamina? Kenapa mereka begitu
sangat dekat dan sekarang, berpelukan? Tuhan, apa mereka mempunyai hubungan
khusus tanpa aku ketahui?
Samar-samar aku mendengar mereka
berbicara. Dan dari suaranya, aku yakin Minami sedang menangis. Ada apa
dengannya? Dan kenapa dia memeluk Yuuto?
“Aku harus bagaimana, Yuuto?” apa maksud
Minami bertanya seperti itu.
“Maaf! Jika saja aku bisa tegas, kau
tidak akan seperti ini. Tapi, aku juga tidak mau menyakiti Atsuko” aku
benar-benar tidak mengerti apa yang mereka maksudkan.
“Tapi, perjodohan itu? Aku pusing Yuuto”
perjodohan apa?
“Aku tidak bisa menolaknya memang.
Perjodohan itu mungkin akan terjadi pada kita, karena kedua orang tua kita
sudah sepakat untuk menjodohkan kita. Aku akan mencoba menjelaskannya pada
Atsuko.
Aku salah dengar, bukan? Tuhan,
jantungku seperti di sayat ribuan pedang. Sangat sakit sekali. Bahkan, aku juga
tidak sadar, jika aku menjatuhkan barang yang aku bawa di tanganku. Aku
memegang dadaku dan meremasnya. Aku sadar, air mataku sudah mengalir dan
membasahi kedua pipiku. Ini bukan hal yang aku inginkan. Kenapa harus seperti
ini, Tuhan? Kenapa sahabatku sendiri harus merebut kekasihku?
“Atsuko” aku tersentak dan menatap ke
arah dua orang yang masih duduk di bawah pohon sakura.
“Sejak kapan? Kenapa kalian tega
membohongiku. Takamina? Yuuto? Kalian benar-benar sangat jahat!” ucapku.
“Atsuko, aku bisa……”
Aku tidak mendengar perkataannya lagi,
karena aku berlari dengan tangis yang semakin menjadi. Hari yang aku kira
bahagia, justruh sebaliknya. Hancur hanya melihat dan mendengar kejadian tadi.
Kenapa mereka membohongiku? Apa salahku pada mereka? Apa mereka juga saling
mencintai sejak dulu? Tapi, kenapa Yuuto harus mengatakan cinta kepadaku waktu
itu? Kenapa? Apa dia hanya ingin mempermainkan perasaanku saja? Aku benar-benar
sangat kecewa dengannya.
Aku sama sekali tidak berfikir apa-apa,
bahkan ketika menyebrang jalan, aku tidak sadar jika ada mobil yang beberapa
kali mengeluarkan klakson. Aku tersadar, ketika mobil itu mendekat dan
kemudian, langsung mengenaiku dan membuatku harus terlempar. Aku bahkan tidak
tahu apa yang tadi jatuh denganku dan mengenai tepat di mataku. Aku tidak bisa
melihat apa-apa dan akhirnya aku pinsan.
***
Gelap. Kenapa semuanya sangat gelap? Ada
di mana aku? Aku sadar, jika aku sudah membuka kedua mataku. Tapi, kenapa masih
gelap dan aku sama sekali tidak bisa melihat apa-apa. Apa yang terjadi padaku
sekarang ini? Kenapa semuanya sangat gelap seperti ini? Tuhan, sungguh aku
tidak bisa dalam kondisi seperti ini. Aku menutup kedua mataku kembali dan
kemudian, membukanya. Tapi, tetap saja aku tidak bisa melihat apapun. Apa yang
sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku seperti ini?
“Paru! Di mana kau? Paru?!” aku
berteriak ketakutan.
“Kakak! Kakak kau sudah sadar?” aku tahu
itu suaranya.
“Paru, kau di mana? Kakak tidak bisa
melihatmu” ucapku sambil mencoba menggerakan tanganku dan meraba-raba
mencarinya.
“Aku di sini, kak”
Tangannya yang halus
menyentuhku. Aku menariknya pelan dan memegang tangannya dengan sangat erat.
Sungguh, aku seperti orang buta. Atau aku memang buta? Tuhan, aku tidak suka
gelap. Aku membenci kegelapan. Aku sangat membencinya.
“Paru, aku tidak bisa
melihatmu. Kenapa semuanya sangat gelap?” tanyaku sambil terus memegang
tangannya dengan erat.
“Kecelakaan yang
terjadi pada kakak, membuat kakat menjadi buta” ucapnya terdengar sedih.
Kecelakaan? Oh aku
tahu. Aku memergoki Minami dan Yuuto dan setelah itu aku bergegas melarikan
diri, tapi di jalan aku justruh tertabrak oleh kendaraan. Tapi, aku tidak akan
menyangka, jika aku sekarang buta. Oh Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi
padaku? Apa aku salah? Sehingga kau memberi hukuman seperti ini?
“Paru, kakak takut.
Jangan tinggalkan kakak, ya? Jika ada Yuuto atau Minami datang, jangan pernah
di berikan untuk ijin masuk ke kamarku. Kakak hanya ingin bersamamu sekarang”
“Kenapa memangnya? Ada
masalah kak? Atau memang karena mereka, kakak seperti ini?”
“Iya Paru. Maka dari
itu, jangan sampai mereka masuk ke kamar kakak” kataku lagi.
“Iya kak. Aku akan
mengusir mereka langsung, jika mereka kemari”
“Arigatou”
Aku memeluk tubuhnya
yang memang lebih pendek dariku. Sekarang, hanya dia yang aku punya. Kekasihku,
sudah mengkhianati cinta kami. Dan parahnya, sahabatku sendiri yang sudah
mengambilnya dariku. Aku membenci mereka sekarang.
***
Aku duduk sambil
melamun. Aku sendiri tidak mengerti, kenapa akhir-akhir ini aku tidak mau
makan. Tubuhku sangat kurus dan aku tahu, ini semua karena kedua makhluk jahat
itu. Mereka terlalu membuatku sakit dan akhirnya aku seperti ini. Tuhan, kenapa
aku harus bertemu dengan mereka waktu itu? Kenapa mereka harus datang ke
kehidupanku ini? Aku akan bahagia tanpa mereka, jika seandainya mereka tidak
datang kepadaku.
Kebahagiaan yang aku
rasakan dengan Yuuto, hanya sesaat. Karena, sahabatku sendiri yang sudah
mengambilnya dariku. Merebutnya dengan sangat licik. Jadi, benar apa kata
Tomomi waktu itu. Harusnya, aku mempercayainya, bukannya memarahinya. Aku minta
maaf Tomochin. Sekarang, aku
benar-benar menyesal dengan apa yang aku lakukan. Aku sudah marah dengan
sahabat baikku, dan justruh mempertahankan seorang sahabat yang bejat hatinya.
Memalukan.
Aku mendengar suara
pintu terbuka. Siapa yang datang? Mungkin Paru, atau jika tidak pasti pacarnya
yang di suruh menjagaku. Jika juga tidak, mungkin salah satu suster yang akan
memeriksaku. Sebaiknya, aku tanya saja langsung. Aku membutuhkan air. Mungkin
saja, dia bisa membantuku untuk mengambil air.
“Suster? Bisakah kau
mengambilkan aku segelas air?” tanyaku.
Tidak ada balasan sama
sekali. Tak lama, ada orang yang memegang tanganku dan aku tahu, dia memberikanku
segelas air. Aku benar-benar haus sekarang ini. Setelah meminumnya, aku segera
berterima kasih padanya. Tapi, aku belum tahu siapa yang ada di hadapanku
sekarang ini.
“Arigatou, suster”
“Iie,” aku melebarkan kedua mataku ketika mendengar suaranya, “aku
Yuuto, Atsuko. Aku kekasihmu”
Yuuto? Sialan! Aku kira
tadi suster. Aku segera membuang air di dalam gelas, tak peduli mengenainya
atau tidak. Yang terpenting, dia harus pergi dari hadapanku. Aku sangat muak
dengannya. Karena dia, kehidupanku hancur sudah.
“Mau apa kau kemari?!
Pergi! Aku tidak ingin bicara denganmu. Pergi!”
“Atsuko, aku ingin
menjelaskan semuanya. Aku dan Minami hanya di jodohkan, dan kita…”
“Masa bodo! Aku tidak
mau lagi bertemu dengan lelaki bejat sepertimu. Kau tahu? Aku juga punya hati,
Yuuto. Aku juga bisa sakit, jika di sakiti olehmu. Pergi!”
“Atsuko! Aku tahu aku
salah, aku minta maaf!”
“Tidak perlu! Pergi
saja sana, dan bersenang-senanglah dengan perempuan bejat itu. Kalian semua
sama-sama tidak punya hati”
PLAK!!
Aku merasakan tangan
yang mendarat di pipi kananku. Aku meringis, dan kemudian menyentuh pipiku. Aku
yakin, dia yang sudah menamparku. Berarti, aku tidak salah memanggilnya
‘bejat’. Karena dia sudah berani menamparku untuk pertama kalinya, hanya demi
perempuan laknat itu. Keterlaluan.
“Kakak!” Paru?
“Atsuko, aku…”
“Kakak jahat! Pergi
dari sini, jangan ganggu kakakku lagi. Yui tolong usir dia” aku mendengar suara
Haruka yang sepertinya sangat marah dengan Yuuto.
“Yuuto, lebih baik kau
pergi dari sini.”
“Yui, aku hanya
ingin…..”
“Tidak ada alasan lagi,
Yuuto. Kau sudah sangat keterlaluan! Kau bahkan menampar Atsuko nee-chan. Aku tidak bisa memaafkanmu.
Pergi!”
Setelah itu, aku tidak
mendengar suara-suara lagi. Yang aku rasakan, hanyalah tangan yang sekarang mulai
mendekapku. Aku yakin, itu tangan Haruka. Maka dari itu, aku membalas
pelukannya dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
“Kakak tidak apa-apa?”
aku mendengar dia bertanya.
“Aku tidak apa-apa,
Paru. Kau dari mana saja?” tanyaku.
“Aku tadi pulang
sebentar, kak. Maaf karena terlalu lama meninggalkanmu”
“Daijoubu”
***
Setiap hari, aku mulai
merasakan tubuhku yang semakin lemah. Aku tahu, Paru sangat mengkhawatirkanku.
Hanya saja, aku mulai tahu, jika sebenarnya aku akan meninggalkannya untuk
selamanya. Mungkin, ini sudah saatnya. Aku hanya menunggu waktu itu saja.
Menunggu dan terus menunggu. Lagipula, tidak ada untungnya lagi aku hidup di
dunia ini. Apalagi, setelah kenyataannya aku mendengar kabar, jika Yuuto
menikah dengan Minami hari ini juga.
Biarlah. Aku sudah
tidak peduli lagi dengan mereka. Biarkan saja mereka bahagia di atas
penderitaanku. Walau rasanya masih sakit, aku mencoba untuk merelakannya. Dan
sekarang, lagi-lagi aku harus menangis. Mengeluarkan cairan dari dalam tubuhku
melalui kedua mataku. Kesehatanku semakin memburuk, dan membuat adik
kesayanganku khawatir karena aku. Maaf, Paru-chan.
Aku tahu, Yui mencintaimu. Dia bisa menjagamu, ketika aku sudah tidak lagi
bersamamu.
“Kakak, ayo makan, apa
kau tidak ingin sembuh dan berjalan-jalan lagi denganku?” tanyanya sedih.
“Sayang, maaf ya? Kakak
selalu membuatmu khawatir, kakak tidak akan menyusahkanmu lagi. Kakak janji”
“Kakak harus sembuh
demi aku. Aku menyayangi kakak, aku tidak ingin berpisah dengan kakak” aku bisa
mendengarnya yang mulai menangis.
“Kakak juga
menyayangimu.”
Mungkin, kakak akan
pergi ke tempat ayah dan ibu, Paru. Maafkan kakak, kakak tidak bisa lagi
bersamamu. Semoga, kau bahagia dengan Yui. Dia akan menjagamu dengan baik. Dan
semoga, kau selalu dalam perlindungannya. Dengan begitu, kakak akan pergi
dengan tenang. Kakak juga menyayangimu. Sangat menyayangimu, Paru. Tapi, kakak
tidak bisa lagi bersamamu. Sudah ada yang menggantikan kakak di sampingmu,
yaitu Yui. Dia yang akan menggantikan kakak untuk menjagamu.
“Maafkan kakak, Paru”
“Kakak tidak bersalah.
Kakak harus kuat demi aku. Aku rindu dengan masa-masa kita, kak. Kakak harus
secepatnya keluar dari rumah sakit”
Aku hanya bisa
memeluknya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Masa itu akan segera berakhir,
Paru. Maafkan kakak, kakak harus pergi meninggalkanmu. Tubuh kakak sudah sangat
lemah sekarang ini. Bahkan, kakak tidak bisa lagi menelan makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh kakak. Kakak sudah sangat kacau sekarang ini, dan
mungkin Tuhan akan memanggil kakak sebentar lagi.
“Yui, di mana dia?”
“Iya, ini aku Yui” aku
mendengar suara pemuda itu.
“Yui, berjanjilah satu
hal”
“Apa itu, kak?”
tanyanya.
“Tolong jaga adikku,
ya? Dia sangat cantik sekali, dan dia juga sangat baik. Aku yakin kau beruntung
bisa mendapatkannya. Di dunia ini, sudah tidak ada lagi yang aku percaya selain
dirimu untuk menjaga adikku”
“Aku sangat
mencintainya, kak. Aku akan menjaganya selalu. Tapi, aku mohon kakak sembuh
demi Paru”
Aku hanya bisa
tersenyum dan kemudian menutup kedua mataku. Aku tahu, ini adalah penantian
terakhirku menunggu ajalku. Sebelum aku benar-benar menemui ajalku, aku bisa
mendengar Haruka yang terus menerus memanggilku. Maaf Haruka, kakak harus
pergi. Semoga kau bahagia, sayang. Berbahagialah dengan Yui.
***
~Paruru Pov~
“Kakak! Kakak jangan
pergi! Kakak bangun!” aku mencoba menggoyangkan tubuhnya yang kurus dan lemah
itu. Namun, kakak sudah tidak ada lagi sekarang ini. Dia pergi. Detakan
jantungnya yang berubah menjadi bunyi panjang.
“Kakak jangan pergi
tinggalkan aku. Aku mohon kakak!”
“Paru, sabar ya?
Mungkin, ini sudah takdir dari Tuhan” ucap Yui yang memegang kedua bahuku.
“Kenapa kakak harus
pergi secepat ini, Yui? Aku tidak ingin di tinggal olehnya. Tapi, kenapa dia
harus pergi?”
“Paru, kakak sudah
pergi sekarang ini. Kakak sudah bahagia di sana, kau harus merelakannya”
“Kakak”
Aku memeluk tubuhnya
yang sudah tidak bernafas. Tubuhnya memang masih ada di sini, tapi sukmanya
sudah hilang. Aku hanya bisa memandang wajah kakak yang putih pucat. Aku
mencium keningnya untuk yang terakhir kalinya. Kakak, walau pun kakak sudah
pergi, aku masih tetap menyayangi kakak. Karena kakak, aku seperti ini.
Semoga kakak bahagia di
sana. Aku selalu mendoakanmu, kak. Aku akan menjadi gadis yang tegar, seperti
apa yang pernah kau katakana dulu kepadaku. Selamat jalan kakakku sayang.
***
Sekarang, aku hanya
bisa memandang kuburannya. Aku sudah tidak bisa melihatnya mulai sekarang.
Kakak, walau kau sudah pergi sekarang ini, aku masih tetap belum bisa
merelakanmu. Aku masih ingin kita seperti dulu, tapi kau justruh pergi
meninggalkan aku sendiri di sini bersama Yui. Jika kau seperti ini karena Yuuto
sialan itu, kau hanya perlu melupakannya dan beralih pada pemuda lain. Tidak
perlu meninggalkan aku seperti ini, kak. Aku masih membutuhkanmu sebenarnya.
“Paru, sudahlah. Kakak
sudah tenang di alam sana” aku memeluk tubuh Yui dari samping.
“Aku sakit, Yui. Aku
sakit karena kakak meninggalkanku. Apa kakak juga sakit, ketika dia di tinggal
pergi oleh Yuuto?” tanyaku lirih.
“Sayang, kau hanya perlu
mendoakan kakak saja. Dia selalu mengawasimu selalu, walau kau tidak pernah
lagi melihatnya. Dia sangat menyayangimu”
Kakak, aku akan selalu
kemari untuk menemuimu. Aku pasti sangat merindukanmu. Apalagi, kau pergi
dengan membawa luka di dalam hatimu karena pemuda sialan itu. Sampai akhir
dunia pun, aku tidak akan pernah lagi menemuinya. Karena dia, kau pergi
meninggalkan aku. Meninggalkan kewajibanmu untuk menjagaku sebagai seorang
kakak. Dia membuat semuanya hancur.
“Paru” aku mendongak.
“Mau apa kalian kemari?
Kakakku tidak akan pernah suka dengan kalian! Pergi dari sini, dan jangan
pernah kemari lagi!” bentakku mengusir kedua insan itu.
“Maaf Paru…”
“Pergi! Kalian
benar-benar tega! Di saat kakak menghadapi penyakitnya di rumah sakit, justruh
kalian bersenang-senang karena pesta pernikahan kalian. Sungguh benar-benar
biadap! Tidak tahu diri! Dan kau Minami”
“Paru…”
“Kakakku sudah
menganggapmu sebagai sahabat, justruh kau menusuknya dari belakang. Sahabat
macam apa kau ini? Lihat! Sekarang kau puas, kan? Kakakku sudah pergi
meninggalkan aku. Pergi dari sini!
“Paru…”
“PERGI!” bentakku lagi.
Tidak peduli pun ini adalah pemakaman umum. Aku hanya tidak ingin melihat wajah
mereka yang membuatku ingin sekali muntah. Dan rasanya, aku ingin melempar
mereka dengan tanah.
“Baik, kami pergi”
Aku melihat mereka yang
kemudian berbalik dan pergi. Aku kembali menangis dan memeluk tubuh Yui. Aku sangat
muak dengan mereka. Keterlaluan. Kakak, apa yang aku lakukan ini benar? Aku hanya
marah dengan mereka, karena mereka sudah membuat kakak seperti ini. Kakak, aku
rindu denganmu.
***
~Atsuko Pov~
Ini sangat menyakitkan,
Paru. Maka dari itu, kakak lebih memilih meninggalkanmu dan pergi dari dunia
ini. Tapi, percayalah. Kakak selalu mengawasimu dari sini. Kakak akan terus
menjagamu dari sini, sampai kau benar-benar mendapatkan kebahagiaan. Karena kau
layak bahagia.
Maafkan kakak yang
sudah pergi meninggalkanmu dan tidak bisa menepati janji kakak untuk selalu di
dekatmu sampai menikah nanti. Tapi, kakak selalu mengawasimu. Aku juga sudah
merelakan Yuuto dengan Minami. Semoga mereka bahagia. Seperti dirimu yang harus
bahagia dengan Yui. Maafkan kakak, Paru. Sekali lagi, maafkan kakak.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar