Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, love,
Main cast :
- Takahashi Kai
- Maeda Atsuko
- And Others
Sebelumnya, ini itu FF aku yang ada di Wattpad aku, cuma mau bikin Sequell, jadinya malah One-shoot hehe... kalau mau baca ini, baca dulu FF nya yang ada di Wattpad, itu pun kalau kalian emang belum baca :D semoga suka, ya
Happy Reading........
~---0---~
Atsuko
keluar dari kamarnya. Dia menemukan putri kecilnya yang duduk di kursi meja
makan. Haruka makan dengan lahap. Dia hanya bisa tersenyum melihat putrinya
yang sedang makan. Hidupnya kini bahagia, setelah Haruka kembali kepadanya. Dia
menghampiri Haruka dan mengecup kepala Haruka. Dia kemudian duduk di samping
Haruka yang tersenyum kepadanya.
“Haruka
sudah makan ternyata, mau lagi?” tanyanya.
“Tidak.
Haruka sudah kenyang, Mama” kata Haruka.
Atsuko
hanya tersenyum. Dia kemudian mengelus rambut Haruka yang hitam, dia terus
memandangi Haruka. Kai sedang ada urusan di luar rumah, mungkin sebentar lagi
dia akan pulang. Sudah berjalan 1 tahun, semenjak kejadian Masaki tertangkap.
Hidupnya sangat bahagia. Tidak ada yang mengganggu mereka lagi, dan itu membuat
Atsuko terus tersenyum bahagia melihat Haruka yang tumbuh dengan baik. Haruka
sudah berumur 13 tahun. Dia satu sekolah dengan Yui. Setiap dia ingin pergi ke
rumah Yui, Kai dan Atsuko pasti selalu mengantarnya. Mereka hanya tidak ingin
kejadian yang dulu terjadi pada putri mereka.
***
Pagi
ini, seperti biasanya Haruka bangun pagi dan bersiap untuk sekolah. Dia
kemudian menghampiri Atsuko yang masih memasak di dapur. Dia hanya melihat
ibunya yang memasak. Lagipula, sebentar lagi masakan yang di buat ibunya akan
jadi. Dia mernghirup aroma masakan ibunya yang enak. Dia mendekati Atsuko,
kemudian melihat apa yang di masak ibunya. Haruka tersenyum.
“Mama,
ini sangat enak” katanya.
“Haruka
suka?” Haruka mengangguk sambil tersenyum.
“Mama,
Haruka ingin makan” kata Haruka.
“Sebentar
lagi, ya, sayang.” Haruka hanya mengangguk membalasnya.
Setelah
Atsuko selesai, dia langsung menyajikan masakannya di meja makan. Kai keluar
dari kamarnya. Wajahnya terlihat gelisah. Kemudian, ia menatap Haruka dan
Atsuko. Kai langsung menghampiri mereka. Seperti biasanya, dia akan mencium
kening Haruka dan beralih ke Atsuko. Tapi, Atsuko sadar, jika hari ini Kai
sedang gelisah. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Kemudian, Kai
duduk di tempat biasa. Lalu, Atsuko juga duduk. Dia langsung bertanya, kenapa
pagi ini Kai tampak gelisah seperti itu.
“Masaki,
dia kabur dari penjara”
“Apa?!”
kata Atsuko kaget.
Kai
hanya mengangguk. Kemudian, Atsuko menatap Haruka. Pasti yang akan di incar
adalah Haruka. Tuhan, kenapa bisa laki-laki itu kabur dari penjara? Kini,
mereka tidak bisa tenang. Atsuko dan Kai terlalu mengkhawatirkan putri mereka.
Sementara Haruka, dia tidak bisa meneruskan makanannya, ketika mendengar hal
itu. Haruka tahu, pastinya dia akan di incar. Mungkin, dia akan waspada kali
ini. Dia tidak mau berpisah lagi dengan kedua orang tuanya.
“Haruka”
“Iya,
Mama?” Haruka mendongak melihat ibunya.
Atsuko
hanya memberi isyarat agar Haruka menghampirinya. Haruka menurut, kemudian ia
lalu bangkit dan mendekati ibunya. Dia langsung memeluk erat ibunya.
Sepertinya, masalah kali ini akan lebih berat. Haruka tidak mau kehilangan
kedua orang tuanya. Dia merindukan orang tuanya dan selalu merindukan kasih
sayang mereka.
“Haruka
tenang, ya? Mama tidak akan membiarkan bajingan itu menyentuh Haruka lagi”
“Hai”
Walau
pun Atsuko tampak tenang, namun dalam hatinya mengkhawatirkan keselamatan putri
semata wayangnya. Dia melihat Kai. Kai hanya bisa diam, tangannya mengelus
kepala Haruka. Entah apa lagi yang akan laki-laki itu lakukan, tapi yang jelas,
Kai tidak akan membiarkan laki-laki itu menyakiti Haruka. Dia menyayangi Haruka
dan Atsuko. Dia tidak ingin, jika istri dan anaknya dalam bahaya.
“Ya
sudah, Haruka makan dulu, ya? Setelah ini, kau harus sekolah. Belajar yang
rajin, ya, sayang” Haruka mengangguk.
“Mama”
“Jangan
khawatir, Mama dan Papa akan menjagamu” Haruka kembali mengangguk.
***
Siang
hari ini, wajah Atsuko terlihat sangat khawatir. Dia menunggu kedatangan
putrinya dengan resah. Sesekali juga, dia menggigit jemarinya. Ia sangat
mengkhawatirkan putrinya. Semenjak dia mendengar kabar, jika Masaki kabur dari
penjara, dia sangat khawatir dengan keselamatan putrinya. Kemudian, ia langsung
melangkah keluar rumahnya. Dia mengambil ponsel yang ada di sakunya. Kemudian,
menelpon suaminya.
“Kai-kun, kau sudah menjemput Haruka?”
tanya Atsuko.
Terdengar
jawaban dari sana. Kedua mata Atsuko bening, dia menutup mulutnya dengan
menggunakan tangan kanannya.
“Di
mana dia? Di mana putri kita?” tanya Atsuko lagi.
***
Akhirnya,
Atsuko langsung mencari putrinya sendiri bersama Annin. Dia menangis. Hari ini,
dia kehilangan Haruka lagi. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi
pada putri semata wayangnya. Dia ingin menemukan Haruka. Di dalam sana, Annin
yang sedang menyetir, sesekali menenangkan kakaknya. Dia mengerti dengan
keadaan kakaknya. Lagi-lagi, Atsuko harus terpisah dengan putrinya. Entah di
mana keberadaan Haruka. Tapi yang jelas, Kai juga sedang mencarinya.
Annin
juga menyuruh suaminya mencari. Annin menikah 5 bulan yang lalu, kemudian di
susul oleh Sakura dan Rena. Sedangkan Jun, dia dan Rena sudah menikah 2 bulan
yang lalu.
Di
dalam mobil, Atsuko terus menoleh ke samping kanan dan kirinya. Dia sama sekali
tidak bisa berfikir tenang. Di pikirannya sekarang hanya ada Haruka. Dia hanya
ingin menemukan putri kandungnya. Tapi, ponsel miliknya kemudian berbunyi
memecah keheningan di antara mereka.
Atsuko
tidak tahu siapa yang menelpon, karena nomor ponsel yang tidak di ketahuinya.
Ia langsung mengangkatnya.
“Siapa
ini?” tanya Atsuko langsung.
“Mama”
Atsuko
terkejut ketika mendengar suara teriakan seorang anak perempuan. Itu putrinya,
suara Haruka. Tidak salah lagi itu pasti Haruka.
“Sayang,
kau ada di mana?”
“Haruka ada di
tanganku, Atsuko”
Kali
ini suara seorang laki-laki yang ia dengar. Atsuko tahu, itu pasti Masaki.
Suara yang tidak pernah ia lupakan. Seseorang yang selalu mengincar putri
semata wayangnya dari dulu. Dia benci laki-laki itu.
“Di
mana kau? Jangan sakiti putriku! Di mana kau, nii-chan?! Jika kau menyakitinya, aku tidak akan segan-segan
membunuhmu!” kata Atsuko sambil berteriak.
“Jika kau ingin dia
selamat, jadilah milikku dan aku akan melepaskan putri kesayanganmu”
“Jangan
bermimpi! Aku tidak akan sudi menjadi milikmu. Lepaskan Haruka! Jangan sakiti
dia!
“Dengarkan saja
suaranya, jika kau merindukannya”
Entah
apa yang di lakukan Masaki terhadap Haruka, tapi Atsuko mendengar jika Haruka
berteriak cukup kencang dan Atsuko yakin, jika Haruka tengah kesakitan.
“Aaahhhhh!!! Mama!!”
“Haruka?
Apa yang terjadi padamu, sayang?”
Kali
ini, perasaannya tidak bisa di tahan. Ia ingin segera menemukan putrinya. Apa yang terjadi padanya? Tidak sekali
dia mendengar suara teriakan Haruka, tapi berkali-kali. Dia kembali menangis,
kemudian Annin mengambil ponselnya yang membuatnya terkejut. Annin juga
menghentikan mobilnya. Lalu, dia mengambil ponsel miliknya dan mencatat nomor
Masaki. Kemudian, ia melacak nomor ponsel itu. Kemudian, dia mengembalikan lagi
ponsel kakaknya. Lalu, dia mengendarai mobil itu dan berjalan ke arah yang di
tunjukkan ponselnya.
“Annin,
kita mau kemana?” tanya Atsuko.
“Tenang,
nee-chan. Kita pasti akan menemukan
Haruka. Tenanglah” kata Annin tersenyum.
Kemudian,
ketika di depan ada pertigaan, Annin membelokkan mobilnya ke arah kiri. Kemudian,
ia langsung mengirimi seseorang pesan. Di depan sana, mereka melihat sebuah
gudang yang dekat dengan rel kereta. Annin menghengtikan mobilnya di sana.
Ketika Annin keluar, Atsuko juga keluar mengikutinya. Dia hanya tidak tahu apa
yang sedang Annin lakukan.
Lalu,
dia mengikuti Annin dari belakang sambil melihat daerah itu. Tidak ada apa-apa
di sana, melainkan hanya sebuah gudang yang dekat dengan rel kereta api. Tapi,
hati Atsuko berkata, jika dia sudah dekat dengan Haruka. Mungkin, hati seorang
ibu terlalu kuat untuk merasakan keberadaan putri kandungnya. Mereka mempunyai
ikatan batin yang kuat.
“Annin,
kita ada di mana?” tanya Atsuko.
“Bajingan
itu bersembunyi di sini, nee-chan.”
Kata Annin memberitahu.
“Kau
melacak nomor Masaki?” Annin mengangguk sambil tersenyum.
“Sebentar
lagi, suamiku akan datang. Dia akan membawa Kai nii-chan dan setelah itu, bajingan itu akan kembali ke sel tahanan”
Annin
melihat gudang itu. Ia mempunyai firasat, jika Haruka ada di dalam gudang
tersebut. Tapi, sebelum dia melangkah mendekati gudang itu, pintu terbuka. Dia
langsung menyeret Atsuko untuk bersembunyi di balik pohon. Dia melihat Masaki
yang membawa Haruka. Tangan putri kakaknya itu terluka, seperti di sayat. Ia
terkejut melihat keadaa Haruka yang lemah. Apalagi, Masaki juga menyeretnya
dengan kasar.
“Haruka”
“Nee-chan, tahan dulu, jangan sekarang.
Kita akan menyelamatkan Haruka. Kau tenang dulu, ya?”
Atsuko
menangis tapi tidak bersuara. Dia hanya sedih melihat keadaan putrinya yang
begitu sangat tersiksa. Entah apa yang di lakukan oleh Masaki, sehingga tangan
Haruka terluka seperti di sayat pisau. Apa mungkin, yang tadi dia dengar ketika
Haruka kesakitan, karena Masaki dengan tega menyayat lengan Haruka?
“Haruka”
“Tenang,
nee-chan”
Mereka
mengikuti Masaki yang membawa Haruka ke rel kereta. Kedua tangan Haruka yang
terluka dalam keadaan terikat. Sedangkan matanya memerah karena menangis.
“Kau
di sini, aku pastikan kereta datang dan langsung membunuhmu”
“Jangan
bunuh aku, paman”
Atsuko
tersentak mendengarnya. Dia ingin menghampiri mereka, tapi Annin dengan segera
menahan lengannya.
“Sebentar
lagi, nee-chan. Bersabarlah”
“Aku
tidak bisa melihat putriku dalam bahaya, Annin” kata Atsuko.
“Aku
mengerti. Kalau begitu, aku akan mengalihkan perhatian Masaki, setelah itu nee-chan selamatkan Haruka”
“Hai”
Annin
langsung pergi darinya. Entah apa yang di lakukan oleh Annin, tapi yang jelas,
ketika mendengar sesuatu yang membuat Masaki terkejut, Masaki langsung
menghampiri asal suara itu. Di sana, Annin menyambutnya. Di tangannya ada kayu
dan ia langsung memukul kepala laki-laki itu. Sementara itu, Atsuko langsung
menyelamatkan Haruka. Apalagi, suara kereta sudah terdengar. Dia langsung
melepaskan ikatan Haruka yang terhubung di rel.
“Mama”
“Sabar
sayang, Mama akan menyelamatkanmu”
Susah.
Mungkin, karena Masaki mengikatnya terlalu kencang. Atsuko benar-benar tidak
tahan lagi. Ketakutannya bertambah, ketika mendengar suara kereta yang sudah
semakin mendekat. Ia menangis, tapi tangannya tidak diam. Dia terus mencoba
melepaskan ikatan yang ada di tubuh putrinya sambil berdoa.
“Mama,
sebaiknya Mama pergi”
“Tidak
akan, sayang. Jika kita harus mati berdua, Mama rela” kata Atsuko.
“Mama”
“Sabar
Haruka, sabar sayang” katanya sambil terus menitihkan air mata.
Tangan
Atsuko semakin mencoba melepaskan ikatan itu. Dia menangis, ketika melihat
kereta yang sebentar lagi akan segera datang. Tuhan, selamatkanlah aku dan putriku. Dia berdoa dengan tulus. Sementara
putrinya juga menitihkan air mata dan Haruka juga kesakitan. Beberapa kali
juga, Haruka menyebut namanya.
“Atsuko”
dia menoleh.
“Kai-kun?” kata Atsuko.
“Tenang,
aku akan melepaskan ikatan Haruka” Atsuko mengangguk.
Tepat,
sebelum kereta mendekat, Kai akhirnya bisa membawa Haruka keluar dari rel
bersama dengan Atsuko. Namun, keadaan tubuh Haruka sangatlah lemah. Itu membuat
Atsuko tampak khawatir dengan keadaan Haruka yang sekarang ini.
“Kai,
kita harus membawanya ke rumah sakit”
“Iya.
Jun dan Mayu yang akan mengurus bajingan itu”
“Hai”
***
Ketika
Annin berhasil memukul wajah Masaki, Masaki langsung jatuh dan berusaha bangkit
kembali. Dia melihat Annin yang menatapnya dengan tajam. Di tangan gadis itu
ada sebuah kayu panjang yang akan siap untuk memukulnya lagi, jika dia
macam-macam.
“Sial!”
“Dasar
bajingan! Seharusnya, kau malu dengan apa yang telah kau perbuat, Masaki!”
“Sayang”
“Yurichii,
Mayu-kun, Jun-kun” katanya melihat 3 laki-laki itu.
“Kau
tidak apa-apa?” Annin menggeleng.
“Jun,
kita bawa dia kembali ke penjara saja” kata Mayu menatap Masaki tajam.
“Aku
setuju”
“Di
mana Kai nii-chan?” tanya Annin.
“Dia
sedang menolong istri dan anaknya”
“Semoga
Haruka selamat”
“Berdoa
saja” Annin hanya mengangguk.
***
Di
rumah sakit, setelah Haruka di periksa, Atsuko menemaninya di ruangan itu. Haruka
tertidur di ranjang, wajahnya sangat pucat dan kedua tangannya terluka. Atsuko
memegang tangan Haruka dengan lembut, dia kembali menangis melihat keadaan
putrinya. Harusnya, dia menjaga Haruka. Harusnya, dia datang ke sekolah Haruka.
“Maafkan
Mama, Haruka” katanya. Air matanya jatuh di tangan Haruka. Dia mencium tangan
putrinya.
Tiba-tiba,
tangan Haruka menggenggam tangannya. Atsuko segera melihat wajah Haruka. Kedua
mata Haruka mengerjap dan sekarang terbuka. Haruka melihatnya. Dia masih lemah
dan memandang wajah ibunya.
“Mama”
“Sayang,
kau sudah bangun, nak?”
“Iya,
Mama.”
Atsuko
tersenyum, walau kedua matanya masih mengeluarkan air mata. Dia melihat
putrinya dengan sedih. Dia benar-benar tidak becus menjaga putrinya sendiri,
dan akibatnya Haruka terbaring di sini.
“Maafkan
Mama, ya, nak?” katanya sambil mencium tangan Haruka.
“Ini
bukan salah Mama. Haruka saja yang tidak bisa menjaga diri baik-baik” kata
Haruka.
“Cepat
sembuh, nak.” Haruka mengangguk.
“Mama
di sini saja, ya?” kata Haruka.
“Iya
sayang. Mama selalu ada di sini bersama Haruka” kata Atsuko lagi.
***
Pagi
kembali tiba. Matahari pun sudah menyapa bumi sejak tadi. Di dalam ruangan itu,
ada seorang ibu yang tengah menemani putrinya. Atsuko sedang menyuapi Haruka
makanan. Hari ini, wajah Haruka tampak bahagia, walau keadaan tubuhnya masih
belum sembuh total. Dia bahkan bermaja pada ibunya. Atsuko tampak tenang,
ketika melihat wajah Haruka yang ceria karena dirinya.
“Lagi?”
“Iie. Haruka sudah kenyang” kata Haruka.
“Ya
sudah, sekarang minum obat dan langsung istirahat, ya?”
“Mou….
Haruka ingin jalan-jalan, Mama. Haruka sangat bosan di sini”
Atsuko
tersenyum melihat kelakuan Haruka. Beberapa hari di rumah sakit, memang membuat
Haruka sangat bosan. Haruka ingin merasakan lagi dunia luar. Dia merindukan
sekolahnya, merindukan temannya dan semua aktifitasnya.
“Sayang,
sebentar lagi, nak. Kau tidak sabar, ya, ternyata”
“Siapa
yang akan betah, jika terus berada di rumah sakit seperti ini?” keluh Haruka.
“Iya
sudah. Mama akan mengajakmu jalan-jalan, tapi nanti kemari lagi, ya?”
“Yatta.”
***
Atsuko
mendorong kursi roda Haruka. Haruka melihat ke arah kanan dan kirinya.
Bunga-bunga tampak bermekaran dan juga dia melihat bunga Sakura yang sudah
berbunga. Dia menyukainya. Atsuko hanya bisa memandangnya dengan senyum. Ia
bahagia, karena Haruka sangat ceria hari ini. Dia benar-benar bahagia melihat
senyuman itu. Atsuko berhenti, kemudian dia mengelus kepala putrinya.
“Mama,
Papa ada di mana?”
“Sebentar
lagi juga datang” katanya membalas.
“Haruka”
Mereka
menoleh. Ternyata, Yui dan keluarganya datang menjenguknya. Mereka menghampiri
Haruka dan Atsuko. Yui memberikan bunga untuk Haruka. Haruka tersenyum dan
menerimanya.
“Takahashi-san, bagaimana keadaan
putrimu?” tanya Haruna sambil melihat Haruka.
“Dia
sudah membaik sekarang.” Balas Atsuko tersenyum.
“Syukurlah.
Semoga kejadian seperti yang dulu tidak terjadi lagi”
“Semoga
saja. Aku benar-benar khawatir dengannya”
“Aku
mengerti. Karena aku juga seorang ibu seperti dirimu”
Atsuko
tersenyum mendengarnya. Dia dan Haruna akhir-akhir ini sangat akrab. Mungkin,
karena Haruna yang sudah merawat Haruka dulu.
“Dulu,
Yui juga pernah sakit dan dia juga pernah di culik. Itu membuatku sedih dan
panik seperti kau yang mengkhawatirkan Haruka”
“Yui
pasti anak kebanggaanmu, ya?”
“Dia
anak laki-laki yang tangguh seperti ayahnya. Aku sangat mengaguminya” kata
Haruna.
“Dia
mirip seperti ayahnya”
“Haruka
juga mirip seperti dirimu”
Atsuko
tersenyum mendengarnya. Dia melihat Haruka yang sedang asyik bersama Yui dan
Ryoka. Dari wajah Haruka, memang sangat jelas, jika Haruka sangat mirip
dengannya. Dan dia tidak ingin kehilangan putrinya. Mungkin, kejadian beberapa
hari yang lalu membuatnya trauma. Dia benar-benar harus menjaga Haruka agar
tidak ada yang menyakiti putrinya lagi.
“Lalu,
di mana suamimu?” tanya Atsuko.
“Dia
bekerja” Atsuko mengangguk mendengarnya.
“Aku
sangat senang melihat keakraban anak-anak kita” kata Atsuko.
“Aku
juga.”
Mereka
mendekati anak-anak mereka yang tengah asyik bercanda. Lalu, Haruna langsung
berdiri di tengah-tengah Yui dan Ryoka. Sementara Atsuko, berdiri di dekat
Haruka dan mengelus kepala Haruka.
“Mama,
Papa datang” kata Haruka menunjuk Kai yang mendekat.
“Iya,
sayang” seraya tersenyum melihat Kai.
“Haruna-san, kau kemari ternyata”
“Hanya
menjenguk Haruka, boleh?” kata Haruna.
“Tentu
saja.” Kai tersenyum.
Yui
melihat Kai yang tersenyum melihat Haruka. Kai juga mengelus kepala Haruka dan
mereka tampak sangat akrab. Seperti dirinya dan Yuuji. Hanya saja, ayahnya
akhir-akhir ini sangat sibuk. Yui tahu, dia tidak boleh terlalu manja kepada
ayahnya. Dia harus bisa menjadi anak yang mandiri.
“Mama,
mereka sangat dekat, ya?” kata Yui.
“Yui
juga dekat dengan Mama dan Papa, bukan?” Yui mengangguk.
“Tapi,
Papa akhir-akhir ini sibuk, Mama” kata Yui mengeluh.
“Hari
libur nanti, Papa akan membawa kita liburan. Jadi, kau tenang saja.”
“Benarkah?”
“Hai”
Yui
tersenyum lebar mendengarnya. Tentunya, sebagai anak dia akan sangat senang
mendengarnya. Lagipula, dia juga merindukan liburannya dengan keluarganya.
Terutama waktu yang lebih lama bersama ayahnya. Yui sangat merindukannya.
“Tapi,
Yui harus janji jangan terlalu menyusahkan Papa, ya, nak?”
“Iya.
Yui tidak akan menyusahkan Mama dan Papa” kata Yui sambil menunjukkan jarinya
yang sengaja ia bentuk V.
“Mama
bangga dengan Yui. Mama sangat menyayangi, Yui”
“Yui
juga Mama”
Hari
itu, mereka tersenyum sangat lebar. Kedua keluarga itu sekarang menjalin
hubungan yang erat.
The End
Tapi,
ini masih belum selesai. Aku bakal bikin ceritanya lagi, sequel sih kalau di
bilang, tapi bukan AtsuMina tapi KojiYuu. Kalau Love and Revenge kan lebih
mementingkan AtsuMina, nah jadi aku mau mementingkan KojiYuu. Awal ceritanya
juga awal banget sebelum mereka menikah, hehe…. Jadi, tunggin saja, ya?
Judulnya,
Love For You (KojiYuu couple)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar