Author : Rena-chan
Genre : Roman, gxg
Main cast :
- Takahashi Minami
- Maeda Atsuko
Happy Reading All....
~---0---~
Hidup
di dunia ini adalah hidup yang sangat indah. Bila mana kita bisa menikmatinya.
Seorang kekasih bisa kita miliki dan dengan adanya kekasih itu disamping kita,
kita bisa tahu apa arti berbagi dan apa itu arti kebersamaan. Karena dunia ini,
kita tidak bisa hidup sendiri. Perlu seseorang yang berarti di dalam hidup
kita. Entah itu teman, saudara bahkan orang yang sangat kita sayangi sendiri.
***
Disini
aku melihatnya yang masih berbicara kepada temannya yang lain. Selalu termenung
ketika melihatnya. Bagaimana mungkin dia bisa dekat dengan gadis lain,
sementara aku disini melihatnya sendiri yang begitu bahagia dan tertawa lepas
dengan teman lainnya. Sungguh membosankan.
Apa dia tidak bisa melihatku sejenak?. Kenapa dia seakan
melupakanku begitu saja?. Apa karena aku ini pendek? Dan apa karena aku ini
begitu biasa saja?. Tapi, kenapa juga dia dulu menerima cintaku begitu saja?.
Jika seandainya dia seperti itu. Membiarkanku sendiri yang melihatnya tertawa
lepas dengan temannya yang lain.
Sampai kapan aku seperti ini? Aku tidak bisa menahannya lagi.
Apa mungkin, dia benar-benar sudah melupakanku. Tapi, kenapa dia tidak bicara
saja kepadaku, jika dia sudah bosan kepadaku?. Kenapa harus seperti ini?.
Membiarkan larut dalam kecemburuan yang mendalam.
Ku lihat dia yang bersama seorang gadis yang ku ketahui
bernama Yuko. Dia memeluk gadis itu dan saling tersenyum. Sial, cemburu seperti
ini memang sangat membuatku jengkel. Kenapa tuhan, kenapa gadis yang ku cintai
itu seperti itu?. Menyakitkan melihatnya, sungguh.
Setelah lama melihatnya yang berbicara dengan Yuko, mereka
memisahkan diri. Dan sekarang, dia melihatku. Ku tatap dia dengan wajah kesal,
sementata dia tersenyum kepadaku. Ku akui dia memang sangat manis, tapi tetap
saja, dia seolah mendiamkanku. Dan aku tidak menyukainya.
"Minami" sapanya ceria melihatku.
Ku hembuskan nafasku melihatnya yang menyapaku dengan ceria.
Lagi-lagi aku lemah dengan senyumannya itu. Kenapa aku bisa selemah ini jika
aku melihat senyumannya?. Tapi, aku memang sangat menyukai senyumannya. Yah...
ku akui senyumannya itu membuatku jatuh hati ketika pertama kali kami bertemu.
Masa bodo karena kami sama-sama perempuan, namun rasa cintaku
kepadanya saat itu sudah bisa ku rasakan dan aku tidak ingin jika aku
melihatnya bersama seorang gadis lain atau seorang pemuda. Aku cemburu dengan
semua itu. Dan itu benar-benar membuatku sangat kesal.
"Kau kenapa?" keluhnya bertanya melihat sikapku
yang aneh.
"Iie" jawabku singkat dan terkesan datar.
"Minami-chan, kau kenapa?" tanyanya menatapku
dengan wajah cemberutnya.
"Tidak, hanya sedikit pusing" jawabku lagi.
"Kau sakit? Kita pulang ya?" aku menggeleng.
"Iie, lagi pula akan ada ulangan mendadak hari ini dan
aku tidak ingin meninggalkannya" balasku.
"Baiklah" jawabnya sekilas.
***
Rutinitasku
ketika pulang sekolah adalah tidur di rumah. Itu aku lakukan jika aku tidak ada
pekerjaan, atau janji pada temanku yang lain. Seperti hari ini, aku pasti tidur
di rumah. Namun, tidurku yang nyenyak ini harus terganggu oleh suara dering
ponselku yang sengaja ku taruh di sebelahku.
Ck... mengganggu. Siapa sebenarnya yang menganggu tidur
siangku. Perasaan aku tidak memiliki janji pada seseorang. Ku raih saja ponsel
ku dan melihat nama yang tertera disana. Ku kira siapa, ternyata dia?.
"Acchan, doustano?" tanyaku malas.
"Minami, kau ada dimana?" apa dia lupa dengan
rutinitasku ini.
"Dirumah ingin tidur, ada apa memangnya?" tanyaku
lagi dengan malas.
"Ah... kau ini, kenapa kau selalu saja tidur di siang
hari?" aku mendengar keluhannya.
"Mau bagaimana lagi, aku sangat mengantuk sekarang ini.
Ada apa memangnya kau menelponku?" tanyaku lagi mengalihkan.
"Kau bisa menemaniku belanja hari ini?" belanja?.
"Bukankah kau sudah belanja kemarin Acchan? Kau belum
puas?" tanyaku kesal.
"Ah... Minami, kemarin kan bukan kau yang mengajakku,
tapi Yuko" aku menghela nafas.
"Kenapa kau tidak mengajak si Yuko itu?" tanyaku
dengan kesal.
"Kenapa kau menjadi marah Minami?" tanyanya
bingung.
"Tidak juga, siapa yang marah. Aku hanya sedang
kesal" kataku lagi.
"Sama saja, kau ini kenapa?" tanyanya. Aku bisa
menebak jika dia sedang cemberut karena sifatku ini. Yah... aku tahu itu.
"Kau tahu ayamku di curi oleh Tomomi, kau
mengerti?" geramku tertahan.
"Apa? Kau kesal hanya gara-gara itu? Hahah...." ku
dengar dia tertawa.
Aku memang kesal Acchan, tapi bukan itu melainkan karena
dirimu yang selalu saja tidak pernah melihatku. Tidak bisakah kau ada disisiku?
Menemaniku dalam setiap aktifitasku di sekolah. Aku sangat merindukan semua
kasih sayangmu padaku, seperti dulu.
Kenapa kau tidak juga sadar? Kenapa kau selalu mementingkan
dirimu sendiri dan juga temanmu yang lain?. Tidak sadarkah aku membutuhkan
kasih sayang darimu?. Aku haus kasih sayangmu yang selalu kau berikan dulu.
Tapi, sekarang kau justruh seolah tidak pernah lagi menganggapku. Kenapa kau
seperti itu, Acchan?.
"Sudahlah, ayo sebaiknya kau pergi denganku. Kita pergi
bersama ke tempat biasa. Tempat dimana pertama kali kita bertemu, Minami"
Sudah lama sepertinya kita tidak ke tempat itu.
"Bagaimana kau mau?" ku dengar dia bersura
kembali.
"Ayolah Minami, kita sudah lama tidak kesana. Aku ingin
berbicara padamu, ayolah" ia merengek.
"Kau tidak jadi belanja?" tanyaku akhirnya.
"Iie. Aku bisa saja pergi belanja kapanpun aku mau, tapi
aku tidak pernah kesana. Apalagi semenjak jadwal sekolah kita banyak, seolah
waktu tidak mengijinkan kita untuk berdua" balasnya kemudian.
"Baiklah, aku kesana sekarang" lebih aku menyerah
daripada dia merengek. Aku paling lemah jika dia sudah merengek seperti itu.
"Yatta, aku akan siap-siap. Kita langsung bertemu di
tempat itu, ya?" suaranya kembali ceria.
"Hai" balasku singkat.
***
Disinilah
kami berada. Berjalan disamping sungai di sore hari sambil melihat pergantian
sore menjadi malam. Yah.... sebentar lagi bulan akan datang menggantikan peran
matahari. Dan dulu kami pernah kemari, hanya sekedar untuk berjalan santai,
menikmati alam dan sekaligus berdua bercanda tawa bersama. Indahnya.
Dia mengalungkan tangannya di lenganku. Dan kami juga
bercerita tentang masa-masa kami bersama. Dia terlihat begitu sangat antusias
dan ingin rasanya, dia mengulang masa-masa indah dulu bersamaku.
"Tapi, akhir-akhir ini kau terlihat akran dengan
Yuko" keluhku terdengar.
"Kau cemburu?" tanyanya melihatku.
"Iya setidaknya itu yang membuaku kesal selama ini, kau
terlalu sering bersama orang lain, ketimbang diriku" balasku melepas
tangannya.
"Minami...." manjanya ketika dia memanggilku.
"Kau terlalu sering sibuk dengan urusanmu" keluhku
lagi.
Dia menatapku dengan wajah cemberut. Lalu kemudian ia berdiri
di depanku. Menggenggam tanganku dengan erat, seolah ia tidak mau
melepaskannya.
"Aku hanya mencintaimu" katanya yang mampu
membuatku tubuhku seperti tersengat listrik.
"Kau tahu, aku dan Yuko hanya teman. Kita dekat karena
kita yah... hanya sebatas teman, bukan lebih. Kau terlalu cemburu Minami"
keluhnya menatapku.
"Tapi, kau sampai memeluknya tadi" kataku melepas
tangannya dan berbalik.
Ku rasakan dua tangan yang mengalung di pinggangku. Kedua
tangan itu saling berpaut dan ku rasakan kepala yang sekarang ada di atas
bahuku. Ku lihat dia yang sekarang menatapku dan sekilas mencium pipiku dengan
lembut.
"Itu bukan berarti aku menyukainya. Dia sudah memiliki
Kojima, dan setahuku dia sangat menyukai Kojima dan tidak akan pernah
melepaskan gadis itu" jelasnya kemudian.
"Berarti, kau tidak akan meninggalkanku bukan?" dia
menggeleng.
"Iie, aku akan selalu ada di sisimu menemanimu selalu.
Dan hidup dalam suka maupun duka" ucapnya.
"Hontouni?" dia mengangguk.
"Jangan terlalu cemburu, aku hanya milikmu dan begitu
juga aku milikmu Minami" katanya yang berhasil membuat seulas senyum di
bibirku.
"Arigatou" dia mengangguk.
"Jadi, sikapmu dari kemarin yang selalu kesal dan
seperti cemburu hanya karena itu?" aku mengangguk.
"Bukankah kita sudah berjanji, akan selalu bersama
setiap suka maupun duka? Jadi, kau jangan takut" aku berbalik dan mencium
bibirnya sekilas kemudian mendekapnya dalam pelukanku.
"Maafkan aku" lirihku.
"Daijoubu" balasnya.
"Aku akan selalu ada disisimu, aku berjanji" dia
semakin mengeratkan pelukan kami.
"Aku juga akan selalu ada disiimu, Minami. Dan akan
tetap bersamamu sampai kapanpun, sampai ajal pun tiba, aku selalu ada di
dekatmu" aku tersenyum.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar