Sabtu, 16 April 2016

Stand By Me (AtsuMina)

Title : Oneshoot Stand By Me (AtsuMina)
Author : Rena-chan
Genre : Roman, gxg

Main cast :
  • Takahashi Minami
  • Maeda Atsuko
Happy Reading All....



~---0---~



Hidup di dunia ini adalah hidup yang sangat indah. Bila mana kita bisa menikmatinya. Seorang kekasih bisa kita miliki dan dengan adanya kekasih itu disamping kita, kita bisa tahu apa arti berbagi dan apa itu arti kebersamaan. Karena dunia ini, kita tidak bisa hidup sendiri. Perlu seseorang yang berarti di dalam hidup kita. Entah itu teman, saudara bahkan orang yang sangat kita sayangi sendiri.

***

Disini aku melihatnya yang masih berbicara kepada temannya yang lain. Selalu termenung ketika melihatnya. Bagaimana mungkin dia bisa dekat dengan gadis lain, sementara aku disini melihatnya sendiri yang begitu bahagia dan tertawa lepas dengan teman lainnya. Sungguh membosankan.
Apa dia tidak bisa melihatku sejenak?. Kenapa dia seakan melupakanku begitu saja?. Apa karena aku ini pendek? Dan apa karena aku ini begitu biasa saja?. Tapi, kenapa juga dia dulu menerima cintaku begitu saja?. Jika seandainya dia seperti itu. Membiarkanku sendiri yang melihatnya tertawa lepas dengan temannya yang lain.

Sampai kapan aku seperti ini? Aku tidak bisa menahannya lagi. Apa mungkin, dia benar-benar sudah melupakanku. Tapi, kenapa dia tidak bicara saja kepadaku, jika dia sudah bosan kepadaku?. Kenapa harus seperti ini?. Membiarkan larut dalam kecemburuan yang mendalam.
Ku lihat dia yang bersama seorang gadis yang ku ketahui bernama Yuko. Dia memeluk gadis itu dan saling tersenyum. Sial, cemburu seperti ini memang sangat membuatku jengkel. Kenapa tuhan, kenapa gadis yang ku cintai itu seperti itu?. Menyakitkan melihatnya, sungguh.

Setelah lama melihatnya yang berbicara dengan Yuko, mereka memisahkan diri. Dan sekarang, dia melihatku. Ku tatap dia dengan wajah kesal, sementata dia tersenyum kepadaku. Ku akui dia memang sangat manis, tapi tetap saja, dia seolah mendiamkanku. Dan aku tidak menyukainya.
"Minami" sapanya ceria melihatku.
Ku hembuskan nafasku melihatnya yang menyapaku dengan ceria. Lagi-lagi aku lemah dengan senyumannya itu. Kenapa aku bisa selemah ini jika aku melihat senyumannya?. Tapi, aku memang sangat menyukai senyumannya. Yah... ku akui senyumannya itu membuatku jatuh hati ketika pertama kali kami bertemu.

Masa bodo karena kami sama-sama perempuan, namun rasa cintaku kepadanya saat  itu sudah bisa ku rasakan dan aku tidak ingin jika aku melihatnya bersama seorang gadis lain atau seorang pemuda. Aku cemburu dengan semua itu. Dan itu benar-benar membuatku sangat kesal.

"Kau kenapa?" keluhnya bertanya melihat sikapku yang aneh.
"Iie" jawabku singkat dan terkesan datar.
"Minami-chan, kau kenapa?" tanyanya menatapku dengan wajah cemberutnya.
"Tidak, hanya sedikit pusing" jawabku lagi.
"Kau sakit? Kita pulang ya?" aku menggeleng.
"Iie, lagi pula akan ada ulangan mendadak hari ini dan aku tidak ingin meninggalkannya" balasku.
"Baiklah" jawabnya sekilas.

***

Rutinitasku ketika pulang sekolah adalah tidur di rumah. Itu aku lakukan jika aku tidak ada pekerjaan, atau janji pada temanku yang lain. Seperti hari ini, aku pasti tidur di rumah. Namun, tidurku yang nyenyak ini harus terganggu oleh suara dering ponselku yang sengaja ku taruh di sebelahku.
Ck... mengganggu. Siapa sebenarnya yang menganggu tidur siangku. Perasaan aku tidak memiliki janji pada seseorang. Ku raih saja ponsel ku dan melihat nama yang tertera disana. Ku kira siapa, ternyata dia?.

"Acchan, doustano?" tanyaku malas.
"Minami, kau ada dimana?" apa dia lupa dengan rutinitasku ini.
"Dirumah ingin tidur, ada apa memangnya?" tanyaku lagi dengan malas.
"Ah... kau ini, kenapa kau selalu saja tidur di siang hari?" aku mendengar keluhannya.
"Mau bagaimana lagi, aku sangat mengantuk sekarang ini. Ada apa memangnya kau menelponku?" tanyaku lagi mengalihkan.
"Kau bisa menemaniku belanja hari ini?" belanja?.
"Bukankah kau sudah belanja kemarin Acchan? Kau belum puas?" tanyaku kesal.
"Ah... Minami, kemarin kan bukan kau yang mengajakku, tapi Yuko" aku menghela nafas.
"Kenapa kau tidak mengajak si Yuko itu?" tanyaku dengan kesal.
"Kenapa kau menjadi marah Minami?" tanyanya bingung.
"Tidak juga, siapa yang marah. Aku hanya sedang kesal" kataku lagi.
"Sama saja, kau ini kenapa?" tanyanya. Aku bisa menebak jika dia sedang cemberut karena sifatku ini. Yah... aku tahu itu. 
"Kau tahu ayamku di curi oleh Tomomi, kau mengerti?" geramku tertahan.
"Apa? Kau kesal hanya gara-gara itu? Hahah...." ku dengar dia tertawa.

Aku memang kesal Acchan, tapi bukan itu melainkan karena dirimu yang selalu saja tidak pernah melihatku. Tidak bisakah kau ada disisiku? Menemaniku dalam setiap aktifitasku di sekolah. Aku sangat merindukan semua kasih sayangmu padaku, seperti dulu.
Kenapa kau tidak juga sadar? Kenapa kau selalu mementingkan dirimu sendiri dan juga temanmu yang lain?. Tidak sadarkah aku membutuhkan kasih sayang darimu?. Aku haus kasih sayangmu yang selalu kau berikan dulu. Tapi, sekarang kau justruh seolah tidak pernah lagi menganggapku. Kenapa kau seperti itu, Acchan?.

"Sudahlah, ayo sebaiknya kau pergi denganku. Kita pergi bersama ke tempat biasa. Tempat dimana pertama kali kita bertemu, Minami" Sudah lama sepertinya kita tidak ke tempat itu.
"Bagaimana kau mau?" ku dengar dia bersura kembali. 
"Ayolah Minami, kita sudah lama tidak kesana. Aku ingin berbicara padamu, ayolah" ia merengek.
"Kau tidak jadi belanja?" tanyaku akhirnya.
"Iie. Aku bisa saja pergi belanja kapanpun aku mau, tapi aku tidak pernah kesana. Apalagi semenjak jadwal sekolah kita banyak, seolah waktu tidak mengijinkan kita untuk berdua" balasnya kemudian.
"Baiklah, aku kesana sekarang" lebih aku menyerah daripada dia merengek. Aku paling lemah jika dia sudah merengek seperti itu.
"Yatta, aku akan siap-siap. Kita langsung bertemu di tempat itu, ya?" suaranya kembali ceria.
"Hai" balasku singkat.

***

Disinilah kami berada. Berjalan disamping sungai di sore hari sambil melihat pergantian sore menjadi malam. Yah.... sebentar lagi bulan akan datang menggantikan peran matahari. Dan dulu kami pernah kemari, hanya sekedar untuk berjalan santai, menikmati alam dan sekaligus berdua bercanda tawa bersama. Indahnya.
Dia mengalungkan tangannya di lenganku. Dan kami juga bercerita tentang masa-masa kami bersama. Dia terlihat begitu sangat antusias dan ingin rasanya, dia mengulang masa-masa indah dulu bersamaku. 

"Tapi, akhir-akhir ini kau terlihat akran dengan Yuko" keluhku terdengar.
"Kau cemburu?" tanyanya melihatku.
"Iya setidaknya itu yang membuaku kesal selama ini, kau terlalu sering bersama orang lain, ketimbang diriku" balasku melepas tangannya.
"Minami...." manjanya ketika dia memanggilku.
"Kau terlalu sering sibuk dengan urusanmu" keluhku lagi.

Dia menatapku dengan wajah cemberut. Lalu kemudian ia berdiri di depanku. Menggenggam tanganku dengan erat, seolah ia tidak mau melepaskannya. 

"Aku hanya mencintaimu" katanya yang mampu membuatku tubuhku seperti tersengat listrik.
"Kau tahu, aku dan Yuko hanya teman. Kita dekat karena kita yah... hanya sebatas teman, bukan lebih. Kau terlalu cemburu Minami" keluhnya menatapku.
"Tapi, kau sampai memeluknya tadi" kataku melepas tangannya dan berbalik.

Ku rasakan dua tangan yang mengalung di pinggangku. Kedua tangan itu saling berpaut dan ku rasakan kepala yang sekarang ada di atas bahuku. Ku lihat dia yang sekarang menatapku dan sekilas mencium pipiku dengan lembut.

"Itu bukan berarti aku menyukainya. Dia sudah memiliki Kojima, dan setahuku dia sangat menyukai Kojima dan tidak akan pernah melepaskan gadis itu" jelasnya kemudian.
"Berarti, kau tidak akan meninggalkanku bukan?" dia menggeleng.
"Iie, aku akan selalu ada di sisimu menemanimu selalu. Dan hidup dalam suka maupun duka" ucapnya.
"Hontouni?" dia mengangguk.
"Jangan terlalu cemburu, aku hanya milikmu dan begitu juga aku milikmu Minami" katanya yang berhasil membuat seulas senyum di bibirku.
"Arigatou" dia mengangguk.
"Jadi, sikapmu dari kemarin yang selalu kesal dan seperti cemburu hanya karena itu?" aku mengangguk.
"Bukankah kita sudah berjanji, akan selalu bersama setiap suka maupun duka? Jadi, kau jangan takut" aku berbalik dan mencium bibirnya sekilas kemudian mendekapnya dalam pelukanku.
"Maafkan aku" lirihku.
"Daijoubu" balasnya.
"Aku akan selalu ada disisimu, aku berjanji" dia semakin mengeratkan pelukan kami.
"Aku juga akan selalu ada disiimu, Minami. Dan akan tetap bersamamu sampai kapanpun, sampai ajal pun tiba, aku selalu ada di dekatmu" aku tersenyum.


END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar