Minggu, 12 Juni 2016

Gomennasai (YuiParu + SayaMilky)

Title : Oneshoot Gomennasai (YuiParu + SayaMilky)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Sad, Roman, and Gender Bender

Main cast :
  • Shimazaki Haruka
  • Yokoyama Yui
  • Yamamoto Sayaka
  • Watanabe Miyuki

Happy Reading All....


~---0---~




Apa ini cintamu padaku? Kau membuktikannya dengan cara seperti ini? Apa kau tidak sadar, bahwa aku sangat terluka seperti ini? Kau benar-benar makhluk terkeji di dunia ini. Awalnya kau memberikanku air susu, namun pada akhirnya kau memberikanku air tuba.

***

Mata indahnya kini berlinang air mata. Dadanya sangat sakit, ketika mendengar sebuah kabar yang sangat menyakitkan untuknya. Sungguh, dia belum mempercayai kabar itu. dia merasa masih ada di dunia alam bawah sadarnya. Namun, mau bagaimana pun dia menolak, itu semua memang nyata.
Entah kenapa, dia harus terluka seperti ini. Seolah, takdir sedang mempermainkannya. Hari bahagia yang akan segera datang kepadanya, justruh tidak akan pernah datang kepadanya. Semua itu hancur hanya dalam sekejap. Hari itu sudah mati. Dan sekarang, hatinya sangat sakit.

Tuhan sedang mengujinya, mungkin. Tapi, ujian ini sangat berat untuk ia terima. Hatinya sangat sakit dan sangat terluka. Tentunya, luka itu tidak mudah untuk di sembuhkan. Bahkan, orang yang melukainya saja, belum bisa menyembuhkannya.
Butuh waktu yang lam untuk menyembuhkannya. Hatinya bagai di sayat ribuan pedang. Hancur berkeping-keping. Dalam hatinya, dia terus bertanya-tanya. Kenapa semua ini harus terjadi? Kebahagiaannya menghilang hanya dalam waktu sekejap saja.

Pemuda yang selama ini ia cintai, justruh akan menikah dengan kakak kandungnya sendiri. Sebuah kesalahan terjadi pada pemuda itu dan kakaknya. Mereka sudah melakukan kesalahan besar. Mereka tidur bersama. Dan kedua orang tua mereka menyuruh pemuda itu untuk segera menikahi kakaknya.
Kini, dia melihat pemuda itu. Pemuda itu duduk berhadapan di depannya. Pemuda itu sekarang sudah menyakitinya. Dia berdiri. Dia tidak ingin lagi melihat pemuda itu. Gadis itu sekarang sangat membenci pemuda itu. Ketika ingin melangkah, pemuda itu menahannya.

“Lepas!” pekiknya memberontak.
“Aku minta maaf, Paru” kata pemuda itu. Gadis itu menghempaskan tangan pemuda itu dengan kasar.
“Setelah apa yang kau lakukan padaku? Kau hanya meminta maaf? Keterlaluan!” kata gadis itu membentak.
“Paru, aku bisa membatalkan pernikahan ini demi kamu”

Tentu saja itu membuat gadis bernama Paruru itu terkejut. Mana mungkin, pemuda itu akan membatalkan pernikahan antara kakaknya dan dia? Itu suatu kesalahan besar yang tidak mudah untuk di maafkan. Dan sebagai tanggung jawab, pemuda itu harus menikahi kakak Paru.

Baka! Miyuki nee-chan pastinya akan sangat sakit mendengarnya. Bagaimana jika dia hamil, Sayaka?” kata Paruru emosi.
“Tapi, aku tidak menyukainya sama sekali, Paru” kata Sayaka lagi.
“Kau sudah berani melakukan hal itu padanya, Sayaka. Dan kau justruh tidak mau menanggun jawabkan semuanya? Keterlaluan!” Paruru menatap tajam pemuda itu.

Sayaka menunduk. Ia sangat merasa bersalah pada gadis yang selama ini di cintainya. Dia melakukan kesalahan besar kepada gadis itu. Malam itu terjadi padanya dan Miyuki begitu saja. Dia dalam keadaan mabuk dan memaksa Miyuki untuk melakukan hal gila.
Sayaka sudah sempat melamarnya dan undangannya pun sudah jadi, tetapi kejadian itu justruh terjadi begitu saja. Tidak mungkin, jika Sayaka akan membatalkan pernikahannya dengan Miyuki. Apalagi, jika Miyuki hamil nantinya.

“Tapi, aku masih sangat mencintaimu, Paru!” kata laki-laki itu dengan lirih.
“Aku juga masih mencintaimu, Sayaka. Tapi, apa yang kau lakukan pada kakakku itu sungguh benar-benar keterlaluan” kata Paruru tanpa menatap Sayaka.
“Waktu itu aku mabuk, Paru….”
“Cukup! Kau harus menikahi kakakku Sayaka, aku tidak mau kakakku malu, hanya karena dirimu” kata Paruru memotong ucapan Sayaka.
“Tapi, Paru….”
“Sudah! Mulai sekarang, hubungan kita berakhir.” Putusnya. Mungkin, ini jalan yang terbaik untuknya dan pemuda itu.

***

Melihatmu yang harus bersanding dengan orang lain, itu sangat menyakitkan untukku. Kau tersenyum bersama orang lain, dan aku terluka di sini karenamu. Kau bahkan tidak pernah melihatku. Walau melihat, kau hanya menatapku dengan pandangan datar. Cintamu dulu menghilang bagai di telan bumi begitu saja.

***

Paruru terduduk begitu saja di sofa rumahnya. Dia hanya bisa mendengarkan apa yang di ucapkan kedua orang tuanya, tentang pernikahan antara orang yang sangat ia cintai dengan kakak kandungnya sendiri. Hatinya sangat terluka parah.
Dan di sampingnya, Milky hanya diam dan sesekali mendesah melihatnya. Paruru, gadis itu berubah begitu saja setelah kejadian yang menimpanya dan Sayaka. Kejadian yang sama sekali tidak bisa di inginkan oleh Sayaka maupun Milky.

Sayaka. Pemuda itu kini menatap Paruru yang hanya bisa menatap kosong ke depan. Sedari tadi Paruru hanya bisa diam dan menatap kosong. Hatinya hancur, dan sekarang ia tidak mempunyai semangat sama sekali pada dirinya.
Orang yang di cintainya pergi meninggalkan bekas luka yang akan sangat lama untuk di sembuhkan. Di hatinya masih saja belum bisa menerima semua kenyataan itu. Terlalu sangat menyakitkan untuknya.

Kenapa Sayaka begitu tega kepadanya? Kenapa, takdir justruh mengubah semuanya? Kebahagiaannya? Kenapa, rasanya sangat sulit untuk dia bahagia? Apa dia memang tidak pantas untuk bahagia?
Apa Sayaka tidak pantas untuknya? Dari itu, Tuhan memisahkannya dengan pemuda itu, dengan cara seperti ini? Mungkin, Miyuki pantas untuk Sayaka. Tapi, kenapa dengan cara seperti ini? Ini sangat sakit untuknya.

Pernikahan itu akan berlangsung satu minggu lagi. Dan dia hanya bisa pasrah menerima semua kenyataan itu. Bahkan, dia tidak akan mungkin pergi ke acara pernikahan sang kakak. Tapi, jika tidak. Mungkin saja kedua orang tuanya akan marah dengannya. Di hari bahagia sang kakak, justruh dia pergi.
“Haruka, kau ingin kemana?” ibu langsung bertanya, ketika melihatnya berdiri.
Dia tidak membalasnya. Paruru langsung melangkah begitu saja. Tatapan matanya masih saja seperti tadi. Hidupnya hancur, dan bagaimana mungkin kedua orang tuanya tidak mengetahuinya sama sekali? Bukankah seharusnya dia yang menikah dengan Sayaka? Bukan kakaknya, harusnya kedua orang tuanya tahu, jika dia tengah terluka.

Miyuki berdiri, ia meminta ijin untuk melihat Paruru. Setelah mendapat ijin, dia langsung berjalan ke arah kamar gadis itu. Miyuki tahu, gadis itu pasti sangat sakit. Tanpa di ketahui olehnya, Sayaka juga mengikutinya dari belakang.
Miyuki masuk ke kamar adiknya. Dia melihat Paruru yang tengah duduk di kamar dengan pandangan matanya yang kosong. Dia benar-benar merasa bersalah dengan adiknya. Jika hal itu tidak terjadi, kejadian ini tidak akan terjadi padanya.

Gomennasai Paruru,” kata Miyuki langsung, “aku tahu, aku salah kepadamu”
“Tidak perlu meminta maaf, nee-chan. Kau tidak bersalah sama sekali!” kata Paruru membalas.

Miyuki menggeleng dengan cepat. Ia merasa jahat karena telah merebut orang yang di cintai adiknya. Dan itu merupakan kesahalan yang terbesar di dalam hidupnya, dan mungkin tidak mudah untuk di maafkan.

“Aku salah! Aku benar-benar minta maaf. Aku rela melepas Sayaka untukmu” Paruru menggeleng.
“Tidak! Lakukan saja pernikahan kalian, aku tidak akan menganggu apalagi mencoba membatalkan pernikahan itu. Kau sudah hamil sekarang dan itu ulah Sayaka” kata Paruru.

Sayaka yang mendengarnya, kemudian masuk ke dalam kamar gadis itu. Dia langsung naik ke atas kamar Paruru dan duduk di sebelah gadis itu. Sayaka mendekapnya dengan erat. Dia masih mencintai Paruru. Sungguh mencintai gadis itu.

“Maafkan aku, Paruru!” katanya menangis.
“Tidak! Kalian tidak bersalah!” kata Paruru membalas.
“Tidak! Ini kesalahanku, Paru” ucap Sayaka.
“Bukan Sayaka. Ini sudah jalan takdir. Berbahagialah, aku sangat senang jika melihat kalian bahagia”

Paruru melepas pelukannya dan kemudian ia bangkit dari kamarnya. Dia pergi. Miyuki yang memanggilnya saja, tidak ia dengar sama sekali. Kedua matanya sudah berair dan kini, air itu sudah membasahi pipinya.

“Aku mencintainya Miyuki, aku sungguh mencintainya!” kata Sayaka.
“Aku tahu. Maafkan aku Sayaka!” kata Miyuki menunduk.
“Bukan! Ini bukan salahmu, tapi salahku. Seharusnya, aku tidak menidurimu” katanya lagi.
“Tapi, kau mabuk waktu itu. Dan bodohnya, aku justruh melayanimu. Maaf, sekali lagi aku minta maaf!” Sayaka menggeleng dan kemudian, ia memeluk gadis itu.

***

Melihatmu bersanding dengan gadis lain adalah suatu hal yang mampu menyayat hatiku. Tapi, di saat aku kehilangan dirimu. Aku menjadi mengerti arti cinta, bahwa cinta itu tidak sepenuhnya saling memiliki. Ada kalanya, kita harus merelakan semua itu. Dan yakin, kebahagiaan akan datang kepada kita.

***

Hari ini adalah pernikahan antara Sayaka dan Milky. Tapi, Paruru justruh pergi ke sungai. Dia tidak sanggup jika melihat kedua insan itu. Hatinya masih tidak bisa menerima semua itu. Paruru tidak sanggup.
“Haruka!”
Dia menoleh. Dia melihat seorang pemuda yang kini menghampirinya. Di tangan pemuda itu ada sebuah bunga mawar berwarna merah. Pemuda itu adalah orang yang sangat mencintainya dengan setulus hati, selain Sayaka yang mencintainya. Yokoyama Yui. Kau bisa memanggilnya Yui.

“Haruka, ini untukmu” Yui menyodorkan bunga itu kepadanya. Pemuda itu tersenyum lebar, namun Paruru hanya menatapnya datar.

Perlahan tangannya terulur dan menerima bunga itu. Yui tersenyum, tentu saja ia senang. Ini kali pertama ia melihat Paruru menerima bunga darinya. Sudah bertahun-tahun ia mengejar gadis itu, walau gadis itu menjadi milik orang lain.
Dan ketika dia mendengar Paruru dan Sayaka akan menikah, dia tidak lagi mendekati Paruru. Hingga kabar tentang Sayaka dan Milky terdengar di telinganya, dia kembali mencoba mendekati Paruru.

Dia memanggil Paruru dengan sebutan nama aslinya. Karena, dia tidak di perbolehkan memakai nama Paruru. Alasannya, karena nama Paruru itu hanya untuk orang terdekat Paruru. Dan hanya Paruru yang menyayangi orang itu. Dan Yui bukan orang yang termasuk Paruru sayangi.

“Haruka, kau tidak pergi ke acara kakakmu?” Tanya Yui lirih. Dia takut menyakiti gadis itu.
“Tidak!” balas Paruru singkat.

Yui mendesah. Dia mencari kata-kata yang lain lagi. Yui tidak ingin Paruru semakin terluka, karena perkataanya nanti. Dia sangat takut gadis itu kembali terluka. Bahkan, dia juga terluka sekarang ini. Baginya, melihat orang yang di cintainya terluka, itu akan membuatnya semakin terluka.
Tentunya yang merasakan luka yang besar adalah Yui. Dia ingin melihat Paruru tersenyum kembali seperti dulu, tapi hati gadis itu masih terluka. Dia ingin mengobatinya, namun dia tidak tahu bagaimana caranya.

“Haruka, bagaimana jika kita jalan-jalan? Sekaligus melepas beban” Yui berbicara setelah terjadi keheningan di antara mereka.
“Aku tidak mau!” Yui menunduk. Lagi-lagi dia di tolak.
“Baiklah! Aku akan di sini menemanimu. Kau bisa bersandar di pundakku jika kau mau” kata Yui tersenyum.

Paruru mendesah, dia menoleh melihat Yui. Pemuda itu memamerkan deretan giginya. Yui hanya tidak mau melihatnya bersedih, dia ingin Paruru bahagia, setidaknya jika dia tersenyum, dia bisa membuat Paruru tersenyum. Walau sebenarnya dia tidak bisa melakukannya. Paruru tidak pernah bahagia ketika bersamanya.
Hanya Sayaka yang bisa membuat Paruru bahagia, dan dia hanya seorang pemuda yang di anggap Paruru tidak bisa melakukan apa-apa. Dia sama sekali tidak pantas untuk Paruru. Itu yang dulu Paruru katakan padanya. Tapi, nyalinya tidak pernah menurun, ketika Paruru berkata seperti itu kepadanya.

“Kau senang sekarang, karena aku sudah berpisah dengan Sayaka bukan? Itu kemauanmu, kan?” kata Paruru menatapnya tajam.
“Eh? Aku tidak pernah berfikir seperti itu. Justruh, aku sangat sedih sekarang ini, karena melihatmu sedih Haruka” kata Yui jujur.

Paruru tersenyum miris. Mungkin, Paruru tidak mempercayai dirinya. Yah… Paruru memang tidak pernah mempercayai Yui sama sekali. Semua yang keluar dari mulut Yui di anggap omong kosong belaka oleh Paruru. Terkadang itulah yang membuat Yui sakit. Karena niatan baiknya, justruh mendapat penilaian yang buruk.
Yui tersentak, ketika Paruru membuang bunga yang di berinya tepat di wajahnya. Dia menatap bunga mawar itu. Dia tidak kecewa, itu sudah biasa baginya. Dia mengambil bunga itu, sambil mendengar ucapan pedas yang keluar dari mulut Paruru.

“Laki-laki tidak tahu diri. Sampai kapan pun, aku tidak akan mencintaimu, mengerti?” Yui tidak mengambil hati perkataan gadis itu. Itu hal yang biasa, baginya.
“Hehe…. Begitu ya? Aku kemari hanya berniat menghiburmu, bukan berbahagia di atas penderitaanmu. Karena, aku juga sedih ketika melihatmu bersedih Haruka” Yui tersenyum, walau hatinya terluka.

Luka itu tercipta sudah berkali-kali, tapi Yui sama sekali menghiraukan luka itu. Baginya, melihat Paruru bahagia itu adalah hal yang terindah untuknya. Yui kembali mengulurkan tangannya, ia ingin Paruru mengambil bunga itu darinya.
Dulu pernah, dia memberikan bunga yang sama kepada Paruru. Tapi, dia harus menerima beberapa luka di wajahnya. Sayaka yang tidak menyukai kebiasannya itu. Maka dari itu, Sayaka memukulnya. Dia tidak membalas, dia hanya bisa pasrah menerimanya.

“Aku tidak butuh bunga itu!” kata Paruru.
“Walau bunga ini adalah bunga kesukaanmu? Bukankah Sayaka juga memberikan bunga yang sama kepadamu?” Tanya Yui lagi.
“Itu berbeda. Kau bukan dirinya. Kau itu hanya pemuda culun yang tidak tahu diri. Kau mengerti?” kata Paruru.
“Aku memang bukan Sayaka, tapi aku memiliki cinta yang aku berikan kepadamu. Melihatmu bahagia, adalah kebahagiaan untukku” kata Yui membalasnya lagi.
“Cih! Jangan sok manis di depanku!”  ucap Paruru.

Gadis itu berbalik dan pergi. Yui mengikuti gadis itu dari belakang, ia tidak ingin Paruru berbuat hal-hal yang aneh, karena baru putus dari Sayaka. Apalagi, Sayaka menikah dengan Milky hari ini.
“Jangan mengikuti aku!”
Yui tidak menggubrisnya sama sekali. Dia terus mengikuti Paruru, dan kini Paruru menyebrang, Yui masih ada di belakangnya, walau memberi jarak yang agak jauh dengan Paruru.

Tit! Tit! Tit!
Paruru terkejut. Dia menoleh dan melihat sebuah mobil yang sekarang berjalan dengan cepat ke arahnya, dan itu pun juga membuat Yui terkejut. Dia berlari dengan cepat, sementara gadis itu berteriak ketakutan.
Tepat, ketika mobil itu belum mendekati paruru, Yui berhasil mendorong Paruru. Tapi, Yui harus menggantikan Paruru. Dia terlempar setelah mobil itu mengenainya. Dia merasakan sesuatu yang menghujamnya.

Paruru yang ada di tepi jalan, menatapnya tidak percaya. Pemuda itu menyelamatkan nyawanya, dan sekarang Yui harus terbaring berlumuran darah di jalan. Paruru menangis, ia bangkit dan kemudian menghampiri Yui yang sudah pinsan.

“Yui! Yui, bangun!” dia menangis.
“Tolong! Tolong!” dia berteriak. Beruntung, orang yang sudah menyebabkan Yui seperti itu mau membantunya. Mereka pergi ke rumah sakit segera mungkin.

***

Aku tahu ada seseorang yang mencintaiku begitu lebih, bahkan orang itu rela mengorbankan nyawanya demi aku. Dan aku yakin, dialah orang yang tepat untukku. Mungkin, takdir sudah menggariskan takdir kita seperti ini.

***

Paruru kembali menangis, setelah mendapat kabar dari dokter tentang kesehatan Yui. Yui sembuh, dia memang senang. Tapi, pemuda itu harus kehilangan penglihatannya. Pemuda itu buta, dan itu membuat Paruru benar-benar merasa bersalah kepada pemuda itu.
Dan kini, Sayaka dan Miyuki juga pergi ke rumah sakit, baru saja mereka mendapat kabar dari Paruru. Setelah pernikahan, mereka langsung berangkat.

Paruru sudah menunggu Yui selama 5 jam lebih, karena Yui belum juga sadar sama sekali. Setelah pemuda itu sadar, pemuda itu akan terkejut. Iya, karena dia kehilangan penglihatannya. Paruru benar-benar merasa bersalah.

“Nona Shimazaki” dia menoleh.
“Ada apa suster?” tanyanya langsung.
“Pasien sudah sadar” kata suster itu.
“Aku akan menjenguknya!” suster itu mengangguk.
“Paru, aku ikut!” kata Sayaka.
“Tidak! Biarkan aku sendiri yang ke dalam, ini semua kesalahanku. Karena aku, dia seperti ini” kata Paruru melarang.

Paruru langsung melangkah. Dia memasuki ruangan pemuda itu. Dia melihat Yui yang sekarang duduk bersandar, tapi tatapan pemuda itu lurus ke depan. Tatapan matanya tidak seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di matanya. Karena matanya sudah tidak bisa di gunakan lagi.
“Siapa ya?” Tanya Yui. Mungkin, dia sadar jika ada orang yang masuk.
Paruru menangis lagi. Dia benar-benar merasa bersalah. Karena dia, Yui harus menderita seperti sekarang ini. Dia tahu, Yui hanya sebatang kara. Dan sekarang, Yui harus buta. Bagaimana bisa pemuda itu akan hidup sendiri, nantinya?

“Yui!” panggilnya.
“Ah… Haruka. Apa kau selamat? Kau tidak apa-apa? Aku khawatir denganmu” bagaimana mungkin, pemuda itu mengkhawatirkan dirinya? Sementara Yui saja terkena musibah.
“Aku selamat. Aku tidak terluka sama sekali.” Balas Paruru.
“Syukurlah, aku senang!” Yui mencoba untuk turun dari ranjang.

Tapi, Paruru segera menghampirinya. Dan menahan Yui, agar pemuda itu tidak turun dari kamarnya. Yui masih butuh istirahat.

“Jangan turun dari kasur, kau masih sakit!” kata Paruru melarang.
“Aku sudah tidak apa-apa. Mungkin aku buta, tapi aku tidak apa-apa!” Yui kembali tersenyum. Wajahnya tidak terlihat bersedih sama sekali, berbeda dengan Paruru.
“Yui…”
“Ano… Haruka, walau aku tidak bisa melihat, aku masih tetap akan memberikan bunga kepadamu. Kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan datang ke rumahmu atau ke sungai biasa” kata Yui tersenyum bahagia.

Paruru menangis lagi. Yui benar-benar menyembunyikan kesedihannya dari Paruru, tapi itu justruh membuat Paruru sangat sakit. Dia benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya, karena sudah membuat Yui seperti ini.

“Aku harus bertemu dokter sepertinya, aku ingin segera pulang Haruka!” kata Yui lagi.
“Kau masih sakit, Yui!” kata Paruru membalas.
“Siapa yang bilang? Tidak, aku tidak sakit. Aku sudah sembuh. Lihat saja” kata Yui tersenyum.
“Berhenti tersenyum seperti itu. Kau tidak bisa membohongiku!” kata Paruru menangis.
“Hei, jangan menangis! Aku tidak suka jika melihatmu menangis. Walau aku tidak bisa melihat lagi, tapi aku tetap tidak suka! Tersenyumlah, Haruka” kata Yui.
“Maafkan aku, Yui. Gomennasai!” kata Paruru.
“Eh? Kau meminta maaf? Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Aku yang tidak berhati-hati. Aku terlalu ceroboh!” kata Yui cemberut. Seolah, dia sedang bercanda.
“Ini salahku. Aku minta maaf!” Paruru memeluknya.

Yui sangat bahagia. Ini pertama kali, Paruru memeluknya. Dia benar-benar bahagia, walau kini dia juga sedih, karena kehilangan penglihatannya. Tapi, dia masih bisa tersenyum. Dan dia akan selalu tersenyum di depan gadis itu.

***

Tuhan itu memang adil. Di saat kau sudah tidak ada lagi bersamaku, dia mengirimkan seseorang untukku. Dia datang dengan cinta yang begitu indah, dan menghilangkanmu dari ingatanku. Mungkin, lebih baik jika kita seperti ini.

***

Paruru melangkah ke arah sebuah rumah yang selama ini belum ia datangi sama sekali. Itu adalah rumah Yui. Baru saja dia ke rumah sakit untuk melihat keadaan pemuda itu, namun sepertinya Yui sudah pulang.
Yui diantar oleh pihak rumah sakit. Memang keadaan pemuda itu sudah sembuh, sudah satu minggu Yui di sana dan Yui sama sekali tidak betah. Yui sangat merindukan rumahnya. Tapi, bagaimana bisa Yui hidup sendiri, jika pemuda itu buta? Itu yang di pikirkan Paruru.

“Yui!” panggilnya.
“Haruka? Kau kah itu?” Tanya Yui.

Paruru melihat pemuda itu yang berjalan dengan menggunakan tongkat. Paruru melangkah mendekati pemuda itu. Ada rasa sakit yang ia rasakan, ketika melihat pemuda itu yang berjalan dengan menggunakan tongkat.

“Iya, ini aku Yui” kata Paruru membuat Yui tersenyum.
“Ayo masuk Haruka. Maaf ya?” kata Yui.
“Untuk apa?” Paruru heran.
“Rumahku berantakan. Soalnya, sebelum kecelakaan, aku belum membereskan rumahku sama sekali” kata Yui menjelaskan.
“Tidak apa-apa” kata Paruru.

Paruru mendekat, dia membimbing Yui untuk duduk di sofa. Paruru menatap pemuda itu. Raut wajah bahagia terpampang jelas di wajah Yui. Yui bahagia, karena Paruru datang ke rumahnya. Apalagi, selama ini Paruru juga merawat Yui di rumah sakit. Mungkin, gadis itu merasa bersalah.

“Haruka, aku kan buta. Jadi, aku tidak akan lagi mengejarmu. Aku sudah tidak pantas untukmu” kata Yui.
“Kenapa kau bilang seperti itu? Kau seperti ini gara-gara aku, Yui” Yui menggeleng.
“Tidak! Ini bukan salahmu, ini salahku. Kau mengerti? Jangan salahkan dirimu sendiri, aku tidak suka. Wo Ai Ni Haruka”
“Apa itu artinya?” Tanya Paruru tidak tahu.
“Itu bahasa mandarin, Haruka. Artinya aku mencintaimu” Yui kembali tersenyum.

Paruru juga tersenyum membalasnya. Dia tahu Yui mencintainya, bahkan pemuda itu tidak menyalahkannya. Dia baru sadar, jika Yui sangat mencintainya. Kenapa, dulu dia harus membentak dan mencaci pemuda itu? Paruru menyesal sekarang.

“Yui”
“Iya, ada apa? Eh…. Bukankah kau belum minum? Aku ambilkan dulu, ya?” Paruru menggeleng.
“Tidak perlu. Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu!” kata Paruru.
“Ada apa Haruka?” Tanya Yui.
“Kau mencintaiku, bukan?” Yui tersenyum dan mengangguk.
“Aku sangat mencintaimu. Hehe…” kata Yui membalasnya.
“Menikahlah denganku, aku akan membalas semua kesalahanku serta aku akan mencintaimu”

Tentu saja itu membuat Yui terkejut. Ia tahu, Paruru tidak mencintainya sama sekali. Dan lagi, dia buta sekarang. Bagaimana bisa, dia akan menghidupi Paruru nantinya, jika dia dalam keadaan seperti ini? Itu tidak mungkin.

“Jangan Haruka. Aku ini buta. Kau tidak malu mempunyai suami seperti aku?” Tanya Yui.
“Tidak! Aku tidak malu, Yui. Tolong terima aku, aku akan menjadi istri yang baik untukmu” Yui menggeleng.
“Hehe… tidak perlu Haruka. Kau tahu? Aku sudah di pecat dari pekerjaanku, karena aku buta. Jadi, aku tidak akan bisa menafkahimu nantinya. Aku hanya akan menyusahkanmu saja. Tidak akan ada yang tertarik dengan pemuda buta sepertiku. Hehe…”

Paruru benar-benar merasa bersalah. Dan dengan menikah, ia bisa membalas perbuatannya dulu dengan Yui. Dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri, untuk mencintai Yui. Dia tahu, Yui tidak bisa hidup sendiri.
Paruru memeluk Yui dengan sangat erat, tentu saja Yui membalasnya. Dia sangat senang sekali. Sebelum kejadian itu terjadi, Paruru tidak pernah memperlakukan dirinya seperti ini. Maka dari itu, dia sangat senang.

“Yui, menikahlah denganku. Aku akan membahagiakanmu. Terima aku sebagai istrimu!”
“Aku buta Haruka, aku tidak akan mungkin bisa membahagiakanmu” Paruru menggeleng.
“Tidak! Kau bisa membahagiakan aku, kau tidak perlu melakukan apa-apa. Kau hanya perlu memberikan aku cinta. Itu sudah cukup, Yui” kata Paruru.

Paruru melepas pelukan mereka. Dia membelai pipi pemuda itu. Dari wajah tampan pemuda itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda kesedihan, justruh sebaliknya. Paruru sudah memutuskan semuanya, dan dia hanya menunggu persetujuan Yui.
“Kau mau kan, Yui?”
Paruru mendekatkan wajahnya. Dia mencium bibir pemuda itu dengan lembut, semoga Yui bisa bahagia dengan ciuman itu. Hanya dengan seperti ini, Paruru bisa membalaskan semua kesalahannya dulu kepada pemuda itu.

***

Cintanya sangat besar melebihimu. Aku akan bahagia mengambil keputusan ini, karena aku tahu dia yang terbaik untukku. Dan bukan dirimu.

***

Paruru membimbing Yui untuk memasuki rumahnya. Di dalam sana, Paruru bisa melihat kedua orang tuanya tengah menonton televise bersama dengan Miyuki dan Sayaka. Mereka menoleh, mereka menyadari kedatangan Paruru dan Yui.
Sang ibu kini menolehkan pandangannya ke arah Yui. Ibu sudah tahu keadaan Yui dari Miyuki dan Paruru. Sang ibu menyapa keduanya, yang hanya di balas senyuman oleh Paruru dan Yui.

“Bagaimana keadaanmu, Yui?” Tanya ibu setelah menyapa keduanya.
“Aku sudah membaik, bibi!” kata Yui membalas.
“Ibu, aku ingin berbicara” kata Haruka.
“Bicara apa?” Tanya ibu.
“Aku dan Yui akan segera menikah. Aku harap, ibu dan ayah merestui hubungan kami!” kata Paruru langsung.

Ucapannya membuat Sayaka terkejut sekaligus kecewa. Yui adalah musuh besar Sayaka dulu, karena Yui juga mencintai Paruru. Tapi, dia sekarang sudah berstatus menjadi milik Miyuki.
Kedua orang tuanya? Mereka tidak terkejut sama sekali. Paruru sudah menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, dan mereka menyetujui walau awalnya mereka sempat menolak, lantaran Yui buta.

“Kita merestui hubungan kalian, tenang saja Haruka” Paruru tersenyum membalasnya.
“Kau dengar itu?” Yui mengangguk senang membalas ucapan Paruru.
“Yui, bahagiakan putriku ya?” Yui mengangguk.
“Iya bibi. Aku akan membahagiakannya!” kata Yui membalas.
“Dua bulan lagi, kalian akan kami nikahkan” Yui dan Paruru tersenyum membalasnya.

***

Takdir cinta memang tak selamanya sejalan. Tapi, aku sudah memutuskannya. Dia yang terbaik untukku, dan akan membimbingku ke jalan yang benar. Aku sudah memutuskan jalan hidupku sendiri, seperti dirimu.

***

Yui duduk di bangku taman. Taman yang dekat dengan rumah Paruru. Dia tidak lagi tinggal di rumahnya sendiri, setelah Paruru mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya. Setelah mendapat restu, Yui juga tinggal di sini.
Terkadang, Sayaka menatapnya dengan kesal dan tajam. Dia ingin sekali memukul wajah Yui, namun dia menahan amarahnya. Walau begitu, Yui tidak mempedulikan semua itu. Toh, dia buta dan tidak tahu apa-apa.

“Yui!” Yui mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia tahu, itu Sayaka.
“Ada apa?” tanyanya sambil berdiri.
“Apa yang kau lakukan pada Paruru? Kenapa dia mau menikah denganmu? Apalagi kau buta sekarang. Dan aku tidak yakin, jika kau bisa membahagiakan dirinya” kata Sayaka.
“Itu sudah keputusannya. Aku sudah pernah menolaknya, dan aku juga tahu diri. Tapi, Haruka tetap memaksaku. Karena aku mencintainya, akhirnya aku mau menerimanya” kata Yui panjang lebar.

Yui sama sekali tidak tahu, jika Sayaka mengepalkan tangannya. Kedua matanya menatap Yui tajam. Akhirnya, dia menarik kerah baju Yui. Sehingga Yui tersentak, ia juga mencoba melepaskan cengkraman Sayaka.

“Eh? Lepaskan aku!” berontaknya.
“Kau harus menjauhi Paruru. Jika tidak, aku akan membunuhmu” kata Sayaka mengancam.
“Hei… bukankah kau sendiri yang melukainya? Dan kau malah menyuruhku menjauhinya? Kenapa kau ini? Kau tidak terima?”
“Iya, aku tidak terima jika kalian menikah. Aku masih mencintai Paruru!”
“Apa ini yang namanya cinta? Jika kau mencintainya, seharusnya kau tidak melukainya. Pemuda macam apa kau ini? Kau telah menyakiti hati gadis yang sangat aku sayangi. Jika, kau mencintainya, harusnya kau tidak melakukan semua itu”

Sayaka terdiam mendengar ucapan Yui. Dia hanya menatap tajam Yui, dan memukul pipi Yui hingga pipi pemuda pemuda itu memar. Dia terjatuh dan tongkatnya terlepas dari tangannya.
Dia mencoba mencari tongkatnya. Meraba-raba tanah dengan kedua tangannya, berniat mencari keberadaan tongkatnya yang jatuh.

“Ahh…” ringisnya. Dia meringis kesakitan ketika Sayaka menginjak tangannya.
“Sakit kan?” Yui tidak membalas. Dia hanya berteriak kesakitan.

Dari jauh Paruru yang melihat kejadian itu, segera menghampiri mereka. Dia mendorong tubuh Sayaka, dan dia menampar pemuda itu. Dia benar-benar sangat marah kepada pemuda itu, karena sudah berani menyakiti Yui lagi.

“Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar jahat!” katanya memaki.
“Ada apa ini?” mereka menoleh melihat Miyuki.
“Ajari suamimu agar tidak menyakiti orang lain lagi, onee-chan” kata Haruka meluapkan emosinya.
“Apa?” Miyuki menoleh melihat Sayaka yang menunduk.

Paruru mengambil tongkat Yui, dia membimbing Yui bangkit. Kemudian, mereka pergi meninggalkan sepasang suami istri itu.

“Kau tidak apa-apa?” Tanya Paruru.
“Hehe… tidak apa-apa Haruka. Sakit sih, tapi tidak parah” kata Yui tersenyum.
“Setelah kita menikah, kita tinggal di rumahmu saja, ya?” Yui mengangguk menyetujui.
“Iya, aku sangat setuju!”
“Aku yakin, kau adalah pemuda yang di kirimkan Tuhan untukku. Dan aku berjanji akan selalu mencintaimu, Yui” kata Paruru jujur.
“Aku juga akan selalu mencintaimu. Aku tidak pernah menghilangkan dirimu dari hatiku. Karena aku tahu, kau adalah satu-satunya gadis yang tinggal di hatiku.” Paruru tersenyum mendengarnya.

***

Aku berjanji akan mencintaimu selamanya. Takdir itu sudah berkehendak, jika kau sudah di putuskan untuk menjadi pendampingku. Dan aku tidak akan pernah menyesalinya. Jika ini salah, aku tetap akan bahagia. Karena bagiku, mencintaimu adalah hal yang terindah.
I
***

Hari ini adalah pernikahan antara Paruru dan Yui. Paruru sama sekali tidak malu menikah dengan pemuda itu, walau banyak tamu undangan yang membicarakan mereka. Ini sudah jalan yang ia pilih dan ia tetap akan melakukannya.
Dia melihat sosok pemuda itu yang sekarang berdiri di altar. Dia tersenyum dan meneruskan perjalannya. Dan akhirnya, mereka sudah berdiri di altar.

“Yokoyama Yui, apa kau siap untuk menjadi suami dari Shimazaki Haruka?”
“Aku sangat siap.” Yui membalasnya dengan mantap.
“Bagaimana denganmu, Shimazaki Haruka? Apa kau siap menjadi istri Yokoyama Yui dan hidup bersamanya dalam suka dan duka?”
“Aku juga sangat siap” Haruka membalasnya.

Pernikahan itu berjalan dengan lancar. Setelah pernikahan pun, Paruru membimbing Yui untuk masuk ke dalam rumah. Dia tahu, Yui pasti sangat lelah, begitu pun juga dengannya yang lelah dengan pernikahan ini.
Tapi, ia masih bahagia. Entah kenapa, rasa bahagia itu menyeruak di dalam hatinya. Dia sama sekali tidak pernah merasa bahagia seperti ini.

Yuu-kun, kau tunggu di sini dulu, aku akan pergi ke dapur untuk membuatkanmu minuman” Yui mengangguk. Yuu-kun, nama itu adalah panggilan khusus dari Paruru untuk Yui.

Sementara Yui duduk di sofa, Paruru melangkah ke arah dapur. Membuatkan mereka minuman. Di sana, dia bertemu dengan Sayaka. Dia mendesah bertemu dengan pemuda itu.

“Kenapa kau lakukan ini?” Tanya Sayaka.
“Maksudmu?” Tanya Paruru seolah tidak mengerti.
“Kenapa kau menikah dengan pemuda culun itu?” Tanya Sayaka.
“Bukan urusanmu. Urusi saja istrimu yang sedang hamil. Ingat, kita sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Bahagiakanlah kakakku, aku sangat senang melihatnya bahagia!” kata Paruru lagi.
“Aku masih mencintaimu, Paru!” kata Sayaka.
“Tapi, aku sudah melupakanmu Sayaka. Dan aku sudah mencintai Yuu-kun.” Kata Paruru.
“Tidak mungkin!”
“Memang itu yang terjadi. Dia selama ini membuatku bahagia, dan dengan adanya dia di sisiku, itu sudah cukup! Pergilah, kau harus mengurus Miyuki nee-chan, begitu juga dengan aku yang harus mengurus suamiku” katanya dan lalu pergi begitu saja. Sayaka hanya diam dan mendesah.

***

Cinta ini indah. Aku sungguh berterima kasih kepada Tuhan, karena telah mengirimkannya kepadaku, di saat kau sudah pergi dariku. Aku akan mencintainya selalu. Mencintainya dan hanya mencintainya.

***

Paruru membimbing Yui untuk masuk ke dalam kamar mereka. Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah Yui. Di sana menurutnya sangat tenang, tidak akan ada yang mengganggu mereka.
Mereka bebas melakukan apa saja di sana, dan itu yang di inginkan Yui dan Paruru. Walau awalnya, kedua orang tua meminta mereka untuk bulan madu. Tapi, Yui menolaknya dan memilih untuk pergi ke rumahnya. Ia hanya tidak ingin, jika nantinya mereka pergi bulan madu, Paruru akan di buat malu karena mempunyai suami seperti dirinya.

“Tidak apa kan, jika kita tidak bulan madu?” Paruru mengangguk.
“Tentu saja. Aku juga lelah, dan tidak ingin pergi jauh-jauh!” Yui tersenyum mendengarnya.
“Terima kasih, karena sudah mau menerimaku apa adanya” kata Yui.
“Sama-sama Yuu-kun, dan maafkan aku karena dulu pernah menyakitimu.” Kata Paruru lagi.
“Itu bukan salahmu. Aku juga sangat bahagia, karena kau sudah menjadi milikku sekarang!”
“Aku akan selalu mencintaimu, Yuu-kun!”
Wo Ai Ni Haruka” kata Yui tersenyum.
“Panggil saja aku Paruru, Yuu-kun” kata Paruru lagi.
“Hehe… iya, Paruru. Aku juga sangat mencintaimu” Paruru tersenyum mendengarnya.

Yui mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut. Sementara Paruru, hanya tersenyum melihatnya. Kemudian, ia mencium pipi Yui dengan lembut. Dan kemudian, ia memeluk Yui dan membimbing pemuda itu untuk tidur.

“Kau pasti lelah, bukan?” Yui mengangguk.
“Tidurlah! Aku selalu di sini bersamamu Yuu-kun, aku sangat mencintaimu” Paruru membenamkan wajahnya di bidang dada pemuda itu.
“Aku juga mencintaimu, Paru”

***

Inilah kisah kami. Aku sangat bahagia bersamanya. Tuhan benar-benar sangat adil, karena sudah mengirimkan dirimu kepadaku. Aku akan menjagamu dengan segenap hati dan cintaku. Hati dan seluruh cinta ini hanya ku serahkan kepadamu.

***

“Sayang, ayo makan nak!” kata Paruru pada putri kecilnya yang masih berumur 5 tahun.
“Iya ibu!” gadis kecil itu langsung menghampiri ibunya.
“Sini sayang!” kata Yui melihat putri kecilnya.

5 tahun yang lalu, tepatnya dua bulan setelah pernikahan Yui dan Paruru. Mereka mendapatkan donor mata untuk Yui, dan sekarang kehidupan mereka sudah sangat lengkap dengan datangnya putri kecil mereka.

“Sesudah makan, kau istirahat. Besok sekolah!” kata Yui.
“Iya ayah!” Yui tersenyum mendengarnya.

Gadis kecil itu adalah putri kesayangan mereka. Datangnya putri mereka, membuat Paruru semakin mencintai Yui. Dia memang tidak pernah menduga jika kehidupannya seperti ini, tapi dia sangat bahagia karena Tuhan mengirimkan Yui kepadanya.
Entah apa yang akan terjadi pada dirinya, jika Yui tidak ada. Dia mungkin akan gila, melihat Sayaka bersama dengan kakaknya sendiri. Mereka juga mempunyai seorang putri sekarang ini.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk pergi ke kamar. Putri kecil mereka, selalu tidur di gendongan Paruru. Itu sudah menjadi kebiasaan Paruru untuk menimang putri kecilnya. Putrinya tidak akan bisa tidur, sebelum di timang olehnya.

Yuu-kun, Nanami sudah tidur pulas!” kata Paruru tersenyum.
“Ya sudah, baringkan saja dia di kamar” Paruru mengangguk.
“Semoga kau mimpi indah sayang. Ibu mencintaimu” Paruru mencium kening putrinya.

Paruru menatap putrinya sejenak, kemudian ia langsung keluar bersama Yui. Mereka menuju kamar bersama. Paruru menyandarkan kepalanya di pundak Yui. Mereka duduk di kamar mereka.

“Aku lelah!” kata Yui.
“Kita tidur saja, ya?” Yui mengangguk.
“Apa kau bahagia hidup bersamaku, Paru?” Tanya Yui dan Paruru mengangguk.
“Iya. Aku sangat mencintaimu, Yuu-kun” kata Paruru jujur.
“Aku juga sangat mencintaimu, Paru! Sungguh sangat mencintaimu” Paruru memeluknya dengan sangat erat.
“Tidak aka nada laki-laki lain di hatiku. Kau orang yang menempati hatiku!”
“Kau juga, Paru!” Yui tersenyum dan mencium keningnya dengan lembut.

***

Terima kasih. Cintamu padaku, adalah hal yang sangat indah. Kau selalu dengan sabar menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Dan aku sangat bahagia dengan kehadiranmu di sisiku. Jangan pernah tinggalkan aku.

***



END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar