Author : Rena-chan
Genre : Love, Sad, Roman, and Gender Bender
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Yokoyama Yui
- Yamamoto Sayaka
- Watanabe Miyuki
Happy Reading All....
~---0---~
Apa
ini cintamu padaku? Kau membuktikannya dengan cara seperti ini? Apa kau tidak
sadar, bahwa aku sangat terluka seperti ini? Kau benar-benar makhluk terkeji di
dunia ini. Awalnya kau memberikanku air susu, namun pada akhirnya kau
memberikanku air tuba.
***
Mata indahnya kini berlinang air mata. Dadanya sangat sakit,
ketika mendengar sebuah kabar yang sangat menyakitkan untuknya. Sungguh, dia
belum mempercayai kabar itu. dia merasa masih ada di dunia alam bawah sadarnya.
Namun, mau bagaimana pun dia menolak, itu semua memang nyata.
Entah kenapa, dia harus terluka seperti ini. Seolah, takdir
sedang mempermainkannya. Hari bahagia yang akan segera datang kepadanya,
justruh tidak akan pernah datang kepadanya. Semua itu hancur hanya dalam
sekejap. Hari itu sudah mati. Dan sekarang, hatinya sangat sakit.
Tuhan sedang mengujinya, mungkin. Tapi, ujian ini sangat
berat untuk ia terima. Hatinya sangat sakit dan sangat terluka. Tentunya, luka
itu tidak mudah untuk di sembuhkan. Bahkan, orang yang melukainya saja, belum
bisa menyembuhkannya.
Butuh waktu yang lam untuk menyembuhkannya. Hatinya bagai di
sayat ribuan pedang. Hancur berkeping-keping. Dalam hatinya, dia terus
bertanya-tanya. Kenapa semua ini harus
terjadi? Kebahagiaannya menghilang hanya dalam waktu sekejap saja.
Pemuda yang selama ini ia cintai, justruh akan menikah dengan
kakak kandungnya sendiri. Sebuah kesalahan terjadi pada pemuda itu dan
kakaknya. Mereka sudah melakukan kesalahan besar. Mereka tidur bersama. Dan
kedua orang tua mereka menyuruh pemuda itu untuk segera menikahi kakaknya.
Kini, dia melihat pemuda itu. Pemuda itu duduk berhadapan di
depannya. Pemuda itu sekarang sudah menyakitinya. Dia berdiri. Dia tidak ingin
lagi melihat pemuda itu. Gadis itu sekarang sangat membenci pemuda itu. Ketika
ingin melangkah, pemuda itu menahannya.
“Lepas!” pekiknya memberontak.
“Aku minta maaf, Paru” kata pemuda itu. Gadis itu
menghempaskan tangan pemuda itu dengan kasar.
“Setelah apa yang kau lakukan padaku? Kau hanya meminta maaf?
Keterlaluan!” kata gadis itu membentak.
“Paru, aku bisa membatalkan pernikahan ini demi kamu”
Tentu saja itu membuat gadis bernama Paruru itu terkejut.
Mana mungkin, pemuda itu akan membatalkan pernikahan antara kakaknya dan dia?
Itu suatu kesalahan besar yang tidak mudah untuk di maafkan. Dan sebagai
tanggung jawab, pemuda itu harus menikahi kakak Paru.
“Baka! Miyuki nee-chan pastinya akan sangat sakit
mendengarnya. Bagaimana jika dia hamil, Sayaka?” kata Paruru emosi.
“Tapi, aku tidak menyukainya sama sekali, Paru” kata Sayaka
lagi.
“Kau sudah berani melakukan hal itu padanya, Sayaka. Dan kau
justruh tidak mau menanggun jawabkan semuanya? Keterlaluan!” Paruru menatap
tajam pemuda itu.
Sayaka menunduk. Ia sangat merasa bersalah pada gadis yang
selama ini di cintainya. Dia melakukan kesalahan besar kepada gadis itu. Malam
itu terjadi padanya dan Miyuki begitu saja. Dia dalam keadaan mabuk dan memaksa
Miyuki untuk melakukan hal gila.
Sayaka sudah sempat melamarnya dan undangannya pun sudah
jadi, tetapi kejadian itu justruh terjadi begitu saja. Tidak mungkin, jika
Sayaka akan membatalkan pernikahannya dengan Miyuki. Apalagi, jika Miyuki hamil
nantinya.
“Tapi, aku masih sangat mencintaimu, Paru!” kata laki-laki
itu dengan lirih.
“Aku juga masih mencintaimu, Sayaka. Tapi, apa yang kau
lakukan pada kakakku itu sungguh benar-benar keterlaluan” kata Paruru tanpa
menatap Sayaka.
“Waktu itu aku mabuk, Paru….”
“Cukup! Kau harus menikahi kakakku Sayaka, aku tidak mau
kakakku malu, hanya karena dirimu” kata Paruru memotong ucapan Sayaka.
“Tapi, Paru….”
“Sudah! Mulai sekarang, hubungan kita berakhir.” Putusnya.
Mungkin, ini jalan yang terbaik untuknya dan pemuda itu.
***
Melihatmu yang harus
bersanding dengan orang lain, itu sangat menyakitkan untukku. Kau tersenyum
bersama orang lain, dan aku terluka di sini karenamu. Kau bahkan tidak pernah
melihatku. Walau melihat, kau hanya menatapku dengan pandangan datar. Cintamu
dulu menghilang bagai di telan bumi begitu saja.
***
Paruru
terduduk begitu saja di sofa rumahnya. Dia hanya bisa mendengarkan apa yang di
ucapkan kedua orang tuanya, tentang pernikahan antara orang yang sangat ia
cintai dengan kakak kandungnya sendiri. Hatinya sangat terluka parah.
Dan
di sampingnya, Milky hanya diam dan sesekali mendesah melihatnya. Paruru, gadis
itu berubah begitu saja setelah kejadian yang menimpanya dan Sayaka. Kejadian
yang sama sekali tidak bisa di inginkan oleh Sayaka maupun Milky.
Sayaka.
Pemuda itu kini menatap Paruru yang hanya bisa menatap kosong ke depan. Sedari
tadi Paruru hanya bisa diam dan menatap kosong. Hatinya hancur, dan sekarang ia
tidak mempunyai semangat sama sekali pada dirinya.
Orang
yang di cintainya pergi meninggalkan bekas luka yang akan sangat lama untuk di
sembuhkan. Di hatinya masih saja belum bisa menerima semua kenyataan itu. Terlalu
sangat menyakitkan untuknya.
Kenapa
Sayaka begitu tega kepadanya? Kenapa, takdir justruh mengubah semuanya?
Kebahagiaannya? Kenapa, rasanya sangat sulit untuk dia bahagia? Apa dia memang
tidak pantas untuk bahagia?
Apa
Sayaka tidak pantas untuknya? Dari itu, Tuhan memisahkannya dengan pemuda itu,
dengan cara seperti ini? Mungkin, Miyuki pantas untuk Sayaka. Tapi, kenapa
dengan cara seperti ini? Ini sangat sakit untuknya.
Pernikahan
itu akan berlangsung satu minggu lagi. Dan dia hanya bisa pasrah menerima semua
kenyataan itu. Bahkan, dia tidak akan mungkin pergi ke acara pernikahan sang
kakak. Tapi, jika tidak. Mungkin saja kedua orang tuanya akan marah dengannya.
Di hari bahagia sang kakak, justruh dia pergi.
“Haruka,
kau ingin kemana?” ibu langsung bertanya, ketika melihatnya berdiri.
Dia
tidak membalasnya. Paruru langsung melangkah begitu saja. Tatapan matanya masih
saja seperti tadi. Hidupnya hancur, dan bagaimana mungkin kedua orang tuanya
tidak mengetahuinya sama sekali? Bukankah seharusnya dia yang menikah dengan
Sayaka? Bukan kakaknya, harusnya kedua orang tuanya tahu, jika dia tengah
terluka.
Miyuki
berdiri, ia meminta ijin untuk melihat Paruru. Setelah mendapat ijin, dia
langsung berjalan ke arah kamar gadis itu. Miyuki tahu, gadis itu pasti sangat
sakit. Tanpa di ketahui olehnya, Sayaka juga mengikutinya dari belakang.
Miyuki
masuk ke kamar adiknya. Dia melihat Paruru yang tengah duduk di kamar dengan
pandangan matanya yang kosong. Dia benar-benar merasa bersalah dengan adiknya.
Jika hal itu tidak terjadi, kejadian ini tidak akan terjadi padanya.
“Gomennasai Paruru,” kata Miyuki
langsung, “aku tahu, aku salah kepadamu”
“Tidak
perlu meminta maaf, nee-chan. Kau
tidak bersalah sama sekali!” kata Paruru membalas.
Miyuki
menggeleng dengan cepat. Ia merasa jahat karena telah merebut orang yang di
cintai adiknya. Dan itu merupakan kesahalan yang terbesar di dalam hidupnya,
dan mungkin tidak mudah untuk di maafkan.
“Aku
salah! Aku benar-benar minta maaf. Aku rela melepas Sayaka untukmu” Paruru menggeleng.
“Tidak!
Lakukan saja pernikahan kalian, aku tidak akan menganggu apalagi mencoba
membatalkan pernikahan itu. Kau sudah hamil sekarang dan itu ulah Sayaka” kata
Paruru.
Sayaka
yang mendengarnya, kemudian masuk ke dalam kamar gadis itu. Dia langsung naik
ke atas kamar Paruru dan duduk di sebelah gadis itu. Sayaka mendekapnya dengan
erat. Dia masih mencintai Paruru. Sungguh mencintai gadis itu.
“Maafkan
aku, Paruru!” katanya menangis.
“Tidak!
Kalian tidak bersalah!” kata Paruru membalas.
“Tidak!
Ini kesalahanku, Paru” ucap Sayaka.
“Bukan
Sayaka. Ini sudah jalan takdir. Berbahagialah, aku sangat senang jika melihat
kalian bahagia”
Paruru
melepas pelukannya dan kemudian ia bangkit dari kamarnya. Dia pergi. Miyuki
yang memanggilnya saja, tidak ia dengar sama sekali. Kedua matanya sudah berair
dan kini, air itu sudah membasahi pipinya.
“Aku
mencintainya Miyuki, aku sungguh mencintainya!” kata Sayaka.
“Aku
tahu. Maafkan aku Sayaka!” kata Miyuki menunduk.
“Bukan!
Ini bukan salahmu, tapi salahku. Seharusnya, aku tidak menidurimu” katanya
lagi.
“Tapi,
kau mabuk waktu itu. Dan bodohnya, aku justruh melayanimu. Maaf, sekali lagi
aku minta maaf!” Sayaka menggeleng dan kemudian, ia memeluk gadis itu.
***
Melihatmu bersanding
dengan gadis lain adalah suatu hal yang mampu menyayat hatiku. Tapi, di saat
aku kehilangan dirimu. Aku menjadi mengerti arti cinta, bahwa cinta itu tidak
sepenuhnya saling memiliki. Ada kalanya, kita harus merelakan semua itu. Dan
yakin, kebahagiaan akan datang kepada kita.
***
Hari
ini adalah pernikahan antara Sayaka dan Milky. Tapi, Paruru justruh pergi ke
sungai. Dia tidak sanggup jika melihat kedua insan itu. Hatinya masih tidak
bisa menerima semua itu. Paruru tidak sanggup.
“Haruka!”
Dia
menoleh. Dia melihat seorang pemuda yang kini menghampirinya. Di tangan pemuda
itu ada sebuah bunga mawar berwarna merah. Pemuda itu adalah orang yang sangat
mencintainya dengan setulus hati, selain Sayaka yang mencintainya. Yokoyama
Yui. Kau bisa memanggilnya Yui.
“Haruka,
ini untukmu” Yui menyodorkan bunga itu kepadanya. Pemuda itu tersenyum lebar,
namun Paruru hanya menatapnya datar.
Perlahan
tangannya terulur dan menerima bunga itu. Yui tersenyum, tentu saja ia senang.
Ini kali pertama ia melihat Paruru menerima bunga darinya. Sudah bertahun-tahun
ia mengejar gadis itu, walau gadis itu menjadi milik orang lain.
Dan
ketika dia mendengar Paruru dan Sayaka akan menikah, dia tidak lagi mendekati
Paruru. Hingga kabar tentang Sayaka dan Milky terdengar di telinganya, dia
kembali mencoba mendekati Paruru.
Dia
memanggil Paruru dengan sebutan nama aslinya. Karena, dia tidak di perbolehkan
memakai nama Paruru. Alasannya, karena nama Paruru itu hanya untuk orang
terdekat Paruru. Dan hanya Paruru yang menyayangi orang itu. Dan Yui bukan
orang yang termasuk Paruru sayangi.
“Haruka,
kau tidak pergi ke acara kakakmu?” Tanya Yui lirih. Dia takut menyakiti gadis
itu.
“Tidak!”
balas Paruru singkat.
Yui
mendesah. Dia mencari kata-kata yang lain lagi. Yui tidak ingin Paruru semakin
terluka, karena perkataanya nanti. Dia sangat takut gadis itu kembali terluka.
Bahkan, dia juga terluka sekarang ini. Baginya, melihat orang yang di cintainya
terluka, itu akan membuatnya semakin terluka.
Tentunya
yang merasakan luka yang besar adalah Yui. Dia ingin melihat Paruru tersenyum
kembali seperti dulu, tapi hati gadis itu masih terluka. Dia ingin
mengobatinya, namun dia tidak tahu bagaimana caranya.
“Haruka,
bagaimana jika kita jalan-jalan? Sekaligus melepas beban” Yui berbicara setelah
terjadi keheningan di antara mereka.
“Aku
tidak mau!” Yui menunduk. Lagi-lagi dia di tolak.
“Baiklah!
Aku akan di sini menemanimu. Kau bisa bersandar di pundakku jika kau mau” kata
Yui tersenyum.
Paruru
mendesah, dia menoleh melihat Yui. Pemuda itu memamerkan deretan giginya. Yui
hanya tidak mau melihatnya bersedih, dia ingin Paruru bahagia, setidaknya jika
dia tersenyum, dia bisa membuat Paruru tersenyum. Walau sebenarnya dia tidak
bisa melakukannya. Paruru tidak pernah bahagia ketika bersamanya.
Hanya
Sayaka yang bisa membuat Paruru bahagia, dan dia hanya seorang pemuda yang di
anggap Paruru tidak bisa melakukan apa-apa. Dia sama sekali tidak pantas untuk
Paruru. Itu yang dulu Paruru katakan padanya. Tapi, nyalinya tidak pernah
menurun, ketika Paruru berkata seperti itu kepadanya.
“Kau
senang sekarang, karena aku sudah berpisah dengan Sayaka bukan? Itu kemauanmu,
kan?” kata Paruru menatapnya tajam.
“Eh?
Aku tidak pernah berfikir seperti itu. Justruh, aku sangat sedih sekarang ini,
karena melihatmu sedih Haruka” kata Yui jujur.
Paruru
tersenyum miris. Mungkin, Paruru tidak mempercayai dirinya. Yah… Paruru memang
tidak pernah mempercayai Yui sama sekali. Semua yang keluar dari mulut Yui di
anggap omong kosong belaka oleh Paruru. Terkadang itulah yang membuat Yui
sakit. Karena niatan baiknya, justruh mendapat penilaian yang buruk.
Yui
tersentak, ketika Paruru membuang bunga yang di berinya tepat di wajahnya. Dia
menatap bunga mawar itu. Dia tidak kecewa, itu sudah biasa baginya. Dia
mengambil bunga itu, sambil mendengar ucapan pedas yang keluar dari mulut
Paruru.
“Laki-laki
tidak tahu diri. Sampai kapan pun, aku tidak akan mencintaimu, mengerti?” Yui
tidak mengambil hati perkataan gadis itu. Itu hal yang biasa, baginya.
“Hehe….
Begitu ya? Aku kemari hanya berniat menghiburmu, bukan berbahagia di atas
penderitaanmu. Karena, aku juga sedih ketika melihatmu bersedih Haruka” Yui
tersenyum, walau hatinya terluka.
Luka
itu tercipta sudah berkali-kali, tapi Yui sama sekali menghiraukan luka itu.
Baginya, melihat Paruru bahagia itu adalah hal yang terindah untuknya. Yui
kembali mengulurkan tangannya, ia ingin Paruru mengambil bunga itu darinya.
Dulu
pernah, dia memberikan bunga yang sama kepada Paruru. Tapi, dia harus menerima
beberapa luka di wajahnya. Sayaka yang tidak menyukai kebiasannya itu. Maka
dari itu, Sayaka memukulnya. Dia tidak membalas, dia hanya bisa pasrah
menerimanya.
“Aku
tidak butuh bunga itu!” kata Paruru.
“Walau
bunga ini adalah bunga kesukaanmu? Bukankah Sayaka juga memberikan bunga yang
sama kepadamu?” Tanya Yui lagi.
“Itu
berbeda. Kau bukan dirinya. Kau itu hanya pemuda culun yang tidak tahu diri.
Kau mengerti?” kata Paruru.
“Aku
memang bukan Sayaka, tapi aku memiliki cinta yang aku berikan kepadamu.
Melihatmu bahagia, adalah kebahagiaan untukku” kata Yui membalasnya lagi.
“Cih!
Jangan sok manis di depanku!” ucap
Paruru.
Gadis
itu berbalik dan pergi. Yui mengikuti gadis itu dari belakang, ia tidak ingin
Paruru berbuat hal-hal yang aneh, karena baru putus dari Sayaka. Apalagi,
Sayaka menikah dengan Milky hari ini.
“Jangan
mengikuti aku!”
Yui
tidak menggubrisnya sama sekali. Dia terus mengikuti Paruru, dan kini Paruru
menyebrang, Yui masih ada di belakangnya, walau memberi jarak yang agak jauh
dengan Paruru.
Tit!
Tit! Tit!
Paruru
terkejut. Dia menoleh dan melihat sebuah mobil yang sekarang berjalan dengan
cepat ke arahnya, dan itu pun juga membuat Yui terkejut. Dia berlari dengan
cepat, sementara gadis itu berteriak ketakutan.
Tepat,
ketika mobil itu belum mendekati paruru, Yui berhasil mendorong Paruru. Tapi,
Yui harus menggantikan Paruru. Dia terlempar setelah mobil itu mengenainya. Dia
merasakan sesuatu yang menghujamnya.
Paruru
yang ada di tepi jalan, menatapnya tidak percaya. Pemuda itu menyelamatkan
nyawanya, dan sekarang Yui harus terbaring berlumuran darah di jalan. Paruru
menangis, ia bangkit dan kemudian menghampiri Yui yang sudah pinsan.
“Yui!
Yui, bangun!” dia menangis.
“Tolong!
Tolong!” dia berteriak. Beruntung, orang yang sudah menyebabkan Yui seperti itu
mau membantunya. Mereka pergi ke rumah sakit segera mungkin.
***
Aku tahu ada seseorang
yang mencintaiku begitu lebih, bahkan orang itu rela mengorbankan nyawanya demi
aku. Dan aku yakin, dialah orang yang tepat untukku. Mungkin, takdir sudah
menggariskan takdir kita seperti ini.
***
Paruru
kembali menangis, setelah mendapat kabar dari dokter tentang kesehatan Yui. Yui
sembuh, dia memang senang. Tapi, pemuda itu harus kehilangan penglihatannya.
Pemuda itu buta, dan itu membuat Paruru benar-benar merasa bersalah kepada
pemuda itu.
Dan
kini, Sayaka dan Miyuki juga pergi ke rumah sakit, baru saja mereka mendapat
kabar dari Paruru. Setelah pernikahan, mereka langsung berangkat.
Paruru
sudah menunggu Yui selama 5 jam lebih, karena Yui belum juga sadar sama sekali.
Setelah pemuda itu sadar, pemuda itu akan terkejut. Iya, karena dia kehilangan
penglihatannya. Paruru benar-benar merasa bersalah.
“Nona
Shimazaki” dia menoleh.
“Ada
apa suster?” tanyanya langsung.
“Pasien
sudah sadar” kata suster itu.
“Aku
akan menjenguknya!” suster itu mengangguk.
“Paru,
aku ikut!” kata Sayaka.
“Tidak!
Biarkan aku sendiri yang ke dalam, ini semua kesalahanku. Karena aku, dia
seperti ini” kata Paruru melarang.
Paruru
langsung melangkah. Dia memasuki ruangan pemuda itu. Dia melihat Yui yang
sekarang duduk bersandar, tapi tatapan pemuda itu lurus ke depan. Tatapan
matanya tidak seperti biasanya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di matanya.
Karena matanya sudah tidak bisa di gunakan lagi.
“Siapa
ya?” Tanya Yui. Mungkin, dia sadar jika ada orang yang masuk.
Paruru
menangis lagi. Dia benar-benar merasa bersalah. Karena dia, Yui harus menderita
seperti sekarang ini. Dia tahu, Yui hanya sebatang kara. Dan sekarang, Yui
harus buta. Bagaimana bisa pemuda itu akan hidup sendiri, nantinya?
“Yui!”
panggilnya.
“Ah…
Haruka. Apa kau selamat? Kau tidak apa-apa? Aku khawatir denganmu” bagaimana
mungkin, pemuda itu mengkhawatirkan dirinya? Sementara Yui saja terkena
musibah.
“Aku
selamat. Aku tidak terluka sama sekali.” Balas Paruru.
“Syukurlah,
aku senang!” Yui mencoba untuk turun dari ranjang.
Tapi,
Paruru segera menghampirinya. Dan menahan Yui, agar pemuda itu tidak turun dari
kamarnya. Yui masih butuh istirahat.
“Jangan
turun dari kasur, kau masih sakit!” kata Paruru melarang.
“Aku
sudah tidak apa-apa. Mungkin aku buta, tapi aku tidak apa-apa!” Yui kembali
tersenyum. Wajahnya tidak terlihat bersedih sama sekali, berbeda dengan Paruru.
“Yui…”
“Ano…
Haruka, walau aku tidak bisa melihat, aku masih tetap akan memberikan bunga
kepadamu. Kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan datang ke rumahmu atau ke
sungai biasa” kata Yui tersenyum bahagia.
Paruru
menangis lagi. Yui benar-benar menyembunyikan kesedihannya dari Paruru, tapi
itu justruh membuat Paruru sangat sakit. Dia benar-benar tidak bisa memaafkan
dirinya, karena sudah membuat Yui seperti ini.
“Aku
harus bertemu dokter sepertinya, aku ingin segera pulang Haruka!” kata Yui
lagi.
“Kau
masih sakit, Yui!” kata Paruru membalas.
“Siapa
yang bilang? Tidak, aku tidak sakit. Aku sudah sembuh. Lihat saja” kata Yui
tersenyum.
“Berhenti
tersenyum seperti itu. Kau tidak bisa membohongiku!” kata Paruru menangis.
“Hei,
jangan menangis! Aku tidak suka jika melihatmu menangis. Walau aku tidak bisa
melihat lagi, tapi aku tetap tidak suka! Tersenyumlah, Haruka” kata Yui.
“Maafkan
aku, Yui. Gomennasai!” kata Paruru.
“Eh?
Kau meminta maaf? Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Aku yang tidak
berhati-hati. Aku terlalu ceroboh!” kata Yui cemberut. Seolah, dia sedang
bercanda.
“Ini
salahku. Aku minta maaf!” Paruru memeluknya.
Yui
sangat bahagia. Ini pertama kali, Paruru memeluknya. Dia benar-benar bahagia,
walau kini dia juga sedih, karena kehilangan penglihatannya. Tapi, dia masih
bisa tersenyum. Dan dia akan selalu tersenyum di depan gadis itu.
***
Tuhan itu memang adil.
Di saat kau sudah tidak ada lagi bersamaku, dia mengirimkan seseorang untukku.
Dia datang dengan cinta yang begitu indah, dan menghilangkanmu dari ingatanku.
Mungkin, lebih baik jika kita seperti ini.
***
Paruru
melangkah ke arah sebuah rumah yang selama ini belum ia datangi sama sekali.
Itu adalah rumah Yui. Baru saja dia ke rumah sakit untuk melihat keadaan pemuda
itu, namun sepertinya Yui sudah pulang.
Yui
diantar oleh pihak rumah sakit. Memang keadaan pemuda itu sudah sembuh, sudah
satu minggu Yui di sana dan Yui sama sekali tidak betah. Yui sangat merindukan
rumahnya. Tapi, bagaimana bisa Yui hidup sendiri, jika pemuda itu buta? Itu
yang di pikirkan Paruru.
“Yui!”
panggilnya.
“Haruka?
Kau kah itu?” Tanya Yui.
Paruru
melihat pemuda itu yang berjalan dengan menggunakan tongkat. Paruru melangkah
mendekati pemuda itu. Ada rasa sakit yang ia rasakan, ketika melihat pemuda itu
yang berjalan dengan menggunakan tongkat.
“Iya,
ini aku Yui” kata Paruru membuat Yui tersenyum.
“Ayo
masuk Haruka. Maaf ya?” kata Yui.
“Untuk
apa?” Paruru heran.
“Rumahku
berantakan. Soalnya, sebelum kecelakaan, aku belum membereskan rumahku sama
sekali” kata Yui menjelaskan.
“Tidak
apa-apa” kata Paruru.
Paruru
mendekat, dia membimbing Yui untuk duduk di sofa. Paruru menatap pemuda itu.
Raut wajah bahagia terpampang jelas di wajah Yui. Yui bahagia, karena Paruru
datang ke rumahnya. Apalagi, selama ini Paruru juga merawat Yui di rumah sakit.
Mungkin, gadis itu merasa bersalah.
“Haruka,
aku kan buta. Jadi, aku tidak akan lagi mengejarmu. Aku sudah tidak pantas
untukmu” kata Yui.
“Kenapa
kau bilang seperti itu? Kau seperti ini gara-gara aku, Yui” Yui menggeleng.
“Tidak!
Ini bukan salahmu, ini salahku. Kau mengerti? Jangan salahkan dirimu sendiri,
aku tidak suka. Wo Ai Ni Haruka”
“Apa
itu artinya?” Tanya Paruru tidak tahu.
“Itu
bahasa mandarin, Haruka. Artinya aku mencintaimu” Yui kembali tersenyum.
Paruru
juga tersenyum membalasnya. Dia tahu Yui mencintainya, bahkan pemuda itu tidak
menyalahkannya. Dia baru sadar, jika Yui sangat mencintainya. Kenapa, dulu dia
harus membentak dan mencaci pemuda itu? Paruru menyesal sekarang.
“Yui”
“Iya,
ada apa? Eh…. Bukankah kau belum minum? Aku ambilkan dulu, ya?” Paruru
menggeleng.
“Tidak
perlu. Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu!” kata Paruru.
“Ada
apa Haruka?” Tanya Yui.
“Kau
mencintaiku, bukan?” Yui tersenyum dan mengangguk.
“Aku
sangat mencintaimu. Hehe…” kata Yui membalasnya.
“Menikahlah
denganku, aku akan membalas semua kesalahanku serta aku akan mencintaimu”
Tentu
saja itu membuat Yui terkejut. Ia tahu, Paruru tidak mencintainya sama sekali.
Dan lagi, dia buta sekarang. Bagaimana bisa, dia akan menghidupi Paruru
nantinya, jika dia dalam keadaan seperti ini? Itu tidak mungkin.
“Jangan
Haruka. Aku ini buta. Kau tidak malu mempunyai suami seperti aku?” Tanya Yui.
“Tidak!
Aku tidak malu, Yui. Tolong terima aku, aku akan menjadi istri yang baik
untukmu” Yui menggeleng.
“Hehe…
tidak perlu Haruka. Kau tahu? Aku sudah di pecat dari pekerjaanku, karena aku
buta. Jadi, aku tidak akan bisa menafkahimu nantinya. Aku hanya akan
menyusahkanmu saja. Tidak akan ada yang tertarik dengan pemuda buta sepertiku.
Hehe…”
Paruru
benar-benar merasa bersalah. Dan dengan menikah, ia bisa membalas perbuatannya
dulu dengan Yui. Dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri, untuk mencintai
Yui. Dia tahu, Yui tidak bisa hidup sendiri.
Paruru
memeluk Yui dengan sangat erat, tentu saja Yui membalasnya. Dia sangat senang
sekali. Sebelum kejadian itu terjadi, Paruru tidak pernah memperlakukan dirinya
seperti ini. Maka dari itu, dia sangat senang.
“Yui,
menikahlah denganku. Aku akan membahagiakanmu. Terima aku sebagai istrimu!”
“Aku
buta Haruka, aku tidak akan mungkin bisa membahagiakanmu” Paruru menggeleng.
“Tidak!
Kau bisa membahagiakan aku, kau tidak perlu melakukan apa-apa. Kau hanya perlu
memberikan aku cinta. Itu sudah cukup, Yui” kata Paruru.
Paruru
melepas pelukan mereka. Dia membelai pipi pemuda itu. Dari wajah tampan pemuda
itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda kesedihan, justruh sebaliknya. Paruru
sudah memutuskan semuanya, dan dia hanya menunggu persetujuan Yui.
“Kau
mau kan, Yui?”
Paruru
mendekatkan wajahnya. Dia mencium bibir pemuda itu dengan lembut, semoga Yui
bisa bahagia dengan ciuman itu. Hanya dengan seperti ini, Paruru bisa
membalaskan semua kesalahannya dulu kepada pemuda itu.
***
Cintanya sangat besar
melebihimu. Aku akan bahagia mengambil keputusan ini, karena aku tahu dia yang
terbaik untukku. Dan bukan dirimu.
***
Paruru
membimbing Yui untuk memasuki rumahnya. Di dalam sana, Paruru bisa melihat
kedua orang tuanya tengah menonton televise bersama dengan Miyuki dan Sayaka.
Mereka menoleh, mereka menyadari kedatangan Paruru dan Yui.
Sang
ibu kini menolehkan pandangannya ke arah Yui. Ibu sudah tahu keadaan Yui dari
Miyuki dan Paruru. Sang ibu menyapa keduanya, yang hanya di balas senyuman oleh
Paruru dan Yui.
“Bagaimana
keadaanmu, Yui?” Tanya ibu setelah menyapa keduanya.
“Aku
sudah membaik, bibi!” kata Yui membalas.
“Ibu,
aku ingin berbicara” kata Haruka.
“Bicara
apa?” Tanya ibu.
“Aku
dan Yui akan segera menikah. Aku harap, ibu dan ayah merestui hubungan kami!”
kata Paruru langsung.
Ucapannya
membuat Sayaka terkejut sekaligus kecewa. Yui adalah musuh besar Sayaka dulu,
karena Yui juga mencintai Paruru. Tapi, dia sekarang sudah berstatus menjadi
milik Miyuki.
Kedua
orang tuanya? Mereka tidak terkejut sama sekali. Paruru sudah menceritakan
semuanya kepada kedua orang tuanya, dan mereka menyetujui walau awalnya mereka
sempat menolak, lantaran Yui buta.
“Kita
merestui hubungan kalian, tenang saja Haruka” Paruru tersenyum membalasnya.
“Kau
dengar itu?” Yui mengangguk senang membalas ucapan Paruru.
“Yui,
bahagiakan putriku ya?” Yui mengangguk.
“Iya
bibi. Aku akan membahagiakannya!” kata Yui membalas.
“Dua
bulan lagi, kalian akan kami nikahkan” Yui dan Paruru tersenyum membalasnya.
***
Takdir cinta memang tak
selamanya sejalan. Tapi, aku sudah memutuskannya. Dia yang terbaik untukku, dan
akan membimbingku ke jalan yang benar. Aku sudah memutuskan jalan hidupku
sendiri, seperti dirimu.
***
Yui
duduk di bangku taman. Taman yang dekat dengan rumah Paruru. Dia tidak lagi
tinggal di rumahnya sendiri, setelah Paruru mendapatkan ijin dari kedua orang
tuanya. Setelah mendapat restu, Yui juga tinggal di sini.
Terkadang,
Sayaka menatapnya dengan kesal dan tajam. Dia ingin sekali memukul wajah Yui,
namun dia menahan amarahnya. Walau begitu, Yui tidak mempedulikan semua itu.
Toh, dia buta dan tidak tahu apa-apa.
“Yui!”
Yui mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia tahu, itu Sayaka.
“Ada
apa?” tanyanya sambil berdiri.
“Apa
yang kau lakukan pada Paruru? Kenapa dia mau menikah denganmu? Apalagi kau buta
sekarang. Dan aku tidak yakin, jika kau bisa membahagiakan dirinya” kata
Sayaka.
“Itu
sudah keputusannya. Aku sudah pernah menolaknya, dan aku juga tahu diri. Tapi,
Haruka tetap memaksaku. Karena aku mencintainya, akhirnya aku mau menerimanya”
kata Yui panjang lebar.
Yui
sama sekali tidak tahu, jika Sayaka mengepalkan tangannya. Kedua matanya
menatap Yui tajam. Akhirnya, dia menarik kerah baju Yui. Sehingga Yui
tersentak, ia juga mencoba melepaskan cengkraman Sayaka.
“Eh?
Lepaskan aku!” berontaknya.
“Kau
harus menjauhi Paruru. Jika tidak, aku akan membunuhmu” kata Sayaka mengancam.
“Hei…
bukankah kau sendiri yang melukainya? Dan kau malah menyuruhku menjauhinya?
Kenapa kau ini? Kau tidak terima?”
“Iya,
aku tidak terima jika kalian menikah. Aku masih mencintai Paruru!”
“Apa
ini yang namanya cinta? Jika kau mencintainya, seharusnya kau tidak melukainya.
Pemuda macam apa kau ini? Kau telah menyakiti hati gadis yang sangat aku
sayangi. Jika, kau mencintainya, harusnya kau tidak melakukan semua itu”
Sayaka
terdiam mendengar ucapan Yui. Dia hanya menatap tajam Yui, dan memukul pipi Yui
hingga pipi pemuda pemuda itu memar. Dia terjatuh dan tongkatnya terlepas dari
tangannya.
Dia
mencoba mencari tongkatnya. Meraba-raba tanah dengan kedua tangannya, berniat
mencari keberadaan tongkatnya yang jatuh.
“Ahh…”
ringisnya. Dia meringis kesakitan ketika Sayaka menginjak tangannya.
“Sakit
kan?” Yui tidak membalas. Dia hanya berteriak kesakitan.
Dari
jauh Paruru yang melihat kejadian itu, segera menghampiri mereka. Dia mendorong
tubuh Sayaka, dan dia menampar pemuda itu. Dia benar-benar sangat marah kepada
pemuda itu, karena sudah berani menyakiti Yui lagi.
“Apa
yang kau lakukan? Kau benar-benar jahat!” katanya memaki.
“Ada
apa ini?” mereka menoleh melihat Miyuki.
“Ajari
suamimu agar tidak menyakiti orang lain lagi, onee-chan” kata Haruka meluapkan emosinya.
“Apa?”
Miyuki menoleh melihat Sayaka yang menunduk.
Paruru
mengambil tongkat Yui, dia membimbing Yui bangkit. Kemudian, mereka pergi
meninggalkan sepasang suami istri itu.
“Kau
tidak apa-apa?” Tanya Paruru.
“Hehe…
tidak apa-apa Haruka. Sakit sih, tapi tidak parah” kata Yui tersenyum.
“Setelah
kita menikah, kita tinggal di rumahmu saja, ya?” Yui mengangguk menyetujui.
“Iya,
aku sangat setuju!”
“Aku
yakin, kau adalah pemuda yang di kirimkan Tuhan untukku. Dan aku berjanji akan
selalu mencintaimu, Yui” kata Paruru jujur.
“Aku
juga akan selalu mencintaimu. Aku tidak pernah menghilangkan dirimu dari
hatiku. Karena aku tahu, kau adalah satu-satunya gadis yang tinggal di hatiku.”
Paruru tersenyum mendengarnya.
***
Aku berjanji akan
mencintaimu selamanya. Takdir itu sudah berkehendak, jika kau sudah di putuskan
untuk menjadi pendampingku. Dan aku tidak akan pernah menyesalinya. Jika ini
salah, aku tetap akan bahagia. Karena bagiku, mencintaimu adalah hal yang
terindah.
I
***
Hari
ini adalah pernikahan antara Paruru dan Yui. Paruru sama sekali tidak malu
menikah dengan pemuda itu, walau banyak tamu undangan yang membicarakan mereka.
Ini sudah jalan yang ia pilih dan ia tetap akan melakukannya.
Dia
melihat sosok pemuda itu yang sekarang berdiri di altar. Dia tersenyum dan
meneruskan perjalannya. Dan akhirnya, mereka sudah berdiri di altar.
“Yokoyama
Yui, apa kau siap untuk menjadi suami dari Shimazaki Haruka?”
“Aku
sangat siap.” Yui membalasnya dengan mantap.
“Bagaimana
denganmu, Shimazaki Haruka? Apa kau siap menjadi istri Yokoyama Yui dan hidup
bersamanya dalam suka dan duka?”
“Aku
juga sangat siap” Haruka membalasnya.
Pernikahan
itu berjalan dengan lancar. Setelah pernikahan pun, Paruru membimbing Yui untuk
masuk ke dalam rumah. Dia tahu, Yui pasti sangat lelah, begitu pun juga
dengannya yang lelah dengan pernikahan ini.
Tapi,
ia masih bahagia. Entah kenapa, rasa bahagia itu menyeruak di dalam hatinya. Dia
sama sekali tidak pernah merasa bahagia seperti ini.
“Yuu-kun, kau tunggu di sini dulu, aku
akan pergi ke dapur untuk membuatkanmu minuman” Yui mengangguk. Yuu-kun, nama itu adalah panggilan
khusus dari Paruru untuk Yui.
Sementara
Yui duduk di sofa, Paruru melangkah ke arah dapur. Membuatkan mereka minuman. Di
sana, dia bertemu dengan Sayaka. Dia mendesah bertemu dengan pemuda itu.
“Kenapa
kau lakukan ini?” Tanya Sayaka.
“Maksudmu?”
Tanya Paruru seolah tidak mengerti.
“Kenapa
kau menikah dengan pemuda culun itu?” Tanya Sayaka.
“Bukan
urusanmu. Urusi saja istrimu yang sedang hamil. Ingat, kita sudah mempunyai
kehidupan masing-masing. Bahagiakanlah kakakku, aku sangat senang melihatnya
bahagia!” kata Paruru lagi.
“Aku
masih mencintaimu, Paru!” kata Sayaka.
“Tapi,
aku sudah melupakanmu Sayaka. Dan aku sudah mencintai Yuu-kun.” Kata Paruru.
“Tidak
mungkin!”
“Memang
itu yang terjadi. Dia selama ini membuatku bahagia, dan dengan adanya dia di
sisiku, itu sudah cukup! Pergilah, kau harus mengurus Miyuki nee-chan, begitu juga dengan aku yang
harus mengurus suamiku” katanya dan lalu pergi begitu saja. Sayaka hanya diam
dan mendesah.
***
Cinta ini indah. Aku sungguh
berterima kasih kepada Tuhan, karena telah mengirimkannya kepadaku, di saat kau
sudah pergi dariku. Aku akan mencintainya selalu. Mencintainya dan hanya
mencintainya.
***
Paruru
membimbing Yui untuk masuk ke dalam kamar mereka. Mereka memutuskan untuk pergi
ke rumah Yui. Di sana menurutnya sangat tenang, tidak akan ada yang mengganggu
mereka.
Mereka
bebas melakukan apa saja di sana, dan itu yang di inginkan Yui dan Paruru. Walau
awalnya, kedua orang tua meminta mereka untuk bulan madu. Tapi, Yui menolaknya
dan memilih untuk pergi ke rumahnya. Ia hanya tidak ingin, jika nantinya mereka
pergi bulan madu, Paruru akan di buat malu karena mempunyai suami seperti
dirinya.
“Tidak
apa kan, jika kita tidak bulan madu?” Paruru mengangguk.
“Tentu
saja. Aku juga lelah, dan tidak ingin pergi jauh-jauh!” Yui tersenyum
mendengarnya.
“Terima
kasih, karena sudah mau menerimaku apa adanya” kata Yui.
“Sama-sama
Yuu-kun, dan maafkan aku karena dulu
pernah menyakitimu.” Kata Paruru lagi.
“Itu
bukan salahmu. Aku juga sangat bahagia, karena kau sudah menjadi milikku
sekarang!”
“Aku
akan selalu mencintaimu, Yuu-kun!”
“Wo Ai Ni Haruka” kata Yui tersenyum.
“Panggil
saja aku Paruru, Yuu-kun” kata Paruru
lagi.
“Hehe…
iya, Paruru. Aku juga sangat mencintaimu” Paruru tersenyum mendengarnya.
Yui
mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut. Sementara Paruru, hanya
tersenyum melihatnya. Kemudian, ia mencium pipi Yui dengan lembut. Dan kemudian,
ia memeluk Yui dan membimbing pemuda itu untuk tidur.
“Kau
pasti lelah, bukan?” Yui mengangguk.
“Tidurlah!
Aku selalu di sini bersamamu Yuu-kun,
aku sangat mencintaimu” Paruru membenamkan wajahnya di bidang dada pemuda itu.
“Aku
juga mencintaimu, Paru”
***
Inilah kisah kami. Aku sangat
bahagia bersamanya. Tuhan benar-benar sangat adil, karena sudah mengirimkan
dirimu kepadaku. Aku akan menjagamu dengan segenap hati dan cintaku. Hati dan
seluruh cinta ini hanya ku serahkan kepadamu.
***
“Sayang,
ayo makan nak!” kata Paruru pada putri kecilnya yang masih berumur 5 tahun.
“Iya
ibu!” gadis kecil itu langsung menghampiri ibunya.
“Sini
sayang!” kata Yui melihat putri kecilnya.
5
tahun yang lalu, tepatnya dua bulan setelah pernikahan Yui dan Paruru. Mereka mendapatkan
donor mata untuk Yui, dan sekarang kehidupan mereka sudah sangat lengkap dengan
datangnya putri kecil mereka.
“Sesudah
makan, kau istirahat. Besok sekolah!” kata Yui.
“Iya
ayah!” Yui tersenyum mendengarnya.
Gadis
kecil itu adalah putri kesayangan mereka. Datangnya putri mereka, membuat
Paruru semakin mencintai Yui. Dia memang tidak pernah menduga jika kehidupannya
seperti ini, tapi dia sangat bahagia karena Tuhan mengirimkan Yui kepadanya.
Entah
apa yang akan terjadi pada dirinya, jika Yui tidak ada. Dia mungkin akan gila,
melihat Sayaka bersama dengan kakaknya sendiri. Mereka juga mempunyai seorang
putri sekarang ini.
Setelah
makan, mereka memutuskan untuk pergi ke kamar. Putri kecil mereka, selalu tidur
di gendongan Paruru. Itu sudah menjadi kebiasaan Paruru untuk menimang putri
kecilnya. Putrinya tidak akan bisa tidur, sebelum di timang olehnya.
“Yuu-kun, Nanami sudah tidur pulas!” kata
Paruru tersenyum.
“Ya
sudah, baringkan saja dia di kamar” Paruru mengangguk.
“Semoga
kau mimpi indah sayang. Ibu mencintaimu” Paruru mencium kening putrinya.
Paruru
menatap putrinya sejenak, kemudian ia langsung keluar bersama Yui. Mereka menuju
kamar bersama. Paruru menyandarkan kepalanya di pundak Yui. Mereka duduk di
kamar mereka.
“Aku
lelah!” kata Yui.
“Kita
tidur saja, ya?” Yui mengangguk.
“Apa
kau bahagia hidup bersamaku, Paru?” Tanya Yui dan Paruru mengangguk.
“Iya.
Aku sangat mencintaimu, Yuu-kun” kata
Paruru jujur.
“Aku
juga sangat mencintaimu, Paru! Sungguh sangat mencintaimu” Paruru memeluknya
dengan sangat erat.
“Tidak
aka nada laki-laki lain di hatiku. Kau orang yang menempati hatiku!”
“Kau
juga, Paru!” Yui tersenyum dan mencium keningnya dengan lembut.
***
Terima kasih. Cintamu
padaku, adalah hal yang sangat indah. Kau selalu dengan sabar menumbuhkan
benih-benih cinta di hatiku. Dan aku sangat bahagia dengan kehadiranmu di
sisiku. Jangan pernah tinggalkan aku.
***
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar