Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, love, roman
Main cast :
- Iriyama Anna
- Kizaki Yurichi
Happy Reading........
~---0---~
Apa
kau pernah berciuman dengan seorang yang sangat kau cintai? Lalu, apa yang kau
rasakan saat berciuman dengannya? Pasti sangat bahagia, bukan? Dan pastinya,
kita akan menjadi manusia paling beruntung di dunia ini. Dan apakah dia
menyatakan cinta kepadamu? Cinta yang tulus.
Aku
adalah salah satu gadis yang menginginkan semua itu terjadi. Aku ingin dia
menjadi milikku. Salah satu seorang pemuda yang cukup populer di sekolah kami.
Dia juga cukup tinggi dan juga sangat tampan. Banyak perempuan yang menyukainya,
terutama aku. Dan beruntung, kami juga satu kelas. Hanya saja, kita tidak
pernah saling mengobrol. Aku hanya sedikit gugup untuk memulai obrolan.
Lagipula, aku juga sangat sibuk di sekolah ini. Selain belajar, aku juga ikut
ekstra. Tari. Iya, aku sangat suka menari. Jadi, aku ikut.
Dan
setiap pulang sekolah, aku selalu menari bersama teman-teman. Bahkan, kami
pernah memenangkan lomba. Di sini, aku sebagai anggota. Ketuanya bernama Tano
Yuka. Dan wakilnya adalah Kato Rena. Dan yang lain sebagai anggota termasuk
aku. Jika di hitung, ada 8 orang yang bergabung di grup tari. Tapi, walau hanya
8 bagiku tidak masalah. Asal, kita selalu kompak.
Dan
seperti biasanya. Mereka sangat bersemangat dalam melakukannya. Tari. Mungkin,
itu adalah hal yang sudah melekat di hidup kami. Kami sangat menyukai tari dari
kecil. Dan sebelum di SMA, kami juga masing-masing sudah mempunyai pengalaman.
Aku benar-benar sangat bangga bisa bergabung dengan mereka. Mereka sangat
kompak.
Ketika
pulang, aku melangkah melewati lapangan. Aku tersenyum melihatnya yang tengah
bermain dengan temannya. Dia begitu sangat tampan. Aku berdiri sambil
menyandarkan tubuhku pada dinding sekolah. Melihatnya yang begitu semangat
bermain basket. Beberapa kali juga dia berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Aku hanya bisa tersenyum melihatnya dari jauh.
Tapi,
tak lama mereka menyudahi permainan mereka. Huft…. Baru saja aku bisa memandang
wajahnya, tapi aku harus pulang. Bukan hanya alasan dia yang sudah selesai,
tapi karena hari juga sudah semakin sore. Besok, pastinya aku akan bisa
melihatnya. Aku sungguh menyukainya.
Ah…
aku ini hanya gadis yang tinggal sendiri di rumah. Kedua orang tuaku ada di
Nagoya. Jadi, aku di Tokyo hidup sendiri. Walau begitu, mereka juga sempat mengirimkan
aku uang untuk kebutuhanku di sini. Jadi, aku cukup tenang karena aku tidak
akan kehabisan uang.
***
Keesokan
harinya, aku kembali ke sekolah. Ketika masuk di kelas, aku melihatnya yang
sudah duduk manis di bangkunya. Aku sangat beruntung, karena aku bisa duduk di
samping kirinya. Dengan begitu, aku bisa mencuri pandang ke arahnya. Dan
kemudian aku melangkah ke arahnya. Eh? Bukan, melainkah ke tempat dudukku.
Tapi, ketika aku mendekati kursiku sendiri. Justruh, aku tersandung dan hampir
saja jatuh.
Kenapa hampir jatuh?
Karena, dia menolongku. Tepat, sangat tepat waktunya. Dan aku tidak mencium
lantai akhirnya. Dia membantuku untuk bangun. Kemudian, membantuku duduk di
bangku sendiri. Jantungku berdetak begitu kencang, ketika dia melakukannya. Membantuku
berdiri dan duduk seperti ini. Mungkin saja, wajahku memerah.
“Kau
tidak apa-apa?” tanyanya. Dia memegang bahu kananku.
“Tidak
apa-apa. Arigatou, Kizaki-kun”
“Lain
kali hati-hati, Anna-chan” dia
tersenyum sambil mengingatkan.
Anna-chan?
Aku sangat senang mendengarnya, ketika dia memanggil dengan nama belakangku.
Bahkan, aku masih memanggilnya dengan nama depannya. Tidak apalah, tapi aku
senang karena dia sudah memanggilku dengan nama belakangku. Dulu, pertama kali
kita bertemu, dia memanggilku Iriyama-san.
Yah, itu dulu.
Setelah
itu, dia kembali duduk di kursinya. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum
memandangnya. Hari ini, begitu sangat indah. Awal pagi yang membuatku sangat
senang. Aku harap, aku bisa dekat dengannya. Selalu. Dan aku berharap, aku bisa
menjadi miliknya. Seutuhnya. Aku hanya bisa berharap. Tapi, entah itu akan
menjadi kenyataan atau tidak. Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan.
***
Hari
ini, aku pulang sangat sore. Bahkan, hampir jam 6 aku masih ada di jalan. Tadi,
aku memang sengaja melihat Kizaki-kun
berlatih basket. Aku pikir, latihannya tidak akan sampai sore seperti biasanya.
Ternyata aku salah. Aku mendengar, jika mereka akan bertanding satu bulan lagi.
Pastinya aku akan melihat pertandingan mereka. Menyemangati pangeran idamanku.
Pangeran? Iya, pangeran yang sudah merebut hatiku sejak awal kami bertemu.
“Gadis
cantik sepertimu tidak baik berjalan sendiri”
Aku
terkejut. Aku memutar tubuhku untuk melihat siapa yang tengah berbicara
kepadaku. Aku melihat pemuda itu yang tersenyum dan melangkah ke arahku. Aku
hanya bisa diam seperti patung, ketika dia mendekat.
“Kenapa
kau tidak pulang sedari tadi? Bukankah extra tari sudah pulang sedari tadi?”
“Itu
karena aku… aku…” apa yang harus aku jawab?
“Karena
kau melihat pemain basket di lapangan sekolahmu?” tanyanya.
Aku
hanya bisa bersikap bodoh di depannya. Menggaruk kepala bagian belakang yang
sama sekali tidak gatal. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang mungkin
bisa di katakan konyol. Iya, aku memang sangat konyol sekarang ini. Aku tadi
melihatmu bermain, Kizaki-kun.
Bagimana tidak, karena jika malam tiba aku tidak bisa melihatmu. Maka dari itu,
aku melakukan semua ini.
“Mau
ku antar pulang?”
“Memangnya
tidak merepotkan?” tanyaku.
“Tidak”
jawabnya singkat.
Aku
mengangguk. Kemudian, dia berjalan di sampingku. Ah… dan akhirnya, aku bisa
dekat dengannya seperti ini. Kami bercerita banyak hal. Tentang dirinya dan
juga tentang diriku. Dan sampai pada akhirnya, kami sampai di depan rumahku.
Sebenarnya, aku masih ingin dekat dengannya.
“Kizaki-kun, ayo masuk dulu” tawarku. Aku
harap dia mau.
“Boleh”
yeah. Jawaban yang berhasil membuatku tersenyum lebar.
Di
dalam, aku menyuruhnya duduk di ruang tamu. Kemudian, aku ke dapur. Membuat dua
minuman. Setelah itu, kembali kepadanya dan menaruh minuman itu di meja. Aku
sangat senang, karena di rumahku ada seorang pangeran tampan yang mampir. Lalu,
aku duduk di dekatnya. Jujur, sedekat ini bisa membuatku gugup. Tapi, aku juga
sangat senang karena kehadirannya di rumahku.
“Kau
tinggal sendiri?” aku mengangguk.
“Iya.
Kedua orang tuaku di Nagoya” balasku.
Terakhir
kali aku mendengar Kizaki-kun sudah
mempunyai pacar. Waktu itu, aku memang sangat sakit ketika mendengarnya. Tapi,
selepas mereka putus. Aku bisa lega. Tapi, bodohnya aku tidak bisa
mendekatinya. Dan hari ini, aku sangat senang karena dia mau mampir di sini. Di
rumahku yang terbilang cukup sederhana.
“Aku
juga tinggal sendiri. Kau gadis yang mandiri juga ternyata” pujinya.
“Tidak
juga. Bahkan, kedua orang tuaku masih mengirimkan aku uang untuk kebutuhanku di
sini”
Aku
lihat dia tersenyum. Senyumannya sangat manis. Aku merasa tenang melihatnya
yang tersenyum seperti itu.
“Anna-chan, kau sudah memiliki kekasih?”
“Belum.
Kau sendiri?” aku harap belum.
“Aku
juga belum”
Aku
mengambil nafas yang lega, ketika mendengarnya. Ternyata, dia juga belum
mempunyai pengganti gadis itu. Tapi, bagaimana caranya aku dan dia bisa menjadi
sepasang kekasih? Aku benar-benar ingin sekali seperti itu.
“Memangnya,
apa yang ingin kau lakukan ketika kau sudah mempunyai kekasih?”
“Aku
hanya ingin selalu berdua dengannya. Dan melakukan segala sesuatu berdua”
jawabku.
“Apa
kau sudah mempunyai seorang yang kau cintai?”
“Hai” balasku lagi tersenyum.
Iya.
Aku memang sudah mempunyai seseorang yang sangat aku cintai. Dan orang itu
adalah kau, Kizaki-kun. Aku harap,
kita bisa menjadi sepasang kekasih. Aku benar-benar berharap, kita bisa menjadi
sepasang kekasih. Tapi, aku tidak tahu apakah kau sudah mempunyai seseorang
yang kau cintai atau belum. Aku juga tidak tahu, siapa gadis yang sangat kau
sukai. Pastinya, dia akan sangat beruntung bisa mendapatkanmu.
“Lalu,
kau sendiri?” tanyaku.
“Sudah”
Ah…
benar, bukan? Ternyata, dia sudah mempunyai seseorang yang sangat ia cintai.
Pastinya dia sangat beruntung bisa di sukai oleh Kizaki-kun. Dadaku benar-benar sangat sesak ketika mendengarnya.
Apa aku tidak bisa memilikinya? Apa itu berarti impianku tidak akan terwujud?
“Dan
aku ingin sekali bisa mendekatinya dan menjadi kekasihnya” lanjutnya.
“Pasti
dia gadis yang beruntung” aku tersenyum getir.
“Lalu,
apa kau pernah merasakan berciuman?” tanyanya kemudian.
“Belum
pernah.”
Bagaimana
bisa merasakannya, jika aku saja tidak pernah berpacaran. Aku sama sekali belum
pernah memiliki kekasih sebelumnya. Bahkan, cinta pertamaku adalah dirinya.
Iya, dia Kizaki Yurichi. Dia adalah cinta pertamaku. Membuatku mabuk kepayang
karenanya. Membuatku selalu terbayang dengan wajah tampannya. Membuatku selalu
ingin menjadi miliknya. Membuatku ingin berciuman dengannya. Aku rela, jika dia
yang melakukannya.
“Lalu,
apa kau ingin merasakannya?” tanyanya lagi.
“Iya.
Tapi, dengan seseorang yang sangat aku cintai”
Dia
tersenyum. Kemudian dengan cepat menarikku dan dia me… menciumku? Dia menciumku
begitu sangat lembut. Aku menutup kedua mataku untuk merasakan lembutnya
ciumannya. Ini sangat indah.
***
Aku
keluar dari supermarket. Aku membawa belanjaanku di tangan. Hari ini, aku
memang sengaja untuk berbelanja bulanan. Aku hanya tidak mau menundanya. Maka
dari itu, aku belanja sekarang. Berjalan melewati taman dan jalanan yang sepi.
Di sini, aku melihat beberapa orang yang tengah memukuli seseorang. Aku
terkejut, ketika orang yang di pukuli itu adalah Kizaki-kun.
Apa
yang terjadi? Kenapa, dia di pukuli orang? Dengan keras, aku berteriak meminta tolong.
Dan setelah itu, aku melihat beberapa orang itu yang panik. Kemudian, mereka
pergi meninggalkan Kizaki-kun yang
sudah babak belur. Aku segera berlari mendekatinya, kemudian mencoba
membantunya berdiri.
“Kizaki-kun, kau kenapa?” tanyaku. Air
mataku mengalir membasahi pipiku.
“Anna-chan, arigatou. Mereka tiba-tiba datang dan memukuliku. Sepertinya,
mereka anak pemain basket dari sekolah sebelah yang kalah dengan tim basket di
sekolah kita. Tapi, sepertinya mereka tidak menerima kekalahan mereka dan akhirnya
mengincarku”
Aku
kembali menangis mendengarnya. Memang, beberapa minggu yang lalu tim sekolah
kami memenangkan pertandingan basket antar sekolah. Tapi, aku tidak menyangka,
jika mereka akan berbuat seperti ini. Apalagi, Kizaki-kun yang menjadi incaran mereka. Aku mencoba membantunya
untuk berdiri. Kemudian, aku membawanya pulang ke rumahku.
Di
sana, aku menyuruhnya untuk menghempaskan tubuh di kursi sofa. Kemudian, aku
pergi ke dapur dan kembali membawa baskom berisi air dan sebuah kain. Aku duduk
di sebelahnya dan mengobati lukanya. Dia mengerang kesakitan, ketika aku
melakukannya.
“Gomen. Masih sakit, ya?” tanyaku pelan.
“Hai. Tapi, tidak sesakit yang tadi. Arigatou, Anna-chan”
Aku
mengangguk. Kemudian, dia mengubah posisinya menjadi duduk tegap. Tidak seperti
tadi. Dia sedikit meringis, kemudian menoleh ke arahku. Aku hanya diam sambil
melihat wajahnya yang penuh dengan luka. Aku mencoba memegang bibirnya yang
terluka, dan dia meringis. Aku segera meminta maaf.
“Tidak
apa-apa” dia tersenyum.
“Yakin?”
dia mengangguk.
Aku
mendekat ke arahnya. Kemudian, menyentuh pipinya yang terluka. Dia sedikit
meringis, tapi berusaha untuk tenang. Aku bisa merasakan deru nafasnya, karena
jarak kami begitu dekat. Dia memegang tanganku, membuatku menghentinkan aktifitasku
dan berganti menatapnya. Dia mendekatkan dirinya, kemudian menyentuh bibirku.
Tentunya, dia menciumku seperti yang dia lakukan satu bulan yang lalu. Ini
kedua kalinya dia menciumku. Tapi, apa dia tidak kesakitan ketika dia
menciumku? Bukankah, bibirnya terluka? Kemudian, dia melepaskan ciumannya. Dia
hanya tersenyum memandangku yang memandangnya dengan kedua mata terbuka lebar.
Dia
hanya tersenyum, kemudian menciumku lagi. Melepasnya lagi, kemudian menciumku
lagi dan ketika kelima kalinya dia berhenti dan menatapku. Kenapa, dia
menciumku berkali-kali? Bodohnya, aku hanya diam seperti patung.
“Annin,
nama panggilan yang cocok untukmu” katanya.
“Annin?”
“Hai. Sangat cocok untuk gadis cantik
sepertimu” dia tersenyum.
Lalu,
dia menyentuh tanganku dengan kedua tangannya. Menciumnya dengan perlahan. Kemudian,
tangan satunya menyentuh daguku.
“Hei,
Annin. Katakan, jika kau menyukaiku” seraya menatapku.
“Aku
menyukaimu, Kizaki-kun”
Seperti
hipnotis, aku menuruti apa katanya. Dia tersenyum memandangku. Kemudian,
menciumku kembali. Kali ini, ciumannya lebih lama daripada yang tadi. Bahkan,
dengan perlahan dia melumat bibirku. Aku hanya bisa melenguh karena ulahnya.
Dia melepas ciumannya dan menatapku.
“Aku
juga menyukaimu, Annin. Aku sangat menyukaimu. Hari ini, kita adalah sepasang
kekasih. Kau mau, bukan?”
“Hai”
Dia
kembali tersenyum. Aku tahu, caranya memang sangat berbeda dengan kebanyakan
laki-laki. Tapi, setidaknya aku sangat senang karena hari ini aku resmi menjadi
miliknya. Menjadi milik Kizaki-kun.
Kemudian, dia kembali menciumku. Kemudian, mengangkat tubuhku dan dia membawaku
masuk ke kamarku tanpa melepas ciuman kami. Barulah di kamar ini, kami
melakukannya. Kamarku yang menjadi saksi atas cinta kami berdua.
***
Ketika
aku tersadar dari tidurku, aku melihat matahari yang sudah menyinari bumi.
Sinarnya masuk dan menyinari kamarku. Hanya saja, hari ini ada yang berbeda
dari pagi sebelumnya. Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Aku sadar, jika
tubuhku telanjang. Kemudian, aku menoleh dan aku tidak melihat pemuda yang
semalam tidur bersamaku.
“Kizaki-kun?”
Aku
turun dari kamar. Aku tidak melihat pakaiannya sama sekali. Apa dia sudah
pergi? Tapi, kenapa dia tidak membangunkan aku? Kenapa, dia pergi diam-diam?
Aku membuka pintu kamarku. Tubuhku sudah tertutup selimut. Aku tidak melihat
siapa-siapa di sini. Apa dia memang sudah benar-benar pergi? Kenapa harus
diam-diam? Aku kecewa dengannya. Setelah tadi malam dia memperkosaku, paginya
dia justruh pergi secara diam-diam.
“Eh?”
aku terkejut ketika ada yang menarikku.
“Tenang,
ini aku Yurichi” aku menghela nafas lega.
Aku
kira dia sudah pergi. Tapi, dia masih ada di sini. Aku kembali tenang, ketika
dia memelukku dan menciumku. Aku mencoba mengangkat kepalaku melihat wajahnya.
Dia menunduk melihatku dan mengelus pipiku.
“Aku
kira kau sudah pergi” ucapku.
“Tidak
mungkin aku meninggalkanmu yang masih tertidur. Aku hanya tidak tega
membangunkan bidadari secantik dirimu. Kau sangat pulas tidurnya”
Aku
tersenyum dan kemudian memeluknya. Lalu, aku mengajaknya ke kamar. Di sana,
kami duduk. Kizaki-kun mengelus
leherku dengan lembut kemudian mencoba melepas selimut yang aku pakai. Dan dia
hanya bertelanjang dada. Aku baru sadar, jika dia tidak memakai baju.
“Aku
senang, karena aku bisa menyentuhmu” katanya tersenyum.
“Apa
pun demi kau akan aku lakukan” jujurku.
Kemudian,
dia mencium keningku dengan lembut.
***
Waktu
berjalan begitu sangat cepat. Aku dan Kizaki-kun
sekarang sudah lulus dari kuliah. Tepat, ketika dia menjadi ceo di
perusahaannya. Dia melamarku. Satu bulan kemudian, dia menikahiku.
Di
pelaminan, dia mengenakan pakaian yang begitu mewah yang membuatnya sangat
tampan. Kemudian, aku memakai gaun panjang berwarna putih. Dan banyak orang
yang menjadi saksi atas pernikahan kami. Kemudian, dia menciumku di atas
pelaminan. Lembut. Sangat lembut.
“Mulai
sekarang, kau adalah istriku”
“Aku
bersedia mengabdi kepadamu” ucapku tulus.
***
“Yuria,
jangan berlari seperti itu” ucapku pada seorang gadis kecil. Wajahnya mirip
seperti Yurichi.
“Mama,
lihat ini, bunganya cantik” dengan polosnya dia menunjuk sebuah bunga yang sudah
mekar.
“Iya,
sayang. Tapi, jangan berlari. Kau membuat Mama khawatir”
“Gomen ne, Mama?”
Aku
hanya bisa tersenyum membalasnya. Kemudian, melihatnya yang bermain di sekitar
rumah. Kizaki Yuria. Itu namanya. Dia adalah putri kami yang sudah berumur 5
tahun. Wajahnya sangat mirip dengan ayahnya. Sungguh. Aku sangat menyayangi
mereka berdua. Tuhan benar-benar mengabulkan doaku untuk menjadi istri dari
seorang Kizaki Yurichi.
“Annin”
“Yurichi-kun. Kau sudah pulang?” tanyaku
ketika melihatnya memelukku dari belakang.
“Iya.
Aku sangat merindukanmu dan Yuria” kemudian, dia menciumku.
Ciumannya.
Ketika dia menciumku, aku seperti mengingat kejadian saat kami masih SMA. Dia
menciumku pertama kali di rumahku. Dia juga yang merebut semuanya dan akhirnya
kami menikah ketika kami sudah lulus kuliah. Setelah itu, mempunyai bidadari
kecil yang sangat cantik. Yuria.
Dan
aku juga teringat, ketika dia menciumku berkali-kali. Kiss, kiss, and kiss. Aku benar-benar seperti
patung waktu itu. Hanya bisa membiarkannya menciumku. Tapi, aku sangat senang
karena dia yang menciumku.
“Aku
beruntung mempunyai istri yang cantik sepertimu”
“Aku
juga.” Dia kembali menciumku setelah itu memelukku.
Aku
melihat Yuria yang tengah bermain dengan bunga-bunga yang selama ini aku rawat.
Yurichi tidak memperbolehkanku bekerja. Jadi, di rumah aku selalu merawat bunga
selain mengurus suami dan anakku. Aku sangat senang dengan adanya mereka.
Mereka adalah harta yang paling berharga di hidupku.
“Aishiteru” bisiknya sambil melihat
Yuria.
“Aishiteru mou” balasku.
“Yuria,
kemari sayang”
“Mama,
Papa” aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Aku melihat Yurichi-kun menggendong tubuh putri kami.
Aku
harap, kebahagiaan ini akan terus selamanya hingga kami tua nanti.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar