Minggu, 11 September 2016

Oneshoot Kiss! Kiss! Kiss! (YuriAnnin)

Title : Oneshoot Kiss! Kiss! Kiss! (YuriAnnin)
Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, love, roman

Main cast :
  • Iriyama Anna
  • Kizaki Yurichi

Happy Reading........



~---0---~



Apa kau pernah berciuman dengan seorang yang sangat kau cintai? Lalu, apa yang kau rasakan saat berciuman dengannya? Pasti sangat bahagia, bukan? Dan pastinya, kita akan menjadi manusia paling beruntung di dunia ini. Dan apakah dia menyatakan cinta kepadamu? Cinta yang tulus.

Aku adalah salah satu gadis yang menginginkan semua itu terjadi. Aku ingin dia menjadi milikku. Salah satu seorang pemuda yang cukup populer di sekolah kami. Dia juga cukup tinggi dan juga sangat tampan. Banyak perempuan yang menyukainya, terutama aku. Dan beruntung, kami juga satu kelas. Hanya saja, kita tidak pernah saling mengobrol. Aku hanya sedikit gugup untuk memulai obrolan. Lagipula, aku juga sangat sibuk di sekolah ini. Selain belajar, aku juga ikut ekstra. Tari. Iya, aku sangat suka menari. Jadi, aku ikut.
Dan setiap pulang sekolah, aku selalu menari bersama teman-teman. Bahkan, kami pernah memenangkan lomba. Di sini, aku sebagai anggota. Ketuanya bernama Tano Yuka. Dan wakilnya adalah Kato Rena. Dan yang lain sebagai anggota termasuk aku. Jika di hitung, ada 8 orang yang bergabung di grup tari. Tapi, walau hanya 8 bagiku tidak masalah. Asal, kita selalu kompak.

Dan seperti biasanya. Mereka sangat bersemangat dalam melakukannya. Tari. Mungkin, itu adalah hal yang sudah melekat di hidup kami. Kami sangat menyukai tari dari kecil. Dan sebelum di SMA, kami juga masing-masing sudah mempunyai pengalaman. Aku benar-benar sangat bangga bisa bergabung dengan mereka. Mereka sangat kompak.
Ketika pulang, aku melangkah melewati lapangan. Aku tersenyum melihatnya yang tengah bermain dengan temannya. Dia begitu sangat tampan. Aku berdiri sambil menyandarkan tubuhku pada dinding sekolah. Melihatnya yang begitu semangat bermain basket. Beberapa kali juga dia berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya dari jauh.

Tapi, tak lama mereka menyudahi permainan mereka. Huft…. Baru saja aku bisa memandang wajahnya, tapi aku harus pulang. Bukan hanya alasan dia yang sudah selesai, tapi karena hari juga sudah semakin sore. Besok, pastinya aku akan bisa melihatnya. Aku sungguh menyukainya.
Ah… aku ini hanya gadis yang tinggal sendiri di rumah. Kedua orang tuaku ada di Nagoya. Jadi, aku di Tokyo hidup sendiri. Walau begitu, mereka juga sempat mengirimkan aku uang untuk kebutuhanku di sini. Jadi, aku cukup tenang karena aku tidak akan kehabisan uang.

***

Keesokan harinya, aku kembali ke sekolah. Ketika masuk di kelas, aku melihatnya yang sudah duduk manis di bangkunya. Aku sangat beruntung, karena aku bisa duduk di samping kirinya. Dengan begitu, aku bisa mencuri pandang ke arahnya. Dan kemudian aku melangkah ke arahnya. Eh? Bukan, melainkah ke tempat dudukku. Tapi, ketika aku mendekati kursiku sendiri. Justruh, aku tersandung dan hampir saja jatuh.
Kenapa hampir jatuh? Karena, dia menolongku. Tepat, sangat tepat waktunya. Dan aku tidak mencium lantai akhirnya. Dia membantuku untuk bangun. Kemudian, membantuku duduk di bangku sendiri. Jantungku berdetak begitu kencang, ketika dia melakukannya. Membantuku berdiri dan duduk seperti ini. Mungkin saja, wajahku memerah.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya. Dia memegang bahu kananku.
“Tidak apa-apa. Arigatou, Kizaki-kun
“Lain kali hati-hati, Anna-chan” dia tersenyum sambil mengingatkan.

Anna-chan? Aku sangat senang mendengarnya, ketika dia memanggil dengan nama belakangku. Bahkan, aku masih memanggilnya dengan nama depannya. Tidak apalah, tapi aku senang karena dia sudah memanggilku dengan nama belakangku. Dulu, pertama kali kita bertemu, dia memanggilku Iriyama-san. Yah, itu dulu.
Setelah itu, dia kembali duduk di kursinya. Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum memandangnya. Hari ini, begitu sangat indah. Awal pagi yang membuatku sangat senang. Aku harap, aku bisa dekat dengannya. Selalu. Dan aku berharap, aku bisa menjadi miliknya. Seutuhnya. Aku hanya bisa berharap. Tapi, entah itu akan menjadi kenyataan atau tidak. Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan.

***

Hari ini, aku pulang sangat sore. Bahkan, hampir jam 6 aku masih ada di jalan. Tadi, aku memang sengaja melihat Kizaki-kun berlatih basket. Aku pikir, latihannya tidak akan sampai sore seperti biasanya. Ternyata aku salah. Aku mendengar, jika mereka akan bertanding satu bulan lagi. Pastinya aku akan melihat pertandingan mereka. Menyemangati pangeran idamanku. Pangeran? Iya, pangeran yang sudah merebut hatiku sejak awal kami bertemu.

“Gadis cantik sepertimu tidak baik berjalan sendiri”

Aku terkejut. Aku memutar tubuhku untuk melihat siapa yang tengah berbicara kepadaku. Aku melihat pemuda itu yang tersenyum dan melangkah ke arahku. Aku hanya bisa diam seperti patung, ketika dia mendekat.

“Kenapa kau tidak pulang sedari tadi? Bukankah extra tari sudah pulang sedari tadi?”
“Itu karena aku… aku…” apa yang harus aku jawab?
“Karena kau melihat pemain basket di lapangan sekolahmu?” tanyanya.

Aku hanya bisa bersikap bodoh di depannya. Menggaruk kepala bagian belakang yang sama sekali tidak gatal. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang mungkin bisa di katakan konyol. Iya, aku memang sangat konyol sekarang ini. Aku tadi melihatmu bermain, Kizaki-kun. Bagimana tidak, karena jika malam tiba aku tidak bisa melihatmu. Maka dari itu, aku melakukan semua ini.

“Mau ku antar pulang?”
“Memangnya tidak merepotkan?” tanyaku.
“Tidak” jawabnya singkat.

Aku mengangguk. Kemudian, dia berjalan di sampingku. Ah… dan akhirnya, aku bisa dekat dengannya seperti ini. Kami bercerita banyak hal. Tentang dirinya dan juga tentang diriku. Dan sampai pada akhirnya, kami sampai di depan rumahku. Sebenarnya, aku masih ingin dekat dengannya.

Kizaki-kun, ayo masuk dulu” tawarku. Aku harap dia mau.
“Boleh” yeah. Jawaban yang berhasil membuatku tersenyum lebar.

Di dalam, aku menyuruhnya duduk di ruang tamu. Kemudian, aku ke dapur. Membuat dua minuman. Setelah itu, kembali kepadanya dan menaruh minuman itu di meja. Aku sangat senang, karena di rumahku ada seorang pangeran tampan yang mampir. Lalu, aku duduk di dekatnya. Jujur, sedekat ini bisa membuatku gugup. Tapi, aku juga sangat senang karena kehadirannya di rumahku.

“Kau tinggal sendiri?” aku mengangguk.
“Iya. Kedua orang tuaku di Nagoya” balasku.

Terakhir kali aku mendengar Kizaki-kun sudah mempunyai pacar. Waktu itu, aku memang sangat sakit ketika mendengarnya. Tapi, selepas mereka putus. Aku bisa lega. Tapi, bodohnya aku tidak bisa mendekatinya. Dan hari ini, aku sangat senang karena dia mau mampir di sini. Di rumahku yang terbilang cukup sederhana.

“Aku juga tinggal sendiri. Kau gadis yang mandiri juga ternyata” pujinya.
“Tidak juga. Bahkan, kedua orang tuaku masih mengirimkan aku uang untuk kebutuhanku di sini”

Aku lihat dia tersenyum. Senyumannya sangat manis. Aku merasa tenang melihatnya yang tersenyum seperti itu.

Anna-chan, kau sudah memiliki kekasih?”
“Belum. Kau sendiri?” aku harap belum.
“Aku juga belum”

Aku mengambil nafas yang lega, ketika mendengarnya. Ternyata, dia juga belum mempunyai pengganti gadis itu. Tapi, bagaimana caranya aku dan dia bisa menjadi sepasang kekasih? Aku benar-benar ingin sekali seperti itu.

“Memangnya, apa yang ingin kau lakukan ketika kau sudah mempunyai kekasih?”
“Aku hanya ingin selalu berdua dengannya. Dan melakukan segala sesuatu berdua” jawabku.
“Apa kau sudah mempunyai seorang yang kau cintai?”
Hai” balasku lagi tersenyum.

Iya. Aku memang sudah mempunyai seseorang yang sangat aku cintai. Dan orang itu adalah kau, Kizaki-kun. Aku harap, kita bisa menjadi sepasang kekasih. Aku benar-benar berharap, kita bisa menjadi sepasang kekasih. Tapi, aku tidak tahu apakah kau sudah mempunyai seseorang yang kau cintai atau belum. Aku juga tidak tahu, siapa gadis yang sangat kau sukai. Pastinya, dia akan sangat beruntung bisa mendapatkanmu.

“Lalu, kau sendiri?” tanyaku.
“Sudah”

Ah… benar, bukan? Ternyata, dia sudah mempunyai seseorang yang sangat ia cintai. Pastinya dia sangat beruntung bisa di sukai oleh Kizaki-kun. Dadaku benar-benar sangat sesak ketika mendengarnya. Apa aku tidak bisa memilikinya? Apa itu berarti impianku tidak akan terwujud?

“Dan aku ingin sekali bisa mendekatinya dan menjadi kekasihnya” lanjutnya.
“Pasti dia gadis yang beruntung” aku tersenyum getir.
“Lalu, apa kau pernah merasakan berciuman?” tanyanya kemudian.
“Belum pernah.”

Bagaimana bisa merasakannya, jika aku saja tidak pernah berpacaran. Aku sama sekali belum pernah memiliki kekasih sebelumnya. Bahkan, cinta pertamaku adalah dirinya. Iya, dia Kizaki Yurichi. Dia adalah cinta pertamaku. Membuatku mabuk kepayang karenanya. Membuatku selalu terbayang dengan wajah tampannya. Membuatku selalu ingin menjadi miliknya. Membuatku ingin berciuman dengannya. Aku rela, jika dia yang melakukannya.

“Lalu, apa kau ingin merasakannya?” tanyanya lagi.
“Iya. Tapi, dengan seseorang yang sangat aku cintai”

Dia tersenyum. Kemudian dengan cepat menarikku dan dia me… menciumku? Dia menciumku begitu sangat lembut. Aku menutup kedua mataku untuk merasakan lembutnya ciumannya. Ini sangat indah.

***

Aku keluar dari supermarket. Aku membawa belanjaanku di tangan. Hari ini, aku memang sengaja untuk berbelanja bulanan. Aku hanya tidak mau menundanya. Maka dari itu, aku belanja sekarang. Berjalan melewati taman dan jalanan yang sepi. Di sini, aku melihat beberapa orang yang tengah memukuli seseorang. Aku terkejut, ketika orang yang di pukuli itu adalah Kizaki-kun.
Apa yang terjadi? Kenapa, dia di pukuli orang? Dengan keras, aku berteriak meminta tolong. Dan setelah itu, aku melihat beberapa orang itu yang panik. Kemudian, mereka pergi meninggalkan Kizaki-kun yang sudah babak belur. Aku segera berlari mendekatinya, kemudian mencoba membantunya berdiri.

Kizaki-kun, kau kenapa?” tanyaku. Air mataku mengalir membasahi pipiku.
Anna-chan, arigatou. Mereka tiba-tiba datang dan memukuliku. Sepertinya, mereka anak pemain basket dari sekolah sebelah yang kalah dengan tim basket di sekolah kita. Tapi, sepertinya mereka tidak menerima kekalahan mereka dan akhirnya mengincarku”

Aku kembali menangis mendengarnya. Memang, beberapa minggu yang lalu tim sekolah kami memenangkan pertandingan basket antar sekolah. Tapi, aku tidak menyangka, jika mereka akan berbuat seperti ini. Apalagi, Kizaki-kun yang menjadi incaran mereka. Aku mencoba membantunya untuk berdiri. Kemudian, aku membawanya pulang ke rumahku.

Di sana, aku menyuruhnya untuk menghempaskan tubuh di kursi sofa. Kemudian, aku pergi ke dapur dan kembali membawa baskom berisi air dan sebuah kain. Aku duduk di sebelahnya dan mengobati lukanya. Dia mengerang kesakitan, ketika aku melakukannya.

Gomen. Masih sakit, ya?” tanyaku pelan.
Hai. Tapi, tidak sesakit yang tadi. Arigatou, Anna-chan

Aku mengangguk. Kemudian, dia mengubah posisinya menjadi duduk tegap. Tidak seperti tadi. Dia sedikit meringis, kemudian menoleh ke arahku. Aku hanya diam sambil melihat wajahnya yang penuh dengan luka. Aku mencoba memegang bibirnya yang terluka, dan dia meringis. Aku segera meminta maaf.

“Tidak apa-apa” dia tersenyum.
“Yakin?” dia mengangguk.

Aku mendekat ke arahnya. Kemudian, menyentuh pipinya yang terluka. Dia sedikit meringis, tapi berusaha untuk tenang. Aku bisa merasakan deru nafasnya, karena jarak kami begitu dekat. Dia memegang tanganku, membuatku menghentinkan aktifitasku dan berganti menatapnya. Dia mendekatkan dirinya, kemudian menyentuh bibirku. Tentunya, dia menciumku seperti yang dia lakukan satu bulan yang lalu. Ini kedua kalinya dia menciumku. Tapi, apa dia tidak kesakitan ketika dia menciumku? Bukankah, bibirnya terluka? Kemudian, dia melepaskan ciumannya. Dia hanya tersenyum memandangku yang memandangnya dengan kedua mata terbuka lebar.
Dia hanya tersenyum, kemudian menciumku lagi. Melepasnya lagi, kemudian menciumku lagi dan ketika kelima kalinya dia berhenti dan menatapku. Kenapa, dia menciumku berkali-kali? Bodohnya, aku hanya diam seperti patung.

“Annin, nama panggilan yang cocok untukmu” katanya.
“Annin?”
Hai. Sangat cocok untuk gadis cantik sepertimu” dia tersenyum.

Lalu, dia menyentuh tanganku dengan kedua tangannya. Menciumnya dengan perlahan. Kemudian, tangan satunya menyentuh daguku.

“Hei, Annin. Katakan, jika kau menyukaiku” seraya menatapku.
“Aku menyukaimu, Kizaki-kun

Seperti hipnotis, aku menuruti apa katanya. Dia tersenyum memandangku. Kemudian, menciumku kembali. Kali ini, ciumannya lebih lama daripada yang tadi. Bahkan, dengan perlahan dia melumat bibirku. Aku hanya bisa melenguh karena ulahnya. Dia melepas ciumannya dan menatapku.

“Aku juga menyukaimu, Annin. Aku sangat menyukaimu. Hari ini, kita adalah sepasang kekasih. Kau mau, bukan?”
Hai

Dia kembali tersenyum. Aku tahu, caranya memang sangat berbeda dengan kebanyakan laki-laki. Tapi, setidaknya aku sangat senang karena hari ini aku resmi menjadi miliknya. Menjadi milik Kizaki-kun. Kemudian, dia kembali menciumku. Kemudian, mengangkat tubuhku dan dia membawaku masuk ke kamarku tanpa melepas ciuman kami. Barulah di kamar ini, kami melakukannya. Kamarku yang menjadi saksi atas cinta kami berdua.

***

Ketika aku tersadar dari tidurku, aku melihat matahari yang sudah menyinari bumi. Sinarnya masuk dan menyinari kamarku. Hanya saja, hari ini ada yang berbeda dari pagi sebelumnya. Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Aku sadar, jika tubuhku telanjang. Kemudian, aku menoleh dan aku tidak melihat pemuda yang semalam tidur bersamaku.

Kizaki-kun?”

Aku turun dari kamar. Aku tidak melihat pakaiannya sama sekali. Apa dia sudah pergi? Tapi, kenapa dia tidak membangunkan aku? Kenapa, dia pergi diam-diam? Aku membuka pintu kamarku. Tubuhku sudah tertutup selimut. Aku tidak melihat siapa-siapa di sini. Apa dia memang sudah benar-benar pergi? Kenapa harus diam-diam? Aku kecewa dengannya. Setelah tadi malam dia memperkosaku, paginya dia justruh pergi secara diam-diam.

“Eh?” aku terkejut ketika ada yang menarikku.
“Tenang, ini aku Yurichi” aku menghela nafas lega.

Aku kira dia sudah pergi. Tapi, dia masih ada di sini. Aku kembali tenang, ketika dia memelukku dan menciumku. Aku mencoba mengangkat kepalaku melihat wajahnya. Dia menunduk melihatku dan mengelus pipiku.

“Aku kira kau sudah pergi” ucapku.
“Tidak mungkin aku meninggalkanmu yang masih tertidur. Aku hanya tidak tega membangunkan bidadari secantik dirimu. Kau sangat pulas tidurnya”

Aku tersenyum dan kemudian memeluknya. Lalu, aku mengajaknya ke kamar. Di sana, kami duduk. Kizaki-kun mengelus leherku dengan lembut kemudian mencoba melepas selimut yang aku pakai. Dan dia hanya bertelanjang dada. Aku baru sadar, jika dia tidak memakai baju.

“Aku senang, karena aku bisa menyentuhmu” katanya tersenyum.
“Apa pun demi kau akan aku lakukan” jujurku.

Kemudian, dia mencium keningku dengan lembut.

***

Waktu berjalan begitu sangat cepat. Aku dan Kizaki-kun sekarang sudah lulus dari kuliah. Tepat, ketika dia menjadi ceo di perusahaannya. Dia melamarku. Satu bulan kemudian, dia menikahiku.
Di pelaminan, dia mengenakan pakaian yang begitu mewah yang membuatnya sangat tampan. Kemudian, aku memakai gaun panjang berwarna putih. Dan banyak orang yang menjadi saksi atas pernikahan kami. Kemudian, dia menciumku di atas pelaminan. Lembut. Sangat lembut.

“Mulai sekarang, kau adalah istriku”
“Aku bersedia mengabdi kepadamu” ucapku tulus.

***

“Yuria, jangan berlari seperti itu” ucapku pada seorang gadis kecil. Wajahnya mirip seperti Yurichi.
“Mama, lihat ini, bunganya cantik” dengan polosnya dia menunjuk sebuah bunga yang sudah mekar.
“Iya, sayang. Tapi, jangan berlari. Kau membuat Mama khawatir”
Gomen ne, Mama?”

Aku hanya bisa tersenyum membalasnya. Kemudian, melihatnya yang bermain di sekitar rumah. Kizaki Yuria. Itu namanya. Dia adalah putri kami yang sudah berumur 5 tahun. Wajahnya sangat mirip dengan ayahnya. Sungguh. Aku sangat menyayangi mereka berdua. Tuhan benar-benar mengabulkan doaku untuk menjadi istri dari seorang Kizaki Yurichi.

“Annin”
Yurichi-kun. Kau sudah pulang?” tanyaku ketika melihatnya memelukku dari belakang.
“Iya. Aku sangat merindukanmu dan Yuria” kemudian, dia menciumku.

Ciumannya. Ketika dia menciumku, aku seperti mengingat kejadian saat kami masih SMA. Dia menciumku pertama kali di rumahku. Dia juga yang merebut semuanya dan akhirnya kami menikah ketika kami sudah lulus kuliah. Setelah itu, mempunyai bidadari kecil yang sangat cantik. Yuria.
Dan aku juga teringat, ketika dia menciumku berkali-kali. Kiss, kiss, and kiss. Aku benar-benar seperti patung waktu itu. Hanya bisa membiarkannya menciumku. Tapi, aku sangat senang karena dia yang menciumku.

“Aku beruntung mempunyai istri yang cantik sepertimu”
“Aku juga.” Dia kembali menciumku setelah itu memelukku.

Aku melihat Yuria yang tengah bermain dengan bunga-bunga yang selama ini aku rawat. Yurichi tidak memperbolehkanku bekerja. Jadi, di rumah aku selalu merawat bunga selain mengurus suami dan anakku. Aku sangat senang dengan adanya mereka. Mereka adalah harta yang paling berharga di hidupku.

Aishiteru” bisiknya sambil melihat Yuria.
Aishiteru mou” balasku.
“Yuria, kemari sayang”
“Mama, Papa” aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Aku melihat Yurichi-kun menggendong tubuh putri kami.

Aku harap, kebahagiaan ini akan terus selamanya hingga kami tua nanti.



The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar