Kamis, 06 Oktober 2016

Love Story (Sembilan)

Title : Love Story (Delapan)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :
  • Matsui Jurina
  • Kizaki Yuria
  • Kizaki Yurichi
  • Kitagawa Ryoha

Happy Reading All.......


~---0---~



Jun masuk ke dalam kamar Jurina. Ia melihat adiknya yang tertidur lelap di kamar. Jun mendesah, kemudian ia melangkah mendekati Jurina. Dia duduk di samping Jurina. Jun mengelus kening gadis itu.

Gomennasai, Jurina” katanya pelan.

Dia sudah melakukan kesalahan terbesar, dan mungkin Jurina akan membencinya. Dia hanya terlalu termakan ucapan orang lain dan akhirnya menampar adik kesayangannya.
Jun mencium kening adiknya. Sedari kecil, dia memang melakukan itu kepada Jurina. Dulu, ketika mereka masih kecil, Jurina memang sangat suka di ganggu oleh teman lelakinya. Dan dia selalu mencoba melindungi gadis itu.

Tapi, hari ini dia sudah membuat luka di hati Jurina. Luka yang mungkin saja membuat Jurina membencinya.

***

Jurina melangkah keluar dari kamarnya, ketika dia sudah selesai menyiapkan keperluan sekolahnya. Tapi, dia melihat seorang laki-laki yang berdiri di depan kamarnya. Dia melihat kesal orang itu.
Ketika dia ingin melewati kakaknya, lengannya di pegang oleh tangan kakaknya. Jun membawanya ke dalam pelukannya. Jurina memberontak, tapi Jun yang lebih kuat darinya mengeratkan pelukannya.

“Maaf. Aku minta maaf atas kelakuanku kemarin” kata Jun.
“Kau jahat, nii-chan. Kau benar-benar jahat” balas Jurina sambil memukul punggungnya.
“Iya! Aku memang jahat! Aku minta maaf, Jurina. Hontouni gomennasai

Jurina hanya menangis mendengarnya. Jun mengelus kepalanya dengan lembut. Sedangkan Jurina, kini menghentikan tangannya yang sedari tadi memukul punggung kakaknya.

“Aku tahu, aku salah. Sebagai gantinya, aku akan melakukan apa pun yang kau mau. Tapi… tolong maafkan aku, Jurina. Kau tahu? Aku sangat menyayangimu. Sungguh” kata Jun.
Hontou?”
Hai. Gomen ne, Juju”
“Kalau begitu, putuskan Sakura. Aku tidak mau, jika nii-chan berpacaran dengannya”

Jun terdiam sejenak mendengar permintaan itu. Lalu, dia memejamkan kedua matanya. Seolah mencari jawaban dari dirinya sendiri.

Dan Jun telah menemukan jawaban itu.

“Jika itu kemauan adik kesayanganku, aku akan melakukannya”
Nii-chan, arigatou
“Tapi, kau tidak marah lagi, bukan?”
Iie.” Jun hanya tersenyum dan mengelus kepala adiknya.

***

Jun keluar dari mobil bersama Jurina dan Mayu. Yui akan pergi dengan mobilnya sendiri. Lagipula, ketika pulang dia akan pergi ke rumah Paruru.
Sebenarnya, Jun juga akan pergi dengan mobilnya sendiri. Tapi, dia hanya ingin bersama Jurina sekarang ini. Mungkin, dia masih merasa bersalah karena kejadian kemarin. Walau ia sendiri sudah meminta maaf. Tapi, tetap saja dia masih belum tenang. Mungkin, untuk beberapa hari ke depan, dia akan pergi ke sekolah bersama Jurina dan Mayu. Biasanya, jika dia menggunakan mobil sendiri, Jurina akan pergi dengan Mayu. Dia memang selalu mempercayakan Jurina pada Mayu.

Nii-chan, aku dan Mayu-kun ke kelas dulu”
Hai. Mayu, aku titip Jurina”
“Aku pasti menjaganya” Jun tersenyum mendengarnya.

Ketika Jurina dan Mayu sudah pergi, Jun kembali berjalan dan dia melihat seorang gadis berkacamata yang memegang buku di tangannya. Dia menghentikan langkahnya di depan gadis itu. Kepala gadis itu mendongak melihatnya. Dia tersenyum memandang wajah sang gadis yang menatapnya dengan heran.

Jun-kun?”
“Dari mana kau?” tanya Jun.
“Dari kantor guru sebentar” kata gadis itu membuat Jun tersenyum.
“Langsung ke kelas sana, nanti kau ketinggalan pelajaran”
Hai

Jun hanya tersenyum membalasnya. Kemudian, dia melihat Rena yang langsung melangkah melewatinya. Kemudian, dia juga pergi ke kelasnya setelah bayang-bayang gadis itu tidak terlihat.

***

Paruru mengambil sebuah jepit rambut di meja kamarnya. Warna jepit itu biru cerah. Paruru sangat menyukainya. Apalagi, penjepit itu adalah pemberian Yui padanya. Dia memakaikan penjepit itu di rambutnya. Dia kembali tersenyum melihat penjepit itu yang sudah terpasang di rambut hitamnya.

“Jepit rambutnya cantik” katanya sambil melihat jepit rambut itu melalui cermin.

Kemudian, dia mendorong kursi rodanya keluar. Di ruang tamu, Paruru tidak melihat siapa-siapa. Lalu, ia memutuskan untuk pergi keluar rumahnya. Paruru hanya bermain di sekitar halaman rumahnya.
Dia sama sekali tidak ingin pergi ke kolam renang. Paruru hanya takut, jika dia akan terdorong ke kolam renang lagi. Di pangkuannya, dia membawa buku yang di dalamnya terdapat bulpoin. Jika biasanya dia akan melihat kolam renang, sekarang dia memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumahnya.

Paruru mendekati salah satu bunga yang sudah mekar. Dia memetik bunga itu dan mencium aroma bunganya. Bibirnya kembali tertarik berlawanan arah. Tapi, tak lama pandangannya harus teralihkan pada sebuah mobil yang memasuki area rumahnya. Paruru memutar kursi rodanya dan mendekati mobil itu.

Seseorang keluar dari mobil berwarna hitam itu dan membuatnya tersenyum.

Nii-chan” sapanya pada Yui yang langsung menoleh ke arahnya ketika dia menyapa laki-laki itu.
“Paru? Kenapa kau ada di luar?” Yui menghampiri gadis itu.
“Melihat tanaman. Aku takut ke kolam renang lagi, nii-chan” balasnya.

Yui tersenyum dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut. Dia hanya tidak ingin memberantakkan rambut hitam gadis itu. Lagipula, dia sangat senang melihat Paruru yang mempunyai rambut berwarna hitam panjang. Baginya, kecantikan alami gadis itu sangat terlihat. Apa adanya. Gadis itu seperti bidadari. Sangat cantik. Apalagi, wajahnya yang polos itu juga sangat menggemaskan.

“Kau sudah makan?” tanya Yui.
“Belum” balasnya singkat.

Paruru memang belum makan. Dia hanya makan tadi pagi. Alasannya, karena dia ingin makan siang bersama Yui. Kemarin, kedua saudaranya tidak ke rumahnya. Justruh, mereka akan tiba nanti sore. Kedua saudara Paruru tinggal di Nagoya, sedangkan dia di Tokyo. Tapi, karena kedua orang tua saudaranya pergi bekerja keluar negeri, mereka akan tinggal bersama Paruru.
Dan mungkin juga, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Yui. Kedua saudara Paruru sudah menginjak usia 16 tahun dan duduk di kelas 1 SMA. Dua tahun lebih muda daripada Yui. Tapi jika dengan Paruru, justruh Paruru satu tahun lebih muda daripada mereka. Iya, Paruru dan Yui berbeda 4 tahun. Sedangkan Rina, dia berusia 18 tahun. Seusia Yui. Tapi, sekolahnya berbeda dengan Yui. Yuka sendiri berusia 17 tahun dan duduk di kelas dua SMA. Dia dan Rina satu sekolah.

“Sekarang kita makan, ya?”
Hai

Yui mendorong kursi roda gadis itu. Tiba di meja makan, Yui langsung menyiapkan piringnya. Biasanya, dia hanya akan menggunakan satu piring. Yui akan makan sambil menyuapi gadis itu. Dan itu sangat membuat Paruru nyaman. Dia sangat menyukai perlakuan Yui kepadanya.
Pertama kalinya Yui melakukan itu, dia hanya menatap bingung laki-laki itu. Tapi, ketika dia mendengar penjelasan Yui, dia mengerti. Mungkin, itu akan lebih baik untuk hubungan mereka. Dan ternyata, sampai sekarang hubungan mereka sangat baik. Walau pun terkadang, Yui akan marah ketika Paruru tidak mempercayai ucapannya.

“Kapan mereka akan datang?” Paruru tampak berfikir setelah mendengar pertanyaan itu.
“Mungkin nanti sore, nii-chan” balasnya.
“Mereka akan satu sekolah denganku” timpal Yui kemudian.
“Aku juga ingin sekolah, nii-chan

Yui hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ketika dia membicarakan sekolah, pasti Paruru akan membalas dengan ucapan yang sama.
Paruru memang tidak bisa sekolah lagi. Karena, di sekolah dia hanya akan menjadi bahan bullyan. Semenjak saat itu pula, kedua orang tuanya khawatir kepadanya dan mereka mengeluarkan Paruru dari sekolah. Mereka hanya tidak mau, gadis kecil mereka akan terus menderita di sekolah.

“Kau ingin lagi?” tanya Yui.
“Ehmm…. Iie. Aku sudah kenyang, nii-chan

Yui menaruh piring itu di meja.

Kemarin, Paruru memang belajar memasak. Tapi, belum tentu juga sekarang dia akan pandai memasak, bukan? Justruh, ketika dia belajar memasak, dia terus merengek kepada Yui yang hanya berdiri di sebelahnya.
Yui tahu, sebenarnya Paruru sangat kesal karena dia sama sekali tidak mengerti dengan penjelasan pembantunya. Sebenarnya, jika Paruru tidak bisa memasak pun, Yui tidak begitu mempedulikannya. Tapi, itu semua adalah keinginan gadis itu. Jadi, Yui hanya menurut ketika mendengar permintaan gadis itu.

Nii-chan, kita jalan-jalan, ya?” kata Paruru.
“Sayang, kau masih sakit. Besok saja, ya? Lagi pula, kita harus menyambut kedua saudaramu” balas Yui sambil membelai rambut gadis itu.
“Jadi, kita tidak bisa jalan-jalan?” tanya Paruru.
“Besok bisa, Paru-chan. Kau tenang saja” Yui tersenyum kemudian mencium keningnya lembut.

Kepala gadis itu mengangguk, mengiyakan ucapan Yui. Lagipula, jika mereka jalan-jalan, bisa saja tidak ada yang menyambut kedatangan kedua saudara Paruru. Apalagi, Yuka dan Rina sedang pergi dan mereka pastinya akan pulang malam karena ada pesta yang harus mereka datangi.

***

Rena menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kirinya. Berharap, dia menemukan sesuatu petunjuk. Dia benar-benar memang pergi mencari pekerjaan. Rena sudah berjalan selama 15 menit, tapi ia sama sekali belum menemukan pekerjaan. Bahkan, dia sama sekali tidak sadar, jika dia sudah berjalan sangat jauh.

“Aw….” Dia mengaduh, ketika dia bertabrakan dengan seseorang.
Sumimasen” katanya cepat-cepat.
Daijoubu. Kau sendiri tidak apa-apa?” Rena menggeleng cepat.

Rena mendongak. Rena menatap seorang wanita paruh baya di depannya. Sepertinya, wanita itu sangat ramah. Terbukti, ketika wanita itu bertanya dengannya dengan nada yang halus tanpa ada kemarahan sama sekali.

“Kau baru pulang sekolah, ya?” wanita itu menatapnya.
Hai.” Balasnya sambil tersenyum.
“Di mana rumahmu? Sepertinya, seragam yang kau pakai sama dengan seragam calon menantuku”
“Eh?”
“Siapa namamu?” tanya wanita itu.
“Matsui Rena desu

Wanita itu kembali tersenyum. Kemudian, ia menatap Rena dari bawah ke atas. Rena hanya diam. Tapi, ia juga merasa risih dengan tatapan wanita itu. Rena sama sekali belum pernah bertemu dengan seseorang yang memperlakukannya secara formal.

“Sepertinya, kau sedang gelisah. Kau ingin kemana?” tanya wanita itu.
“Aku ingin mencari pekerjaan”
“Bukankah kau masih anak SMA?” tanya wanita itu.
Hai. Hanya saja, karena keluargaku ada masalah ekonomi” balasnya dengan jujur.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum. Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikan sesuatu itu pada Rena.

“Itu kartu namaku. Besok kau bisa datang ke rumahku dan bekerja sebagai pembantu untuk merawat putri bungsuku. Apa kau mau?” Rena tersenyum lebar.
Hai. Arigatou gozaimasu. Tapi, bisakah aku bekerja setelah pulang sekolah?”
“Tentu saja. Aku sangat mengerti keadaanmu”
Hontouni arigatou gozaimasu” kata Rena sambil menunduk.

Akhirnya, Rena menemukan pekerjaan juga.

Setelah itu, dia pamit dan berjalan pulang ke rumahnya. Mungkin, kedua adiknya sudah menunggu Rena di rumah. Apalagi, mereka juga pastinya sudah sangat kelaparan. Biasanya, Rena memang akan membuatkan makanan untuk mereka.

***

Yui mendengar suara ketukan pintu, ketika dia asyik bercerita dengan Paruru. Dia berdiri dan melangkah ke arah pintu, setelah ia meminta Paruru untuk menunggu di ruang tamu. Yui membuka pintu berwarna coklat tersebut dan tampak dua orang yang tersenyum sambil menyapa dirinya.
Yui tersenyum menyambut kedatangan dua orang itu. Orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu kedatangannya dan akhirnya mereka sudah tiba di rumah Paruru. Yui mengajak mereka ke dalam rumah.

Duduk bersama dengan Paruru di ruang tamu. Dari wajah gadis itu, dia tampak sangat senang menyambut kedatangan dua saudara kembarnya.

Nee-chan, Nii-chan” kata Paruru menyapa kedua saudara kembarnya.
Paru-chan, apa kabar?”
“Aku baik, nee-chan. Nee-chan akan tinggal di sini, ya?” Paruru langsung bertanya.
Hai. Aku juga akan sekolah di sini dan menjadi adik kelas Yui nii-chan
“Yuria, Yurichi, besok kalian bisa mulai sekolah. Kakakku sudah mengurus semuanya”
Hai. Arigatou gozaimasu, nii-chan” Yui mengangguk sambil menunjukkan senyumnya.

Yui kemudian melihat Paruru yang juga tersenyum ketika mendengar ucapan Yuria. Kemudian, ia mengelus kepala Paruru dengan lembut.
Yuria dan Yurichi duduk di depan mereka. Ketika bersama seperti ini, mereka pasti akan lupa segalanya. Bahkan, mereka bisa berbincang-bincang sampai malam dan lupa waktu. Paruru juga sesekali bertanya dan membalas apa yang saudaranya tanyakan padanya. Paruru memang tidak banyak bicara, dia hanya tidak tahu apa yang harus dia tanyakan atau apa yang harus dia bicarakan. Karena dia sama sekali tidak mempunyai topik pembicaraan. Walau begitu, bukan berarti dia menjadi obat nyamuk di antara mereka. Bahkan, Yui sesekali melihatnya dan mengelusnya.

“Ini sudah malam, aku pulang dulu, ya?” kata Yui mengakhiri obrolan mereka.
“Ah….. ternyata, waktu sangat cepat berlalu, ya?” kata Yurichi mengeluh.
“Paru, aku pulang dulu. Besok, aku akan kemari lagi. Jaga diri baik-baik, ya?”

Yui tersenyum dan mengecup singkat pucuk kepalanya. Jam di dinding memang sudah menunjukkan angka 9 malam. Biasanya, Yui akan pulang jam 10 malam setelah Paruru tidur. Tapi, karena ada Yuria dan Yurichi, Yui tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Paruru. Paruru sudah ada yang melindungi.

Nii-chan tidak menungguku sampai tidur?” tanya Paruru.
“Sudah ada Yuria dan Yurichi. Mereka akan menjagamu, Paru”

Paruru mengerucutkan bibirnya, ketika mendengar penjelasan Yui. Yui tersenyum melihat ekspresi yang di tunjukkan Paruru. Yui tahu, Paruru pasti kecewa dengan jawabannya. Gadis itu sudah terbiasa dengannya. Dan ketika Paruru tidur, hal yang terakhir yang ingin dia lihat adalah dirinya. Bukan orang lain.

“Kau marah?” tanya Yui.
“Tidak”

Yui menatap kedua mata gadis itu yang memerah. Yui sadar, jika gadis itu sebenarnya sudah sangat lelah. Mungkin, Paruru sudah benar-benar mengantuk. Biasanya, dia memang tidur lebih cepat. Paruru bahkan tidak pernah tidur di atas jam 9 malam. Jika dia sudah tertidur, biasanya yang Yui lakukan, jika tidak pulang langsung dia akan lebih memilih menjaga Paruru untuk satu jam ke depan. Dia hanya memastikan, jika Paruru aman dan benar-benar tertidur.

“Kau ingin tidur?” Paruru mengangguk.
“Aku sangat mengantuk, nii-chan
“Baik. Aku akan di sini sampai kau tidur. Sekarang, kita ke kamar dan tidurlah” Yui membelai kepalanya dengan lembut.
Hai

***

Rena berangkat dari rumahnya menuju sekolah. Hari ini, mungkin dia akan mulai bekerja. Dia memang meminta untuk sekolah terlebih dahulu, sebelum dia benar-benar bekerja setelah pulang sekolah nantinya.
Walau usianya yang terbilang masih cukup muda, Rena tidak pernah mempersalahakannya. Rena hanya ingin, keluarganya bisa hidup berkecukupan. Dia bisa belajar nantinya di malam hari, atau dia akan belajar ketika dia beristirahat dari pekerjaannya. Dia bisa membagi waktunya dengan baik.

BRUK!!

Tanpa sengaja, dia menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Buku yang semula tertata rapi di atas tangannya, kini harus berserakan di lantai. Dengan cepat, Rena mengambil satu persatu bukunya yang terjatuh. Orang itu masih berdiri di depannya dan kali ini memandangnya.

Sumimasen, aku tidak sengaja”
“Lain kali berhati-hatilah, jangan membuat orang kesal saja”

Rena menunduk mendengar ucapan yang sedikit meninggi itu. Gadis itu sepertinya mempunyai sifat yang dingin dan tidak suka dengan Rena. Bahkan, ketika Rena sibuk merapikan bukunya yang terjatuh, dia hanya berdiri dan diam melihat Rena dengan kedua matanya yang tajam.

“Sekali lagi aku minta maaf” kata Rena lagi.
“Sudahlah, Ryoha. Dia hanya tidak sengaja” mereka menoleh.
Mayu-kun?” kata gadis itu melihat Mayu yang berjalan mendekati mereka.
“Pergi ke kelasmu sana!” kata Mayu menyuruh.
“Tapi, dia…”
“Aku yang akan mengurusnya. Pergi saja sana!”

Ryoha menatap jengkel Mayu, tapi kemudian dia pergi dan membiarkan Mayu berdua dengan Rena. Rena menatap Mayu yang sekarang menatapnya lembut. Dia tersenyum melihat Mayu.

“Maafkan dia, ya?” kata Mayu kepadanya.
Daijoubu, senpai” kata Rena membalasnya.
“Kau tahu? Kau terlalu lemah menjadi seorang gadis. Kenapa kau tidak bisa melawan mereka?”
“Seperti yang senpai bilang, aku ini sangat lemah” balas Rena membenarkan perkataan Mayu.
“Tapi kau terlalu lemah, Rena”

Rena hanya tersenyum membalas ucapan Mayu.

Rena memang lemah, bahkan terlalu lemah menjadi seorang gadis. Luka yang ia dapatkan dari teman sekolahnya, mungkin membuat Rena sama sekali tidak bisa membalas ucapan kasar mereka. Rena hanya bisa diam dan menerima semuanya. Walau sakit, Rena mencoba untuk bersikap biasa ketika dia bersama keluarganya. Dia hanya tidak ingin menambah beban untuk kedua orang tuanya yang sudah susah payah mencarikan uang untuk dia dan kedua adik kecilnya.
Mayu hanya bisa menunjukkan senyum tipisnya, ketika Rena tersenyum membalas ucapannya tadi. Ia mengangkat tangannya dan mengelus pundak gadis itu dengan lembut. Rena sedikit terkejut dengan tindakan Mayu, tapi ia membiarkan Mayu melakukannya. Baginya, itu sangat lembut.

“Jaga diri baik-baik, ya? Aku tidak ingin adik kecilku di ganggu lagi oleh temannya”
“Adik kecil?” Rena mengulang ucapan itu.
“Aku sudah menganggapmu seperti adik kecilku. Kau tahu? Aku ini anak bungsu di keluarga Yokoyama, aku hanya ingin mempunyai adik. Aku rasa, kau sangat cocok menjadi adikku. Kau mau, bukan?”
Hai, Mayu senpai
Nii-chan, bukankah kau sudah menganggapku sebagai kakak lelakimu?”

Rena kembali tersenyum. Rena tersenyum membalas ucapan Mayu dan kepalanya mengangguk. Hari ini, dia sangat senang. Ternyata, masih ada yang menganggapnya. Dan yang membuatnya tidak percaya, seorang Mayu bisa menganggapnya sebagai seorang adik. Dia sangat senang.

Hai, onii-chan
Good. Sekarang masuk ke kelas sana. Belajar yang rajin, ya? Jika nanti kau mendapatkan nilai yang tinggi, aku akan memberikanmu hadiah”
Hontou, nii-chan?” kata Rena. Ini kali pertamanya ia mendengar seseorang akan memberinya hadiah, jika dia berhasil mendapatkan nilai yang tinggi.
Hai. Untuk adik kecilku, kenapa tidak?”
“Walau nii-chan tidak memberikanku hadiah pun, aku pasti akan belajar yang rajin untuk mendapatkan nilai yang tinggi” timpal Rena sambil tersenyum.
“Itu karena aku menyayangimu sebagai adik kecilku. Aku harap, kau bisa mendapatkannya”

Rena kembali tersenyum dan kepalanya mengangguk. Kemudian, Mayu menyuruhnya untuk segera masuk ke kelas. Rena langsung mengiyakannya dan mulai berjalan ke arah kelasnya. Hari ini, dia benar-benar bahagia. Rena seperti merasa menjadi seorang adik yang paling beruntung di dunia ini. Apalagi, karena Mayu juga benar-benar menganggapnya seperti seorang adik kecil.

Mayu juga mulai melangkah ke arah kelasnya. Dia hanya tidak ingin terlambat masuk ke kelasnya. Tapi, dia bertemu dengan sesosok gadis yang beberapa hari ini tidak ia lihat. Gadis itu masuk ke kelas yang berada persis di sebelah kelasnya. Dia tersenyum melihat gadis itu. Gadis berambut panjang dan begitu sangat cantik nan mempesona. Mungkin, salah satu alasan Mayu menyukai gadis itu adalah karena gadis itu sangat cantik dan mempesona.
Setiap kali bertemu dengan gadis itu, jantungnya berdegup begitu kencang. Apalagi, ketika mereka saling bertatapan. Mayu berhasil di buat salah tingkah oleh gadis itu. Gadis yang berumuran sama seperti dirinya. Tapi, Mayu sangat menyayangi gadis itu walau gadis itu belum mengetahuinya sama sekali.

Mayu-kun” dia terkejut dan menolehkan kepalanya pada seorang yang mengejutkannya.
“Ah…. kau Ju. Kau membuatku kaget saja” gadis itu tertawa mendengar keluhannya.
“Apa yang kau lakukan? Memandangi Yuki lagi, kah?”
Hai. Eh?” Jurina kembali tertawa.
“Ketahuan!” Mayu menatap jengkel gadis yang ada di sebelahnya.

Jurina hanya bisa tertawa melihat Mayu yang menatapnya jengkel. Dia memang sangat suka menggoda sepupunya itu. Setiap kali mereka berbincang-bincang dan bersendau gurau, Jurina pasti akan menggoda sepupunya itu.

“Masuk sana!” kata Mayu jengkel.
Hai
“Dasar gadis tomboy!” keluh Mayu sambil melihat saudaranya itu yang berjalan menjauhinya. Jurina masih saja tertawa.





To Be Continued........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar