Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jun
- Yokoyama Mayu
- Shimazaki Haruka
- Matsui Rena
- Kashiwagi Yuki
Other Cast :
- Matsui Jurina
- Kizaki Yuria
- Kizaki Yurichi
- Kitagawa Ryoha
Happy Reading All.......
~---0---~
~---0---~
Jun
masuk ke dalam kamar Jurina. Ia melihat adiknya yang tertidur lelap di kamar.
Jun mendesah, kemudian ia melangkah mendekati Jurina. Dia duduk di samping
Jurina. Jun mengelus kening gadis itu.
“Gomennasai, Jurina” katanya pelan.
Dia
sudah melakukan kesalahan terbesar, dan mungkin Jurina akan membencinya. Dia
hanya terlalu termakan ucapan orang lain dan akhirnya menampar adik
kesayangannya.
Jun
mencium kening adiknya. Sedari kecil, dia memang melakukan itu kepada Jurina.
Dulu, ketika mereka masih kecil, Jurina memang sangat suka di ganggu oleh teman
lelakinya. Dan dia selalu mencoba melindungi gadis itu.
Tapi,
hari ini dia sudah membuat luka di hati Jurina. Luka yang mungkin saja membuat
Jurina membencinya.
***
Jurina
melangkah keluar dari kamarnya, ketika dia sudah selesai menyiapkan keperluan
sekolahnya. Tapi, dia melihat seorang laki-laki yang berdiri di depan kamarnya.
Dia melihat kesal orang itu.
Ketika
dia ingin melewati kakaknya, lengannya di pegang oleh tangan kakaknya. Jun
membawanya ke dalam pelukannya. Jurina memberontak, tapi Jun yang lebih kuat
darinya mengeratkan pelukannya.
“Maaf.
Aku minta maaf atas kelakuanku kemarin” kata Jun.
“Kau
jahat, nii-chan. Kau benar-benar
jahat” balas Jurina sambil memukul punggungnya.
“Iya!
Aku memang jahat! Aku minta maaf, Jurina. Hontouni
gomennasai”
Jurina
hanya menangis mendengarnya. Jun mengelus kepalanya dengan lembut. Sedangkan
Jurina, kini menghentikan tangannya yang sedari tadi memukul punggung kakaknya.
“Aku
tahu, aku salah. Sebagai gantinya, aku akan melakukan apa pun yang kau mau.
Tapi… tolong maafkan aku, Jurina. Kau tahu? Aku sangat menyayangimu. Sungguh”
kata Jun.
“Hontou?”
“Hai. Gomen
ne, Juju”
“Kalau
begitu, putuskan Sakura. Aku tidak mau, jika nii-chan berpacaran dengannya”
Jun
terdiam sejenak mendengar permintaan itu. Lalu, dia memejamkan kedua matanya.
Seolah mencari jawaban dari dirinya sendiri.
Dan
Jun telah menemukan jawaban itu.
“Jika
itu kemauan adik kesayanganku, aku akan melakukannya”
“Nii-chan, arigatou”
“Tapi,
kau tidak marah lagi, bukan?”
“Iie.” Jun hanya tersenyum dan mengelus
kepala adiknya.
***
Jun
keluar dari mobil bersama Jurina dan Mayu. Yui akan pergi dengan mobilnya
sendiri. Lagipula, ketika pulang dia akan pergi ke rumah Paruru.
Sebenarnya,
Jun juga akan pergi dengan mobilnya sendiri. Tapi, dia hanya ingin bersama
Jurina sekarang ini. Mungkin, dia masih merasa bersalah karena kejadian
kemarin. Walau ia sendiri sudah meminta maaf. Tapi, tetap saja dia masih belum
tenang. Mungkin, untuk beberapa hari ke depan, dia akan pergi ke sekolah
bersama Jurina dan Mayu. Biasanya, jika dia menggunakan mobil sendiri, Jurina
akan pergi dengan Mayu. Dia memang selalu mempercayakan Jurina pada Mayu.
“Nii-chan, aku dan Mayu-kun ke kelas dulu”
“Hai. Mayu, aku titip Jurina”
“Aku
pasti menjaganya” Jun tersenyum mendengarnya.
Ketika
Jurina dan Mayu sudah pergi, Jun kembali berjalan dan dia melihat seorang gadis
berkacamata yang memegang buku di tangannya. Dia menghentikan langkahnya di
depan gadis itu. Kepala gadis itu mendongak melihatnya. Dia tersenyum memandang
wajah sang gadis yang menatapnya dengan heran.
“Jun-kun?”
“Dari
mana kau?” tanya Jun.
“Dari
kantor guru sebentar” kata gadis itu membuat Jun tersenyum.
“Langsung
ke kelas sana, nanti kau ketinggalan pelajaran”
“Hai”
Jun
hanya tersenyum membalasnya. Kemudian, dia melihat Rena yang langsung melangkah
melewatinya. Kemudian, dia juga pergi ke kelasnya setelah bayang-bayang gadis
itu tidak terlihat.
***
Paruru
mengambil sebuah jepit rambut di meja kamarnya. Warna jepit itu biru cerah.
Paruru sangat menyukainya. Apalagi, penjepit itu adalah pemberian Yui padanya.
Dia memakaikan penjepit itu di rambutnya. Dia kembali tersenyum melihat
penjepit itu yang sudah terpasang di rambut hitamnya.
“Jepit
rambutnya cantik” katanya sambil melihat jepit rambut itu melalui cermin.
Kemudian,
dia mendorong kursi rodanya keluar. Di ruang tamu, Paruru tidak melihat
siapa-siapa. Lalu, ia memutuskan untuk pergi keluar rumahnya. Paruru hanya
bermain di sekitar halaman rumahnya.
Dia
sama sekali tidak ingin pergi ke kolam renang. Paruru hanya takut, jika dia
akan terdorong ke kolam renang lagi. Di pangkuannya, dia membawa buku yang di
dalamnya terdapat bulpoin. Jika biasanya dia akan melihat kolam renang, sekarang
dia memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumahnya.
Paruru
mendekati salah satu bunga yang sudah mekar. Dia memetik bunga itu dan mencium
aroma bunganya. Bibirnya kembali tertarik berlawanan arah. Tapi, tak lama
pandangannya harus teralihkan pada sebuah mobil yang memasuki area rumahnya.
Paruru memutar kursi rodanya dan mendekati mobil itu.
Seseorang
keluar dari mobil berwarna hitam itu dan membuatnya tersenyum.
“Nii-chan” sapanya pada Yui yang langsung
menoleh ke arahnya ketika dia menyapa laki-laki itu.
“Paru?
Kenapa kau ada di luar?” Yui menghampiri gadis itu.
“Melihat
tanaman. Aku takut ke kolam renang lagi, nii-chan”
balasnya.
Yui
tersenyum dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut. Dia hanya tidak ingin
memberantakkan rambut hitam gadis itu. Lagipula, dia sangat senang melihat
Paruru yang mempunyai rambut berwarna hitam panjang. Baginya, kecantikan alami
gadis itu sangat terlihat. Apa adanya. Gadis itu seperti bidadari. Sangat
cantik. Apalagi, wajahnya yang polos itu juga sangat menggemaskan.
“Kau
sudah makan?” tanya Yui.
“Belum”
balasnya singkat.
Paruru
memang belum makan. Dia hanya makan tadi pagi. Alasannya, karena dia ingin
makan siang bersama Yui. Kemarin, kedua saudaranya tidak ke rumahnya. Justruh,
mereka akan tiba nanti sore. Kedua saudara Paruru tinggal di Nagoya, sedangkan
dia di Tokyo. Tapi, karena kedua orang tua saudaranya pergi bekerja keluar
negeri, mereka akan tinggal bersama Paruru.
Dan
mungkin juga, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Yui. Kedua saudara
Paruru sudah menginjak usia 16 tahun dan duduk di kelas 1 SMA. Dua tahun lebih
muda daripada Yui. Tapi jika dengan Paruru, justruh Paruru satu tahun lebih
muda daripada mereka. Iya, Paruru dan Yui berbeda 4 tahun. Sedangkan Rina, dia
berusia 18 tahun. Seusia Yui. Tapi, sekolahnya berbeda dengan Yui. Yuka sendiri
berusia 17 tahun dan duduk di kelas dua SMA. Dia dan Rina satu sekolah.
“Sekarang
kita makan, ya?”
“Hai”
Yui
mendorong kursi roda gadis itu. Tiba di meja makan, Yui langsung menyiapkan piringnya.
Biasanya, dia hanya akan menggunakan satu piring. Yui akan makan sambil
menyuapi gadis itu. Dan itu sangat membuat Paruru nyaman. Dia sangat menyukai
perlakuan Yui kepadanya.
Pertama
kalinya Yui melakukan itu, dia hanya menatap bingung laki-laki itu. Tapi,
ketika dia mendengar penjelasan Yui, dia mengerti. Mungkin, itu akan lebih baik
untuk hubungan mereka. Dan ternyata, sampai sekarang hubungan mereka sangat
baik. Walau pun terkadang, Yui akan marah ketika Paruru tidak mempercayai
ucapannya.
“Kapan
mereka akan datang?” Paruru tampak berfikir setelah mendengar pertanyaan itu.
“Mungkin
nanti sore, nii-chan” balasnya.
“Mereka
akan satu sekolah denganku” timpal Yui kemudian.
“Aku
juga ingin sekolah, nii-chan”
Yui
hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ketika dia membicarakan sekolah, pasti
Paruru akan membalas dengan ucapan yang sama.
Paruru
memang tidak bisa sekolah lagi. Karena, di sekolah dia hanya akan menjadi bahan
bullyan. Semenjak saat itu pula, kedua orang tuanya khawatir kepadanya dan
mereka mengeluarkan Paruru dari sekolah. Mereka hanya tidak mau, gadis kecil
mereka akan terus menderita di sekolah.
“Kau
ingin lagi?” tanya Yui.
“Ehmm….
Iie. Aku sudah kenyang, nii-chan”
Yui
menaruh piring itu di meja.
Kemarin,
Paruru memang belajar memasak. Tapi, belum tentu juga sekarang dia akan pandai
memasak, bukan? Justruh, ketika dia belajar memasak, dia terus merengek kepada
Yui yang hanya berdiri di sebelahnya.
Yui
tahu, sebenarnya Paruru sangat kesal karena dia sama sekali tidak mengerti
dengan penjelasan pembantunya. Sebenarnya, jika Paruru tidak bisa memasak pun,
Yui tidak begitu mempedulikannya. Tapi, itu semua adalah keinginan gadis itu.
Jadi, Yui hanya menurut ketika mendengar permintaan gadis itu.
“Nii-chan, kita jalan-jalan, ya?” kata
Paruru.
“Sayang,
kau masih sakit. Besok saja, ya? Lagi pula, kita harus menyambut kedua
saudaramu” balas Yui sambil membelai rambut gadis itu.
“Jadi,
kita tidak bisa jalan-jalan?” tanya Paruru.
“Besok
bisa, Paru-chan. Kau tenang saja” Yui
tersenyum kemudian mencium keningnya lembut.
Kepala
gadis itu mengangguk, mengiyakan ucapan Yui. Lagipula, jika mereka jalan-jalan,
bisa saja tidak ada yang menyambut kedatangan kedua saudara Paruru. Apalagi,
Yuka dan Rina sedang pergi dan mereka pastinya akan pulang malam karena ada
pesta yang harus mereka datangi.
***
Rena
menolehkan kepalanya ke arah kanan dan kirinya. Berharap, dia menemukan sesuatu
petunjuk. Dia benar-benar memang pergi mencari pekerjaan. Rena sudah berjalan
selama 15 menit, tapi ia sama sekali belum menemukan pekerjaan. Bahkan, dia
sama sekali tidak sadar, jika dia sudah berjalan sangat jauh.
“Aw….”
Dia mengaduh, ketika dia bertabrakan dengan seseorang.
“Sumimasen” katanya cepat-cepat.
“Daijoubu. Kau sendiri tidak apa-apa?”
Rena menggeleng cepat.
Rena
mendongak. Rena menatap seorang wanita paruh baya di depannya. Sepertinya,
wanita itu sangat ramah. Terbukti, ketika wanita itu bertanya dengannya dengan
nada yang halus tanpa ada kemarahan sama sekali.
“Kau
baru pulang sekolah, ya?” wanita itu menatapnya.
“Hai.” Balasnya sambil tersenyum.
“Di
mana rumahmu? Sepertinya, seragam yang kau pakai sama dengan seragam calon
menantuku”
“Eh?”
“Siapa
namamu?” tanya wanita itu.
“Matsui
Rena desu”
Wanita
itu kembali tersenyum. Kemudian, ia menatap Rena dari bawah ke atas. Rena hanya
diam. Tapi, ia juga merasa risih dengan tatapan wanita itu. Rena sama sekali
belum pernah bertemu dengan seseorang yang memperlakukannya secara formal.
“Sepertinya,
kau sedang gelisah. Kau ingin kemana?” tanya wanita itu.
“Aku
ingin mencari pekerjaan”
“Bukankah
kau masih anak SMA?” tanya wanita itu.
“Hai. Hanya saja, karena keluargaku ada
masalah ekonomi” balasnya dengan jujur.
Wanita
itu lagi-lagi tersenyum. Kemudian, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan
memberikan sesuatu itu pada Rena.
“Itu
kartu namaku. Besok kau bisa datang ke rumahku dan bekerja sebagai pembantu
untuk merawat putri bungsuku. Apa kau mau?” Rena tersenyum lebar.
“Hai. Arigatou
gozaimasu. Tapi, bisakah aku bekerja setelah pulang sekolah?”
“Tentu
saja. Aku sangat mengerti keadaanmu”
“Hontouni arigatou gozaimasu” kata Rena
sambil menunduk.
Akhirnya,
Rena menemukan pekerjaan juga.
Setelah
itu, dia pamit dan berjalan pulang ke rumahnya. Mungkin, kedua adiknya sudah
menunggu Rena di rumah. Apalagi, mereka juga pastinya sudah sangat kelaparan.
Biasanya, Rena memang akan membuatkan makanan untuk mereka.
***
Yui
mendengar suara ketukan pintu, ketika dia asyik bercerita dengan Paruru. Dia
berdiri dan melangkah ke arah pintu, setelah ia meminta Paruru untuk menunggu
di ruang tamu. Yui membuka pintu berwarna coklat tersebut dan tampak dua orang
yang tersenyum sambil menyapa dirinya.
Yui
tersenyum menyambut kedatangan dua orang itu. Orang yang sedari tadi ia
tunggu-tunggu kedatangannya dan akhirnya mereka sudah tiba di rumah Paruru. Yui
mengajak mereka ke dalam rumah.
Duduk
bersama dengan Paruru di ruang tamu. Dari wajah gadis itu, dia tampak sangat
senang menyambut kedatangan dua saudara kembarnya.
“Nee-chan, Nii-chan” kata Paruru menyapa kedua saudara kembarnya.
“Paru-chan, apa kabar?”
“Aku
baik, nee-chan. Nee-chan akan tinggal di sini, ya?” Paruru langsung bertanya.
“Hai. Aku juga akan sekolah di sini dan
menjadi adik kelas Yui nii-chan”
“Yuria,
Yurichi, besok kalian bisa mulai sekolah. Kakakku sudah mengurus semuanya”
“Hai. Arigatou
gozaimasu, nii-chan” Yui
mengangguk sambil menunjukkan senyumnya.
Yui
kemudian melihat Paruru yang juga tersenyum ketika mendengar ucapan Yuria.
Kemudian, ia mengelus kepala Paruru dengan lembut.
Yuria
dan Yurichi duduk di depan mereka. Ketika bersama seperti ini, mereka pasti
akan lupa segalanya. Bahkan, mereka bisa berbincang-bincang sampai malam dan
lupa waktu. Paruru juga sesekali bertanya dan membalas apa yang saudaranya
tanyakan padanya. Paruru memang tidak banyak bicara, dia hanya tidak tahu apa
yang harus dia tanyakan atau apa yang harus dia bicarakan. Karena dia sama
sekali tidak mempunyai topik pembicaraan. Walau begitu, bukan berarti dia
menjadi obat nyamuk di antara mereka. Bahkan, Yui sesekali melihatnya dan
mengelusnya.
“Ini
sudah malam, aku pulang dulu, ya?” kata Yui mengakhiri obrolan mereka.
“Ah…..
ternyata, waktu sangat cepat berlalu, ya?” kata Yurichi mengeluh.
“Paru,
aku pulang dulu. Besok, aku akan kemari lagi. Jaga diri baik-baik, ya?”
Yui
tersenyum dan mengecup singkat pucuk kepalanya. Jam di dinding memang sudah
menunjukkan angka 9 malam. Biasanya, Yui akan pulang jam 10 malam setelah
Paruru tidur. Tapi, karena ada Yuria dan Yurichi, Yui tidak perlu
mengkhawatirkan keadaan Paruru. Paruru sudah ada yang melindungi.
“Nii-chan tidak menungguku sampai tidur?”
tanya Paruru.
“Sudah
ada Yuria dan Yurichi. Mereka akan menjagamu, Paru”
Paruru
mengerucutkan bibirnya, ketika mendengar penjelasan Yui. Yui tersenyum melihat
ekspresi yang di tunjukkan Paruru. Yui tahu, Paruru pasti kecewa dengan
jawabannya. Gadis itu sudah terbiasa dengannya. Dan ketika Paruru tidur, hal
yang terakhir yang ingin dia lihat adalah dirinya. Bukan orang lain.
“Kau
marah?” tanya Yui.
“Tidak”
Yui
menatap kedua mata gadis itu yang memerah. Yui sadar, jika gadis itu sebenarnya
sudah sangat lelah. Mungkin, Paruru sudah benar-benar mengantuk. Biasanya, dia
memang tidur lebih cepat. Paruru bahkan tidak pernah tidur di atas jam 9 malam.
Jika dia sudah tertidur, biasanya yang Yui lakukan, jika tidak pulang langsung
dia akan lebih memilih menjaga Paruru untuk satu jam ke depan. Dia hanya
memastikan, jika Paruru aman dan benar-benar tertidur.
“Kau
ingin tidur?” Paruru mengangguk.
“Aku
sangat mengantuk, nii-chan”
“Baik.
Aku akan di sini sampai kau tidur. Sekarang, kita ke kamar dan tidurlah” Yui
membelai kepalanya dengan lembut.
“Hai”
***
Rena
berangkat dari rumahnya menuju sekolah. Hari ini, mungkin dia akan mulai
bekerja. Dia memang meminta untuk sekolah terlebih dahulu, sebelum dia
benar-benar bekerja setelah pulang sekolah nantinya.
Walau
usianya yang terbilang masih cukup muda, Rena tidak pernah mempersalahakannya.
Rena hanya ingin, keluarganya bisa hidup berkecukupan. Dia bisa belajar
nantinya di malam hari, atau dia akan belajar ketika dia beristirahat dari
pekerjaannya. Dia bisa membagi waktunya dengan baik.
BRUK!!
Tanpa
sengaja, dia menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Buku
yang semula tertata rapi di atas tangannya, kini harus berserakan di lantai.
Dengan cepat, Rena mengambil satu persatu bukunya yang terjatuh. Orang itu
masih berdiri di depannya dan kali ini memandangnya.
“Sumimasen, aku tidak sengaja”
“Lain
kali berhati-hatilah, jangan membuat orang kesal saja”
Rena
menunduk mendengar ucapan yang sedikit meninggi itu. Gadis itu sepertinya
mempunyai sifat yang dingin dan tidak suka dengan Rena. Bahkan, ketika Rena
sibuk merapikan bukunya yang terjatuh, dia hanya berdiri dan diam melihat Rena
dengan kedua matanya yang tajam.
“Sekali
lagi aku minta maaf” kata Rena lagi.
“Sudahlah,
Ryoha. Dia hanya tidak sengaja” mereka menoleh.
“Mayu-kun?” kata gadis itu melihat Mayu
yang berjalan mendekati mereka.
“Pergi
ke kelasmu sana!” kata Mayu menyuruh.
“Tapi,
dia…”
“Aku
yang akan mengurusnya. Pergi saja sana!”
Ryoha
menatap jengkel Mayu, tapi kemudian dia pergi dan membiarkan Mayu berdua dengan
Rena. Rena menatap Mayu yang sekarang menatapnya lembut. Dia tersenyum melihat
Mayu.
“Maafkan
dia, ya?” kata Mayu kepadanya.
“Daijoubu, senpai” kata Rena membalasnya.
“Kau
tahu? Kau terlalu lemah menjadi seorang gadis. Kenapa kau tidak bisa melawan
mereka?”
“Seperti
yang senpai bilang, aku ini sangat
lemah” balas Rena membenarkan perkataan Mayu.
“Tapi
kau terlalu lemah, Rena”
Rena
hanya tersenyum membalas ucapan Mayu.
Rena
memang lemah, bahkan terlalu lemah menjadi seorang gadis. Luka yang ia dapatkan
dari teman sekolahnya, mungkin membuat Rena sama sekali tidak bisa membalas
ucapan kasar mereka. Rena hanya bisa diam dan menerima semuanya. Walau sakit,
Rena mencoba untuk bersikap biasa ketika dia bersama keluarganya. Dia hanya
tidak ingin menambah beban untuk kedua orang tuanya yang sudah susah payah
mencarikan uang untuk dia dan kedua adik kecilnya.
Mayu
hanya bisa menunjukkan senyum tipisnya, ketika Rena tersenyum membalas
ucapannya tadi. Ia mengangkat tangannya dan mengelus pundak gadis itu dengan
lembut. Rena sedikit terkejut dengan tindakan Mayu, tapi ia membiarkan Mayu
melakukannya. Baginya, itu sangat lembut.
“Jaga
diri baik-baik, ya? Aku tidak ingin adik kecilku di ganggu lagi oleh temannya”
“Adik
kecil?” Rena mengulang ucapan itu.
“Aku
sudah menganggapmu seperti adik kecilku. Kau tahu? Aku ini anak bungsu di
keluarga Yokoyama, aku hanya ingin mempunyai adik. Aku rasa, kau sangat cocok
menjadi adikku. Kau mau, bukan?”
“Hai, Mayu senpai”
“Nii-chan, bukankah kau sudah
menganggapku sebagai kakak lelakimu?”
Rena
kembali tersenyum. Rena tersenyum membalas ucapan Mayu dan kepalanya
mengangguk. Hari ini, dia sangat senang. Ternyata, masih ada yang
menganggapnya. Dan yang membuatnya tidak percaya, seorang Mayu bisa
menganggapnya sebagai seorang adik. Dia sangat senang.
“Hai, onii-chan”
“Good. Sekarang masuk ke kelas sana.
Belajar yang rajin, ya? Jika nanti kau mendapatkan nilai yang tinggi, aku akan
memberikanmu hadiah”
“Hontou, nii-chan?” kata Rena. Ini kali pertamanya ia mendengar seseorang
akan memberinya hadiah, jika dia berhasil mendapatkan nilai yang tinggi.
“Hai. Untuk adik kecilku, kenapa tidak?”
“Walau
nii-chan tidak memberikanku hadiah
pun, aku pasti akan belajar yang rajin untuk mendapatkan nilai yang tinggi”
timpal Rena sambil tersenyum.
“Itu
karena aku menyayangimu sebagai adik kecilku. Aku harap, kau bisa
mendapatkannya”
Rena
kembali tersenyum dan kepalanya mengangguk. Kemudian, Mayu menyuruhnya untuk segera
masuk ke kelas. Rena langsung mengiyakannya dan mulai berjalan ke arah
kelasnya. Hari ini, dia benar-benar bahagia. Rena seperti merasa menjadi
seorang adik yang paling beruntung di dunia ini. Apalagi, karena Mayu juga
benar-benar menganggapnya seperti seorang adik kecil.
Mayu
juga mulai melangkah ke arah kelasnya. Dia hanya tidak ingin terlambat masuk ke
kelasnya. Tapi, dia bertemu dengan sesosok gadis yang beberapa hari ini tidak
ia lihat. Gadis itu masuk ke kelas yang berada persis di sebelah kelasnya. Dia tersenyum
melihat gadis itu. Gadis berambut panjang dan begitu sangat cantik nan
mempesona. Mungkin, salah satu alasan Mayu menyukai gadis itu adalah karena
gadis itu sangat cantik dan mempesona.
Setiap
kali bertemu dengan gadis itu, jantungnya berdegup begitu kencang. Apalagi,
ketika mereka saling bertatapan. Mayu berhasil di buat salah tingkah oleh gadis
itu. Gadis yang berumuran sama seperti dirinya. Tapi, Mayu sangat menyayangi
gadis itu walau gadis itu belum mengetahuinya sama sekali.
“Mayu-kun” dia terkejut dan menolehkan
kepalanya pada seorang yang mengejutkannya.
“Ah….
kau Ju. Kau membuatku kaget saja” gadis itu tertawa mendengar keluhannya.
“Apa
yang kau lakukan? Memandangi Yuki lagi, kah?”
“Hai. Eh?” Jurina kembali tertawa.
“Ketahuan!”
Mayu menatap jengkel gadis yang ada di sebelahnya.
Jurina
hanya bisa tertawa melihat Mayu yang menatapnya jengkel. Dia memang sangat suka
menggoda sepupunya itu. Setiap kali mereka berbincang-bincang dan bersendau gurau,
Jurina pasti akan menggoda sepupunya itu.
“Masuk
sana!” kata Mayu jengkel.
“Hai”
“Dasar
gadis tomboy!” keluh Mayu sambil melihat saudaranya itu yang berjalan
menjauhinya. Jurina masih saja tertawa.
To Be Continued........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar