Minggu, 16 Oktober 2016

Black Roses ╞ Thief (Yumi!)

Title : Black Roses ╞ Thief (Yumi!)
Author : Rena-chan
Genre : Action, PG - 15, GxG

Main Cast :
  • Sakurai Reika
  • Ikuta Erika
Other Cast :
  • Matsui Rena
  • Matsui Jurina
  • Iriyama Anna
  • Hashimoto Nanami
  • Nakada Kana
Happy Reading All.......



~---0---~



“Siapa namamu?”

Pertanyaan itu membuat gadis yang masih terbaring lemah di kasur rumah sakit itu berfikir. Seolah, dia mencoba mengingat sesuatu. Lalu, dia kembali melihat Rena dan menggeleng secara perlahan.

“Aku bahkan tidak mengingat siapa diriku” kata gadis itu.
Sensei, apa jangan-jangan dia amnesia? Dia kecekaan dan kepalanya terbentur”
“Coba aku periksa dulu”
Hai

Rena duduk di sebelah gadis itu. Gadis itu hanya diam melihatnya. Sepertinya, gadis itu tengah mencoba mengingat sesuatu lagi. Tapi, yang ada dia justruh merintih kesakitan karena terlalu berfikir keras.

“Jangan di paksakan” kata Rena seolah tahu.
“Siapa kalian”
“Namaku Matsui Rena. Aku pemilik rumah sakit ini. Dan ini temanku, Iriyama Anna. Dia perawat yang selalu merawat dirimu ketika kau masih dalam keadaan koma”

Iriyama menunjukkan senyumnya, ketika gadis itu melihat dirinya. Gadis itu membalas senyumannya. Jika gadis itu amnesia, Rena dan Annin harus memanggil gadis itu dengan apa? Mungkin, lebih baik jika mereka menemukan sebuah nama yang cocok untuk gadis itu.

Mereka tidak akan bingung ketika memanggil gadis itu.

Gadis itu memiliki wajah yang cantik dan manis. Rambutnya pendek dan tubuhnya sangat kurus. Mungkin, karena dia terlalu lama dalam keadaan koma. Wajahnya yang putih juga sangat pucat.

“Terima kasih, karena kalian sudah mau merawatku” kata gadis itu.
“Sama-sama. Kau harus banyak-banyak beristirahat agar kau bisa cepat sembuh. Annin akan merawatmu di sini. Jika ada apa-apa, aku juga siap membantumu”
Domo arigatou gozaimasu

Rena dan Annin hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis itu. Gadis itu seperti merasa beruntung, karena nyawanya telah tertolong dan di rawat oleh Rena dan Annin.

“Lalu, aku harus memanggilmu apa? Jika kau saja amnesia” kata Annin.
“Entahlah. Aku bahkan tidak ingat sama sekali tentang diriku”
“Bahkan ketika kau mengalami kecelakaan dan membuatmu koma?” kata Rena bertanya.
Hai. Aku sama sekali tidak ingat”
“Lalu, kami berdua harus memanggilmu apa?” Annin bertanya lagi.
“Aku sendiri juga tidak tahu”

Kemudian, Annin hanya diam dan menoleh ke arah Rena yang juga kebingungan. Namun, tak lama Rena tersenyum dan melihat gadis itu.

“Bagaimana jika kami memanggilmu, Yumi?”
“Yumi? Terdengar familiar di telingaku” kata gadis itu tersenyum.
“Jika nama aslimu memang Yumi, Rena sensei benar-benar hebat karena memilih nama itu”
“Baiklah. Mulai sekarang, kalian bisa memanggilku Yumi”
“Ano… Annin, kau jaga Yumi baik-baik, ya? Dia perlu istirahat yang cukup”
Hai

Setelah itu, Rena keluar dari ruangan Yumi. Mungkin, nama itu memang sangat cocok untuk gadis berambut pendek itu. Bahkan, dia seperti menyukai nama itu. Yumi mencoba untuk berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Hanya saja, Annin menahannya agar Yumi tidak duduk.

“Jangan! Kau masih harus istirahat. Apalagi, kau baru saja sadar”
“Ah… hai. Aku hanya lelah terus terbaring seperti ini” kata Yumi mengaku.
“Sabar saja. Rena sensei pasti akan mengijinkanmu untuk keluar dari sini”
Arigatou” Annin mengangguk.
“Aku keluar dulu, jika ada apa-apa kau bisa panggil aku”
Hai

***

Nanami kembali masuk ke dalam ruangannya. Ada orang yang ingin bertemu dengannya dan orang itu menunggunya di ruangannya. Dia melihat seorang gadis berambut sebahu yang ada tengah duduk di ruangannya.

Nanami mendekati gadis itu.

“Kanarin, ada apa?”
“Ada kasus pencurian di Nagoya. Dan aku yakin, jika yang melakukannya adalah Black Roses. Ketika aku berkelahi dengan salah satu dari mereka, dia sempat menyelipkan bunga mawar hitam di saku belakangku”

Kanarin memberikan bunga mawar itu kepada Nanami. Nanami mendengus kesal, lagi-lagi dia tertinggal satu langkah dengan para pencuri itu. Bahkan, dia belum tahu siapa mereka, dan lagi-lagi mereka harus mencuri salah satu barang berharga milik seseorang. Bahkan, Kanarin tidak bisa menangkap mereka.

Mungkin, para pencuri itu memang terlalu pintar. Dan jika menangkap pencuri, mungkin salah satunya berfikir seperti mencuri. Mengincar mereka memang tidaklah mudah, tapi jika belum di coba belum tentu tahu, bukan?

“Sepertinya, kita harus benar-benar bertindak” kata Nanami.
“Aku setuju dengan itu. Tapi, mereka terlalu pintar. Rencana apa yang akan kita pakai untuk menangkap mereka?” tanya Kanarin yang membuat Nanami terdiam sejenak.
“Entahlah. Tapi, aku akan mencari cara untuk mereka. Duri-duri liar yang menyusahkan rakyat”
Hai. Aku dan Jurina juga terus berusaha untuk menangkap mereka”
“Jurina? Di mana dia?”
“Mungkin ke rumah sakit, bertemu dengan Rena”
“Dia pasti akan bermanja dengan Rena” Kanarin hanya terkikik membalasnya.

***

Ketika Nanami berjalan di sekitar taman yang dekat dengan rumah sakit, dia melihat seorang gadis yang sangat familiar baginya. Gadis berambut panjang dengan warna kecoklatan. Dan Nanami langsung berjalan sambil tersenyum melihati gadis itu.
Nanami memegang bahu gadis itu dan membuat gadis itu langsung menoleh ke arahnya. Gadis itu sedikit terkejut dengan kedatangan Nanami. Nanami hanya terus tersenyum memandangi gadis itu.

“Sakurai Reika, benar?”
“Ah… kau? Aku kira siapa” balas Reika sambil tersenyum.
Sakurai-san, apa yang kau lakukan di sini?”
“Hanya sedang berjalan-jalan saja. Kau sendiri?”
“Aku ingin ke rumah sakit”
“Kau sakit?” tanya Reika terkejut.
“Tidak juga. Hanya saja, aku ingin bertemu temanku. Dia dokter sekaligus pemilik rumah sakit ini”
Sokka
“Kau mau ikut?” tawar Nanami.
“Boleh”

Lalu, keduanya berjalan ke rumah sakit. Sambil berjalan, mereka juga bercerita hal-hal yang menarik. Tanpa mereka sadari, mereka melewati dua orang yang berjalan secara berlawanan. Seorang perawat dengan seorang gadis yang duduk di kursi roda. Mereka keluar dan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit itu.

Yumi-chan, apa kau menyukai pemandang di sini?” Annin bertanya sambil melihat bunga sakura yang sudah mekar.
Hai. Ini benar-benar sangat indah sekali. Arigatou, karena sudah menginjinkanku berjalan-jalan”
Hai.”

Ketika Yumi menikmati belaian angin dan melihat bunga sakura, Annin duduk di depannya. Keduanya sama-sama melihat bunga sakura. Tapi, Yumi melihat Annin yang tersenyum sambil melihat bunga sakura.

“Jika di lihat, kau begitu sangat cantik” kata Yumi.
“Kau bisa saja. Yumi juga cantik” timpal Annin.
“Annin sudah mempunyai kekasih?” Yumi bertanya.
“Belum. Aku sama sekali belum mempunyai hubungan spesial dengan seseorang”

Yumi mengangguk-angguk mengerti. Dia tersenyum sejenak, kemudian dia kembali melihat Annin yang masih setia melihat bunga sakura yang bermekaran. Begitu sangat indah dan sangat cantik jika di lihat.

“Annin, kenapa kau menjadi perawat?” Yumi kembali bertanya.
“Dulu, aku ibuku pernah mempunyai penyakit kanker. Waktu itu, aku sangat susah untuk membawa ibu ke rumah sakit. Aku hanya tidak mau ibu meninggalkanku. Tapi, karena aku tidak bisa membawa ibu ke rumah sakit, akhirnya beliau meninggal. Sejak saat itu, aku mulai berfikir untuk menjadi perawat. Aku tahu, pasti seseorang tidak akan mau di tinggalkan oleh seseorang yang mereka sayangi. Aku tidak mau, jika apa yang terjadi padaku dulu, juga terjadi pada orang lain” kata Annin panjang lebar.

Yumi terdiam sejenak ketika mendengar penjelasan dari Annin, tapi tak lama dia tersenyum puas.

“Kau benar-benar baik, ya?” kata Yumi kagum.
“Tidak juga. Aku hanya tidak mau, jika itu semua terjadi pada orang lain. Alasan itu juga, kenapa aku mau merawatmu. Mungkin saja, keluargamu sekarang mengkhawatirkanmu. Mungkin kau amnesia, tapi jangan khawatir. Ingatan itu pasti kembali”
Arigatou. Aku sangat senang mendengarnya. Dan aku rasa, aku beruntung karena telah bertemu denganmu. Kau benar-benar gadis yang sangat hebat. Aku kagum denganmu”
“Jangan berlebihan seperti itu”

Setelah itu, mereka terus bercerita dan bercanda tawa. Hingga pada akhirnya, Yumi harus kembali ke ruangannya untuk beristirahat.

***

“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu, Sakurai-san
“Aku juga sangat senang bisa bertemu dengan kalian semua” kata Reika membalas ucapan Rena.
“Semoga, kita bisa bertemu lagi” kata Rena.
Hai. Dengan senang hati, aku pasti akan bermain kemari lagi”
“Aku tunggu”
“Kalau begitu, aku pergi dulu, ya? Dah…”
“Hati-hati di jalan”

Reika hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, dia melangkah pergi keluar dari rumah sakit.

“Aku tidak menyangka, jika aku bisa bertemu dengannya lagi” kata Nanami tersenyum.
“Wow… kau jatuh cinta dengan gadis itu?” Jurina menggodanya.
“Jangan menggodaku, bodoh”
“Aku tidak bodoh!”
“Sudah! Kalian jangan bertengkar di rumah sakit”
“Ya sudah, aku pulang dulu”
“Hati-hati di jalan”

Nanami hanya mengangguk, kemudian dia langsung pergi. Setelah kepergiannya, ada dua orang gadis yang menghampiri Rena dan Jurina. Salah satu dari gadis itu duduk di kursi roda, sedangkan yang satu mendorong kursi roda itu.

Yumi-chan? Kalian dari mana?”
“Kita hanya sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit” balas Annin sambil tersenyum.
“Beristirahatlah di ruanganmu”
Hai. Ano… siapa dia? Kekasihmu?” Yumi menunjuk seorang gadis yang berdiri di sebelah Rena.
“Aku Matsui Jurina. Kekasih Rena-chan
“Juju!”

Jurina hanya tersenyum menanggapinya. Walau dia jago dalam hal beladiri, tapi Jurina terlalu kekanakan ketika berada di dekat Rena. Terbukti, sedari tadi dia hanya bermanja di dekat Rena. Bahkan, orang akan mengira, jika Jurina bukanlah gadis tomboy namun melainkan gadis yang sangat manja.

“Kalian cukup serasih” kata Yumi tersenyum.
Arigatou. Kalian juga” balas Jurina.
“Maksudmu siapa?” tanya Annin.
“Kau dan Yumi-san
“Ahaha… tidak. Kita tidak pacaran, aku hanya merawat Yumi-chan” kata Annin sambil tersenyum.
Sokka.”
Yumi-chan, kau harus kembali ke ruanganmu”
Hai

Keduanya pergi dari hadapan Jurina dan Rena. Di jalan, Annin tampak tenang dan mendorong kursi roda milik Yumi. Sedangkan Yumi, dia masih memikirkan ucapan Jurina. Entah kenapa, dia sangat menyukai perkataan Jurina.

“Annin”
Hai?”
“Ah… Iie. Kita ke ruangan saja”
“Memang aku akan membawamu ke ruangan” timpal Annin sambil tersenyum.

Yumi ikut tersenyum mendengarnya. Dia menghempaskan tubuhnya di kursi roda, kemudian dengan sengaja dia menyentuh tangan Annin. Sedikit membuat Annin terkejut, tapi Annin membiarkannya.

Rasanya, Annin menikmati belaian tangan Yumi yang sangat halus.


Dia begitu bahagia dengan belaian itu dan membuat wajahnya memerah. Dia begitu menyukainya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar