Title : Black Roses ╞ Thief (Yumi!)
Author : Rena-chan
Genre : Action, PG - 15, GxG
Main Cast :
- Sakurai Reika
- Ikuta Erika
Other Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jurina
- Iriyama Anna
- Hashimoto Nanami
- Nakada Kana
Happy Reading All.......
~---0---~
“Siapa
namamu?”
Pertanyaan
itu membuat gadis yang masih terbaring lemah di kasur rumah sakit itu berfikir.
Seolah, dia mencoba mengingat sesuatu. Lalu, dia kembali melihat Rena dan
menggeleng secara perlahan.
“Aku
bahkan tidak mengingat siapa diriku” kata gadis itu.
“Sensei, apa jangan-jangan dia amnesia? Dia
kecekaan dan kepalanya terbentur”
“Coba
aku periksa dulu”
“Hai”
Rena
duduk di sebelah gadis itu. Gadis itu hanya diam melihatnya. Sepertinya, gadis
itu tengah mencoba mengingat sesuatu lagi. Tapi, yang ada dia justruh merintih
kesakitan karena terlalu berfikir keras.
“Jangan
di paksakan” kata Rena seolah tahu.
“Siapa
kalian”
“Namaku
Matsui Rena. Aku pemilik rumah sakit ini. Dan ini temanku, Iriyama Anna. Dia perawat
yang selalu merawat dirimu ketika kau masih dalam keadaan koma”
Iriyama
menunjukkan senyumnya, ketika gadis itu melihat dirinya. Gadis itu membalas
senyumannya. Jika gadis itu amnesia, Rena dan Annin harus memanggil gadis itu
dengan apa? Mungkin, lebih baik jika mereka menemukan sebuah nama yang cocok
untuk gadis itu.
Mereka
tidak akan bingung ketika memanggil gadis itu.
Gadis
itu memiliki wajah yang cantik dan manis. Rambutnya pendek dan tubuhnya sangat
kurus. Mungkin, karena dia terlalu lama dalam keadaan koma. Wajahnya yang putih
juga sangat pucat.
“Terima
kasih, karena kalian sudah mau merawatku” kata gadis itu.
“Sama-sama.
Kau harus banyak-banyak beristirahat agar kau bisa cepat sembuh. Annin akan
merawatmu di sini. Jika ada apa-apa, aku juga siap membantumu”
“Domo arigatou gozaimasu”
Rena
dan Annin hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis itu. Gadis itu seperti merasa
beruntung, karena nyawanya telah tertolong dan di rawat oleh Rena dan Annin.
“Lalu,
aku harus memanggilmu apa? Jika kau saja amnesia” kata Annin.
“Entahlah.
Aku bahkan tidak ingat sama sekali tentang diriku”
“Bahkan
ketika kau mengalami kecelakaan dan membuatmu koma?” kata Rena bertanya.
“Hai. Aku sama sekali tidak ingat”
“Lalu,
kami berdua harus memanggilmu apa?” Annin bertanya lagi.
“Aku
sendiri juga tidak tahu”
Kemudian,
Annin hanya diam dan menoleh ke arah Rena yang juga kebingungan. Namun, tak
lama Rena tersenyum dan melihat gadis itu.
“Bagaimana
jika kami memanggilmu, Yumi?”
“Yumi?
Terdengar familiar di telingaku” kata gadis itu tersenyum.
“Jika
nama aslimu memang Yumi, Rena sensei
benar-benar hebat karena memilih nama itu”
“Baiklah.
Mulai sekarang, kalian bisa memanggilku Yumi”
“Ano…
Annin, kau jaga Yumi baik-baik, ya? Dia perlu istirahat yang cukup”
“Hai”
Setelah
itu, Rena keluar dari ruangan Yumi. Mungkin, nama itu memang sangat cocok untuk
gadis berambut pendek itu. Bahkan, dia seperti menyukai nama itu. Yumi mencoba
untuk berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Hanya saja, Annin menahannya
agar Yumi tidak duduk.
“Jangan!
Kau masih harus istirahat. Apalagi, kau baru saja sadar”
“Ah…
hai. Aku hanya lelah terus terbaring
seperti ini” kata Yumi mengaku.
“Sabar
saja. Rena sensei pasti akan
mengijinkanmu untuk keluar dari sini”
“Arigatou” Annin mengangguk.
“Aku
keluar dulu, jika ada apa-apa kau bisa panggil aku”
“Hai”
“Hai”
***
Nanami
kembali masuk ke dalam ruangannya. Ada orang yang ingin bertemu dengannya dan
orang itu menunggunya di ruangannya. Dia melihat seorang gadis berambut sebahu
yang ada tengah duduk di ruangannya.
Nanami
mendekati gadis itu.
“Kanarin,
ada apa?”
“Ada
kasus pencurian di Nagoya. Dan aku yakin, jika yang melakukannya adalah Black Roses. Ketika aku berkelahi dengan salah
satu dari mereka, dia sempat menyelipkan bunga mawar hitam di saku belakangku”
Kanarin
memberikan bunga mawar itu kepada Nanami. Nanami mendengus kesal, lagi-lagi dia
tertinggal satu langkah dengan para pencuri itu. Bahkan, dia belum tahu siapa
mereka, dan lagi-lagi mereka harus mencuri salah satu barang berharga milik
seseorang. Bahkan, Kanarin tidak bisa menangkap mereka.
Mungkin,
para pencuri itu memang terlalu pintar. Dan jika menangkap pencuri, mungkin
salah satunya berfikir seperti mencuri. Mengincar mereka memang tidaklah mudah,
tapi jika belum di coba belum tentu tahu, bukan?
“Sepertinya,
kita harus benar-benar bertindak” kata Nanami.
“Aku
setuju dengan itu. Tapi, mereka terlalu pintar. Rencana apa yang akan kita
pakai untuk menangkap mereka?” tanya Kanarin yang membuat Nanami terdiam
sejenak.
“Entahlah.
Tapi, aku akan mencari cara untuk mereka. Duri-duri liar yang menyusahkan
rakyat”
“Hai. Aku dan Jurina juga terus berusaha
untuk menangkap mereka”
“Jurina?
Di mana dia?”
“Mungkin
ke rumah sakit, bertemu dengan Rena”
“Dia
pasti akan bermanja dengan Rena” Kanarin hanya terkikik membalasnya.
***
Ketika
Nanami berjalan di sekitar taman yang dekat dengan rumah sakit, dia melihat
seorang gadis yang sangat familiar baginya. Gadis berambut panjang dengan warna
kecoklatan. Dan Nanami langsung berjalan sambil tersenyum melihati gadis itu.
Nanami
memegang bahu gadis itu dan membuat gadis itu langsung menoleh ke arahnya. Gadis
itu sedikit terkejut dengan kedatangan Nanami. Nanami hanya terus tersenyum
memandangi gadis itu.
“Sakurai
Reika, benar?”
“Ah…
kau? Aku kira siapa” balas Reika sambil tersenyum.
“Sakurai-san, apa yang kau lakukan di
sini?”
“Hanya
sedang berjalan-jalan saja. Kau sendiri?”
“Aku
ingin ke rumah sakit”
“Kau
sakit?” tanya Reika terkejut.
“Tidak
juga. Hanya saja, aku ingin bertemu temanku. Dia dokter sekaligus pemilik rumah
sakit ini”
“Sokka”
“Kau
mau ikut?” tawar Nanami.
“Boleh”
Lalu,
keduanya berjalan ke rumah sakit. Sambil berjalan, mereka juga bercerita
hal-hal yang menarik. Tanpa mereka sadari, mereka melewati dua orang yang
berjalan secara berlawanan. Seorang perawat dengan seorang gadis yang duduk di
kursi roda. Mereka keluar dan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit itu.
“Yumi-chan, apa kau menyukai pemandang di
sini?” Annin bertanya sambil melihat bunga sakura yang sudah mekar.
“Hai. Ini benar-benar sangat indah
sekali. Arigatou, karena sudah menginjinkanku
berjalan-jalan”
“Hai.”
Ketika
Yumi menikmati belaian angin dan melihat bunga sakura, Annin duduk di depannya.
Keduanya sama-sama melihat bunga sakura. Tapi, Yumi melihat Annin yang
tersenyum sambil melihat bunga sakura.
“Jika
di lihat, kau begitu sangat cantik” kata Yumi.
“Kau
bisa saja. Yumi juga cantik” timpal Annin.
“Annin
sudah mempunyai kekasih?” Yumi bertanya.
“Belum.
Aku sama sekali belum mempunyai hubungan spesial dengan seseorang”
Yumi
mengangguk-angguk mengerti. Dia tersenyum sejenak, kemudian dia kembali melihat
Annin yang masih setia melihat bunga sakura yang bermekaran. Begitu sangat
indah dan sangat cantik jika di lihat.
“Annin,
kenapa kau menjadi perawat?” Yumi kembali bertanya.
“Dulu,
aku ibuku pernah mempunyai penyakit kanker. Waktu itu, aku sangat susah untuk
membawa ibu ke rumah sakit. Aku hanya tidak mau ibu meninggalkanku. Tapi,
karena aku tidak bisa membawa ibu ke rumah sakit, akhirnya beliau meninggal. Sejak
saat itu, aku mulai berfikir untuk menjadi perawat. Aku tahu, pasti seseorang
tidak akan mau di tinggalkan oleh seseorang yang mereka sayangi. Aku tidak mau,
jika apa yang terjadi padaku dulu, juga terjadi pada orang lain” kata Annin
panjang lebar.
Yumi
terdiam sejenak ketika mendengar penjelasan dari Annin, tapi tak lama dia
tersenyum puas.
“Kau
benar-benar baik, ya?” kata Yumi kagum.
“Tidak
juga. Aku hanya tidak mau, jika itu semua terjadi pada orang lain. Alasan itu
juga, kenapa aku mau merawatmu. Mungkin saja, keluargamu sekarang mengkhawatirkanmu.
Mungkin kau amnesia, tapi jangan khawatir. Ingatan itu pasti kembali”
“Arigatou. Aku sangat senang
mendengarnya. Dan aku rasa, aku beruntung karena telah bertemu denganmu. Kau
benar-benar gadis yang sangat hebat. Aku kagum denganmu”
“Jangan
berlebihan seperti itu”
Setelah
itu, mereka terus bercerita dan bercanda tawa. Hingga pada akhirnya, Yumi harus
kembali ke ruangannya untuk beristirahat.
***
“Aku
sangat senang bisa bertemu denganmu, Sakurai-san”
“Aku
juga sangat senang bisa bertemu dengan kalian semua” kata Reika membalas ucapan
Rena.
“Semoga,
kita bisa bertemu lagi” kata Rena.
“Hai. Dengan senang hati, aku pasti akan
bermain kemari lagi”
“Aku
tunggu”
“Kalau
begitu, aku pergi dulu, ya? Dah…”
“Hati-hati
di jalan”
Reika
hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, dia melangkah pergi keluar dari
rumah sakit.
“Aku
tidak menyangka, jika aku bisa bertemu dengannya lagi” kata Nanami tersenyum.
“Wow…
kau jatuh cinta dengan gadis itu?” Jurina menggodanya.
“Jangan
menggodaku, bodoh”
“Aku
tidak bodoh!”
“Sudah!
Kalian jangan bertengkar di rumah sakit”
“Ya
sudah, aku pulang dulu”
“Hati-hati
di jalan”
Nanami
hanya mengangguk, kemudian dia langsung pergi. Setelah kepergiannya, ada dua
orang gadis yang menghampiri Rena dan Jurina. Salah satu dari gadis itu duduk
di kursi roda, sedangkan yang satu mendorong kursi roda itu.
“Yumi-chan? Kalian dari mana?”
“Kita
hanya sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit” balas Annin sambil
tersenyum.
“Beristirahatlah
di ruanganmu”
“Hai. Ano… siapa dia? Kekasihmu?” Yumi
menunjuk seorang gadis yang berdiri di sebelah Rena.
“Aku
Matsui Jurina. Kekasih Rena-chan”
“Juju!”
Jurina
hanya tersenyum menanggapinya. Walau dia jago dalam hal beladiri, tapi Jurina
terlalu kekanakan ketika berada di dekat Rena. Terbukti, sedari tadi dia hanya
bermanja di dekat Rena. Bahkan, orang akan mengira, jika Jurina bukanlah gadis
tomboy namun melainkan gadis yang sangat manja.
“Kalian
cukup serasih” kata Yumi tersenyum.
“Arigatou. Kalian juga” balas Jurina.
“Maksudmu
siapa?” tanya Annin.
“Kau
dan Yumi-san”
“Ahaha…
tidak. Kita tidak pacaran, aku hanya merawat Yumi-chan” kata Annin sambil tersenyum.
“Sokka.”
“Yumi-chan, kau harus kembali ke
ruanganmu”
“Hai”
Keduanya
pergi dari hadapan Jurina dan Rena. Di jalan, Annin tampak tenang dan mendorong
kursi roda milik Yumi. Sedangkan Yumi, dia masih memikirkan ucapan Jurina.
Entah kenapa, dia sangat menyukai perkataan Jurina.
“Annin”
“Hai?”
“Ah…
Iie. Kita ke ruangan saja”
“Memang
aku akan membawamu ke ruangan” timpal Annin sambil tersenyum.
Yumi
ikut tersenyum mendengarnya. Dia menghempaskan tubuhnya di kursi roda, kemudian
dengan sengaja dia menyentuh tangan Annin. Sedikit membuat Annin terkejut, tapi
Annin membiarkannya.
Rasanya,
Annin menikmati belaian tangan Yumi yang sangat halus.
Dia
begitu bahagia dengan belaian itu dan membuat wajahnya memerah. Dia begitu
menyukainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar