Jumat, 02 September 2016

Love Story (Enam)

Title : Love Story (Enam)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :
  • Matsui Jurina
  • Miyawaki Sakura
  • Yokoyama Atsuko
  • Yagura Fuuko
  • Mukaichi Mion
  • Ichikawa Miori

Happy Reading All.......



~---0---~



Malam sudah semakin larut. Jurina dan Mayu masih duduk bersama Rena di batu dekat pantai itu. Setelah sedari tadi mereka berbincang-bincang, mereka akhirnya terdiam sambil menikmati angin malam yang semakin lama, semakin membuat mereka kedinginan. Di antara mereka yang tidak memakai jaket hanyalah Rena. Dia hanya lupa memakai jaket, padahal jaketnya ada di dalam tas miliknya. Dia memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya.

“Sebaiknya kita kembali ke hotel” kata Mayu memecah keheningan di antara mereka.
Hai

Mereka langsung turun dari batu itu, dan mulai berjalan ke arah hotel. Jurina melihat Rena yang memeluk tubuhnya sendiri. Dia tahu, jika sebenarnya Rena sangat kedinginan. Di sampingnya, Mayu juga menyadari sikap Rena. Mayu melepaskan jaket itu, kemudian ia mendekati Rena dan memakaikan jaket itu di tubuh Rena. Rena tersentak dan memandang Mayu yang tersenyum kepadanya.

“Aku tahu kau kedinginan. Pakai saja jaketku” kata Mayu lembut.
Senpai?”

Mayu hanya bisa tersenyum. Mayu adalah laki-laki yang baik, dia sangat menghargai perempuan. Dia bahkan akan bersikap lembut kepada perempuan. Tidak terkecuali pada adik kelasnya. Dia bukan seperti Jun yang selalu menggonta-ganti perempuan. Dia terlalu takut untuk melukai hati seorang gadis. Bahkan, gadis polos seperti Rena. Dia hanya ingin menjaga perasaan seorang perempuan. Karena dia sendiri mempunyai seorang kakak perempuan dan seorang adik sepupu perempuan. Yaitu Jurina. Walau Jurina bukan adik kandung, namun mereka sangat dekat. Mayu terlebih dahulu lahir, dan 5 bulan kemudian, barulah Jurina yang lahir.

“Ayo, kau masuk ke kamarmu sekarang”
Hai

Setelah itu, Rena melepaskan jaket Mayu dan memberikannya pada Mayu. Dia hanya tidak enak, jika nantinya temannya akan beranggapan yang tidak-tidak tentangnya. Mayu menerimanya dengan senyum.

“Terima kasih, senpai
“Sama-sama. Lain kali, jika kau keluar pakailah jaket”
Hai
“Jaga kesehatanmu. Akhir-akhir ini wajahmu sangat pucat” kata Jurina sambil memegang pundaknya.
“Iya, senpai

Mayu dan Jurina mulai melangkah menjauhinya. Dia melihat punggung Mayu dan Jurina. Lebih tepatnya, dia memperhatikan Mayu. Laki-laki itu sangat baik. Bahkan, belum pernah ada yang meminjamkan jaket untuknya, ketika dia kedinginan seperti tadi. Mayu sangat baik dan bahkan, dia sangat tampan.

“Mayu senpai itu sangat baik, ya? Pasti banyak yang menyukainya” katanya sambil tersenyum.

***

Pagi ini, Rena sangat panik. Baju yang sudah dia siapkan, ternyata tidak ada di dalam tas. Dia bahkan sudah mencari ke setiap sudut kamar itu, namun dia tidak menemukannya. Padahal, baju itu akan di pakainya nanti. Tapi, dia harus kehilangan baju kesayangan itu. Yang ada, hanya baju yang di pakainya semalam. Tapi, tidak mungkin juga dia menggunakan baju biasa untuk pergi ke tempat itu. Bahkan baju tadi malam, terkesan biasa dan seperti baju rumahan. Tidak mungkin, Rena akan menggunakan baju itu.
Tapi, jika tidak menggunakan baju itu. Lalu, dia akan memakai baju apa? Rena tampak resah sekarang ini. Dia berkeringat dingin. Dia cemas, jika dia tidak akan di ijinkan pergi bersama temannya. Itu berarti, dia tidak akan bisa mendapatkan nilai. Apa yang harus dia lakukan sekarang ini?

“Di mana bajuku, ya? Padahal, semalam masih ada di dalam tas” katanya cemas.
“Kau mencari baju?” dia menoleh.

Fuuko. Yagura Fuuko. Teman satu kelasnya itu, kini berjalan menghampirinya. Dia mengangguk kecil membalas ucapan Fuuko. Fuuko tersenyum melihatnya, tapi yang ada Rena justruh ketakutan dengan senyum yang di tunjukkan gadis itu. Rena sudah sering melihat senyum itu, ketika Fuuko akan menyakitinya. Dia hanya tidak ingin, jika Fuuko menyakitinya lagi. Luka di dalam hatinya dulu, sudah sangat membuatnya sakit. Dia tidak ingin, jika Fuuko menambah luka di dalam hatinya. Hatinya adalah hati seorang manusia biasa yang bisa saja hancur setiap waktu.

“Kau pakai saja baju semalam. Bisa, kan?” kata Fuuko.
“Tapi, bajunya…”
“Tidak cocok? Atau bahkan, terkesan seperti gelandangan?” Fuuko tersenyum melihatnya.

Rena hanya diam sambil menunduk. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tadi pagi, Fuuko dan kedua temannya, memang berniat untuk mengambil baju Rena dan menyembunyikannya di tempat yang tidak bisa di temukan oleh Rena. Tapi, Rena yang polos sama sekali tidak menyadari semua itu. Bahkan, Rena tidak mencurigai mereka. Rena hanya tidak ingin salah sangka atau bahkan, dia tidak mau di sangka menuduh orang yang tidak-tidak. Dia tipe gadis pendiam, jika ada sebuah masalah.

“Pakai saja baju itu” kata Fuuko menekan ucapannya.
“Apa kau tahu bajuku, Fuuko-san?” tanya Rena lirih.
“Tidak. Jika aku menemukannya, mungkin saja aku sudah akan membuangnya”
“Kalau tidak lihat, tidak apa-apa.”

Fuuko tersenyum melihatnya. Dia melihat Rena yang langsung masuk ke dalam kamar mandi. Mungkin, Rena akan kembali memakai baju yang semalam. Fuuko memang sangat suka, jika melihat gadis itu susah. Entah Rena salah apa, tapi dia sangat menyukai jika Rena susah atau bahkan menderita. Rena tidak pernah membalas semua kelakuannya, tapi yang ada dia justruh melukai hati gadis itu. Bukan hanya luka di hati, tapi dia pernah melukai fisik Rena yang lemah.

***

Suara tawa itu terdengar di telinga Rena. Rena hanya bisa tertunduk melihat suara temannya yang menertawainya. Bahkan, di antara mereka pun juga ada yang mengatainya bahkan membullynya. Kini, seorang guru yang melihat penampilan Rena, menegurnya. Mereka semua sudah berkumpul di luar hotel. Mungkin, sebentar lagi mereka akan segera berangkat.

Matsui-san, gunakan baju yang sopan. Jangan menggunakan pakaian seperti itu”
“Maaf sensei. Pakaian saya hilang”

Rena berkata sambil menunduk. Dia tidak berani melihat wajah guru itu yang menatapnya dengan tajam. Mungkin, guru perempuan itu sangat malu mempunyai murid yang pakaiannya tidak sopan seperti itu. Bisa di bilang, pakaian yang Rena pakai, seperti anak rumahan. Terlalu santai dan tidak sopan. Bukan karena Rena ingin memalukan sekolahnya, tapi pakaiannya memang hilang. Lebih tepatnya di sembunyikan oleh ketiga temannya.

“Kau tidak bisa ikut” kata guru perempuan itu.
“Apa saya tidak bisa mendapatkan nilai?” tanya Rena terkejut.
“Iya”

Rena terkejut. Ia menunduk. Hancur sudah harapannya. Padahal, dia sudah susah payah agar dia bisa ikut kemari. Tapi, nyatanya dia tidak akan mendapatkan nilai juga. Padahal, Rena juga mempersiapkan semuanya tadi malam. Tapi, Rena tidak akan menyangka, jika semua ini terjadi padanya. Entah kenapa, ketika dia bersekolah di sana, Rena selalu mendapatkan masalah. Padahal, selama hidupnya, dia tidak pernah menyakiti orang lain. Tapi, kenapa dia selalu di sakiti? Apa dia pernah melakukan kesalahan? Padahal, Rena tidak pernah berbuat seperti itu.

Sensei” Jurina mendekati mereka.
Matsui-san, ada apa?”
“Apa dia memang tidak bisa ikut? Padahal, aku berharap, dia bisa ikut. Aku yakin, nilainya akan lebih tinggi daripada yang lain. Bahkan, kakak sepupuku saja mempercayainya”
“Itu tidak mungkin, karena di…”
“Pakaiannya? Baik, aku akan memberikannya pakaian. Rena, ikut aku”

Jurina menarik tangan Rena. Dia membawa kembali Rena masuk ke dalam hotel, kemudian masuk ke dalam lift dan lalu keluar. Mereka ada di lantai 4 sekarang. Kemudian, Jurina membawa Rena masuk ke dalam kamarnya. Dia langsung membuka tas miliknya dan mengambil salah satu pakaiannya. Dia membawa pakaian itu ke Rena dan menyerahkannya pada Rena.

“Ini untuk apa, senpai?”
“Pakai itu. Jangan sampai kau tidak ikut ke sana. Jangan sampai kau membuat kakak sepupuku kecewa karenamu”
Arigatou, senpai

Setelah Rena mengganti pakaiannya, mereka kembali keluar dan berkumpul dengan yang lain. Fuuko, Annin dan Natsumi yang melihatnya tampak sangat kesal. Rena selamat dan bisa ikut, karena ada Jurina.

“Apa kita bisa berangkat sekarang?” tanya Jurina.
Hai

***

Paruru menjalankan kursi rodanya ke samping rumah. Di sana, dia melihat kolam renang. Ia tersenyum. Dia tidak bisa mendekati kolam itu. Dia hanya takut, jika nantinya dia akan terjatuh. Padahal, dia sangat ingin bisa berenang. Tapi, kondisinya yang sekarang tidak memungkinkan. Kedua kakinya saja tidak bisa di gerakkan. Dia selalu kemari, jika Yui pergi. Dia akan tenang, ketika melihat kolam renang yang tenang dan jernih.
Di pangkuannya, terdapat sebuah  buku dan di dalam buku itu ada sebuah bulpoin. Dia kemudian membuka buku itu dan menulis sesuatu di sana. Sesekali dia tersenyum senang. Ketika Yui pergi, mungkin yang akan datang ke rumahnya adalah Atsuko. Atsuko berjanji, jika dia akan datang ke rumahnya. Bahkan, dia akan membawa Paruru jalan-jalan. Dari itu, sambil menunggu Atsuko datang, Paruru melihat kolam renang dan menulis di buku. Dia selalu melakukan itu setiap hari. Paruru hanya mencari kebahagiaan sendiri.

“Aku rindu dengan Yui nii-chan. Nii-chan sedang apa, ya, di sana?” tanyanya sambil melihat kolam.
“Nanti aku akan belajar masak dengan Atsuko nee-chan, aku ingin memasakkan sesuatu untuk nii-chan. Pasti nii-chan suka” katanya lagi sambil tersenyum.

Di belakangnya, ada Yuka dan Rina yang sedang memperhatikannya. Seperti biasa, mereka selalu memperhatikan gadis itu dengan tajam. Kedua kakaknya sama sekali tidak menyukainya. Mereka bahkan tidak mengerti, kenapa kedua orang tua mereka menjodohkan Paruru dengan Yui. Kenapa, tidak salah dari mereka saja yang di jodokan dengan Yui. Padahal, jika di nilai dari fisik, mereka sangat cantik. Bahkan sangat cantik dari Paruru yang duduk di kursi roda.
Ada alasan kenapa kedua orang tua mereka menjodohkan Paruru dengan Yui. Paruru juga sangat senang, ketika dia ada di samping Yui. Dia menyukai Yui, dan Yui juga menyukainya. Jadi, memang tidak ada salahnya, jika Yui dan Paruru di jodohkan.

Nee-chan, aku benar-benar benci dengan dia. Dia selalu menjadi anak kebanggan ayah dan ibu” kata Yuka menatap Paruru sinis.
“Aku juga membencinya.”

Paruru yang tidak menyadari keberadaan mereka, terus menulis di buku dan sesekali tersenyum melihat kolam yang tenang. Dia sangat menyukai aktifitasnya.
Rina menatap kolam itu dan tersenyum. Ada sebuah ide yang terlintas di pikirannya. Ide yang mungkin bisa menyingkirkan Paruru dari dunia ini.

“Yuka, aku tahu bagaimana caranya menyingkirkan gadis itu”
“Bagaimana caranya, nee-chan?”
“Kita dorong kursi roda Paruru ke kolam renang. Biar saja dia mati di kolam”
“Ide bagus”

Kemudian, mereka mulai mendekati Paruru pelan-pelan. Setelah itu, Yuka mendorong kursi roda Paruru. Paruru terkejut dan panik. Dia berteriak dan berusaha menghentikan kursi rodanya, namun dia terlambat. Yuka mendorongnya ke kolam dan dia jatuh ke kolam bersama dengan kursi rodanya. Sialnya, dia tidak bisa berenang. Rina dan Yuka hanya tersenyum melihatnya yang berusaha meminta tolong. Mereka meninggalkan Paruru. Dan sekarang, Paruru mulai tenggelam.

Sementara itu, di luar sana Atsuko baru saja datang. Dia langsung mengetuk pintu dan ada salah satu pembantu yang membukanya. Kemudian, Atsuko di persilahkan masuk. Tujuannya adalah bertemu dengan Paruru. Dia memanggil nama Paruru, tapi gadis itu tidak menjawab panggilannya. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi ke kolam renang. Atsuko sangat tahu kebiasaan Paruru. Ketika dia sampai di sana, dia terkejut ketika melihat Paruru dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mengambang di kolam renang. Dia langsung melepas tas dan sepatunya, kemudian masuk ke kolam renang dan menolong Paruru.

“Paru, sadarlah” kata Atsuko, ketika dia berhasil membawa Paruru keluar dari kolam renang.
“Nona Haruka? Nona kenapa?”
“Aku tidak tahu. Dia tiba-tiba sudah ada di kolam dalam keadaan tidak sadarkan diri. Bawa dia ke rumah sakit sekarang”
Hai

***

Atsuko berdiri di depan ruangan Paruru, ia sudah memberi kabar kedua orang tua Paruru dan mungkin sebentar lagi mereka akan datang. Atsuko menoleh ke samping kanan, ketika ada yang berteriak memanggil namanya. Kedua orang tua Paruru menghampirinya dan wajah mereka tampak sangat khawatir.

“Bagaimana kondisinya?” tanya sang ibu cemas.
“Aku sendiri tidak tahu, Bibi. Paruru masih ada di dalam dan dokter masih memeriksanya”
“Sudah memberitahukannya pada Yui?” tanya ayah Paruru.
“Aku lupa. Kalau begitu aku memberitahukannya pada Yui sekarang. Mungkin saja dia bisa pulang”
Hai

***

Sementara di Okinawa. Yui tengah memandu adik kelasnya untuk masuk ke dalam salah satu tempat yang mereka tuju. Tempat di mana di dalamnya ada banyak hal yang akan mereka pelajari. Museum. Hanya saja, sedari tadi wajah Yui sangat gelisah. Ia mendapatkan firasat buruk. Ia terus memikirkan Paruru yang ada di Tokyo. Walau dia sudah berusaha mencoba untuk tetap tenang, tapi dia tidak berhasil. Dia terus memikirkan kekasihnya. Yui khawatir, jika ada sesuatu yang buruk menimpa Paruru.
Ponselnya berbunyi. Ia menjauh dari adik kelasnya sejenak dan langsung menerima panggilan dari kakaknya. Entah kenapa Atsuko menelponnya. Padahal, ketika dia dalam kegiatan, pasti Atsuko tidak akan menelponnya. Atsuko tahu akan mengganggu aktifitasnya. Tapi, Yui berfikir pasti ada sesuatu yang penting. Tidak mungkin, jika Atsuko akan menelponnya, jika tidak ada sesuatu yang penting.

“Ada apa nee-chan?” dia langsung bertanya.
“Apa?!” katanya tidak percaya. “Iya sudah. Aku akan pulang sekarang!”

Dia mematikan ponselnya, kemudian kembali. Yui menghampiri Jurina yang tengah bersama salah satu guru. Dia langsung meminta ijin pada mereka. Yui ingin segera pulang ke Tokyo, dia mengkhawatirkan kondisi Paruru.

“Apa? Pulang ke Tokyo?” kata Jurina tidak percaya.
“Paruru, dia masuk ke rumah sakit” kata Yui menjelaskan.
“Apa? Kenapa bisa?” tanya Jurina.
“Aku sendiri tidak tahu. Maka dari itu, aku ijin pulang. Sensei, aku mohon ijinkan aku”
“Baiklah. Pergi saja”
Arigatou. Jurina, aku pulang dulu, ya?”
Hai. Hati-hati” Yui mengangguk kemudian dia pergi.

***

Rena memperhatikan salah satu benda yang ada di hadapannya. Dia juga sesekali mendengarkan dan mencatat. Mungkin, setelah mereka kemari, mereka masih menuju salah satu tempat. Museum prefektur Okinawa. Di sana, kaya akan sejarah dan memiliki sejarah yang unik yang bisa di pelajari di sana. Ada dua museum yang terpisah. Museum sejarah dan Museum seni. Museum sejarah mencakup rentang waktu yang luas : dari sebelum masa kerajaan Ryukyu sampai masa ke modern sekarang ini. Sedangkan museum seni, sedikit lebih kecil dari museum sejarah. Sedangkan koleksinya di pajang di beberapa galeri. Tempat ini terfokus pada seniman dan tema lokal.
Rena sesekali mencatat apa yang di katakan salah satu orang yang ada di museum tersebut. Sesekali juga, dia harus membetulkan kacamatanya. Memang, kacamata itu sedikit membuatnya terganggu. Tapi, Rena sudah cukup terbiasa. Rena pertama kali menggunakan kacamata, ketika dia berumur 12 tahun. Waktu itu, Rena terlalu belajar terlalu keras dan karena akibatnya membaca buku yang terlalu lama, dia menjadi seperti itu. Bahkan, dia pernah membaca buku ketika lampu rumahnya dalam keadaan gelap. Hanya sebuah lilin yang meneranginya. Rena memang terlalu rajin, atau bahkan mungkin dia itu terlalu berlebihan dalam belajar. Rena memang termasuk gadis yang sangat cerdas, dia juga tidak pernah mendapatkan nilai yang rendah. Nilainya selalu di atas 8 dan tidak pernah di bawah 8. Dia memang gadis yang pintar.

Setelah selesai, mereka langsung menuju ke museum seni. Seperti biasanya, Rena pasti akan selalu mendengar dan mencatat. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk belajar. Baginya, belajar adalah hal yang paling penting di dunia ini. Jika beruntung, dia akan kuliah dan bekerja untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Hanya itu tujuannya. Sebagai seorang anak, memang tidak salah bukan, jika salah satu keinginannya untuk membahagiakan kedua orang tuanya.

“Anak-anak, setelah ini kita akan jalan-jalan. Jadi, kalian akan di perbolehkan bersenang-senang” kata salah satu guru yang bersama mereka.
Yatta

Rena hanya diam mendengarnya. Sejujurnya, dia kemari tidak membawa uang lebih. Bahkan, dia tidak akan berbelanja. Mungkin hanya jalan-jalan dan melihat-lihat barang-barang yang di perjual belikan di sana.

***

Ketika temannya yang lain tengah menikmati aktifitas mereka, Rena hanya diam dan melihat temannya yang asyik berbelanja. Dia bahkan hanya melihat barang-barang yang di perjual belikan di sana. Rena tahu, dia sangat lapar sekarang. Tapi, dia menahannya. Lagipula, ketika sampai di hotel nanti, dia akan mendapatkan makanan di hotel.
Dia mengambil minumannya di dalam tas miliknya. Kemudian, ia membuka tutup botol itu dan meminumnya. Walau lapar, ternyata dia juga sangat haus. Ketika Rena ingin menutup kembali botol minumannya, ia justruh bertabrakan dengan seseorang. Minumannya tertumpah dan membasahi baju gadis itu. Rena tersentak, kemudian ia mendongak melihat gadis itu. Gadis itu tampak kesal, karena minuman Rena membasahi bajunya. Rena benar-benar tidak sengaja. Dia meminta maaf kepada gadis itu berkali-kali, sambil menundukkan kepalanya.

“Hah… sudahlah. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Kau ini benar-benar keterlaluan!”
“Aku benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku” kata Rena lagi.
“Kau Rena, bukan? Gadis yang di tertawakan tadi pagi, hanya karena baju? Kau itu ternyata memang benar-benar membuat orang kesal, ya!”

Rena mendongak. Ia melihat gadis itu. Gadis itu kini menatapnya tajam. Rena hanya melihat gadis itu sambil terdiam dan sedikit menunduk. Dia sama sekali tidak tahu siapa gadis itu.

“Maafkan aku. Aku tidak sengaja”
“Sakura, apa lebih baik jika mengerjainya saja?” gadis yang ada di sebelah gadis itu menatap Rena sinis.
“Maksudnya?” tanya gadis yang di panggil Sakura itu.
“Kita bawa saja dia keluar mall. Nanti kita beri pejaran dia di sana”
“Ide bagus” kata gadis itu.
“Jangan! Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja” kata Rena.

Mereka tidak menghiraukan Rena. Ketiga gadis itu langsung menarik tangan Rena keluar dan membawanya ke samping bus. Rena tidak tahu apa yang akan di lakukan mereka, tapi hatinya bergetar karena takut. Apalagi, tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya Rena dan ketiga gadis itu. Mereka langsung mendorong Rena. Lalu, salah satu dari mereka langsung mengeluarkan sesuatu dari tas.

“Kau tahu ini apa?” kata salah satu dari mereka.
“Gunting? Untuk apa?”
“Untuk memotong rambutmu” kata mereka lalu tertawa.
“Jangan!”

Rena mencoba menghalangi mereka yang ingin memotong rambutnya. Salah satu dari mereka juga, langsung mengeluarkan botol berisi minuman dan menyiramnya ke tubuh Rena. Lagi-lagi air mata itu keluar. Air mata yang selalu membuat Rena sakit.

“Tolong, jangan!” kata Rena.

Namun, hanya saja yang Rena dengar adalah suara tawa ketiga gadis itu. Salah satu dari mereka, sudah bisa memotong rambut Rena walau hanya sedikit. Tapi, itu sudah berhasil membuat Rena menangis.

“Oey” mereka menghentikan penyiksaan mereka kepada Rena, lalu menoleh.
“Jurina?” kata Sakura yang menatapnya terkejut.
“Sakura, Mion dan Miorin.”

Jurina melihat Rena yang masih terduduk dan menangis. Dia mendekati ketiga gadis itu, tapi hanya saja dia melewatinya dan membantu Rena berdiri. Tubuhnya sedikit basah dan rambut gadis itu sedikit berantakan. Jurina menatap ketiga gadis itu dengan tajam. Dia memang sangat tahu sifat Sakura, apalagi kedua gadis yang menemani gadis itu.

“Ada apa ini?” mereka kembali menoleh.
“Tanya saja dengan kekasihmu ini, nii-chan. Aku hanya tidak percaya dengan sifat buruknya. Rena, kita ke dalam bus sekarang”
“I-iya senpai

Jurina membawa Rena ke dalam bus. Setelah kepergian mereka, Jun menatap Sakura dengan tajam. Dari matanya, dia seolah berkata, ada apa sebenarnya? Jurina tidak akan marah, jika tidak ada sesuatu yang terjadi. Bisa di bilang, Jun sangat menyayangi Jurina daripada kekasih-kekasihnya. Lagipula, Jurina selama ini menemaninya, ketika kedua orang tua mereka pergi.

“Aku tidak suka, jika ada yang menyakiti perasaan adikku. Apa yang kau lakukan?”
“Jun, aku bisa menjelaskannya”

***

Di dalam bus, Rena duduk di bangkunya. Jurina menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang Jurina bawa. Awalnya, Rena menolak. Tapi karena Jurina terus memaksanya, akhirnya dia mengganti pakaiannya dengan pakaian Jurina. Rena sadar, dia terlalu membuat Jurina susah. Bahkan, dia hanya anak pembantu, tapi Jurina mau menolongnya. Jurina tidak pernah malu untuk menolongnya.

Senpai, arigatou” kata Rena.
“Sama-sama. Aku memang sedikit tidak suka dengan sifat Sakura”
“Apa Sakura dan kakakmu berpacaran?” tanya Rena.
“Iya. Hanya saja, aku ingin mereka cepat-cepat mengakhiri hubungan mereka. Aku tidak suka dengan Sakura”

Rena hanya diam. Dia sedikit terkejut mendengar pengakuan Jurina. Padahal, dulu dia sudah pernah bertemu dengan Miyuki. Salah satu pacar Jun. Tapi, dia hanya tidak menyangka jika Jun mempunyai kekasih lain. Rena tidak ingin berfikiran buruk. Lebih baik, dia memikirkan Jurina yang sudah mau menolongnya. Sudah terlalu banyak, dia membuat Jurina susah. Padahal, dia hanya anak seorang pembantu. 




To Be Continued.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar