Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jun
- Yokoyama Mayu
- Shimazaki Haruka
- Matsui Rena
- Kashiwagi Yuki
Other Cast :
- Matsui Jurina
- Miyawaki Sakura
- Yokoyama Atsuko
- Yagura Fuuko
- Mukaichi Mion
- Ichikawa Miori
Happy Reading All.......
~---0---~
Malam
sudah semakin larut. Jurina dan Mayu masih duduk bersama Rena di batu dekat
pantai itu. Setelah sedari tadi mereka berbincang-bincang, mereka akhirnya
terdiam sambil menikmati angin malam yang semakin lama, semakin membuat mereka
kedinginan. Di antara mereka yang tidak memakai jaket hanyalah Rena. Dia hanya
lupa memakai jaket, padahal jaketnya ada di dalam tas miliknya. Dia memeluk
tubuhnya dengan kedua tangannya.
“Sebaiknya
kita kembali ke hotel” kata Mayu memecah keheningan di antara mereka.
“Hai”
Mereka
langsung turun dari batu itu, dan mulai berjalan ke arah hotel. Jurina melihat
Rena yang memeluk tubuhnya sendiri. Dia tahu, jika sebenarnya Rena sangat
kedinginan. Di sampingnya, Mayu juga menyadari sikap Rena. Mayu melepaskan
jaket itu, kemudian ia mendekati Rena dan memakaikan jaket itu di tubuh Rena.
Rena tersentak dan memandang Mayu yang tersenyum kepadanya.
“Aku
tahu kau kedinginan. Pakai saja jaketku” kata Mayu lembut.
“Senpai?”
Mayu
hanya bisa tersenyum. Mayu adalah laki-laki yang baik, dia sangat menghargai
perempuan. Dia bahkan akan bersikap lembut kepada perempuan. Tidak terkecuali
pada adik kelasnya. Dia bukan seperti Jun yang selalu menggonta-ganti
perempuan. Dia terlalu takut untuk melukai hati seorang gadis. Bahkan, gadis
polos seperti Rena. Dia hanya ingin menjaga perasaan seorang perempuan. Karena
dia sendiri mempunyai seorang kakak perempuan dan seorang adik sepupu
perempuan. Yaitu Jurina. Walau Jurina bukan adik kandung, namun mereka sangat
dekat. Mayu terlebih dahulu lahir, dan 5 bulan kemudian, barulah Jurina yang
lahir.
“Ayo,
kau masuk ke kamarmu sekarang”
“Hai”
Setelah
itu, Rena melepaskan jaket Mayu dan memberikannya pada Mayu. Dia hanya tidak
enak, jika nantinya temannya akan beranggapan yang tidak-tidak tentangnya. Mayu
menerimanya dengan senyum.
“Terima
kasih, senpai”
“Sama-sama.
Lain kali, jika kau keluar pakailah jaket”
“Hai”
“Jaga
kesehatanmu. Akhir-akhir ini wajahmu sangat pucat” kata Jurina sambil memegang
pundaknya.
“Iya,
senpai”
Mayu
dan Jurina mulai melangkah menjauhinya. Dia melihat punggung Mayu dan Jurina.
Lebih tepatnya, dia memperhatikan Mayu. Laki-laki itu sangat baik. Bahkan,
belum pernah ada yang meminjamkan jaket untuknya, ketika dia kedinginan seperti
tadi. Mayu sangat baik dan bahkan, dia sangat tampan.
“Mayu
senpai itu sangat baik, ya? Pasti
banyak yang menyukainya” katanya sambil tersenyum.
***
Pagi
ini, Rena sangat panik. Baju yang sudah dia siapkan, ternyata tidak ada di
dalam tas. Dia bahkan sudah mencari ke setiap sudut kamar itu, namun dia tidak
menemukannya. Padahal, baju itu akan di pakainya nanti. Tapi, dia harus
kehilangan baju kesayangan itu. Yang ada, hanya baju yang di pakainya semalam.
Tapi, tidak mungkin juga dia menggunakan baju biasa untuk pergi ke tempat itu.
Bahkan baju tadi malam, terkesan biasa dan seperti baju rumahan. Tidak mungkin,
Rena akan menggunakan baju itu.
Tapi,
jika tidak menggunakan baju itu. Lalu, dia akan memakai baju apa? Rena tampak
resah sekarang ini. Dia berkeringat dingin. Dia cemas, jika dia tidak akan di
ijinkan pergi bersama temannya. Itu berarti, dia tidak akan bisa mendapatkan
nilai. Apa yang harus dia lakukan sekarang ini?
“Di
mana bajuku, ya? Padahal, semalam masih ada di dalam tas” katanya cemas.
“Kau
mencari baju?” dia menoleh.
Fuuko.
Yagura Fuuko. Teman satu kelasnya itu, kini berjalan menghampirinya. Dia
mengangguk kecil membalas ucapan Fuuko. Fuuko tersenyum melihatnya, tapi yang
ada Rena justruh ketakutan dengan senyum yang di tunjukkan gadis itu. Rena
sudah sering melihat senyum itu, ketika Fuuko akan menyakitinya. Dia hanya
tidak ingin, jika Fuuko menyakitinya lagi. Luka di dalam hatinya dulu, sudah sangat
membuatnya sakit. Dia tidak ingin, jika Fuuko menambah luka di dalam hatinya.
Hatinya adalah hati seorang manusia biasa yang bisa saja hancur setiap waktu.
“Kau
pakai saja baju semalam. Bisa, kan?” kata Fuuko.
“Tapi,
bajunya…”
“Tidak
cocok? Atau bahkan, terkesan seperti gelandangan?” Fuuko tersenyum melihatnya.
Rena
hanya diam sambil menunduk. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tadi
pagi, Fuuko dan kedua temannya, memang berniat untuk mengambil baju Rena dan
menyembunyikannya di tempat yang tidak bisa di temukan oleh Rena. Tapi, Rena
yang polos sama sekali tidak menyadari semua itu. Bahkan, Rena tidak mencurigai
mereka. Rena hanya tidak ingin salah sangka atau bahkan, dia tidak mau di
sangka menuduh orang yang tidak-tidak. Dia tipe gadis pendiam, jika ada sebuah
masalah.
“Pakai
saja baju itu” kata Fuuko menekan ucapannya.
“Apa
kau tahu bajuku, Fuuko-san?” tanya
Rena lirih.
“Tidak.
Jika aku menemukannya, mungkin saja aku sudah akan membuangnya”
“Kalau
tidak lihat, tidak apa-apa.”
Fuuko
tersenyum melihatnya. Dia melihat Rena yang langsung masuk ke dalam kamar
mandi. Mungkin, Rena akan kembali memakai baju yang semalam. Fuuko memang
sangat suka, jika melihat gadis itu susah. Entah Rena salah apa, tapi dia
sangat menyukai jika Rena susah atau bahkan menderita. Rena tidak pernah
membalas semua kelakuannya, tapi yang ada dia justruh melukai hati gadis itu.
Bukan hanya luka di hati, tapi dia pernah melukai fisik Rena yang lemah.
***
Suara
tawa itu terdengar di telinga Rena. Rena hanya bisa tertunduk melihat suara
temannya yang menertawainya. Bahkan, di antara mereka pun juga ada yang
mengatainya bahkan membullynya. Kini, seorang guru yang melihat penampilan
Rena, menegurnya. Mereka semua sudah berkumpul di luar hotel. Mungkin, sebentar
lagi mereka akan segera berangkat.
“Matsui-san, gunakan baju yang sopan.
Jangan menggunakan pakaian seperti itu”
“Maaf
sensei. Pakaian saya hilang”
Rena
berkata sambil menunduk. Dia tidak berani melihat wajah guru itu yang
menatapnya dengan tajam. Mungkin, guru perempuan itu sangat malu mempunyai
murid yang pakaiannya tidak sopan seperti itu. Bisa di bilang, pakaian yang
Rena pakai, seperti anak rumahan. Terlalu santai dan tidak sopan. Bukan karena
Rena ingin memalukan sekolahnya, tapi pakaiannya memang hilang. Lebih tepatnya
di sembunyikan oleh ketiga temannya.
“Kau
tidak bisa ikut” kata guru perempuan itu.
“Apa
saya tidak bisa mendapatkan nilai?” tanya Rena terkejut.
“Iya”
Rena
terkejut. Ia menunduk. Hancur sudah harapannya. Padahal, dia sudah susah payah
agar dia bisa ikut kemari. Tapi, nyatanya dia tidak akan mendapatkan nilai
juga. Padahal, Rena juga mempersiapkan semuanya tadi malam. Tapi, Rena tidak
akan menyangka, jika semua ini terjadi padanya. Entah kenapa, ketika dia
bersekolah di sana, Rena selalu mendapatkan masalah. Padahal, selama hidupnya,
dia tidak pernah menyakiti orang lain. Tapi, kenapa dia selalu di sakiti? Apa
dia pernah melakukan kesalahan? Padahal, Rena tidak pernah berbuat seperti itu.
“Sensei” Jurina mendekati mereka.
“Matsui-san, ada apa?”
“Apa
dia memang tidak bisa ikut? Padahal, aku berharap, dia bisa ikut. Aku yakin,
nilainya akan lebih tinggi daripada yang lain. Bahkan, kakak sepupuku saja
mempercayainya”
“Itu
tidak mungkin, karena di…”
“Pakaiannya?
Baik, aku akan memberikannya pakaian. Rena, ikut aku”
Jurina
menarik tangan Rena. Dia membawa kembali Rena masuk ke dalam hotel, kemudian
masuk ke dalam lift dan lalu keluar. Mereka ada di lantai 4 sekarang. Kemudian,
Jurina membawa Rena masuk ke dalam kamarnya. Dia langsung membuka tas miliknya
dan mengambil salah satu pakaiannya. Dia membawa pakaian itu ke Rena dan
menyerahkannya pada Rena.
“Ini
untuk apa, senpai?”
“Pakai
itu. Jangan sampai kau tidak ikut ke sana. Jangan sampai kau membuat kakak
sepupuku kecewa karenamu”
“Arigatou, senpai”
Setelah
Rena mengganti pakaiannya, mereka kembali keluar dan berkumpul dengan yang
lain. Fuuko, Annin dan Natsumi yang melihatnya tampak sangat kesal. Rena
selamat dan bisa ikut, karena ada Jurina.
“Apa
kita bisa berangkat sekarang?” tanya Jurina.
“Hai”
***
Paruru
menjalankan kursi rodanya ke samping rumah. Di sana, dia melihat kolam renang.
Ia tersenyum. Dia tidak bisa mendekati kolam itu. Dia hanya takut, jika
nantinya dia akan terjatuh. Padahal, dia sangat ingin bisa berenang. Tapi,
kondisinya yang sekarang tidak memungkinkan. Kedua kakinya saja tidak bisa di
gerakkan. Dia selalu kemari, jika Yui pergi. Dia akan tenang, ketika melihat
kolam renang yang tenang dan jernih.
Di
pangkuannya, terdapat sebuah buku dan di
dalam buku itu ada sebuah bulpoin. Dia kemudian membuka buku itu dan menulis
sesuatu di sana. Sesekali dia tersenyum senang. Ketika Yui pergi, mungkin yang
akan datang ke rumahnya adalah Atsuko. Atsuko berjanji, jika dia akan datang ke
rumahnya. Bahkan, dia akan membawa Paruru jalan-jalan. Dari itu, sambil
menunggu Atsuko datang, Paruru melihat kolam renang dan menulis di buku. Dia
selalu melakukan itu setiap hari. Paruru hanya mencari kebahagiaan sendiri.
“Aku
rindu dengan Yui nii-chan. Nii-chan sedang apa, ya, di sana?” tanyanya
sambil melihat kolam.
“Nanti
aku akan belajar masak dengan Atsuko nee-chan,
aku ingin memasakkan sesuatu untuk nii-chan.
Pasti nii-chan suka” katanya lagi
sambil tersenyum.
Di
belakangnya, ada Yuka dan Rina yang sedang memperhatikannya. Seperti biasa,
mereka selalu memperhatikan gadis itu dengan tajam. Kedua kakaknya sama sekali
tidak menyukainya. Mereka bahkan tidak mengerti, kenapa kedua orang tua mereka
menjodohkan Paruru dengan Yui. Kenapa, tidak salah dari mereka saja yang di
jodokan dengan Yui. Padahal, jika di nilai dari fisik, mereka sangat cantik.
Bahkan sangat cantik dari Paruru yang duduk di kursi roda.
Ada
alasan kenapa kedua orang tua mereka menjodohkan Paruru dengan Yui. Paruru juga
sangat senang, ketika dia ada di samping Yui. Dia menyukai Yui, dan Yui juga
menyukainya. Jadi, memang tidak ada salahnya, jika Yui dan Paruru di jodohkan.
“Nee-chan, aku benar-benar benci dengan
dia. Dia selalu menjadi anak kebanggan ayah dan ibu” kata Yuka menatap Paruru
sinis.
“Aku
juga membencinya.”
Paruru
yang tidak menyadari keberadaan mereka, terus menulis di buku dan sesekali
tersenyum melihat kolam yang tenang. Dia sangat menyukai aktifitasnya.
Rina
menatap kolam itu dan tersenyum. Ada sebuah ide yang terlintas di pikirannya.
Ide yang mungkin bisa menyingkirkan Paruru dari dunia ini.
“Yuka,
aku tahu bagaimana caranya menyingkirkan gadis itu”
“Bagaimana
caranya, nee-chan?”
“Kita
dorong kursi roda Paruru ke kolam renang. Biar saja dia mati di kolam”
“Ide
bagus”
Kemudian,
mereka mulai mendekati Paruru pelan-pelan. Setelah itu, Yuka mendorong kursi
roda Paruru. Paruru terkejut dan panik. Dia berteriak dan berusaha menghentikan
kursi rodanya, namun dia terlambat. Yuka mendorongnya ke kolam dan dia jatuh ke
kolam bersama dengan kursi rodanya. Sialnya, dia tidak bisa berenang. Rina dan
Yuka hanya tersenyum melihatnya yang berusaha meminta tolong. Mereka
meninggalkan Paruru. Dan sekarang, Paruru mulai tenggelam.
Sementara
itu, di luar sana Atsuko baru saja datang. Dia langsung mengetuk pintu dan ada
salah satu pembantu yang membukanya. Kemudian, Atsuko di persilahkan masuk.
Tujuannya adalah bertemu dengan Paruru. Dia memanggil nama Paruru, tapi gadis
itu tidak menjawab panggilannya. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi ke kolam
renang. Atsuko sangat tahu kebiasaan Paruru. Ketika dia sampai di sana, dia
terkejut ketika melihat Paruru dalam keadaan tidak sadarkan diri dan mengambang
di kolam renang. Dia langsung melepas tas dan sepatunya, kemudian masuk ke
kolam renang dan menolong Paruru.
“Paru,
sadarlah” kata Atsuko, ketika dia berhasil membawa Paruru keluar dari kolam
renang.
“Nona
Haruka? Nona kenapa?”
“Aku
tidak tahu. Dia tiba-tiba sudah ada di kolam dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Bawa dia ke rumah sakit sekarang”
“Hai”
***
Atsuko
berdiri di depan ruangan Paruru, ia sudah memberi kabar kedua orang tua Paruru
dan mungkin sebentar lagi mereka akan datang. Atsuko menoleh ke samping kanan,
ketika ada yang berteriak memanggil namanya. Kedua orang tua Paruru
menghampirinya dan wajah mereka tampak sangat khawatir.
“Bagaimana
kondisinya?” tanya sang ibu cemas.
“Aku
sendiri tidak tahu, Bibi. Paruru masih ada di dalam dan dokter masih
memeriksanya”
“Sudah
memberitahukannya pada Yui?” tanya ayah Paruru.
“Aku
lupa. Kalau begitu aku memberitahukannya pada Yui sekarang. Mungkin saja dia
bisa pulang”
“Hai”
***
Sementara
di Okinawa. Yui tengah memandu adik kelasnya untuk masuk ke dalam salah satu
tempat yang mereka tuju. Tempat di mana di dalamnya ada banyak hal yang akan
mereka pelajari. Museum. Hanya saja, sedari tadi wajah Yui sangat gelisah. Ia
mendapatkan firasat buruk. Ia terus memikirkan Paruru yang ada di Tokyo. Walau
dia sudah berusaha mencoba untuk tetap tenang, tapi dia tidak berhasil. Dia
terus memikirkan kekasihnya. Yui khawatir, jika ada sesuatu yang buruk menimpa
Paruru.
Ponselnya
berbunyi. Ia menjauh dari adik kelasnya sejenak dan langsung menerima panggilan
dari kakaknya. Entah kenapa Atsuko menelponnya. Padahal, ketika dia dalam
kegiatan, pasti Atsuko tidak akan menelponnya. Atsuko tahu akan mengganggu
aktifitasnya. Tapi, Yui berfikir pasti ada sesuatu yang penting. Tidak mungkin,
jika Atsuko akan menelponnya, jika tidak ada sesuatu yang penting.
“Ada
apa nee-chan?” dia langsung bertanya.
“Apa?!”
katanya tidak percaya. “Iya sudah. Aku akan pulang sekarang!”
Dia
mematikan ponselnya, kemudian kembali. Yui menghampiri Jurina yang tengah
bersama salah satu guru. Dia langsung meminta ijin pada mereka. Yui ingin
segera pulang ke Tokyo, dia mengkhawatirkan kondisi Paruru.
“Apa?
Pulang ke Tokyo?” kata Jurina tidak percaya.
“Paruru,
dia masuk ke rumah sakit” kata Yui menjelaskan.
“Apa?
Kenapa bisa?” tanya Jurina.
“Aku
sendiri tidak tahu. Maka dari itu, aku ijin pulang. Sensei, aku mohon ijinkan aku”
“Baiklah.
Pergi saja”
“Arigatou. Jurina, aku pulang dulu, ya?”
“Hai. Hati-hati” Yui mengangguk kemudian
dia pergi.
***
Rena
memperhatikan salah satu benda yang ada di hadapannya. Dia juga sesekali
mendengarkan dan mencatat. Mungkin, setelah mereka kemari, mereka masih menuju
salah satu tempat. Museum prefektur Okinawa. Di sana, kaya akan sejarah dan
memiliki sejarah yang unik yang bisa di pelajari di sana. Ada dua museum yang
terpisah. Museum sejarah dan Museum seni. Museum sejarah mencakup rentang waktu
yang luas : dari sebelum masa kerajaan Ryukyu sampai masa ke modern sekarang
ini. Sedangkan museum seni, sedikit lebih kecil dari museum sejarah. Sedangkan
koleksinya di pajang di beberapa galeri. Tempat ini terfokus pada seniman dan
tema lokal.
Rena
sesekali mencatat apa yang di katakan salah satu orang yang ada di museum
tersebut. Sesekali juga, dia harus membetulkan kacamatanya. Memang, kacamata
itu sedikit membuatnya terganggu. Tapi, Rena sudah cukup terbiasa. Rena pertama
kali menggunakan kacamata, ketika dia berumur 12 tahun. Waktu itu, Rena terlalu
belajar terlalu keras dan karena akibatnya membaca buku yang terlalu lama, dia
menjadi seperti itu. Bahkan, dia pernah membaca buku ketika lampu rumahnya
dalam keadaan gelap. Hanya sebuah lilin yang meneranginya. Rena memang terlalu
rajin, atau bahkan mungkin dia itu terlalu berlebihan dalam belajar. Rena
memang termasuk gadis yang sangat cerdas, dia juga tidak pernah mendapatkan
nilai yang rendah. Nilainya selalu di atas 8 dan tidak pernah di bawah 8. Dia
memang gadis yang pintar.
Setelah
selesai, mereka langsung menuju ke museum seni. Seperti biasanya, Rena pasti
akan selalu mendengar dan mencatat. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya
untuk belajar. Baginya, belajar adalah hal yang paling penting di dunia ini.
Jika beruntung, dia akan kuliah dan bekerja untuk membahagiakan kedua orang
tuanya. Hanya itu tujuannya. Sebagai seorang anak, memang tidak salah bukan,
jika salah satu keinginannya untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
“Anak-anak,
setelah ini kita akan jalan-jalan. Jadi, kalian akan di perbolehkan
bersenang-senang” kata salah satu guru yang bersama mereka.
“Yatta”
Rena
hanya diam mendengarnya. Sejujurnya, dia kemari tidak membawa uang lebih.
Bahkan, dia tidak akan berbelanja. Mungkin hanya jalan-jalan dan melihat-lihat
barang-barang yang di perjual belikan di sana.
***
Ketika
temannya yang lain tengah menikmati aktifitas mereka, Rena hanya diam dan
melihat temannya yang asyik berbelanja. Dia bahkan hanya melihat barang-barang
yang di perjual belikan di sana. Rena tahu, dia sangat lapar sekarang. Tapi,
dia menahannya. Lagipula, ketika sampai di hotel nanti, dia akan mendapatkan
makanan di hotel.
Dia
mengambil minumannya di dalam tas miliknya. Kemudian, ia membuka tutup botol
itu dan meminumnya. Walau lapar, ternyata dia juga sangat haus. Ketika Rena
ingin menutup kembali botol minumannya, ia justruh bertabrakan dengan
seseorang. Minumannya tertumpah dan membasahi baju gadis itu. Rena tersentak,
kemudian ia mendongak melihat gadis itu. Gadis itu tampak kesal, karena minuman
Rena membasahi bajunya. Rena benar-benar tidak sengaja. Dia meminta maaf kepada
gadis itu berkali-kali, sambil menundukkan kepalanya.
“Hah…
sudahlah. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Kau ini benar-benar keterlaluan!”
“Aku
benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku” kata Rena lagi.
“Kau
Rena, bukan? Gadis yang di tertawakan tadi pagi, hanya karena baju? Kau itu
ternyata memang benar-benar membuat orang kesal, ya!”
Rena
mendongak. Ia melihat gadis itu. Gadis itu kini menatapnya tajam. Rena hanya
melihat gadis itu sambil terdiam dan sedikit menunduk. Dia sama sekali tidak
tahu siapa gadis itu.
“Maafkan
aku. Aku tidak sengaja”
“Sakura,
apa lebih baik jika mengerjainya saja?” gadis yang ada di sebelah gadis itu
menatap Rena sinis.
“Maksudnya?”
tanya gadis yang di panggil Sakura itu.
“Kita
bawa saja dia keluar mall. Nanti kita beri pejaran dia di sana”
“Ide
bagus” kata gadis itu.
“Jangan!
Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja” kata Rena.
Mereka
tidak menghiraukan Rena. Ketiga gadis itu langsung menarik tangan Rena keluar
dan membawanya ke samping bus. Rena tidak tahu apa yang akan di lakukan mereka,
tapi hatinya bergetar karena takut. Apalagi, tidak ada siapa-siapa di sana.
Hanya Rena dan ketiga gadis itu. Mereka langsung mendorong Rena. Lalu, salah
satu dari mereka langsung mengeluarkan sesuatu dari tas.
“Kau
tahu ini apa?” kata salah satu dari mereka.
“Gunting?
Untuk apa?”
“Untuk
memotong rambutmu” kata mereka lalu tertawa.
“Jangan!”
Rena
mencoba menghalangi mereka yang ingin memotong rambutnya. Salah satu dari mereka
juga, langsung mengeluarkan botol berisi minuman dan menyiramnya ke tubuh Rena.
Lagi-lagi air mata itu keluar. Air mata yang selalu membuat Rena sakit.
“Tolong,
jangan!” kata Rena.
Namun,
hanya saja yang Rena dengar adalah suara tawa ketiga gadis itu. Salah satu dari
mereka, sudah bisa memotong rambut Rena walau hanya sedikit. Tapi, itu sudah
berhasil membuat Rena menangis.
“Oey”
mereka menghentikan penyiksaan mereka kepada Rena, lalu menoleh.
“Jurina?”
kata Sakura yang menatapnya terkejut.
“Sakura,
Mion dan Miorin.”
Jurina
melihat Rena yang masih terduduk dan menangis. Dia mendekati ketiga gadis itu,
tapi hanya saja dia melewatinya dan membantu Rena berdiri. Tubuhnya sedikit
basah dan rambut gadis itu sedikit berantakan. Jurina menatap ketiga gadis itu
dengan tajam. Dia memang sangat tahu sifat Sakura, apalagi kedua gadis yang
menemani gadis itu.
“Ada
apa ini?” mereka kembali menoleh.
“Tanya
saja dengan kekasihmu ini, nii-chan.
Aku hanya tidak percaya dengan sifat buruknya. Rena, kita ke dalam bus
sekarang”
“I-iya
senpai”
Jurina
membawa Rena ke dalam bus. Setelah kepergian mereka, Jun menatap Sakura dengan
tajam. Dari matanya, dia seolah berkata, ada
apa sebenarnya? Jurina tidak akan marah, jika tidak ada sesuatu yang
terjadi. Bisa di bilang, Jun sangat menyayangi Jurina daripada
kekasih-kekasihnya. Lagipula, Jurina selama ini menemaninya, ketika kedua orang
tua mereka pergi.
“Aku
tidak suka, jika ada yang menyakiti perasaan adikku. Apa yang kau lakukan?”
“Jun,
aku bisa menjelaskannya”
***
Di
dalam bus, Rena duduk di bangkunya. Jurina menyuruhnya untuk mengganti
pakaiannya dengan pakaian yang Jurina bawa. Awalnya, Rena menolak. Tapi karena
Jurina terus memaksanya, akhirnya dia mengganti pakaiannya dengan pakaian
Jurina. Rena sadar, dia terlalu membuat Jurina susah. Bahkan, dia hanya anak
pembantu, tapi Jurina mau menolongnya. Jurina tidak pernah malu untuk
menolongnya.
“Senpai, arigatou” kata Rena.
“Sama-sama.
Aku memang sedikit tidak suka dengan sifat Sakura”
“Apa
Sakura dan kakakmu berpacaran?” tanya Rena.
“Iya.
Hanya saja, aku ingin mereka cepat-cepat mengakhiri hubungan mereka. Aku tidak
suka dengan Sakura”
Rena
hanya diam. Dia sedikit terkejut mendengar pengakuan Jurina. Padahal, dulu dia
sudah pernah bertemu dengan Miyuki. Salah satu pacar Jun. Tapi, dia hanya tidak
menyangka jika Jun mempunyai kekasih lain. Rena tidak ingin berfikiran buruk.
Lebih baik, dia memikirkan Jurina yang sudah mau menolongnya. Sudah terlalu
banyak, dia membuat Jurina susah. Padahal, dia hanya anak seorang pembantu.
To Be Continued.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar