Sabtu, 24 September 2016

Love Story (Delapan)

Title : Love Story (Delapan)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :
  • Matsui Jurina
  • Miyawaki Sakura
  • Izuta Rina
  • Mukaichi Mion
  • Maeda Atsuko
  • Matsui Kanon
  • Matsui nana

Happy Reading All.......



~---0---~



Ketika sampai di sekolah mereka, Rena segera turun dari bus. Beruntung, karena dia duduk di belakang, jadi dia terlebih dahulu keluar bersama Jurina. Selama di perjalanan tadi, dia hanya bisa bersama dengan Jurina. Justruh, ketika dia bersama dengan gadis itu, dia akan merasa lebih baik. Dia merasa terlindungi. Tapi, dia juga tertidur di samping gadis itu.

Jurina sebagai ketua osis, hanya mengarahkan kepada adik kelasnya untuk langsung pulang. Sebagai kakak kelas yang baik, Jurina pasti akan memberikan nasehat yang baik untuk mereka. Setelah itu, dia membubarkan adik kelasnya untuk langsung segera pulang.
Masing-masing dari mereka, sudah ada yang menjemput. Sementara Jurina, dia dan kedua saudaranya masih berada di sekolah. Ada sedikit kegiatan di dalam ruangan osis, tak lama mereka keluar. Di luar, Jurina membuka ponselnya. Dia sadar, jika tadi ponselnya berbunyi. Dia membuka pesan yang masuk dan dia tersenyum. Setelah itu, dia membalasnya.

Dia terlebih dahulu berjalan ke arah gerbang sekolah. Atsuko sudah sampai di sana sejak tadi, tapi dia rela menunggu ketiga adiknya yang masih rapat di ruangan osis. Jurina melihat Atsuko yang masih duduk di kursi kemudi. Tapi, ada orang lain di dalam sana. Dan orang itu duduk tepat di sebelah Atsuko.

Rena-chan?” katanya setelah mengetahui orang itu.
“Jurina senpai. Ah… aku akan pindah di kursi belakang” kata Rena.
“Ah… tidak perlu. Aku yang akan duduk di belakang” Jurina tersenyum.
“Tadi, aku melihat Rena berdiri di depan halte. Jadi, aku berniat untuk mengantarkannya”
“Iya, nee-chan

Jurina kemudian masuk ke dalam mobil. Ketiga gadis itu, kini langsung bercengkaram sambil menunggu kedua saudara laki-laki mereka yang belum datang. Hanya beberapa menit, kedua laki-laki itu datang. Awalnya, Mayu ingin duduk di sebelah kakaknya. Tapi, ketika dia melihat Rena, dia mengurungkan niatnya dan duduk bersama Jun dan Jurina di belakang.

Di perjalanan, sesekali Atsuko bertanya tentang kehidupan Rena. Tentunya, Rena membalasnya dengan jujur. Rena sama sekali tidak bisa menolak pertanyaan dari Atsuko. Apalagi, mengingat Atsuko adalah anak majikan dari ibunya yang hanya bekerja sebagai pembantu di rumah gadis itu.
Rena sangat mengagumi Atsuko. Bahkan, dia sangat ingin mempunyai saudara yang baik seperti Atsuko. Dia merasa, Mayu dan Yui sangat beruntung mempunyai seorang kakak yang baik seperti Atsuko. Yui dan Mayu memang sangat menyayangi Atsuko. Bahkan, mereka juga sangat senang mempunyai seorang kakak yang sangat baik seperti Atsuko. Atsuko selalu menjadi penasehat yang baik untuk mereka. Dan bahkan, Jurina dan Jun juga mengagumi gadis itu.

Arigatou, nona Atsuko” kata Rena setelah mereka sampai.
“Sama-sama. Titip salam pada ayah dan kedua adikmu”
Hai” balasnya sambil tersenyum.

Setelah melihat mobil hitam milik Atsuko pergi, Rena langsung melangkah kea rah gank sempit dan berbelok ke arah kiri. Barulah di sana, dia melihat rumah kecil. Dia langsung membuka pintu rumah itu. Sampai di rumah, jam sudah menunjukkan angka 8 malam.

Tadaima” serunya yang langsung di balas oleh kedua adiknya.
Okaeri, one-chan” kata Nana dan Kanon yang langsung menyambutnya.
“Ibu dan ayah belum pulang?” tanya Rena.
“Belum, nee-chan
“Kalian lapar? Kakak membawa kue”

Ketika dia bertemu dengan Atsuko di halte tadi, Atsuko yang sebelumnya membeli beberapa kue, juga berinisiatif untuk memberikan beberapa kue untuknya. Awalnya, Rena memang sempat menolak. Tapi, Atsuko tersenyum dan meyakinkan Rena. Rena akhirnya menerimanya dan mengucapkan terima kasih pada gadis itu.

“Kelihatannya enak, nee-chan” kata Kanon yang langsung di angguki oleh Nana.
“Kita makan, ya?” keduanya mengangguk.

Kemudian, Rena dan kedua adiknya duduk di kursi tamu. Mereka menikmati kue tersebut sambil bercerita. Jika di rumah, Rena pasti akan selalu senang dengan kedua adiknya. Baginya, kedua adiknya adalah saudara sekaligus teman yang sangat baik. Dia tidak akan mengalami penderitaan seperti yang ia rasakan di sekolahnya.

Entah apa yang akan terjadi di sekolah besok. Tapi, sekarang Rena hanya menikmati waktunya bersama kedua adiknya. Ia sama sekali tidak pernah menceritakan masalahnya pada kedua adiknya. Dia berfikir, lebih baik ia memendamnya. Dia tidak ingin membuat kedua adiknya takut, karena mendengar cerita darinya.

Nee-chan, Ayah sering murung akhir-akhir ini” kata Nana.
“Murung? Kenapa?” tanya Rena tidak mengerti.
“Aku sendiri tidak tahu pasti, nee-chan. Tapi, aku pernah mendengar, jika ayah sedang ada masalah dengan pekerjaannya”

Rena hanya terdiam. Pikirannya mulai berbicara. Dia menunduk dan sejenak mendesah. Ia tahu, pasti ada masalah besar yang terjadi pada ayahnya.

“Ya sudah. Sekarang, kalian istirahat saja, ya? Besok, sekolah kan?”
Hai

***

Rena terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia mendengar suara dari luar kamarnya. Rena bangun, lalu berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya sedikit. Ada dua orang yang sedang duduk di kursi yang terbuat dari kayu.

Kedua orang tua Rena. Rena melihat ayahnya yang menangis, sedangkan ibunya sesekali menenangkan ayahnya. Rena melihat ayahnya terkejut. Hari ini, dengan kedua matanya sendiri. Rena melihat sang ayah yang sedang menangis tersedu. Rena mencoba mendengarkan perkataan kedua orang tuanya. Dan Rena pikir, kali ini masalah ayahnya sangat berat.

“Ayah, jangan menangis lagi. Ibu akan mengusahakan uang untuk membiayai anak-anak”
“Maaf ya, bu. Ayah menyusahkan ibu lagi. Tapi, ayah janji akan mencari pekerjaan lagi”
“Iya ayah. Ayah yang sabar saja, Ibu pasti akan mengusahakannya”

Rena melihat ayahnya yang hanya mengangguk. Dari percakapan yang singkat itu, Rena menyimpulkan jika ayahnya sudah di pecat dari pekerjaannya. Dia kembali masuk ke dalam kamar dan terbaring. Dia menatap atap langit kamarnya. Kemudian, ia berfikir sejenak. Rena bisa merasakan rasa kesedihan yang di alami ayahnya. Pasti yang sekarang masih bekerja hanyalah ibunya.

“Benar” katanya.

Rena sudah mengabil keputusan. Rena harus bisa bersikap mandiri dan tidak tergantung lagi pada kedua orang tuanya. Kali ini, Rena harus bisa bersikap mandiri untuk bisa membantu kedua orang tuanya yang sedang kesulitan. Mungkin, dengan begitu Rena bisa mengurangi beban kedua orang tuanya.

***

Paruru keluar dari rumah sakit. Akhirnya, dia di ijinkan pulang dari rumah sakit. Awalnya, Yui juga masih khawatir dengan keadaan gadis itu. Tapi, ketika dokter menjelaskan keadaan gadis itu yang sudah membaik, Yui bisa bernafas lega.
Lagipula, Paruru juga tidak betah berlama-lama berada di dalam rumah sakit. Dulu, dia sudah pernah masuk ke rumah sakit. Dan di sana, tidak membuatnya nyaman sama sekali. Maka dari itu, Paruru ingin cepat pulang.

Nii-chan, kita jalan-jalan, ya?” Paruru menoleh melihat Yui.
“Sayang, kau masih sakit. Kita pulang saja sekarang, jika nantinya kau benar-benar sembuh, aku akan mengajakmu jalan, ne?”
“Mou….. nii-chan” keluh Paruru.
“Paruru tidak ingin sembuh, ya?” Yui mendekatkan wajahnya ke wajah Paruru.
“Tentunya ingin” balas Paruru.
“Kalau begitu, kau harus menurutiku. Jangan bandel. Nii-chan tidak suka”
“Iya sudah kalau begitu. Kita pulang saja, tapi lain kali aku di ajak jalan-jalan, bukan?”
“Tentu sayang. Untukmu apa pun akan aku lakukan”
Yatta

Yui tersenyum mendengarnya. Kemudian, mereka pulang menggunakan mobil. Sesampainya di rumah, Yui langsung membawa Paruru masuk ke dalam rumah. Dia melihat senyuman Paruru yang sangat lebar. Mungkin, Paruru sangat senang karena dia sudah keluar dari rumah sakit. Yui hanya bisa melihatnya. Dia bahagia, jika melihat gadis itu bahagia. Tapi, dia akan sedih, jika melihat air mata yang keluar dari mata gadis itu. Yui tidak bisa melihat air mata yang keluar dari kedua mata Paruru.

Itu membuatnya sangat sakit.

Nii-chan, sepupuku akan kemari besok” kata Paruru.
“Siapa?”
“Itu yang dulu kemari dan nii-chan pernah bermain bulu tangkis dengannya”
“Ah… dia. Kau pastinya senang, bukan?” Paruru mengangguk.

Mungkin, dengan adanya sepupu Paruru, Yui akan lebih tenang. Pastinya, Yuka dan Rina tidak akan mudah untuk mengganggu Paruru. Yui juga sangat akrab dengan sepupu Paruru. Mereka juga sudah seperti seorang saudara jika bersama.
Paruru mempunyai saudara sepupu yang kembar. Hanya saja yang satu laki-laki dan satunya perempuan. Mereka sangat dekat dengan keluarga Yui. Bahkan, sepupu perempuan Paruru juga sudah sangat dekat dengan Jurina. Paruru selalu bermain dengan Jurina dan sepupunya, ketika Yui sangat asyik dengan sepupu laki-lakinya. Baginya, itu sudah membuatnya bahagia.

Nii-chan, Jurina sudah pulang, ya?” tanya Paruru.
“Sudah. Kau ingin bertemu dengannya?” tanya Yui sambil duduk di depan gadis itu.
“Iya” kata Paruru tersenyum.
“Besok, kau boleh bertemu dengannya. Tapi, tuan putri sekarang harus istirahat dulu”
Hai
Good girl” Yui mencium keningnya dengan lembut.

Yui mendorong kursi roda Paruru. Mereka masuk ke dalam kamar Paruru. Paruru menolehkan pandangannya ke sekitar kamarnya. Ia tersenyum menatap kamarnya yang rapi. Setiap hari, pembantu akan selalu merapikan kamar tidurnya. Mereka tidak akan membiarkan kamar Paruru berantakan.
Sebenarnya, jika mau, Paruru ingin membersihkan kamarnya sendiri. Tapi, dengan keadaannya yang sekarang ini, itu tidaklah mungkin. Dia tidak bisa melakukan pekerjaan itu dengan sendiri. Ketika bangun, dia akan di bantu oleh salah satu pembantunya. Tapi, ketika dia akan tidur di malam hari, Yui yang akan menggendongnya. Dia bahkan pernah merasa kasihan pada Yui. Dia hanya tidak enak, jika Yui terus menerus menggendongnya. Padahal, Yui sendiri tidak pernah mempersalahkannya. Dan ketika Yui menjelaskannya, akhirnya dia mengerti. Dan waktu itu juga, rasa tidak enak itu hilang dari hatinya. Bahkan, dia menikmati perlakuan Yui.

Nii-chan, aku akan belajar memasak besok. Boleh kan?” Paruru menatapnya dengan polos.
“Tentu saja, sayang. Tapi, jangan terlalu di paksakan. Kau masih sakit”
“Aku tidak apa-apa, nii-chan” kata Paruru meyakinkan dirinya.
“Ya sudah. Sekarang, kau harus tidur” Yui mengelus kepala Paruru yang sudah dalam keadaan terbaring.

Beruntung karena Paruru gadis yang sangat polos. Paruru juga mudah memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi, kesalahan itu sampai menyakiti hatinya. Dia terlalu baik menjadi seorang gadis. Paruru hanya bisa mendengarkan perkataan orang lain. Jika orang lain menyuruh ini atau itu, dia pasti akan melakukannya. Selain baik, dia juga terlalu menjadi seorang gadis yang penurut. Bahkan, dia tidak tahu, apa perbuatan itu baik atau tidak. Tapi, dia tetap melakukannya. Ketika orang menyalahkannya, dia hanya bisa menunduk sambil meminta maaf dan berkata dengan jujur.
Sifat inilah yang membuat Yui khawatir. Yui hanya khawatir, jika ada orang yang menyuruhnya berbuat sesuatu yang tidak baik, Paruru akan menuruti orang itu. Dan ketika dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu, dia menasehati gadis itu. Dan ketika itu, Paruru mengangguk mendengarkan ucapannya.

Ketika pertama kali Yui menunjukkan sifat baiknya kepada Paruru, Paruru hanya bisa tersenyum. Dia sangat bahagia, ketika Yui memperhatikannya. Dia juga bahagia, ketika Yui mengelus keningnya. Dia bahagia, ketika Yui menciumnya. Dia benar-benar bahagia, karena Yui sangat mencintainya. Dia adalah gadis polos yang selalu menjadi gadis yang sangat istimewa di hati Yui. Walau dulu, Yui pernah membentaknya karena tidak menyukainya, kini laki-laki itu sepenuhnya berubah untuknya. Bahkan, ketika Yui meminta maaf, dia pernah membalasnya, sambil menunjukkan wajah polosnya.

Nii-chan tidak salah, kenapa harus meminta maaf?” ucapnya waktu itu.

Bahkan, sepertinya Paruru lupa. Dia melupakan perbuatan yang Yui lakukan dulu kepadanya. Ketika itu, Yui menjelaskan semuanya. Yui juga sadar, dia terlalu kasar memperlakukan Paruru. Tapi, Paruru tidak pernah menyalahkannya. Paruru bahkan juga membalasnya dengan kata-kata lembut.

“Itu semua bukan sepenuhnya kesalahan nii-chan, aku juga salah dan terlalu banyak menyusahkan nii-chan. Jadi, nii-chan marah kepadaku. Aku juga salah kan, niiichan?” katanya waktu itu.
“Kau tidak pernah salah, aku yang selalu salah kepadamu. Gomen ne, Paru” Yui memegang tangannya dengan erat.
Nii-chan, aku juga minta maaf, ya? Kita saling maafkan saja” kata Paruru.

Mungkin, jika keduanya saling memaafkan itu lebih baik. Itu yang terlintas di benak Paruru ketika itu. Paruru hanya mengingat perkataan ibunya, jika dia dan temannya saling memaafkan, itu akan lebih baik. Tidak peduli siapa yang berbuat salah. Waktu itu, Yui menerimanya dan tersenyum. Dia tersenyum sangat manis untuk pertama kalinya di depan Paruru.

Nii-chan, besok aku bisa bertemu dengan Jurina, bukan?” tanya Paruru sebelum ia benar-benar tertidur.
“Iya. Aku akan mengantarkanmu, ya? Tapi, kau harus tidur sekarang”
Hai” Paruru langsung menutup kedua matanya untuk menjelajahi alam mimpinya.

***

Rena langsung keluar dari kelas, ketika dia mendengar bel istirahat. Perutnya sudah berbunyi, ia ingin sekali makan. Beruntung, karena dia membawa uang. Uang itu yang selalu ia sisihkan setiap pulang sekolah. Hanya saja, kali ini dia sangat lapar. Rena memutuskan untuk keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin sekolah. Jujur saja, Rena sangat jarang ke kantin. Mungkin, ini kedua kalinya dia berkunjung ke kantin.
Dulu, ketika dia ke kantin. Dia bersama Rina. Izuta Rina. Temannya yang satu kelas dengannya. Mungkin, hanya Izuta satu-satunya teman yang ia punya. Izuta adalah anak dari keluarga kaya. Dia bahkan tidak pernah malu mempunyai teman seperti Rena.

Rena-chan
“Izuta, kau ingin ke kantin, ya?” tanya Rena.
Hai. Kau juga? Kenapa tidak mengajakku?” kata Rina sedikit kesal.
Sumimasen. Aku benar-benar kelaparan” kata Rena mengaku.
“Baiklah. Sebaiknya, kita langsung saja ke kantin” Rena mengangguk menyetujui.

Rena memang sangat kelaparan sekarang. Tadi pagi, dia memang membuatkan makanan untuk keluarganya. Tapi, dia hanya makan sedikit. Tapi, ketika pelajaran tadi, perutnya berbunyi dan akhirnya, Rena memutuskan untuk pergi ke kantin ketika istirahat tiba.
Mungkin, yang membuat Rena makan sedikit, karena dia masih memikirkan percakapan kedua orang tuanya semalam. Ia terlalu sibuk untuk mencari cara agar dia bisa membantu kedua orang tuanya. Mungkin, salah satunya dia akan bekerja. Itu akan mengurangi beban kedua orang tuanya. Tapi, Rena belum tahu, harus kemana dia akan mencari pekerjaan.

“Rena, kau ingin membeli apa?”
“Samakan saja denganmu. Aku sudah benar-benar lapar” kata Rena.
“Ok”

Setelah mendapat pesanan, mereka langsung mencari tempat duduk. Rena dan Rina makan bersama. Rena memang benar-benar kelaparan. Rina hanya tersenyum melihat tingkah Rena ketika makan. Menurutnya itu sangat lucu. Dia belum pernah melihat sahabatnya seperti itu. Ini kali pertamanya, ia melihat Rena bertingkah selucu itu.

Rena-chan, pelan-pelan saja” kata Rina.
“Ah? Sumimasen” Rina hanya mengangguk sambil terkikik.

Rena kembali memakan makanannya. Kali ini, dia tidak terburu-buru seperti tadi. Setelah makanan itu habis, dia segera minum jus yang tadi ia pesan. Rina masih menatapnya dengan senyum. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Rena bisa mempunyai ekspresi yang lucu ketika gadis itu makan.

Kawai” katanya.
“Maaf, ya? Tadi, aku benar-benar lapar” kata Rena.
“Tidak masalah” balas Rina santai.

Rena sebenarnya ingin sekali ke kelas. Tapi, karena dia sudah benar-benar kenyang. Dia memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di kantin. Setelah pulang sekolah nanti, mungkin Rena akan mencari pekerjaan. Dan jika tidak beruntung, dia akan mencobanya besok.

“Matsui Rena. Aku kira, kau tidak mampu membayar makanan di sini”

Rena dan Rina sama-sama menoleh melihat orang yang berbicara pada mereka tadi. Seorang gadis dengan di temani kedua temannya, kini berdiri di samping meja mereka. Rina menatap gadis itu dengan kesal. Sedangkan Rena, dia hanya diam. Dia tidak tahu apa yang harus dia balas.

Sakura-san” kata Rena akhirnya. Tidak tahu apa yang harus dia ucapkan. Dia hanya menyebut nama gadis itu.
“Miyawaki Sakura. Lebih baik kau pergi dari sini, Rena sama sekali tidak ingin mencari masalah denganmu” kata Rina.
“Aku sedang bicara pada Rena, bukan denganmu. Kau mengerti?”

Sakura menatapnya tajam. Rina hanya membalasnya dengan tatapan datar. Sejenak, dia menoleh ke arah Rena. Kemudian, Rina langsung kembali menatap Sakura. Rina dan Sakura memang sedari dulu menjadi musuh. Mereka sudah seperti anjing dan kucing ketika bertemu. Tapi, kali ini Rena juga menjadi musuhnya. Itu pun menurut Sakura, bukan menurut Rena. Rena sama sekali tidak pernah menganggap orang-orang yang sudah menyakitinya adalah musuh.

“Tapi, sepertinya Rena tidak sedang ingin bicara denganmu” Rina menaruh kedua tangannya yang terlipat di dada.
“Bukan urusanmu!” kata Sakura memperjelas ucapannya.
“Ada apa Sakura-san?” tanya Rena.
“Jujur kepadaku. Apa yang kau lakukan di pantai waktu itu dengan Jun?”

Rena terkejut mendengar pertanyaan dari Sakura. Rena menunduk menyembunyikan keterkejutannya pada Sakura. Rena mulai berfikir. Apa Sakura mengetahuinya? Tidak mungkin Sakura bertanya seperti itu, jika Sakura tidak mengetahuinya. Lalu, apa yang harus Rena jawab? Dia tidak mungkin jujur, bukan? Jika dia berani jujur, entah apa yang akan di lakukan Sakura kepadanya.

“Jawab!” kata Sakura mengeraskan suaranya.
“Jangan memaksanya!” Rina mulai tidak tahan dengan sikap Sakura.
“Diam kau! Aku sedang bicara dengannya” kata Sakura menatap Rina tajam.
“Izuta, daijoubu” kata Rena.

Rina menatap tajam Sakura. Tapi, dia dengan jelas mendengarkan ucapan Rena. Rina hanya tidak suka, pada anak-anak yang mengganggu Rena.
Sakura menghiraukan Rina. Dia mendekati Rena dan menatap tajam gadis itu. Sakura mencengkram pundak Rena, hingga Rena merintih kesakitan. Dia memegang tangan Sakura sambil mengeluarkan suara rintihan.

Sakura-san, ini sakit”
“Memangnya aku tidak tahu, apa yang kalian berdua lakukan di sana?! Huh?!”
“Itu tidak seperti apa yang kau pikirkan, Sakura-san
“Aku tegaskan kepadamu, jangan pernah mendekati Jun lagi! Mengerti!” kata Sakura menatapnya tajam.
H-Hai

Anak-anak yang melihat mereka, hanya duduk diam. Mereka sama sekali tidak peduli pada Rena yang di siksa oleh Sakura. Sepertinya, mereka hanya menonton sekaligus menikmatinya tanpa ada yang ingin membantu Rena. Entah kemana hati mereka. Atau bahkan mungkin, mereka tidak mempunyai hati sama sekali. Di saat ada teman mereka yang di sakiti, bukannya menolong justruh hanya menonton seperti menonton drama. Di mana ada pemeran wanita yang di siksa oleh temannya. Dan hanya ada satu yang membantu pemeran wanita itu.

Seperti yang di alami Rena sekarang, hanya Rina yang membantunya. Temannya yang ada di kantin sama sekali tidak ada yang mau menolongnya seperti Rina. Sakura mendorong gadis itu hingga terjatuh di hadapannya.

“Aku bisa memaafkanmu dan memberimu kesempatan. Tapi…”
“Tapi apa?” tanya Rena sambil mendongak melihatnya.
“Berlututlah di hadapanku, maka dari itu aku akan memaafkanmu” Sakura tersenyum sinis.
Iie. Jangan lakukan itu, Rena. Dia hanya berniat membuatmu malu”

Rina melangkah ke arahnya. Dia mencoba membantu Rena berdiri, tapi Sakura segera menghalanginya. Dia tidak akan membiarkan Rena berdiri, sebelum gadis itu benar-benar melakukan keinginannya. Kejam? Memang sangat kejam. Tapi, itulah sifat yang ada di diri Sakura yang sebenarnya.

“Jika kau tidak akan melakukannya, aku akan membullymu bersama dengan temanku”
“Jangan” kata Rena cepat.
“Maka dari itu, lakukan sekarang”
“Rena, jangan!” kata Rina yang tidak terima.

Tentu saja dia tidak terima. Rina tahu, Sakura hanya ingin membuat Rena malu. Bahkan, jika Rena benar-benar melakukan keinginan gadis itu. Rina tidak percaya, jika Sakura akan benar-benar melepaskan Rena.

“Jangan ikut campur. Ini urusanku dengan Rena. Cepat lakukan!”
“Rena, jangan! Dia hanya ingin membuatmu malu” kata Rina cepat.
“Jangan ikut campur! Rena, lakukan sekarang!” Sakura menatapnya tajam.
“Sudahlah Izuta. Tidak apa-apa, aku akan melakukannya”
“Rena, jangan dengarkan ucapan dia”
“Rena, lakukanlah!”

Rena hanya diam. Kemudian, secara perlahan dia menundukkan kepalanya. Dan ketika kepalanya hampir mendekati kaki Sakura, tubuhnya tertarik. Dia berdiri karena orang itu. Rena sedikit terkejut, karena orang itu. Lalu, dia melihat orang itu. Orang itu langsung menyiram Sakura dengan jus yang tadi di genggam oleh orang itu.

“Jurina! Kenapa kau menyiramku?”
“Itu bayaran atas ulahmu!” kata Jurina menatapnya tajam.
“Sakura, daijoubu?” Mion langsung menghampirinya.
“Pergi! Atau aku akan membuatmu menyesal!” Jurina menatapnya tajam.

Sakura tidak membalas. Dia hanya menatap kesal Jurina, kemudian dia pergi dari hadapan ketiga gadis itu. Kali ini, Rena selamat dari ketiga gadis itu. Entah apa yang akan terjadi, jika Jurina tidak datang dan menolong Rena. Mungkin saja, Sakura berhasil membuat Rena malu di depan teman satu sekolah mereka.

“Seharusnya, kau berani dengan gadis tidak tahu diri itu” kata Jurina.
“Aku hanya tidak ingin menambah masalah, senpai” kata Rena.
“Aku tahu! Tapi, jika kau di perlakukan seperti yang tadi, semua orang akan memandangmu rendah” kata Jurina tegas.
Sumimasen” Rena menunduk.
Izuta-chan, bawa Rena ke kelas” kata Jurina.
Hai

***

“Jurina!”
Nii-chan, Doushita no?” kata Jurina ketika mereka ada di rumah.
“Tadi, kau menyiram Sakura dengan jus?” tanya Jun menatapnya tajam.
Hai

Jurina lansung jujur kepadanya. Jun terkesiap mendengar ucapan Jurina. Dia sama sekali tidak pernah berfikir, jika Jurina akan benar-benar melakukan hal itu kepada Sakura. Tapi, itu semua bukan mutlak kesalahan Jurina. Ada alasan yang membuat Jurina melakukan hal itu.

Nande? Kenapa kau melakukan itu?” kata Jun dengan nada yang sedikit meninggi.
“Apa dia mengadu?” tanya Jurina sebelum menjawab.
Hai
“Gadis tidak tahu diri!” geramnya.
“Apa maksudmu!” kata Jun menatapnya tajam.

Jun memang sangat menyayangi Jurina. Tapi, dia akan sangat kesal, ketika Jurina melakukan sesuatu yang jahat pada salah satu kekasihnya atau salah satu temannya. Dia akan memarahi Jurina habis-habisan. Tidak peduli jika Jurina adalah adik kandungnya. Salah tetaplah salah. Dan harus mendapatkan hukuman. Itu yang selalu ia pikirkan.

“Dia yang salah sendiri, nii-chan. Harusnya, nii-chan tidak menjadikannya kekasih”
“Hei, dia itu baik. Walau sifatnya terkadang menjengkelkan” kata Jun. Seolah, dia lebih membela Sakura daripada Jurina.
Nii-chan harusnya sadar, siapa Sakura sebenarnya. Dia tidak pantas untuk nii-chan. Dia itu gadis nakal, dia itu selalu membully orang lain. Dan dia tidak…”

PLAK!!

Jurina tersentak dengan tamparan dari Jun. Ini pertama kalinya ia menampar adik kesayanganya sendiri. Jurina menatap Jun tidak percaya. Kedua matanya bening seperti ingin menangis.

Jun benar-benar keterlaluan.

Nii-chan….” Katanya tidak percaya.
“Jurina, aku….”
Nii-chan jahat. Hanya karena Sakura, nii-chan menamparku? Nii-chan benar-benar keterlaluan” Jurina berbalik dan dia berlari ke kamarnya.
“Jurina, matte

Terlambat, Jurina sudah menuju ke lantai dua dan dia langsung masuk ke kamarnya. Jurina menangis di dalam kamarnya. Sementara Jun, dia benar-benar menyesal karena telah menampar adik kesayangannya.

“Apa yang aku lakukan?” dia bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap telapak tangannya.
“Kau keterlaluan Jun.”

Jun mendongak melihat Mayu yang sekarang mulai melangkah mendekatinya. Mayu berhenti di depannya. Dia menatap jun datar. Dia kesal, karena Jun telah berbuat sesuatu yang fatal pada Jurina.

“Maksudmu?” tanya Jun tidak mengerti.
“Tadi, aku melihat Sakura yang membully Rena di kantin. Dia menyuruh Rena untuk berlutut di depannya. Maka dari itu, Jurina kesal dan menyiram Sakura dengan jus yang ia bawa”
“Apa?!” Jun belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Mayu.
“Banyak saksi yang melihat perbuatan Sakura tadi. Dan lebih jelasnya lagi, kau tanyakan saja pada Izuta Rina. Dia mengetahui semuanya. Jangan menampar Jurina lain kali, sebelum kau mengetahui alasan yang jelas. Aku bisa saja menghajarmu!” kata Mayu menatapnya tajam.

Kemudian, dia langsung meninggalkan Jun. Jun memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Hari ini, dia telah melakukan kesalahan yang besar. Hari ini, dia sudah membuat luka di hati Jurina. Adik kesayangannya. Jun benar-benar menyesal sekarang.

Gomennasai, Jurina”



To Be Continued............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar