Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jun
- Yokoyama Mayu
- Shimazaki Haruka
- Matsui Rena
- Kashiwagi Yuki
Other Cast :
- Matsui Jurina
- Miyawaki Sakura
- Izuta Rina
- Mukaichi Mion
- Maeda Atsuko
- Matsui Kanon
- Matsui nana
Happy Reading All.......
~---0---~
Ketika
sampai di sekolah mereka, Rena segera turun dari bus. Beruntung, karena dia
duduk di belakang, jadi dia terlebih dahulu keluar bersama Jurina. Selama di
perjalanan tadi, dia hanya bisa bersama dengan Jurina. Justruh, ketika dia
bersama dengan gadis itu, dia akan merasa lebih baik. Dia merasa terlindungi.
Tapi, dia juga tertidur di samping gadis itu.
Jurina
sebagai ketua osis, hanya mengarahkan kepada adik kelasnya untuk langsung
pulang. Sebagai kakak kelas yang baik, Jurina pasti akan memberikan nasehat
yang baik untuk mereka. Setelah itu, dia membubarkan adik kelasnya untuk
langsung segera pulang.
Masing-masing
dari mereka, sudah ada yang menjemput. Sementara Jurina, dia dan kedua
saudaranya masih berada di sekolah. Ada sedikit kegiatan di dalam ruangan osis,
tak lama mereka keluar. Di luar, Jurina membuka ponselnya. Dia sadar, jika tadi
ponselnya berbunyi. Dia membuka pesan yang masuk dan dia tersenyum. Setelah
itu, dia membalasnya.
Dia
terlebih dahulu berjalan ke arah gerbang sekolah. Atsuko sudah sampai di sana
sejak tadi, tapi dia rela menunggu ketiga adiknya yang masih rapat di ruangan
osis. Jurina melihat Atsuko yang masih duduk di kursi kemudi. Tapi, ada orang
lain di dalam sana. Dan orang itu duduk tepat di sebelah Atsuko.
“Rena-chan?” katanya setelah mengetahui
orang itu.
“Jurina
senpai. Ah… aku akan pindah di kursi
belakang” kata Rena.
“Ah…
tidak perlu. Aku yang akan duduk di belakang” Jurina tersenyum.
“Tadi,
aku melihat Rena berdiri di depan halte. Jadi, aku berniat untuk mengantarkannya”
“Iya,
nee-chan”
Jurina
kemudian masuk ke dalam mobil. Ketiga gadis itu, kini langsung bercengkaram
sambil menunggu kedua saudara laki-laki mereka yang belum datang. Hanya
beberapa menit, kedua laki-laki itu datang. Awalnya, Mayu ingin duduk di sebelah
kakaknya. Tapi, ketika dia melihat Rena, dia mengurungkan niatnya dan duduk
bersama Jun dan Jurina di belakang.
Di
perjalanan, sesekali Atsuko bertanya tentang kehidupan Rena. Tentunya, Rena
membalasnya dengan jujur. Rena sama sekali tidak bisa menolak pertanyaan dari
Atsuko. Apalagi, mengingat Atsuko adalah anak majikan dari ibunya yang hanya
bekerja sebagai pembantu di rumah gadis itu.
Rena
sangat mengagumi Atsuko. Bahkan, dia sangat ingin mempunyai saudara yang baik
seperti Atsuko. Dia merasa, Mayu dan Yui sangat beruntung mempunyai seorang
kakak yang baik seperti Atsuko. Yui dan Mayu memang sangat menyayangi Atsuko.
Bahkan, mereka juga sangat senang mempunyai seorang kakak yang sangat baik
seperti Atsuko. Atsuko selalu menjadi penasehat yang baik untuk mereka. Dan
bahkan, Jurina dan Jun juga mengagumi gadis itu.
“Arigatou, nona Atsuko” kata Rena setelah
mereka sampai.
“Sama-sama.
Titip salam pada ayah dan kedua adikmu”
“Hai” balasnya sambil tersenyum.
Setelah
melihat mobil hitam milik Atsuko pergi, Rena langsung melangkah kea rah gank
sempit dan berbelok ke arah kiri. Barulah di sana, dia melihat rumah kecil. Dia
langsung membuka pintu rumah itu. Sampai di rumah, jam sudah menunjukkan angka
8 malam.
“Tadaima” serunya yang langsung di balas
oleh kedua adiknya.
“Okaeri, one-chan” kata Nana dan Kanon yang langsung menyambutnya.
“Ibu
dan ayah belum pulang?” tanya Rena.
“Belum,
nee-chan”
“Kalian
lapar? Kakak membawa kue”
Ketika
dia bertemu dengan Atsuko di halte tadi, Atsuko yang sebelumnya membeli beberapa
kue, juga berinisiatif untuk memberikan beberapa kue untuknya. Awalnya, Rena
memang sempat menolak. Tapi, Atsuko tersenyum dan meyakinkan Rena. Rena
akhirnya menerimanya dan mengucapkan terima kasih pada gadis itu.
“Kelihatannya
enak, nee-chan” kata Kanon yang
langsung di angguki oleh Nana.
“Kita
makan, ya?” keduanya mengangguk.
Kemudian,
Rena dan kedua adiknya duduk di kursi tamu. Mereka menikmati kue tersebut
sambil bercerita. Jika di rumah, Rena pasti akan selalu senang dengan kedua
adiknya. Baginya, kedua adiknya adalah saudara sekaligus teman yang sangat
baik. Dia tidak akan mengalami penderitaan seperti yang ia rasakan di
sekolahnya.
Entah
apa yang akan terjadi di sekolah besok. Tapi, sekarang Rena hanya menikmati
waktunya bersama kedua adiknya. Ia sama sekali tidak pernah menceritakan
masalahnya pada kedua adiknya. Dia berfikir, lebih baik ia memendamnya. Dia
tidak ingin membuat kedua adiknya takut, karena mendengar cerita darinya.
“Nee-chan, Ayah sering murung akhir-akhir
ini” kata Nana.
“Murung?
Kenapa?” tanya Rena tidak mengerti.
“Aku
sendiri tidak tahu pasti, nee-chan.
Tapi, aku pernah mendengar, jika ayah sedang ada masalah dengan pekerjaannya”
Rena
hanya terdiam. Pikirannya mulai berbicara. Dia menunduk dan sejenak mendesah.
Ia tahu, pasti ada masalah besar yang terjadi pada ayahnya.
“Ya
sudah. Sekarang, kalian istirahat saja, ya? Besok, sekolah kan?”
“Hai”
***
Rena
terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia mendengar suara dari luar kamarnya.
Rena bangun, lalu berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya sedikit.
Ada dua orang yang sedang duduk di kursi yang terbuat dari kayu.
Kedua
orang tua Rena. Rena melihat ayahnya yang menangis, sedangkan ibunya sesekali
menenangkan ayahnya. Rena melihat ayahnya terkejut. Hari ini, dengan kedua
matanya sendiri. Rena melihat sang ayah yang sedang menangis tersedu. Rena
mencoba mendengarkan perkataan kedua orang tuanya. Dan Rena pikir, kali ini
masalah ayahnya sangat berat.
“Ayah,
jangan menangis lagi. Ibu akan mengusahakan uang untuk membiayai anak-anak”
“Maaf
ya, bu. Ayah menyusahkan ibu lagi. Tapi, ayah janji akan mencari pekerjaan
lagi”
“Iya
ayah. Ayah yang sabar saja, Ibu pasti akan mengusahakannya”
Rena
melihat ayahnya yang hanya mengangguk. Dari percakapan yang singkat itu, Rena
menyimpulkan jika ayahnya sudah di pecat dari pekerjaannya. Dia kembali masuk
ke dalam kamar dan terbaring. Dia menatap atap langit kamarnya. Kemudian, ia
berfikir sejenak. Rena bisa merasakan rasa kesedihan yang di alami ayahnya.
Pasti yang sekarang masih bekerja hanyalah ibunya.
“Benar”
katanya.
Rena
sudah mengabil keputusan. Rena harus bisa bersikap mandiri dan tidak tergantung
lagi pada kedua orang tuanya. Kali ini, Rena harus bisa bersikap mandiri untuk
bisa membantu kedua orang tuanya yang sedang kesulitan. Mungkin, dengan begitu
Rena bisa mengurangi beban kedua orang tuanya.
***
Paruru
keluar dari rumah sakit. Akhirnya, dia di ijinkan pulang dari rumah sakit.
Awalnya, Yui juga masih khawatir dengan keadaan gadis itu. Tapi, ketika dokter
menjelaskan keadaan gadis itu yang sudah membaik, Yui bisa bernafas lega.
Lagipula,
Paruru juga tidak betah berlama-lama berada di dalam rumah sakit. Dulu, dia
sudah pernah masuk ke rumah sakit. Dan di sana, tidak membuatnya nyaman sama
sekali. Maka dari itu, Paruru ingin cepat pulang.
“Nii-chan, kita jalan-jalan, ya?” Paruru
menoleh melihat Yui.
“Sayang,
kau masih sakit. Kita pulang saja sekarang, jika nantinya kau benar-benar
sembuh, aku akan mengajakmu jalan, ne?”
“Mou…..
nii-chan” keluh Paruru.
“Paruru
tidak ingin sembuh, ya?” Yui mendekatkan wajahnya ke wajah Paruru.
“Tentunya
ingin” balas Paruru.
“Kalau
begitu, kau harus menurutiku. Jangan bandel. Nii-chan tidak suka”
“Iya
sudah kalau begitu. Kita pulang saja, tapi lain kali aku di ajak jalan-jalan,
bukan?”
“Tentu
sayang. Untukmu apa pun akan aku lakukan”
“Yatta”
Yui
tersenyum mendengarnya. Kemudian, mereka pulang menggunakan mobil. Sesampainya
di rumah, Yui langsung membawa Paruru masuk ke dalam rumah. Dia melihat
senyuman Paruru yang sangat lebar. Mungkin, Paruru sangat senang karena dia
sudah keluar dari rumah sakit. Yui hanya bisa melihatnya. Dia bahagia, jika
melihat gadis itu bahagia. Tapi, dia akan sedih, jika melihat air mata yang
keluar dari mata gadis itu. Yui tidak bisa melihat air mata yang keluar dari
kedua mata Paruru.
Itu
membuatnya sangat sakit.
“Nii-chan, sepupuku akan kemari besok”
kata Paruru.
“Siapa?”
“Itu
yang dulu kemari dan nii-chan pernah
bermain bulu tangkis dengannya”
“Ah…
dia. Kau pastinya senang, bukan?” Paruru mengangguk.
Mungkin,
dengan adanya sepupu Paruru, Yui akan lebih tenang. Pastinya, Yuka dan Rina
tidak akan mudah untuk mengganggu Paruru. Yui juga sangat akrab dengan sepupu
Paruru. Mereka juga sudah seperti seorang saudara jika bersama.
Paruru
mempunyai saudara sepupu yang kembar. Hanya saja yang satu laki-laki dan
satunya perempuan. Mereka sangat dekat dengan keluarga Yui. Bahkan, sepupu
perempuan Paruru juga sudah sangat dekat dengan Jurina. Paruru selalu bermain
dengan Jurina dan sepupunya, ketika Yui sangat asyik dengan sepupu
laki-lakinya. Baginya, itu sudah membuatnya bahagia.
“Nii-chan, Jurina sudah pulang, ya?”
tanya Paruru.
“Sudah.
Kau ingin bertemu dengannya?” tanya Yui sambil duduk di depan gadis itu.
“Iya”
kata Paruru tersenyum.
“Besok,
kau boleh bertemu dengannya. Tapi, tuan putri sekarang harus istirahat dulu”
“Hai”
“Good girl” Yui mencium keningnya dengan
lembut.
Yui
mendorong kursi roda Paruru. Mereka masuk ke dalam kamar Paruru. Paruru menolehkan
pandangannya ke sekitar kamarnya. Ia tersenyum menatap kamarnya yang rapi.
Setiap hari, pembantu akan selalu merapikan kamar tidurnya. Mereka tidak akan
membiarkan kamar Paruru berantakan.
Sebenarnya,
jika mau, Paruru ingin membersihkan kamarnya sendiri. Tapi, dengan keadaannya
yang sekarang ini, itu tidaklah mungkin. Dia tidak bisa melakukan pekerjaan itu
dengan sendiri. Ketika bangun, dia akan di bantu oleh salah satu pembantunya.
Tapi, ketika dia akan tidur di malam hari, Yui yang akan menggendongnya. Dia
bahkan pernah merasa kasihan pada Yui. Dia hanya tidak enak, jika Yui terus
menerus menggendongnya. Padahal, Yui sendiri tidak pernah mempersalahkannya.
Dan ketika Yui menjelaskannya, akhirnya dia mengerti. Dan waktu itu juga, rasa
tidak enak itu hilang dari hatinya. Bahkan, dia menikmati perlakuan Yui.
“Nii-chan, aku akan belajar memasak
besok. Boleh kan?” Paruru menatapnya dengan polos.
“Tentu
saja, sayang. Tapi, jangan terlalu di paksakan. Kau masih sakit”
“Aku
tidak apa-apa, nii-chan” kata Paruru
meyakinkan dirinya.
“Ya
sudah. Sekarang, kau harus tidur” Yui mengelus kepala Paruru yang sudah dalam
keadaan terbaring.
Beruntung
karena Paruru gadis yang sangat polos. Paruru juga mudah memaafkan kesalahan
orang lain. Apalagi, kesalahan itu sampai menyakiti hatinya. Dia terlalu baik
menjadi seorang gadis. Paruru hanya bisa mendengarkan perkataan orang lain.
Jika orang lain menyuruh ini atau itu, dia pasti akan melakukannya. Selain
baik, dia juga terlalu menjadi seorang gadis yang penurut. Bahkan, dia tidak
tahu, apa perbuatan itu baik atau tidak. Tapi, dia tetap melakukannya. Ketika
orang menyalahkannya, dia hanya bisa menunduk sambil meminta maaf dan berkata
dengan jujur.
Sifat
inilah yang membuat Yui khawatir. Yui hanya khawatir, jika ada orang yang
menyuruhnya berbuat sesuatu yang tidak baik, Paruru akan menuruti orang itu.
Dan ketika dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu, dia menasehati gadis
itu. Dan ketika itu, Paruru mengangguk mendengarkan ucapannya.
Ketika
pertama kali Yui menunjukkan sifat baiknya kepada Paruru, Paruru hanya bisa
tersenyum. Dia sangat bahagia, ketika Yui memperhatikannya. Dia juga bahagia,
ketika Yui mengelus keningnya. Dia bahagia, ketika Yui menciumnya. Dia
benar-benar bahagia, karena Yui sangat mencintainya. Dia adalah gadis polos
yang selalu menjadi gadis yang sangat istimewa di hati Yui. Walau dulu, Yui
pernah membentaknya karena tidak menyukainya, kini laki-laki itu sepenuhnya
berubah untuknya. Bahkan, ketika Yui meminta maaf, dia pernah membalasnya,
sambil menunjukkan wajah polosnya.
“Nii-chan tidak salah, kenapa harus
meminta maaf?” ucapnya waktu itu.
Bahkan,
sepertinya Paruru lupa. Dia melupakan perbuatan yang Yui lakukan dulu
kepadanya. Ketika itu, Yui menjelaskan semuanya. Yui juga sadar, dia terlalu
kasar memperlakukan Paruru. Tapi, Paruru tidak pernah menyalahkannya. Paruru
bahkan juga membalasnya dengan kata-kata lembut.
“Itu
semua bukan sepenuhnya kesalahan nii-chan,
aku juga salah dan terlalu banyak menyusahkan nii-chan. Jadi, nii-chan
marah kepadaku. Aku juga salah kan, niiichan?”
katanya waktu itu.
“Kau
tidak pernah salah, aku yang selalu salah kepadamu. Gomen ne, Paru” Yui memegang tangannya dengan erat.
“Nii-chan, aku juga minta maaf, ya? Kita
saling maafkan saja” kata Paruru.
Mungkin,
jika keduanya saling memaafkan itu lebih baik. Itu yang terlintas di benak Paruru
ketika itu. Paruru hanya mengingat perkataan ibunya, jika dia dan temannya
saling memaafkan, itu akan lebih baik. Tidak peduli siapa yang berbuat salah.
Waktu itu, Yui menerimanya dan tersenyum. Dia tersenyum sangat manis untuk
pertama kalinya di depan Paruru.
“Nii-chan, besok aku bisa bertemu dengan
Jurina, bukan?” tanya Paruru sebelum ia benar-benar tertidur.
“Iya.
Aku akan mengantarkanmu, ya? Tapi, kau harus tidur sekarang”
“Hai” Paruru langsung menutup kedua
matanya untuk menjelajahi alam mimpinya.
***
Rena
langsung keluar dari kelas, ketika dia mendengar bel istirahat. Perutnya sudah
berbunyi, ia ingin sekali makan. Beruntung, karena dia membawa uang. Uang itu
yang selalu ia sisihkan setiap pulang sekolah. Hanya saja, kali ini dia sangat
lapar. Rena memutuskan untuk keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin
sekolah. Jujur saja, Rena sangat jarang ke kantin. Mungkin, ini kedua kalinya
dia berkunjung ke kantin.
Dulu,
ketika dia ke kantin. Dia bersama Rina. Izuta Rina. Temannya yang satu kelas dengannya.
Mungkin, hanya Izuta satu-satunya teman yang ia punya. Izuta adalah anak dari
keluarga kaya. Dia bahkan tidak pernah malu mempunyai teman seperti Rena.
“Rena-chan”
“Izuta,
kau ingin ke kantin, ya?” tanya Rena.
“Hai. Kau juga? Kenapa tidak mengajakku?”
kata Rina sedikit kesal.
“Sumimasen. Aku benar-benar kelaparan”
kata Rena mengaku.
“Baiklah.
Sebaiknya, kita langsung saja ke kantin” Rena mengangguk menyetujui.
Rena
memang sangat kelaparan sekarang. Tadi pagi, dia memang membuatkan makanan
untuk keluarganya. Tapi, dia hanya makan sedikit. Tapi, ketika pelajaran tadi,
perutnya berbunyi dan akhirnya, Rena memutuskan untuk pergi ke kantin ketika
istirahat tiba.
Mungkin,
yang membuat Rena makan sedikit, karena dia masih memikirkan percakapan kedua
orang tuanya semalam. Ia terlalu sibuk untuk mencari cara agar dia bisa
membantu kedua orang tuanya. Mungkin, salah satunya dia akan bekerja. Itu akan
mengurangi beban kedua orang tuanya. Tapi, Rena belum tahu, harus kemana dia
akan mencari pekerjaan.
“Rena,
kau ingin membeli apa?”
“Samakan
saja denganmu. Aku sudah benar-benar lapar” kata Rena.
“Ok”
Setelah
mendapat pesanan, mereka langsung mencari tempat duduk. Rena dan Rina makan
bersama. Rena memang benar-benar kelaparan. Rina hanya tersenyum melihat tingkah
Rena ketika makan. Menurutnya itu sangat lucu. Dia belum pernah melihat
sahabatnya seperti itu. Ini kali pertamanya, ia melihat Rena bertingkah selucu
itu.
“Rena-chan, pelan-pelan saja” kata Rina.
“Ah?
Sumimasen” Rina hanya mengangguk
sambil terkikik.
Rena
kembali memakan makanannya. Kali ini, dia tidak terburu-buru seperti tadi.
Setelah makanan itu habis, dia segera minum jus yang tadi ia pesan. Rina masih
menatapnya dengan senyum. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Rena bisa
mempunyai ekspresi yang lucu ketika gadis itu makan.
“Kawai” katanya.
“Maaf,
ya? Tadi, aku benar-benar lapar” kata Rena.
“Tidak
masalah” balas Rina santai.
Rena
sebenarnya ingin sekali ke kelas. Tapi, karena dia sudah benar-benar kenyang.
Dia memutuskan untuk duduk terlebih dahulu di kantin. Setelah pulang sekolah
nanti, mungkin Rena akan mencari pekerjaan. Dan jika tidak beruntung, dia akan
mencobanya besok.
“Matsui
Rena. Aku kira, kau tidak mampu membayar makanan di sini”
Rena
dan Rina sama-sama menoleh melihat orang yang berbicara pada mereka tadi.
Seorang gadis dengan di temani kedua temannya, kini berdiri di samping meja
mereka. Rina menatap gadis itu dengan kesal. Sedangkan Rena, dia hanya diam.
Dia tidak tahu apa yang harus dia balas.
“Sakura-san” kata Rena akhirnya. Tidak
tahu apa yang harus dia ucapkan. Dia hanya menyebut nama gadis itu.
“Miyawaki
Sakura. Lebih baik kau pergi dari sini, Rena sama sekali tidak ingin mencari
masalah denganmu” kata Rina.
“Aku
sedang bicara pada Rena, bukan denganmu. Kau mengerti?”
Sakura
menatapnya tajam. Rina hanya membalasnya dengan tatapan datar. Sejenak, dia
menoleh ke arah Rena. Kemudian, Rina langsung kembali menatap Sakura. Rina dan
Sakura memang sedari dulu menjadi musuh. Mereka sudah seperti anjing dan kucing
ketika bertemu. Tapi, kali ini Rena juga menjadi musuhnya. Itu pun menurut
Sakura, bukan menurut Rena. Rena sama sekali tidak pernah menganggap
orang-orang yang sudah menyakitinya adalah musuh.
“Tapi,
sepertinya Rena tidak sedang ingin bicara denganmu” Rina menaruh kedua
tangannya yang terlipat di dada.
“Bukan
urusanmu!” kata Sakura memperjelas ucapannya.
“Ada
apa Sakura-san?” tanya Rena.
“Jujur
kepadaku. Apa yang kau lakukan di pantai waktu itu dengan Jun?”
Rena
terkejut mendengar pertanyaan dari Sakura. Rena menunduk menyembunyikan
keterkejutannya pada Sakura. Rena mulai berfikir. Apa Sakura mengetahuinya? Tidak mungkin Sakura bertanya seperti
itu, jika Sakura tidak mengetahuinya. Lalu, apa yang harus Rena jawab? Dia
tidak mungkin jujur, bukan? Jika dia berani jujur, entah apa yang akan di
lakukan Sakura kepadanya.
“Jawab!”
kata Sakura mengeraskan suaranya.
“Jangan
memaksanya!” Rina mulai tidak tahan dengan sikap Sakura.
“Diam
kau! Aku sedang bicara dengannya” kata Sakura menatap Rina tajam.
“Izuta,
daijoubu” kata Rena.
Rina
menatap tajam Sakura. Tapi, dia dengan jelas mendengarkan ucapan Rena. Rina
hanya tidak suka, pada anak-anak yang mengganggu Rena.
Sakura
menghiraukan Rina. Dia mendekati Rena dan menatap tajam gadis itu. Sakura
mencengkram pundak Rena, hingga Rena merintih kesakitan. Dia memegang tangan
Sakura sambil mengeluarkan suara rintihan.
“Sakura-san, ini sakit”
“Memangnya
aku tidak tahu, apa yang kalian berdua lakukan di sana?! Huh?!”
“Itu
tidak seperti apa yang kau pikirkan, Sakura-san”
“Aku
tegaskan kepadamu, jangan pernah mendekati Jun lagi! Mengerti!” kata Sakura
menatapnya tajam.
“H-Hai”
Anak-anak
yang melihat mereka, hanya duduk diam. Mereka sama sekali tidak peduli pada
Rena yang di siksa oleh Sakura. Sepertinya, mereka hanya menonton sekaligus
menikmatinya tanpa ada yang ingin membantu Rena. Entah kemana hati mereka. Atau
bahkan mungkin, mereka tidak mempunyai hati sama sekali. Di saat ada teman
mereka yang di sakiti, bukannya menolong justruh hanya menonton seperti
menonton drama. Di mana ada pemeran wanita yang di siksa oleh temannya. Dan
hanya ada satu yang membantu pemeran wanita itu.
Seperti
yang di alami Rena sekarang, hanya Rina yang membantunya. Temannya yang ada di
kantin sama sekali tidak ada yang mau menolongnya seperti Rina. Sakura
mendorong gadis itu hingga terjatuh di hadapannya.
“Aku
bisa memaafkanmu dan memberimu kesempatan. Tapi…”
“Tapi
apa?” tanya Rena sambil mendongak melihatnya.
“Berlututlah
di hadapanku, maka dari itu aku akan memaafkanmu” Sakura tersenyum sinis.
“Iie. Jangan lakukan itu, Rena. Dia hanya
berniat membuatmu malu”
Rina
melangkah ke arahnya. Dia mencoba membantu Rena berdiri, tapi Sakura segera
menghalanginya. Dia tidak akan membiarkan Rena berdiri, sebelum gadis itu
benar-benar melakukan keinginannya. Kejam? Memang sangat kejam. Tapi, itulah
sifat yang ada di diri Sakura yang sebenarnya.
“Jika
kau tidak akan melakukannya, aku akan membullymu bersama dengan temanku”
“Jangan”
kata Rena cepat.
“Maka
dari itu, lakukan sekarang”
“Rena,
jangan!” kata Rina yang tidak terima.
Tentu
saja dia tidak terima. Rina tahu, Sakura hanya ingin membuat Rena malu. Bahkan,
jika Rena benar-benar melakukan keinginan gadis itu. Rina tidak percaya, jika
Sakura akan benar-benar melepaskan Rena.
“Jangan
ikut campur. Ini urusanku dengan Rena. Cepat lakukan!”
“Rena,
jangan! Dia hanya ingin membuatmu malu” kata Rina cepat.
“Jangan
ikut campur! Rena, lakukan sekarang!” Sakura menatapnya tajam.
“Sudahlah
Izuta. Tidak apa-apa, aku akan melakukannya”
“Rena,
jangan dengarkan ucapan dia”
“Rena,
lakukanlah!”
Rena
hanya diam. Kemudian, secara perlahan dia menundukkan kepalanya. Dan ketika
kepalanya hampir mendekati kaki Sakura, tubuhnya tertarik. Dia berdiri karena
orang itu. Rena sedikit terkejut, karena orang itu. Lalu, dia melihat orang
itu. Orang itu langsung menyiram Sakura dengan jus yang tadi di genggam oleh
orang itu.
“Jurina!
Kenapa kau menyiramku?”
“Itu
bayaran atas ulahmu!” kata Jurina menatapnya tajam.
“Sakura, daijoubu?” Mion langsung
menghampirinya.
“Pergi!
Atau aku akan membuatmu menyesal!” Jurina menatapnya tajam.
Sakura
tidak membalas. Dia hanya menatap kesal Jurina, kemudian dia pergi dari hadapan
ketiga gadis itu. Kali ini, Rena selamat dari ketiga gadis itu. Entah apa yang
akan terjadi, jika Jurina tidak datang dan menolong Rena. Mungkin saja, Sakura
berhasil membuat Rena malu di depan teman satu sekolah mereka.
“Seharusnya,
kau berani dengan gadis tidak tahu diri itu” kata Jurina.
“Aku
hanya tidak ingin menambah masalah,
senpai” kata Rena.
“Aku
tahu! Tapi, jika kau di perlakukan seperti yang tadi, semua orang akan
memandangmu rendah” kata Jurina tegas.
“Sumimasen” Rena menunduk.
“Izuta-chan, bawa Rena ke kelas” kata
Jurina.
“Hai”
***
“Jurina!”
“Nii-chan, Doushita no?” kata Jurina ketika mereka ada di rumah.
“Tadi,
kau menyiram Sakura dengan jus?” tanya Jun menatapnya tajam.
“Hai”
Jurina
lansung jujur kepadanya. Jun terkesiap mendengar ucapan Jurina. Dia sama sekali
tidak pernah berfikir, jika Jurina akan benar-benar melakukan hal itu kepada
Sakura. Tapi, itu semua bukan mutlak kesalahan Jurina. Ada alasan yang membuat
Jurina melakukan hal itu.
“Nande? Kenapa kau melakukan itu?” kata
Jun dengan nada yang sedikit meninggi.
“Apa
dia mengadu?” tanya Jurina sebelum menjawab.
“Hai”
“Gadis
tidak tahu diri!” geramnya.
“Apa
maksudmu!” kata Jun menatapnya tajam.
Jun
memang sangat menyayangi Jurina. Tapi, dia akan sangat kesal, ketika Jurina
melakukan sesuatu yang jahat pada salah satu kekasihnya atau salah satu
temannya. Dia akan memarahi Jurina habis-habisan. Tidak peduli jika Jurina
adalah adik kandungnya. Salah tetaplah salah. Dan harus mendapatkan hukuman.
Itu yang selalu ia pikirkan.
“Dia
yang salah sendiri, nii-chan. Harusnya,
nii-chan tidak menjadikannya kekasih”
“Hei,
dia itu baik. Walau sifatnya terkadang menjengkelkan” kata Jun. Seolah, dia
lebih membela Sakura daripada Jurina.
“Nii-chan harusnya sadar, siapa Sakura
sebenarnya. Dia tidak pantas untuk nii-chan.
Dia itu gadis nakal, dia itu selalu membully orang lain. Dan dia tidak…”
PLAK!!
Jurina
tersentak dengan tamparan dari Jun. Ini pertama kalinya ia menampar adik
kesayanganya sendiri. Jurina menatap Jun tidak percaya. Kedua matanya bening
seperti ingin menangis.
Jun
benar-benar keterlaluan.
“Nii-chan….” Katanya tidak percaya.
“Jurina,
aku….”
“Nii-chan jahat. Hanya karena Sakura, nii-chan menamparku? Nii-chan benar-benar keterlaluan” Jurina
berbalik dan dia berlari ke kamarnya.
“Jurina, matte”
Terlambat,
Jurina sudah menuju ke lantai dua dan dia langsung masuk ke kamarnya. Jurina menangis
di dalam kamarnya. Sementara Jun, dia benar-benar menyesal karena telah
menampar adik kesayangannya.
“Apa
yang aku lakukan?” dia bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap telapak
tangannya.
“Kau
keterlaluan Jun.”
Jun
mendongak melihat Mayu yang sekarang mulai melangkah mendekatinya. Mayu berhenti
di depannya. Dia menatap jun datar. Dia kesal, karena Jun telah berbuat sesuatu
yang fatal pada Jurina.
“Maksudmu?”
tanya Jun tidak mengerti.
“Tadi,
aku melihat Sakura yang membully Rena di kantin. Dia menyuruh Rena untuk
berlutut di depannya. Maka dari itu, Jurina kesal dan menyiram Sakura dengan
jus yang ia bawa”
“Apa?!”
Jun belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Mayu.
“Banyak
saksi yang melihat perbuatan Sakura tadi. Dan lebih jelasnya lagi, kau tanyakan
saja pada Izuta Rina. Dia mengetahui semuanya. Jangan menampar Jurina lain
kali, sebelum kau mengetahui alasan yang jelas. Aku bisa saja menghajarmu!”
kata Mayu menatapnya tajam.
Kemudian,
dia langsung meninggalkan Jun. Jun memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Hari ini, dia telah melakukan kesalahan yang besar. Hari ini, dia sudah membuat
luka di hati Jurina. Adik kesayangannya. Jun benar-benar menyesal sekarang.
“Gomennasai, Jurina”
To Be Continued............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar