Title : Yui X Paru (Epilog)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Sad, Roman, Gender Bender
Main Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
Other Cast :
- Jonishi Kei
- Kashiwagi Yuki
- Yamamoto Sayaka
Happy Reading All...........
~---0---~
Ketika
Sayaka terbangun, pertama kali yang ia lihat adalah sebuah lampu gantung yang
masih tergantung di atasnya. Rupanya, lampu itu hanya sebagian saja yang jatuh
menimpanya dan membuat kepalanya berdarah. Bahkan, di sana dia hanya sendiri. Orang
lain sudah keluar sedari tadi, mungkin. Atau bahkan mungkin, Yui memang sengaja
untuk menyuruh mereka keluar terlebih dahulu.
“Tamu-tamu
akan berjalan di karpet merah dan masuk…”
Sayaka
menoleh mendengar suara itu. Ia melihat Yui yang berjalan sambil menatapnya
dengan benci.
“…di
sana, kita akan mempunyai 40 orkestra untuk memainkan lagu favorit Paru. Dan di
bawah lampu gantung yang megah ini, kita akan menikah”
“Siapa
kau? Dan bagaimana kau tahu semua ini?” tanya Sayaka.
“Iya,
kau yang mengatakan semua ini pada Paru saat kau sendirian. Tapi, ternyata ada
orang lain juga di sana, yang bukan hanya mendengar semua ini. Tapi juga saksi
atas kejahatan mengerikanmu! Itu aku, Sayaka”
“No! Itu tidak mungkin” kata Sayaka tidak
percaya.
“Mustahil,
tapi benar. Malam itu, Paru tidak mati sendiri. Aku mati bersamanya. Oshima Yui.
Yang pernah memerankan peran kecil di film besarmu, hanya seorang artis
rendahan. Aku tidak bisa menyelamatkan Paruruku. Tapi, aku akan mencari
keadilan untuknya. Kau akan di hukum, Sayaka. Kau akan membayar dosamu” Kata Yui.
Sementara
di suatu ruangan. Di sana banyak monitor. Monitor itu memperlihatkan Yui dan
Sayaka. Di sana ada Kei, Yuki dan Haruka. Mereka sengaja untuk melihat apa saja
yang di katakan Yui dan Sayaka. Jika Sayaka akan mengatakan hal yang
sebenarnya, itu bisa akan di jadikan bukti.
“Paru,
ini isyarat untukmu. Apa kau tahu apa yang harus kau lakukan?” kata Kei bertanya.
“Ya,
Kei. Tapi, aku sangat takut”
“Ini
bukan waktunya untuk takut. Kau yang perlu menakuti-nakutinya,” kata Kei, “semuanya
tergantung kepadamu sekarang. Kau pasti bisa, Haruka. Semoga beruntung,
pergilah!” Haruka mengangguk.
Sementara
Yui dan Sayaka masih berdebat di latar itu. Setelah apa yang di katakan Yui
tadi, Sayaka tertawa.
“Ini
cerdik, Yui. Kau sudah mendapatkanku. Jadi, kau ingin mengirimku ke penjara? Bagaimana?
Kau akan berdiri di pengadilan dan menceritakan kisah reinkarnasimu?”
Yui
hanya diam dan masih ingin mendengar apa yang Sayaka katakan. Sepertinya,
Sayaka mengetahui sesuatu.
“Mengapa
kita tak melakukan satu hal? Biarkan aku mengakui semuanya. Tapi siapa yang
akan membuatku mengaku? Kau atau Paru gadunganmu?”
Yui
terkejut mendengarnya. Sayaka sudah mengetahui Haruka. Mungkin, karena lengan
Haruka yang terluka tadi, ketika Sayaka mengejarnya.
“Kau
pikir kau akan mendapatkan dua artis dan menakutiku hingga aku mengakui
semuanya? Tapi, kau lihat Yui. Hantu tidak bisa terluka, mereka tidak bisa
berdarah. Jadi sekarang, kenapa kau dan Paru gadungan itu yang menyingkir saja?”
Yui menatapnya tajam.
Sementara
di ruangan tadi, Kei dan Yuki juga terkejut. Ternyata, Sayaka sudah mengetahui
semuanya.
“Ya
Tuhan! Dia tahu semuanya! Yuki, hentikan Paru. Bajingan ini bisa melakukan apa
saja” kata Kei. Yuki segera menuju pintu ruangan itu.
“Kei,
pintunya macet.”
Kei
segera menghampiri Yuki. Ternyata, pintu tersebut tidak bisa terbuka. Sementara
Yui dan Sayaka, masih berdebat.
“Dan
kau tahu apa masalahnya, Yui? Pengadilan ingin bukti yang tak kau miliki. Bahkan
kalau pun aku membunuh Paru, di mana mayatnya? Belum ada yang menemukan
mayatnya. Dan percayalah padaku, Yui. Yuichii, atau apa pun itu. Tanpa bukti
ini, bahkan Tuhan pun tak bisa menyentuhku.”
“Aku
akan memberikan buktinya, Sayaka.”
Mereka
menoleh. Ada seorang gadis berwajah polos berdiri di antara dua tangga. Yui langsung
terkejut melihat gadis itu, sementara Sayaka justruh tersenyum. Yui hanya
takut, jika Sayaka melakukan apa-apa pada gadis itu.
“Oh
Tuhan, Haruka?”
“Ah
kau. Kemarilah, kami merindukanmu. Dia tahu, kau tak perlu melanjutkan acting sampahmu”
kata Sayaka tersenyum.
“Pergilah
dari sini, Haruka” kata Yui.
“Hentikan
akting ini atau kalau tidak…”
“Atau
kalau tidak apa? Kau akan membunuhku?” kata Haruka menatapnya tajam.
“Haruka,
dia tahu semuanya. Diamlah!” kata Yui.
Haruka
hanya menatap Sayaka dengan tajam, tapi Yui yang sangat takut jika dirinya akan
terjadi apa-apa.
“Berapa
kali kau akan membunuhku, Sayaka?” kata Haruka.
“Haruka,
dia tahu segalanya. Pergilah dari sini” kata Yui menyuruhnya.
“Oh,
diamlah! Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu!” kata Sayaka tegas.
“Kau
harus mendengarku, Sayaka,” kata Haruka langsung, “dan dengar baik-baik”
Haruka
melangkah menuruni anak tangga sambil menatap Sayaka dengan tajam. Sementara Yui
hanya bisa terkejut dengan ulahnya.
“Kau
kembali malam itu, setelah api reda. Kau kembali Sayaka.”
“Iya,
lalu?” kata Sayaka.
“Haruka,
dengarkan aku Haruka….” Haruka sama sekali tidak mempedulikan ucapan Yui.
“Kau
menjauhkan mayatku!”
“Omong
kosong macam apa ini?” kata Sayaka. Kenapa, Haruka mengetahui semua rahasianya?
“Aku
belum mati, Sayaka. Aku masih bernafas”
“Kenapa
kau bisa mengetahuinya?” kata Sayaka panik. Dia mulai mengeluarkan pitolnya
yang berada di balik baju.
“Tapi
kau menguburku hidup-hidup!”
“Bagaimana
kau bisa mengetahui semua ini?!” tanya Sayaka.
“Di
bawah lampu gantung ini….” Kata Haruka.
“Siapa
kau?!” Sayaka benar-benar panik.
“Hentikan,
Haruka!”
“….Pengadilan
butuh bukti…
“Hentikan,
aku bileng berhenti, Haruka!” kata Yui yang sangat panik. Apalagi, Sayaka sudah
mau menembak Haruka.
“….
Mereka akan mendapatkan buktinya, Sayaka” kata Haruka.
Haruka
sama sekali tidak seperti biasanya, bahkan Yui tidak menyadarinya sama sekali. Apalagi,
Sayaka yang sudah panik, karena Haruka mengetahui semua rahasianya malam itu.
Haruka tampak tenang, walau Sayaka sudah mempersiapkan pistolnya yang sekarang
mengarahnya.
“Tepat
di bawah lampu gantung ini, mereka akan menemukan mayat Paru….” Katanya sambil
melihat lampu gantung yang sedikit bergoyang.
“Aku
bilang berhenti! Tidak ada apa pun di sini!” kata Sayaka tegas.
“…yang
mana kau menguburku malam itu…”
“Tidak
ada apa-apa di sini” kata Sayaka.
“Kau
akan membayar dosa-dosamu, Sayaka. Kau akan mati.” kata Haruka menatapnya
tajam.
“AKU
BILANG BERHENTI. Diam atau aku akan menembakmu?!”
“NO!”
Yui
langsung berlari ke arah Sayaka. Dia berhasil melepaskan pistol itu dari tangan
Sayaka dan sekarang berhadapan dengan Sayaka. Ketika dia berhasil membuat
Sayaka mundur, Sayaka tidak sengaja menyenggol lilin dan membuat lilin itu
terjatuh dan api di lilin itu mulai membakar sebuah kain merah. Sementara Haruka
hanya menatap mereka was-was. Dan sekarang, api mulai membesar dan merambat.
Yui
memukulnya, menendang perutnya dan memukul wajah laki-laki itu. Tapi, ketika
dia ingin memukul Sayaka lagi, dia harus menghindar ketika ada sebuah meja yang
jatuh di depannya. Apalagi meja itu di selimuti api. Yui takut dengan api. Sementara
Sayaka menggunakan kesempatan itu untuk meraih sebuah tongkat yang ujungnya
berapi. Sayaka masih ingat, jika Yui takut api. Kini, giliran Sayaka yang
menghajar Yui sampai Yui terjatuh di lantai. Dia meraih korden yang sudah di
lahap api dan membuangnya di hadapan Yui. Kemudian, ia berjalan ke arah haruka
yang masih tenang. Ia sama sekali tidak takut atau pun kabur. Dia hanya diam,
ketika Sayaka mendekat dengan tongkat yang ujungnya sudah berapi. Mungkin, dia
ingin membunuh Haruka dengan tongkat itu.
“No!” teriak Yui. Ia tidak ingin Haruka
mati di tangan Sayaka, ia harus bisa menyelamatkan Haruka.
Yui
menemukan pistol yang tadi terjatuh. Ternyata, pistol itu tidak jauh darinya. Kemudian,
ia segera mengambilnya. Dan menerobos api, walau sebenarnya di takut dengan
api. Bagaimana pun juga, keselamatan Haruka lebih penting dari keselamatannya. Mungkin,
karena wajah Haruka dan Paru sama, dia menjadi menyukai gadis itu dan ingin
menyelamatkannya. Ia tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai untuk kedua
kalinya.
Dor!
Peluru
itu terkena di kaki Sayaka, dan membuat Sayaka jatuh tepat di bawah lampu
gantung. Jika Sayaka tidak bisa di penjara, tapi setidaknya Yui bisa
membunuhnya. Karena kematian, harus di balas dengan kematian. Darah harus di
balas dengan darah. Begitu juga dengan tangis yang harus di balas dengan
tangis. Haruka menatap Yui. Yui berusaha tenang, walau di sekitarnya ada api. Dia
harus melawan api. Dia tidak ingin Haruka celaka, maka dari itu, musuh besarnya
harus di kalahkan.
“Yui,
kau jangan membunuhnya!” kata Haruka.
“Jangan?!
Dia sudah di takdirkan mati, Haruka” kata Yui. Sayaka juga terkejut mendengar
hal itu dari Haruka.
“Dia
sudah di takdirkan untuk mati, tapi bukan kau yang membunuhnya”
Kemudian,
Haruka mendongak melihat lampu gantung yang sedikit goyang. Kemudian, Yui juga
mendongak melihat lampu itu. Dan Sayaka juga melakukan hal yang sama.
“AAA………”
ternyata lampu itu benar-benar akan jatuh mengenai tubuh Sayaka.
Kaca-kaca
yang pecah, hampir saja mengenai Yui. Dia menutup wajahnya dengan kedua
tangannya, sementara Haruka masih berdiri diam melihat kematian Sayaka.
Yui
menatap Haruka. Haruka juga menatapnya. Haruka tersenyum, walau kedua matanya
berkaca-kaca. Dia tersenyum melihatnya.
“Yui!
Yui!” Yui menoleh ke arah belakang.
Dia
terkejut. Di belakangnya, Haruka, Kei dan Yuki ada di sana dan wajah mereka
khawatir. Jika Haruka sedari tadi bersama kedua temannya, lalu siapa yang tadi
bersamanya dan Sayaka? Ia kembali melihat Haruka. Mungkin, itu adalah arwah
Paru yang ingin membalas dendam pada Sayaka. Yui kembali teringat. Percikap api
di foto itu, dan ketika lampu jatuh membuat Sayaka pinsan, dan kata-kata Haruka
tadi yang membongkar rahasia Sayaka. Semua itu adalah paru. Paruru. Matsui
Haruka yang melakukannya. Yang melakukan semua itu. Ternyata Haruka belum
pergi, dia masih ada di latar itu dan menunggu saat-saat seperti ini. Itu semua
ulahnya. Bukan ulah gadis yang selama ini membantu Yui.
Yui
kembali melihat Paru. Gadis itu tersenyum, sementara Yui juga tersenyum dan
mengangkat tangannya. Ia melambai-lambai kecil. Dia bisa melihat wajah Paru. Tapi,
itu tidak lama karena akhirnya Haruka mendekatinya bersama Yuki dan Kei.
“Yui!
Gomen! Gomen! Aku tidak bisa…”
“Daijobu! Semua sudah selesai” Yui
memeluknya dan mengelus punggung Haruka.
“Gomen”
“Daijobu. Sudah selesai semuanya. Jangan khawatir”
kata Yui dan mencium keningnya.
Yui
mencoba melihat Paru. Ternyata, Paru berlari ke tangga dan menghilang di antara
dua tangga tersebut.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar