Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, love, Roman
Main cast :
- Tanaka Natsumi
- Matsuoka Natsuo
Happy Reading........
~---0---~
Terkadang,
aku pernah berfikir. Aku ini sebenarnya kekasihnya atau hanya temannya biasa? Kenapa,
dia selalu mementingkan orang lain daripada aku? Kenapa, dia bisa melihat orang
lain daripada pacarnya sendiri? Aku benar-benar tidak habis pikir dengannya.
Aku juga membutuhkan dirinya, namun dia sendiri justruh mementingkan orang
lain. Bagaimana aku tidak cemburu? Oh Tuhan, aku benar-benar ingin sekali
bertemu dengannya dan meminta penjelasannya. Tapi, dia selalu saja sibuk. Aku benar-benar
sangat tidak habis pikir dengannya. Sesibuk apa sih sebenarnya? Sampai-sampai
dia saja tidak ada waktu untukku. Tapi, ketika dengan orang lain, dia ada
waktu.
Sekarang,
aku melihatnya yang tengah berdua dengan seorang gadis cantik. Rambutnya panjang
dan aku yakin, dia bernama Miyawaki Sakura. Gadis paling cantik di sekolah
kami. Aku tahu, dia itu gadis paling cantik di sekolah kami. Tapi, tidak
bisakah jika dia sekali saja memikirkan perasaanku? Kenapa, dia selalu saja
memikirkan perasaan orang lain? Dan secara terang-terangan, dia membuatku
cemburu. Apa-apan dia ini. Kenapa, aku tidak bisa tegas lagi? Aku tahu aku
hanya seorang gadis lemah dan dia adalah laki-laki yang pertama kali membuat
tahu apa itu namanya jatuh cinta. Tapi, aku juga takut jika aku kehilangan
dirinya. Walau begitu, dia sudah membuatku cemburu secara terang-terangan. Ah….
Aku bisa gila jika seperti ini terus menerus.
“Natsumi,
apa kau cemburu lagi pada Natsuo?” aku menoleh. Ah… Yui.
Kojina
Yui. Salah satu sahabatku. Dia juga yang tahu hubunganku dengan Natsuo
akhir-akhir ini. Dia berkata, sebaiknya aku memutuskan hubunganku dengan
Natsuo. Tapi, ketika aku ingin melakukannya. Justruh, aku merasa bimbang. Aku takut,
jika aku kehilangan Natsuo. Maka dari itu, aku masih diam dan melihatnya
bertingkah seenaknya sendiri. Yah… aku memang cemburu, aku akui itu.
“Iie” jawabku lemas.
“Jangan
berbohong! Terlihat jelas dari wajahmu.”
“Hmm…..
jangan seperti itu” keluhku.
“Lihatlah
Natsuo,” aku melihat kekasihku yang masih berbicara dengan Sakura.
“Nande?”
“Dia
seenaknya berbicara dengan Sakura, tanpa melihatmu yang ada di sini. Dan aku
yakin, kau cemburu padanya”
“Huft….
Sudahlah. Aku ingin ke kelas saja.”
Aku
melangkah melewatinya. Bahkan, berjalan saja aku melihat ke bawah. Aku juga
mengabaikan panggilan Yui. Aku rasa, aku memang harus tegas. Jika aku seperti
ini terus, entah harus berapa kali aku terluka, karena melihat Natsuo yang
begitu dekat dengan gadis lain, tanpa memikirkan perasaanku.
***
Hari
ini, aku sangat malas pergi ke sekolah. Bahkan, tubuhku sangat lemas. Kata kakakku,
aku sakit. Tadi, dia datang ke kamar dan menyentuh dahiku. Panas. Itu yang dia
bilang kepadaku. Bahkan, dari tadi malam pun, aku sama sekali tidak makan. Aku benar-benar
tidak sedang baik hari ini. Beruntung juga karena sakit, jadi aku tidak
sekolah. Aku juga memerlukan waktu untuk sendiri. Mengenai kakak. Dia juga
tidak kuliah, karena mengurusku. Kakakku sangat menyayangiku. Jadi, ketika aku
sedang sakit, dia pasti khawatir dan cuti dari kuliahnya. Selalu seperti itu.
Jujur, aku ini adik kesayangannya. Bahkan, aku adik satu-satunya. Jadinya, dia
tidak ingin aku kenapa-napa. Nama kakakku Haruki. Dia sangat baik dan sangat
tampan. Banyak gadis yang ingin mencoba menjadi kekasihnya, namun sepertinya
kakakku ini masih ingin sendiri.
Umur
kakakku tiga tahun lebih tua dariku. Kedua orang tua kami sibuk bekerja, maka
dari itu yang merawatmu adalah kakaku. Terkadang, aku sangat jengkel karena
kedua orang tuaku lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang anaknya. Aku seperti
merasa, aku tidak mempunyai orang tua. Mereka ada, tapi tidak pernah
menyempatkan waktunya untukku dan kakakku. Aku benar-benar kecewa dengan mereka.
Sangat kecewa.
“Natsumi,
kau makan dulu, ya?” aku melihat kakakku yang masuk membawa makanan.
“Iie. Aku sedang tidak ingin makan, kak”
balasku.
“Natsumi,
jika kau tidak makan, nanti penyakitmu akan semakin parah” katanya.
“Iie. Aku tidak ingin makan, kak. Bahkan,
rasanya selera makanku hilang” balasku.
Dia
diam. Kemudian, dia duduk di dekatku setelah sebelumnya menaruh makanan itu di
meja yang ada di dekat kamarku. Dia memegang tanganku lembut. Persis seperti
yang dia lakukan ketika aku sakit. Apalagi, jika aku tengah mogok makan seperti
ini. Pikiranku benar-benar kalut. Aku tidak bisa berfikir dengan positif. Aku merindukan
Natsuo. Merindukan kata-kata lembutnya, merindukan sentuhannya. Merindukan semuanya
yang dia lakukan kepadaku. Namun, akhir-akhir ini dia terlalu sibuk. Sibuk dengan
urusannya sendiri. Apalagi, dia adalah kapten basket yang terkenal di sekolah. Sama
seperti kakaku. Dia juga kapten basket. Namun, di universitas tempatnya kuliah.
“Bagaimana
hubunganmu dengan Natsuo?” tanyanya.
Aku
lupa, tidak menceritakannya pada kakak. Tapi, tidak penting juga aku
menceritakannya pada kakak. Kakak juga pastinya sangat sibuk karena tugasnya
sebagai mahasiswa. Tapi, karena aku dia cuti. Dia lebih memperhatikan aku
ketimbang tugas kuliahnya. Dia memang benar-benar kakak yang sangat baik. Aku sangat
menyayangi dirinya. Sungguh. Bahkan, aku tidak ingin kehilangan kakak. Tapi,
tetap saja ketika nantinya dia menikah, kami pasti tidak akan bisa bersama
lagi.
“Baik”
ucapku singkat. Aku berbohong saja.
“Istirahat
saja kalau begitu. Kakak sudah meminta ijin pada guru kelasmu tadi, jika kau
tidak bisa sekolah hari ini”
“Terima
kasih, kak” ucapku lagi.
“Sama-sama”
dia tersenyum.
Senyumannya
sangat manis. Aku heran, kenapa kakak tidak berniat mencari seorang kekasih. Apa
dia ingin lebih memperhatikan diriku? Tapi, aku sendiri juga sudah mempunyai
seorang kekasih. Bahkan, Natsuo sangat tampan. Jika aku rasa, aku sangat egois.
Di saat kakak belum memiliki seorang kekasih, justruh aku terlebih dahulu
mendahuluinya. Tapi, dulu ketika Natsuo menembakku, ada kakakku yang
menyaksikannya. Dia juga mendukung hubunganku dengan Natsuo. Aku harap, kakak
cepat-cepat mencari kekasih.
“Sudah.
Sekarang, kau istirahat, ya?” aku mengangguk.
***
Aku
kembali sekolah. Lagipula, jika aku terus menerus berada di rumah, aku pasti
akan sangat bosan. Sudah cukup aku sakit kemarin, itu sudah memberikan aku
waktu untuk sendiri. Sekarang, aku sedikit lebih baik daripada dulu. Mungkin,
karena kakak selalu ada di dekatku. Tapi, aku kecewa, ketika aku tahu Natsuo
tidak datang. Aku tidak tahu, apa dia tahu jika aku sakit atau tidak. Sampai-sampai
dia tidak datang kepadaku. Tapi, sudahlah. Mungkin, lebih baik jika kita
seperti ini terus menerus. Atau bahkan, dia menginginkan hubungan kami berakhir.
Jika aku melihatnya yang selalu bersama dengan gadis lain, itu hanya akan
membuatku sakit.
Ketika
jam istirahat tiba, aku lebih memilih pergi rooftop. Di sini, aku hanya diam
tanpa ada seseorang pun yang menemaniku. Dulu, aku sering pergi kemari bersama
Natsuo. Tapi, sekarang dia sangat sibuk. Apa aku memang tidak penting lagi
untuknya? Jika iya, kenapa dia tidak memutuskan hubunganku saja? Kenapa harus
membuatku seperti ini. Perlahan rasa cemburu menyerangku dan membuatku sakit.
Ketika
diam dan melihat langit, aku terkejut ketika ada tangan yang melingkar di
pinggangku. Aku menoleh melihat sang pelaku. Dia tersenyum memandangku. Wajahnya
sangat menenangkan. Senyumnya juga membuatku sedikit tenang. Tapi, kenapa dia
ada di sini? Perasaan sebelum aku kemari, aku melihatnya bermain basket bersama
temannya. Tapi, kenapa dia tiba-tiba di sini. Bahkan, dia masih memakai baju
olahraga. Dia membalikan tubuhku dan tangannya kembali melingkar di pinggangku.
Aku hanya diam sambil melihat dirinya. Sekarang, dia mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Kening kami bertemu.
“Aku
merindukanmu” katanya sambil tersenyum.
“Uso!” balasku ketus sambil melepaskan
pegangannya dan menjauhkan wajahku.
“Natsumi-chan, kenapa kau seperti itu
padaku?”
Aku
menatapnya dengan kesal. Apa dia tidak merasa jika selama ini dia sudah
menyakitiku? Dia hanya menatapku bingung dan mendekatkan dirinya kembali
kepadaku. Ketika dia ingin menyentuh pipiku, aku langsung membuang pandanganku
darinya.
“Natsumi….”
Katanya.
“Sudahlah!
Lebih baik kau urusi saja dirimu sendiri dan gadismu itu” kesalku.
“Gadisku?
Gadisku itu kau, Natsumi” katanya.
“Uso!” timpalku tidak percaya.
Aku
merasakan kembali tangannya yang menyentuh pinggangku. Tangan satunya menyentuh
daguku dan menolehkan wajahku agar bisa melihatnya. Kedua matanya menatapku
sedih. Aku bahkan lebih sedih, Natsuo. Aku juga cemburu, ketika melihatmu
bersama gadis lain. Apalagi, kau seperti tidak pernah melihatku ketika kau
bersama gadis lain. Aku lebih sakit, Natsuo.
“Natsumi-chan… aku hanya mencintaimu,
percayalah”
“Jika
kau mencintaiku, kenapa di saat aku sakit, kau tidak pernah menjengukku?”
“Aku
bahkan sudah ke kelasmu dan menanyakannya pada Yui, tapi dia bilang jika dia
tidak tahu. Aku mencoba ke rumahmu, tapi saat itu ayahku sedang membutuhkanku”
“Uso!”
“Natsumi,
aku tidak berbohong”
“Lalu,
selama ini kau kenapa seperti menjauhiku? Dan lagi, kau lebih mementingkan orang
lain daripada aku? Contohnya beberapa hari yang lalu. Aku melihatmu dengan
Sakura”
“Kau
cemburu?”
Aku
diam. Aku tidak mau menjawabnya. Aku berbalik membelakanginya. Tapi, kemudian
aku merasa ada dua tangan yang memelukku. Aku mencoba melepaskan pelukannya,
tapi tangannya makin kuat memelukku.
“Natsuo-kun”
“Natsumi,
aku merindukanmu. Aku dengan Sakura tidak ada hubungan apa-apa.”
“Lalu,
kemarin itu apa?” tanyaku kesal.
“Kau
tahu sendiri, jika aku dan Sakura satu kelas. Sensei memberikan tugas kelompok. Aku tidak berdua dengan Sakura,
melainkan ada yang lain juga. Hanya saja, kemarin itu aku dan Sakura membahas
tentang tugas itu.”
“Tapi,
kenapa kau tidak pernah lagi menemuiku?” Aku cemberut.
“Maaf,
aku sibuk. Tapi, aku mempunyai sesuatu untukmu. Dan sesuatu itu akan aku
berikan sekarang. Kau lupa, ini hari apa?”
“Hari
apa?”
Dia
mendesah. Memangnya ini hari apa? Bagiku, tidak ada yang spesial di hari ini. Aku
melihat wajahnya yang sedikit kesal denganku. Hari ini hari apa? Dia membalikan
tubuhku dan menatapku. Kemudian melanjutkan perkataannya.
“Sayang,
kau benar-benar lupa?”
“Memangnya,
ini hari apa?” tanyaku.
“Ini
adalah hari penting untuk kita. Satu tahun yang lalu, aku menembakmu. Dan hari
ini sudah satu tahun kita menjalani hubungan kita. Kau lupa?”
Ups….
Aku tidak tahu, jika hari ini tepatnya satu tahun aku dan dia berhubungan. Mungkin,
karena terlalu sibuk cemburu dengannya. Jadinya, aku melupakannya. Lalu, apa
yang ingin dia berikan kepada di hari spesial ini?
“Maaf”
sesalku.
“Sudahlah.”
Aku
melihatnya yang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Kemudian ia
memperlihatkan sesuatu itu kepadaku. Kalung? Ah… indahnya kalung ini. Aku melihat
Natsuo. Dia tersenyum menatapku. Aku tersenyum membalasnya. Kalung ini
benar-benar sangat indah.
“Ini
kalung untukmu. Ini tanda cintaku kepadamu, Natsumi” katanya sambil tersenyum.
“Natsuo-kun?”
Dia
mengecup keningku, kemudian memakaikan kalung itu di leherku. Aku tersenyum. Kalung
ini sangat cantik.
“Kau
semakin cantik dengan kalung itu”
“Arigatou”
“Selama
ini, aku memang menjauhimu. Tapi, ada alasan kenapa aku melakukan ini”
“Kenapa?”
“Karena
aku bekerja di café milik Papa. Aku bilang, aku ingin membelikan kalung di hari
spesialku denganmu. Maka dari itu, aku menjauhimu. Karena, aku sangat sibuk”
“Natsuo-kun, gomen ne? Aku tidak tahu”
“Tidak
apa-apa. Yang terpenting, kau tidak marah lagi denganku, bukan?” aku menggeleng.
“Justruh
aku minta maaf, Natsuo”
“Daijoubu” dia tersenyum dan mengelus
kepalaku.
Dia
benar-benar sangat baik. Maaf Natsuo. Aku berjaji tidak akan lagi cemburu
padamu. Aishiteru.
“Kau
cantik jika tersenyum seperti itu” aku yakin kedua pipiku memerah sekarang ini.
“Kau
ini ada-ada saja, Natsuo”
“Ya
sudah, ayo kita kembali. Sudah mau masuk” aku mengangguk.
“Daisuki da” ucapku.
“Always Love You, Natsumi-chan”
Aku
tersenyum mendengarnya. Kemudian, kami melangkah pergi meninggalkan rooftop. Dan
kembali belajar di dalam kelas.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar