Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jun
- Yokoyama Mayu
- Shimazaki Haruka
- Matsui Rena
- Kashiwagi Yuki
Other Cast :
- Matsui Jurina
- Miyawaki Sakura
- Yokoyama Atsuko
Happy Reading All.......
~---0---~
Yui
mendorong kursi roda Paruru. Mungkin, untuk besok dan besoknya lagi, mereka
tidak akan bertemu. Dua hari Yui akan pergi meninggalkan Paruru. Maka dari itu,
hari ini Yui membawa Paruru jalan-jalan. Mereka menikmati belaian angin sore,
dengan melihat pohon Sakura. Sangat indah. Paruru terus tersenyum melihat pohon
itu.
“Kau
suka?”
“Hai” jawab Paruru sambil tersenyum.
Yui
berhenti. Ia kemudian berjalan dan duduk di depan Paruru. Paruru melihatnya
yang sedang memegang tangan gadis itu dengan lembut sekarang. Dia menatap kedua
mata indah gadis itu dengan lembut.
“Besok,
nii-chan pergi, ya? Kau jaga diri
baik-baik” katanya lembut.
“Mou…
memangnya aku tidak boleh ikut, ya, nii-chan?”
tanya Paruru sambil menatapnya sedih.
“Ini
acara sekolah, sayang. Nii-chan tidak
bisa mengajakmu” balas Yui.
“Jangan
lama-lama, ya, nii-chan”
“Hai”
Yui
kemudian mencium kening gadis itu lembut. Dia mengangkat tubuh Paruru dan
memutarkan tubuhnya. Paruru berteriak kesenangan karenanya. Dia hanya tersenyum
sambil terus memutarkan tubuhnya. Dia berhenti, ketika gadis itu memintanya
untuk berhenti. Dia melihat wajah Paruru. Sementara Paruru mengalungkan
tangannya di leher Yui.
“Nii-chan, malam ini aku tidur di rumah nii-chan saja, ya?” kata Paruru meminta
ijin.
“Tentu
saja boleh, sayang” balasnya.
Ia
menaruh Paruru kembali ke kursi roda, dan dia kembali mendorong kursi roda
milik Paruru. Sebentar lagi, peran matahari akan terganti oleh bulan, Yui hanya
tidak mau jika dia sampai di rumah pada malam hari. Dia kembali mengangkat tubuh
Paruru dan memasukkannya ke dalam mobil, kemudian ia langsung masuk dan
menghidupkan mesin mobil. Malam ini, Paruru akan menginap di rumahnya.
Biasanya, dia akan tidur bersama Atsuko. Yui juga sudah meminta ijin kepada
kedua orang tua Paruru, jika malam ini Paruru akan menginap di rumahnya.
“Atsuko
nee-chan ada di rumah?” tanya Paruru.
“Hai. Dia juga merindukanmu, Paru”
Paruru
tersenyum. Ia juga rindu dengan Atsuko. Terakhir kali mereka bertemu, ketika 5
bulan yang lalu. Atsuko mengajaknya jalan-jalan ke mall dan membelikan baju
untuk Paruru. Walau banyak yang melihat Paruru, namun Atsuko tidak pernah malu
untuk membawa gadis itu jalan-jalan. Baginya, Paruru seperti Jurina. Lagipula,
untuk apa malu, hanya karena Paruru memiliki kekurangan. Kedua kakinya yang
memang tidak bisa di gunakan lagi. Dan dia sendiri tidak tahu, apa kakinya akan
bisa sembuh atau tidak. Tapi, bagi Paruru sekarang hanyalah Yui. Dulu, ketika
mereka kecil, mereka selalu bersama. Namun, ketika Yui beranjak kelas 5 SD,
mereka harus terpisah.
Lalu,
mereka kemudian di pertemukan kembali, ketika Yui tidak ingin lagi bertemu
Paruru. Atau bahkan, dia sempat melupakan gadis malang itu. Apalagi, ketika
pertama kali melihat Paruru yang duduk di kursi roda, Yui menjadi enggan di
jodohkan dengan Paruru. Justruh, Paruru sendiri sangat senang dengan
kedatangannya. Bahkan, dulu ketika Yui bersifat dingin kepadanya, Paruru tidak
pernah marah atau pun kesal. Paruru hanya menunduk, ketika Yui memarahinya. Ia
berfikir, jika ia telah melakukan kesalahan. Padahal, bukan salahnya, tapi
memang karena Yui yang melakukannya dengan kasar. Dan kenapa Yui bisa jatuh
hati kepadanya? Itu semua karena Rina.
Awalnya,
Yui mengira mereka adalah saudara yang saling menyayangi. Tapi, Yui salah. Rina
dan Yuka sama-sama ingin mencelakai Paruru. Dulu, mereka pernah menjelekkan
Paruru di depan Yui, dan Yui berhasil tertipu. Dia marah-marah kepada Paruru,
dan Paruru hanya menunduk mendengar perkataan Yui. Dia juga mencoba minta maaf
kepada Yui, namun yang ada Yui terus membullynya. Dan ketika Rina mencoba
mencelakai Paruru, barulah Yui tahu jika Rina adalah perempuan licik. Dia juga
pernah menguping pembicaraan Rina dan Yuka yang ingin menyingkirkan Paruru.
Waktu itu, hatinya mulai tersentuh. Ia ingin melindungi Paruru. Tapi, perasaan
itu perlahan berubah menjadi cinta. Dan sampai sekarang, Yui mencintai Paruru.
Dia tidak ingin membuat Paruru bersedih lagi, seperti apa yang dulu dia
lakukan.
“Sekarang
sudah sampai” kata Yui setelah ia menghentikan mobilnya di depan rumah.
“Yatta”
Yui
turun, kemudian mengeluarkan kursi roda gadis itu. Lalu, dia mengeluarkan
Paruru dan menaruhnya di kursi roda. Mereka masuk dan di sambut oleh Atsuko.
Dia tersenyum melihat keduanya.
“Paruru,
apa kabar?” tanya Atsuko melihatnya.
“Aku
baik, nee-san” kata Paruru membalas.
Atsuko
mengambil alih kursi roda Paruru dan mendorongnya ke dalam. Yui hanya mengikuti
mereka dari belakang. Di dalam sana, mereka melihat Jun dan Jurina yang sedang
bermain game. Dua kakak beradik itu, selain memiliki wajah yang hampir mirip
seperti saudara kembar, mereka juga memiliki hobi yang sama. Sama-sama suka
dengan game. Walau pun Jurina perempuan, dia sama sekali tidak malu mempunyai
hobi laki-laki. Dia bahkan menikmatinya.
“Paruru-chan” kata Jurina menyambut
kedatangannya.
“Jurina-chan” sapa Paruru sambil
melebarkan senyumannya.
“Akhirnya
kau datang juga”
Jurina
meletakkan stick game di meja, kemudian menghampiri Paruru. Paruru hanya
tersenyum melihatnya. Jurina memegang tangannya. Mungkin, karena mereka terlalu
lama tidak bertemu. Dan Jurina juga sangat merindukan Paruru, begitu juga
sebaliknya. Bila mereka bersama, mereka sudah seperti saudara.
“Sudah
lama kita tidak bertemu. Apa kabarmu, Paru-chan?”
tanya Jurina.
“Aku
baik. Kau sendiri?” tanya Paruru.
“Aku
sangat baik. Malam ini, kita harus bersama-sama, besok aku akan pergi” kata
Jurina.
“Hei,
Jurina. Justruh, dia kemari hanya untuk bersamaku” kata Yui menyela.
“Mou….
Kau ini nii-chan”
“Kalian
bisa bermain sepuasnya malam ini” kata Atsuko menyela.
“Hai”
***
Pagi
harinya, Jurina sudah selesai menyiapkan semuanya. Dia kemudian keluar dan
menemukan kakaknya yang juga baru keluar dari kamar. Jurina langsung mendekati
Jun dan mereka berjalan ke lantai 1. Di sana, Yui, Mayu, Atsuko dan Paruru
sudah duduk di meja makan. Mereka langsung bergabung. Di sana juga ada pembantu
yang melayani mereka.
“Nii-chan, pagi ini akan pergi?” tanya
Paruru.
“Iya.
Jaga diri baik-baik, ya? Nanti, jika aku pulang, aku akan membawakan boneka
untukmu”
“Benarkah?”
tanya Paruru tersenyum.
“Tentu.
Hanya untukmu, Paruru-chan” seraya
membalas senyuman Paruru.
“Yatta. Arigatou”
Yui
hanya mengelus kepala Paruru dengan lembut. Jurina duduk di tempat biasa, ia di
samping kakaknya. Dia hanya tersenyum melihat Yui dan Paruru. Kemudian, ia
mengambil nasi dan lauk pauknya. Barulah setelah mereka makan, mereka
berangkat. Atsuko dan Paruru juga mengantar mereka.
***
Atsuko
mendorong kursi roda Paruru. Mereka sudah berada di sekolah dan mengantar ke
empat adik Atsuko. Ada banyak siswa yang memperhatikan Paruru. Dan seperti
biasa, Paruru menghiraukannya. Ia bahkan asyik memegangi tangan Yui yang
berjalan di sampingnya. Kemudian, mereka berheti di samping bus. Ada beberapa
bus yang akan mengantar mereka. Yui naik di bus pertama bersama Mayu, sedangkan
Jurina dan Jun naik di bus yang kedua.
“Paru,
nii-chan berangkat, ya?” kata Yui
sambil mengelus kepalanya.
“Nii-chan…..” kata Paruru mengeluh.
“Paru,
Yui tidak akan lama, hanya dua hari. Kau tenang saja, kita bisa menelpon Yui
nanti” kata Atsuko mencoba menenangkannya.
“Bukankah
aku sudah berjanji, untuk membelikanmu boneka?” kata Yui.
“Iya.
Tapi, aku hanya ingin nii-chan”
“Bersabarlah,
aku tidak akan lama. Atsuko nee-chan
akan menjagamu, ya?”
“Iya”
Kemudian,
Yui mengecup kening gadis itu. Lalu, ia memegang tangan gadis itu dan
mengeluarkan sebuah gelang. Ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri
Paruru. Paruru tersenyum melihat gelang itu. Ia sangat menyukainya. Sungguh
menyukai gelang itu. Dia memeluk Yui sejenak, kemudian melepasnya.
“Jangan
lama-lama, ya, nii-chan” kata Paruru.
“Iya,
sayang”
Kemudian,
Yui berdiri. Ia melihat kakaknya yang tersenyum kepadanya. Atsuko menyerahkan
tas miliknya dan juga uang kepadanya. Ia menerimanya dengan senang hati. Lalu,
dia memasukkan uangnya dan memakai tas punggung miliknya.
“Hati-hati,
ya. Jika ada apa-apa, bilang saja padaku”
“Hai. Tolong jagakan Paruru untukku, nee-chan”
“Aku
akan menjaganya dengan baik” balas Atsuko.
“Arigatou. Kalau begitu, aku berangkat”
Atsuko mengangguk.
“Nee-chan, Paru-chan, aku dan nii-chan
berangkat dulu” kata Jurina.
“Hati-hati.
Jangan buat onar di sana” pesan Atsuko.
“Hai”
Ada
beberapa siswa yang memperhatikan mereka dari dalam bus maupun di luar bus. Yui
yang terkenal dingin, dia bisa bersikap lembut dengan gadis polos yang duduk di
kursi roda seperti Paruru. Mereka hanya belum mengetahui siapa Paruru
sebenarnya, apalagi mereka juga belum tahu kehidupan Yui yang sebenarnya.
Paruru
dan Atsuko masih ada di sana, sampai Yui dan adiknya masuk ke dalam bus dan bus
itu mulai berjalan menjauhi sekolah. Paruru hanya bisa menatap sedih bus yang
di tunggangi Yui. Ia ingin sekali ikut, tapi ia tidak bisa.
“Paru,
kita pulang, ya?” kata Atsuko sambil melihatnya.
“Iya,
nee-chan” balasnya.
“Jangan
sedih seperti itu. Yui tidak akan lama, Paruru” ucap Atsuko sambil mengelus
kepalanya.
“Hai”
***
Di
dalam bus, Rena duduk bersama Jurina. Dia masuk ke dalam bus yang kedua. Satu
bus dengan Jun dan Jurina. Awalnya, Rena ingin bergabung dengan temannya, tapi
nyatanya tidak ada satu pun temannya yang ingin duduk bersamanya. Maka dari
itu, dia memilih tempat duduk paling belakang. Awalnya dia memang sendiri, tapi
ternyata Jurina datang dan duduk bersamanya. Jujur, dia sedikit gugup jika
duduk di dekat kakak kelasnya. Apalagi, Jurina adalah anak majikan. Dia hanya
anak dari seorang pembantu. Dia duduk di dekat kaca, sedangkan Jurina duduk di
sebelahnya. Sedari tadi, Jurina menyibukkan dirinya sendiri mengirim pesan
untuk seseorang. Rena hanya melihat keluar jendela. Melihat suasana di luar.
Dia juga memeluk dirinya sendiri.
“Nee…
Rena” akhirnya Jurina membunuh keheningan di antara mereka berdua.
“I-iya,
senpai?” seraya menoleh ke arahnya.
“Kau
kedinginan kah? Sedari tadi, aku melihatmu memeluk dirimu sendiri. Kau tidak
memakai jaket?” tanya Jurina.
“Aku
tidak kedinginan, senpai. Aku juga
tidak apa-apa”
Jurina
hanya mengangguk, kemudian sejenak perhatiannya teralihkan pada ponselnya.
Sementara Rena, dia menghempaskan tubuhnya di kursi bus. Ia tidak melirik ke
arah Jurina sedikit pun. Lagipula, tidak baik juga melihat privasi orang.
Apalagi, Jurina adalah sepupu pemilik sekolahan. Rena tidak ingin membuat
masalah kepadanya. Kemudian, Rena mencoba mendongak. Ia melihat Jun yang sedang
asyik bersama temannya. Kemudian, ia kembali menghempaskan tubuhnya lagi. Dia
ingin beristirahat sejenak, sebelum ada kegiatan yang akan dia laksanakan nanti
di Okinawa.
Semalam,
dia hanya membuat kue untuk bekalnya. Dan dia hanya membawa barang-barang yang
di perlukan. Rena sama sekali tidak membawa barang-barang seperti perhiasan
atau alat kosmetik lainnya, seperti apa yang di bawa oleh beberapa temannya.
Tak lama, dia mendengar suara yang berasal dari sebelahnya. Ternyata, Jurina
sedang memainkan game di hp. Dia tidak ingin mengganggu, kemudian ia memejamkan
kedua matanya. Tak lama, dia tertidur.
***
Sampai
di Okinawa, mereka menginap di salah satu hotel. Dan kamarnya pun di bagi.
Sialnya, Rena satu kamar dengan tiga orang temannya yang sama sekali tidak
menyukainya. Mereka bertiga adalah Yagura Fuuko, Iriyama Anna dan Tanaka
Natsumi. Di kelas, mereka selalu membully Rena. Entah apa yang jadinya, jika
Rena dan mereka satu kamar.
Jurina
membimbing adik kelasnya untuk masuk ke dalam kamar. Sebelum meninggalkan
mereka, dia memberi pengarahan kepada mereka. Mereka hanya mengangguk. Setelah
itu, dia pergi dan Rena serta ketiga gadis itu masuk. Ternyata, kamarnya cukup
luas dan sangat muat untuk 4 atau 5 orang.
Rena
kemudian duduk di kursi sofa. Ia tidak berani bergabung dengan ketiga gadis itu
yang sekarang asyik bercengkrama satu sama lain. Dia memilih mengeluarkan
bukunya, kemudian membaca. Mungkin, itu adalah satu-satunya untuk menghilangkan
kepenatan.
***
Jun
keluar dari kamar. Di tangannya, ia membawa catatan. Dia membaca catatan itu
dengan teliti. Di sana ada tertera jadwal apa saja yang akan mereka lakukan
selama di Okinawa. Sepertinya, malam ini akan sangat indah. Karena mereka hanya
menikmati makanan dan berjalan-jalan di sekitar pantai. Jika ada yang tinggal
di hotel juga tidak masalah. Lalu besoknya, mereka akan benar-benar belajar.
Ada salah satu tempat yang akan mereka kunjungi, di sana banyak hal yang akan
mereka pelajari.
“Malam
yang indah. Mungkin, akan lebih indah jika aku bisa berjalan-jalan dengan
Sakura”
Iya.
Sakura juga ikut andil dalam liburan itu, karena Sakura masih berada di kelas
1. Sakura kelas 1 C. Bahkan, selama di bus tadi, Sakura selalu menempel di
dekat Jun. Mungkin, dia tidak ingin berjauhan dengan Jun. Ada salah satu siswa
yang menyukai Sakura, dan siswa itu selalu mencoba mendekatinya, namun Sakura
dengan ketusnya selalu menolaknya. Sakura tidak suka dengan lelaki itu. Ia
hanya menyukai Jun.
“Jun-kun” Jun mendongak.
“Sakura,
akhirnya kita bertemu” kata Jun tersenyum.
“Kenapa
memangnya?” tanya Sakura heran.
“Nanti
malam, kita jalan-jalan di sekitar pantai, ya?”
“Boleh”
“Kalau
begitu, aku harus bertemu dengan Jurina”
“Hai”
***
Malam
ini, bulan begitu sangat terang. Apalagi, bintang-bintang di langit
berkelap-kelip begitu indah. Di bawah cahaya benda langit itu, Jun sedang
berjalan-jalan dengan Sakura. Sementara adiknya, Jurina justruh berjalan berdua
dengan Mayu. Malam ini, Jurina menjadi pendengar baik bagi Mayu. Laki-laki itu
menceritakan semua tentang Yuki. Mayu sebenanrya ingin Yuki ikut, tapi ia malu
untuk membicarakannya. Dia hanya tidak ingin mendapat godaan dari temannya,
apalagi kakaknya.
“Dari
dulu sampai sekarang, kau itu selalu seperti itu” keluh Jurina.
“Lalu
aku harus bagaimana?” tanya Mayu.
“Setidaknya,
kau itu langsung mengakui perasaanmu kepada Yuki.”
“Aku
belum berani, lagipula aku baru kenal dengannya. Belum ada setengah tahun lagi”
“Cinta
tidak membutuhkan waktu, Mayu. Cinta itu langsung datang dengan sendirinya.
Bahkan, ketika aku bertemu dengan Fujita, aku langsung tertarik dengannya”
Fujita.
Dia memang kekasih Jurina. Bahkan, laki-laki itu pernah meminta bantuan Jun
hanya untuk membuat Jurina sebagai kekasihnya. Mereka berbeda sekolah. Dan
Fujita satu tahun lebih tua dari Jurina. Hanya saja, waktu tidak mengijinkan
mereka untuk bersama. Fujita sibuk mengejar prestasinya, sementara di
sekolahnya sendiri, Jurina juga sibuk belajar dan sibuk sebagai pengurus osis.
Hanya ada waktu senggang saja, mereka bertemu.
“Yuki
di rumah sedang apa, ya?” kata Mayu sambil mendongak melihat bulan.
“Mana
ku tahu” seraya mengangkat kedua bahunya.
“Aku
jadi rindu dengan senyumannya” Jurina menoleh ke arahnya.
“Mungkin,
Yuki sedang memikirkanmu, Mayu-kun”
“Honto?”
“Aku
bilang kan, mungkin” kata Jurina
memperjelas ucapannya.
Mayu
hanya mendesah mendengarnya. Ia sedikit kesal dengan sepupunya itu. Rasanya,
dia ingin pulang besok, tapi dia tidak bisa. Kegiatan di sini sangat banyak,
dan dia tidak bisa meninggalkannya hanya karena Yuki. Terkadang, jika bukan
Jurina, dia akan menceritakannya pada Yui atau Jun. Tapi, karena Yui tidak mau
keluar dari hotel dan Jun justruh berjalan-jalan dengan Sakura, dia langsung
bercerita dengan Jurina. Lagipula, Jurina selalu menghiburnya ketika dia sedih.
Perhatian
Jurina teralih, ketika dia mendengar suara tangisa. Ia menolehkan pandangannya.
Di sana, tepatnya di sebuah batu besar. Ada seorang gadis yang dadanya naik
turun seperti sedang menangis. Jurina melangkahkan kakinya untuk mendekati
gadis itu. Mayu menoleh ke arahnya, ia memandang Jurina heran kemudian
mengikuti langkah Jurina.
“Nee….
Siapa di sana?” kata Jurina.
“Siapa
dia?” tanya Mayu melihat gadis yang di lihat Jurina.
“Aku
tidak tahu.” Balas Jurina pendek.
Jurina
terus mendekati gadis itu. Sementara gadis itu, kini menghapus air matanya. Ia
menolehkan pandangannya ke arah Jurina dan Mayu. Barulah, ketika mata mereka
bertemu, Jurina mengenali wajah gadis itu.
“Rena,
kenapa kau menangis?” tanya Jurina.
“Tidak
apa-apa, senpai. Aku tidak menangis”
kata Rena menggeleng.
Rena
berbohong. Bahkan, kedua matanya memerah. Tapi, ternyata cahaya bulan yang
terang, tidak dapat membantu Jurina untuk melihat kedua mata gadis itu. Hanya
saja, Jurina tahu jika Rena berbohong, karena suara gadis itu. Suaranya seperti
orang yang baru saja menangis. Dia duduk di dekat Rena, kemudian di ikuti Mayu
yang duduk di sebelahnya.
“Jangan
bohong. Kau kenapa? Ada yang menyakitimu?” tanya Jurina.
“Tidak
senpai.” Kata Rena lagi.
“Baik
jika kau tidak mau berbicara, aku tidak akan memaksa” kata Jurina.
“Rena.
Kau anak dari pembantu di rumahku, bukan?” kata Mayu.
“I-iya,
senpai”
Rena
kembali menunduk. Melihat pasir pantai yang basah karena air laut. Lalu, dia
melihat ke laut. Rena ingin sekali menjadi ikan yang berenang di sana. Mereka
semua tidak memiliki masalah, mereka sangat bebas dan tidak perlu mengeluarkan
air mata. Mereka tidak memiliki kehidupan yang pahit seperti dirinya. Seandainya
bisa, Rena sangat ingin menjadi ikan-ikan itu. Mereka sama sekali tidak
memiliki beban.
“Kenapa
kau sendiri?” tanya Jurina.
“A…aku…”
“Kemana
temanmu?” tanya Mayu.
“Mereka…
mereka mungkin sedang berjalan-jalan” kata Rena dengan suara rendah.
“Kenapa
kau tidak bergabung?” Mayu kembali bertanya.
Rena
diam. Dia tidak bisa membalas pertanyaan itu. Dia hanya menunduk, dia tidak
tahu apa yang harus dia jawab. Mayu melihatnya heran, sementara Jurina
mendesah. Dia tahu keadaan Rena. Rena sendiri. Rena tidak mempunyai teman sama
sekali. Mereka semua, teman-teman Rena membenci gadis itu. Entah salah apa
gadis itu, sampai-sampai mereka tidak mau berteman dengan Rena.
“Aku
tahu” Rena tersentak, kemudian ia menoleh melihat Jurina.
“Tahu
apa?” tanya Mayu tidak mengerti.
“Temannya
sama sekali tidak menyukai Rena. Mereka semua menghindar dari Rena”
“Kau
salah apa memangnya?” tanya Mayu lagi.
“Bukan
Rena yang salah. Tapi, mereka saja yang tidak tahu diri.”
“Gomen ne?” kata Mayu.
“Daijoubu, senpai”
To Be Continued...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar