Kamis, 25 Agustus 2016

Love Story (Lima)

Title : Love Story (Lima)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :
  • Matsui Jurina
  • Miyawaki Sakura
  • Yokoyama Atsuko

Happy Reading All.......


~---0---~



Yui mendorong kursi roda Paruru. Mungkin, untuk besok dan besoknya lagi, mereka tidak akan bertemu. Dua hari Yui akan pergi meninggalkan Paruru. Maka dari itu, hari ini Yui membawa Paruru jalan-jalan. Mereka menikmati belaian angin sore, dengan melihat pohon Sakura. Sangat indah. Paruru terus tersenyum melihat pohon itu.

“Kau suka?”
Hai” jawab Paruru sambil tersenyum.

Yui berhenti. Ia kemudian berjalan dan duduk di depan Paruru. Paruru melihatnya yang sedang memegang tangan gadis itu dengan lembut sekarang. Dia menatap kedua mata indah gadis itu dengan lembut.

“Besok, nii-chan pergi, ya? Kau jaga diri baik-baik” katanya lembut.
“Mou… memangnya aku tidak boleh ikut, ya, nii-chan?” tanya Paruru sambil menatapnya sedih.
“Ini acara sekolah, sayang. Nii-chan tidak bisa mengajakmu” balas Yui.
“Jangan lama-lama, ya, nii-chan
Hai

Yui kemudian mencium kening gadis itu lembut. Dia mengangkat tubuh Paruru dan memutarkan tubuhnya. Paruru berteriak kesenangan karenanya. Dia hanya tersenyum sambil terus memutarkan tubuhnya. Dia berhenti, ketika gadis itu memintanya untuk berhenti. Dia melihat wajah Paruru. Sementara Paruru mengalungkan tangannya di leher Yui.

Nii-chan, malam ini aku tidur di rumah nii-chan saja, ya?” kata Paruru meminta ijin.
“Tentu saja boleh, sayang” balasnya.

Ia menaruh Paruru kembali ke kursi roda, dan dia kembali mendorong kursi roda milik Paruru. Sebentar lagi, peran matahari akan terganti oleh bulan, Yui hanya tidak mau jika dia sampai di rumah pada malam hari. Dia kembali mengangkat tubuh Paruru dan memasukkannya ke dalam mobil, kemudian ia langsung masuk dan menghidupkan mesin mobil. Malam ini, Paruru akan menginap di rumahnya. Biasanya, dia akan tidur bersama Atsuko. Yui juga sudah meminta ijin kepada kedua orang tua Paruru, jika malam ini Paruru akan menginap di rumahnya.

“Atsuko nee-chan ada di rumah?” tanya Paruru.
Hai. Dia juga merindukanmu, Paru”

Paruru tersenyum. Ia juga rindu dengan Atsuko. Terakhir kali mereka bertemu, ketika 5 bulan yang lalu. Atsuko mengajaknya jalan-jalan ke mall dan membelikan baju untuk Paruru. Walau banyak yang melihat Paruru, namun Atsuko tidak pernah malu untuk membawa gadis itu jalan-jalan. Baginya, Paruru seperti Jurina. Lagipula, untuk apa malu, hanya karena Paruru memiliki kekurangan. Kedua kakinya yang memang tidak bisa di gunakan lagi. Dan dia sendiri tidak tahu, apa kakinya akan bisa sembuh atau tidak. Tapi, bagi Paruru sekarang hanyalah Yui. Dulu, ketika mereka kecil, mereka selalu bersama. Namun, ketika Yui beranjak kelas 5 SD, mereka harus terpisah.
Lalu, mereka kemudian di pertemukan kembali, ketika Yui tidak ingin lagi bertemu Paruru. Atau bahkan, dia sempat melupakan gadis malang itu. Apalagi, ketika pertama kali melihat Paruru yang duduk di kursi roda, Yui menjadi enggan di jodohkan dengan Paruru. Justruh, Paruru sendiri sangat senang dengan kedatangannya. Bahkan, dulu ketika Yui bersifat dingin kepadanya, Paruru tidak pernah marah atau pun kesal. Paruru hanya menunduk, ketika Yui memarahinya. Ia berfikir, jika ia telah melakukan kesalahan. Padahal, bukan salahnya, tapi memang karena Yui yang melakukannya dengan kasar. Dan kenapa Yui bisa jatuh hati kepadanya? Itu semua karena Rina.

Awalnya, Yui mengira mereka adalah saudara yang saling menyayangi. Tapi, Yui salah. Rina dan Yuka sama-sama ingin mencelakai Paruru. Dulu, mereka pernah menjelekkan Paruru di depan Yui, dan Yui berhasil tertipu. Dia marah-marah kepada Paruru, dan Paruru hanya menunduk mendengar perkataan Yui. Dia juga mencoba minta maaf kepada Yui, namun yang ada Yui terus membullynya. Dan ketika Rina mencoba mencelakai Paruru, barulah Yui tahu jika Rina adalah perempuan licik. Dia juga pernah menguping pembicaraan Rina dan Yuka yang ingin menyingkirkan Paruru. Waktu itu, hatinya mulai tersentuh. Ia ingin melindungi Paruru. Tapi, perasaan itu perlahan berubah menjadi cinta. Dan sampai sekarang, Yui mencintai Paruru. Dia tidak ingin membuat Paruru bersedih lagi, seperti apa yang dulu dia lakukan.

“Sekarang sudah sampai” kata Yui setelah ia menghentikan mobilnya di depan rumah.
Yatta

Yui turun, kemudian mengeluarkan kursi roda gadis itu. Lalu, dia mengeluarkan Paruru dan menaruhnya di kursi roda. Mereka masuk dan di sambut oleh Atsuko. Dia tersenyum melihat keduanya.

“Paruru, apa kabar?” tanya Atsuko melihatnya.
“Aku baik, nee-san” kata Paruru membalas.

Atsuko mengambil alih kursi roda Paruru dan mendorongnya ke dalam. Yui hanya mengikuti mereka dari belakang. Di dalam sana, mereka melihat Jun dan Jurina yang sedang bermain game. Dua kakak beradik itu, selain memiliki wajah yang hampir mirip seperti saudara kembar, mereka juga memiliki hobi yang sama. Sama-sama suka dengan game. Walau pun Jurina perempuan, dia sama sekali tidak malu mempunyai hobi laki-laki. Dia bahkan menikmatinya.

Paruru-chan” kata Jurina menyambut kedatangannya.
Jurina-chan” sapa Paruru sambil melebarkan senyumannya.
“Akhirnya kau datang juga”

Jurina meletakkan stick game di meja, kemudian menghampiri Paruru. Paruru hanya tersenyum melihatnya. Jurina memegang tangannya. Mungkin, karena mereka terlalu lama tidak bertemu. Dan Jurina juga sangat merindukan Paruru, begitu juga sebaliknya. Bila mereka bersama, mereka sudah seperti saudara.

“Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kabarmu, Paru-chan?” tanya Jurina.
“Aku baik. Kau sendiri?” tanya Paruru.
“Aku sangat baik. Malam ini, kita harus bersama-sama, besok aku akan pergi” kata Jurina.
“Hei, Jurina. Justruh, dia kemari hanya untuk bersamaku” kata Yui menyela.
“Mou…. Kau ini nii-chan
“Kalian bisa bermain sepuasnya malam ini” kata Atsuko menyela.
Hai

***

Pagi harinya, Jurina sudah selesai menyiapkan semuanya. Dia kemudian keluar dan menemukan kakaknya yang juga baru keluar dari kamar. Jurina langsung mendekati Jun dan mereka berjalan ke lantai 1. Di sana, Yui, Mayu, Atsuko dan Paruru sudah duduk di meja makan. Mereka langsung bergabung. Di sana juga ada pembantu yang melayani mereka.

Nii-chan, pagi ini akan pergi?” tanya Paruru.
“Iya. Jaga diri baik-baik, ya? Nanti, jika aku pulang, aku akan membawakan boneka untukmu”
“Benarkah?” tanya Paruru tersenyum.
“Tentu. Hanya untukmu, Paruru-chan” seraya membalas senyuman Paruru.
Yatta. Arigatou

Yui hanya mengelus kepala Paruru dengan lembut. Jurina duduk di tempat biasa, ia di samping kakaknya. Dia hanya tersenyum melihat Yui dan Paruru. Kemudian, ia mengambil nasi dan lauk pauknya. Barulah setelah mereka makan, mereka berangkat. Atsuko dan Paruru juga mengantar mereka.

***

Atsuko mendorong kursi roda Paruru. Mereka sudah berada di sekolah dan mengantar ke empat adik Atsuko. Ada banyak siswa yang memperhatikan Paruru. Dan seperti biasa, Paruru menghiraukannya. Ia bahkan asyik memegangi tangan Yui yang berjalan di sampingnya. Kemudian, mereka berheti di samping bus. Ada beberapa bus yang akan mengantar mereka. Yui naik di bus pertama bersama Mayu, sedangkan Jurina dan Jun naik di bus yang kedua.

“Paru, nii-chan berangkat, ya?” kata Yui sambil mengelus kepalanya.
Nii-chan…..” kata Paruru mengeluh.
“Paru, Yui tidak akan lama, hanya dua hari. Kau tenang saja, kita bisa menelpon Yui nanti” kata Atsuko mencoba menenangkannya.
“Bukankah aku sudah berjanji, untuk membelikanmu boneka?” kata Yui.
“Iya. Tapi, aku hanya ingin nii-chan
“Bersabarlah, aku tidak akan lama. Atsuko nee-chan akan menjagamu, ya?”
“Iya”

Kemudian, Yui mengecup kening gadis itu. Lalu, ia memegang tangan gadis itu dan mengeluarkan sebuah gelang. Ia memakaikan gelang itu di pergelangan tangan kiri Paruru. Paruru tersenyum melihat gelang itu. Ia sangat menyukainya. Sungguh menyukai gelang itu. Dia memeluk Yui sejenak, kemudian melepasnya.

“Jangan lama-lama, ya, nii-chan” kata Paruru.
“Iya, sayang”

Kemudian, Yui berdiri. Ia melihat kakaknya yang tersenyum kepadanya. Atsuko menyerahkan tas miliknya dan juga uang kepadanya. Ia menerimanya dengan senang hati. Lalu, dia memasukkan uangnya dan memakai tas punggung miliknya.

“Hati-hati, ya. Jika ada apa-apa, bilang saja padaku”
Hai. Tolong jagakan Paruru untukku, nee-chan
“Aku akan menjaganya dengan baik” balas Atsuko.
Arigatou. Kalau begitu, aku berangkat” Atsuko mengangguk.
Nee-chan, Paru-chan, aku dan nii-chan berangkat dulu” kata Jurina.
“Hati-hati. Jangan buat onar di sana” pesan Atsuko.
Hai

Ada beberapa siswa yang memperhatikan mereka dari dalam bus maupun di luar bus. Yui yang terkenal dingin, dia bisa bersikap lembut dengan gadis polos yang duduk di kursi roda seperti Paruru. Mereka hanya belum mengetahui siapa Paruru sebenarnya, apalagi mereka juga belum tahu kehidupan Yui yang sebenarnya.
Paruru dan Atsuko masih ada di sana, sampai Yui dan adiknya masuk ke dalam bus dan bus itu mulai berjalan menjauhi sekolah. Paruru hanya bisa menatap sedih bus yang di tunggangi Yui. Ia ingin sekali ikut, tapi ia tidak bisa.

“Paru, kita pulang, ya?” kata Atsuko sambil melihatnya.
“Iya, nee-chan” balasnya.
“Jangan sedih seperti itu. Yui tidak akan lama, Paruru” ucap Atsuko sambil mengelus kepalanya.
Hai

***

Di dalam bus, Rena duduk bersama Jurina. Dia masuk ke dalam bus yang kedua. Satu bus dengan Jun dan Jurina. Awalnya, Rena ingin bergabung dengan temannya, tapi nyatanya tidak ada satu pun temannya yang ingin duduk bersamanya. Maka dari itu, dia memilih tempat duduk paling belakang. Awalnya dia memang sendiri, tapi ternyata Jurina datang dan duduk bersamanya. Jujur, dia sedikit gugup jika duduk di dekat kakak kelasnya. Apalagi, Jurina adalah anak majikan. Dia hanya anak dari seorang pembantu. Dia duduk di dekat kaca, sedangkan Jurina duduk di sebelahnya. Sedari tadi, Jurina menyibukkan dirinya sendiri mengirim pesan untuk seseorang. Rena hanya melihat keluar jendela. Melihat suasana di luar. Dia juga memeluk dirinya sendiri.

“Nee… Rena” akhirnya Jurina membunuh keheningan di antara mereka berdua.
“I-iya, senpai?” seraya menoleh ke arahnya.
“Kau kedinginan kah? Sedari tadi, aku melihatmu memeluk dirimu sendiri. Kau tidak memakai jaket?” tanya Jurina.
“Aku tidak kedinginan, senpai. Aku juga tidak apa-apa”

Jurina hanya mengangguk, kemudian sejenak perhatiannya teralihkan pada ponselnya. Sementara Rena, dia menghempaskan tubuhnya di kursi bus. Ia tidak melirik ke arah Jurina sedikit pun. Lagipula, tidak baik juga melihat privasi orang. Apalagi, Jurina adalah sepupu pemilik sekolahan. Rena tidak ingin membuat masalah kepadanya. Kemudian, Rena mencoba mendongak. Ia melihat Jun yang sedang asyik bersama temannya. Kemudian, ia kembali menghempaskan tubuhnya lagi. Dia ingin beristirahat sejenak, sebelum ada kegiatan yang akan dia laksanakan nanti di Okinawa.
Semalam, dia hanya membuat kue untuk bekalnya. Dan dia hanya membawa barang-barang yang di perlukan. Rena sama sekali tidak membawa barang-barang seperti perhiasan atau alat kosmetik lainnya, seperti apa yang di bawa oleh beberapa temannya. Tak lama, dia mendengar suara yang berasal dari sebelahnya. Ternyata, Jurina sedang memainkan game di hp. Dia tidak ingin mengganggu, kemudian ia memejamkan kedua matanya. Tak lama, dia tertidur.

***

Sampai di Okinawa, mereka menginap di salah satu hotel. Dan kamarnya pun di bagi. Sialnya, Rena satu kamar dengan tiga orang temannya yang sama sekali tidak menyukainya. Mereka bertiga adalah Yagura Fuuko, Iriyama Anna dan Tanaka Natsumi. Di kelas, mereka selalu membully Rena. Entah apa yang jadinya, jika Rena dan mereka satu kamar.
Jurina membimbing adik kelasnya untuk masuk ke dalam kamar. Sebelum meninggalkan mereka, dia memberi pengarahan kepada mereka. Mereka hanya mengangguk. Setelah itu, dia pergi dan Rena serta ketiga gadis itu masuk. Ternyata, kamarnya cukup luas dan sangat muat untuk 4 atau 5 orang.

Rena kemudian duduk di kursi sofa. Ia tidak berani bergabung dengan ketiga gadis itu yang sekarang asyik bercengkrama satu sama lain. Dia memilih mengeluarkan bukunya, kemudian membaca. Mungkin, itu adalah satu-satunya untuk menghilangkan kepenatan.

***

Jun keluar dari kamar. Di tangannya, ia membawa catatan. Dia membaca catatan itu dengan teliti. Di sana ada tertera jadwal apa saja yang akan mereka lakukan selama di Okinawa. Sepertinya, malam ini akan sangat indah. Karena mereka hanya menikmati makanan dan berjalan-jalan di sekitar pantai. Jika ada yang tinggal di hotel juga tidak masalah. Lalu besoknya, mereka akan benar-benar belajar. Ada salah satu tempat yang akan mereka kunjungi, di sana banyak hal yang akan mereka pelajari.

“Malam yang indah. Mungkin, akan lebih indah jika aku bisa berjalan-jalan dengan Sakura”

Iya. Sakura juga ikut andil dalam liburan itu, karena Sakura masih berada di kelas 1. Sakura kelas 1 C. Bahkan, selama di bus tadi, Sakura selalu menempel di dekat Jun. Mungkin, dia tidak ingin berjauhan dengan Jun. Ada salah satu siswa yang menyukai Sakura, dan siswa itu selalu mencoba mendekatinya, namun Sakura dengan ketusnya selalu menolaknya. Sakura tidak suka dengan lelaki itu. Ia hanya menyukai Jun.

Jun-kun” Jun mendongak.
“Sakura, akhirnya kita bertemu” kata Jun tersenyum.
“Kenapa memangnya?” tanya Sakura heran.
“Nanti malam, kita jalan-jalan di sekitar pantai, ya?”
“Boleh”
“Kalau begitu, aku harus bertemu dengan Jurina”
Hai

***

Malam ini, bulan begitu sangat terang. Apalagi, bintang-bintang di langit berkelap-kelip begitu indah. Di bawah cahaya benda langit itu, Jun sedang berjalan-jalan dengan Sakura. Sementara adiknya, Jurina justruh berjalan berdua dengan Mayu. Malam ini, Jurina menjadi pendengar baik bagi Mayu. Laki-laki itu menceritakan semua tentang Yuki. Mayu sebenanrya ingin Yuki ikut, tapi ia malu untuk membicarakannya. Dia hanya tidak ingin mendapat godaan dari temannya, apalagi kakaknya.

“Dari dulu sampai sekarang, kau itu selalu seperti itu” keluh Jurina.
“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Mayu.
“Setidaknya, kau itu langsung mengakui perasaanmu kepada Yuki.”
“Aku belum berani, lagipula aku baru kenal dengannya. Belum ada setengah tahun lagi”
“Cinta tidak membutuhkan waktu, Mayu. Cinta itu langsung datang dengan sendirinya. Bahkan, ketika aku bertemu dengan Fujita, aku langsung tertarik dengannya”

Fujita. Dia memang kekasih Jurina. Bahkan, laki-laki itu pernah meminta bantuan Jun hanya untuk membuat Jurina sebagai kekasihnya. Mereka berbeda sekolah. Dan Fujita satu tahun lebih tua dari Jurina. Hanya saja, waktu tidak mengijinkan mereka untuk bersama. Fujita sibuk mengejar prestasinya, sementara di sekolahnya sendiri, Jurina juga sibuk belajar dan sibuk sebagai pengurus osis. Hanya ada waktu senggang saja, mereka bertemu.

“Yuki di rumah sedang apa, ya?” kata Mayu sambil mendongak melihat bulan.
“Mana ku tahu” seraya mengangkat kedua bahunya.
“Aku jadi rindu dengan senyumannya” Jurina menoleh ke arahnya.
“Mungkin, Yuki sedang memikirkanmu, Mayu-kun
Honto?”
“Aku bilang kan, mungkin” kata Jurina memperjelas ucapannya.

Mayu hanya mendesah mendengarnya. Ia sedikit kesal dengan sepupunya itu. Rasanya, dia ingin pulang besok, tapi dia tidak bisa. Kegiatan di sini sangat banyak, dan dia tidak bisa meninggalkannya hanya karena Yuki. Terkadang, jika bukan Jurina, dia akan menceritakannya pada Yui atau Jun. Tapi, karena Yui tidak mau keluar dari hotel dan Jun justruh berjalan-jalan dengan Sakura, dia langsung bercerita dengan Jurina. Lagipula, Jurina selalu menghiburnya ketika dia sedih.
Perhatian Jurina teralih, ketika dia mendengar suara tangisa. Ia menolehkan pandangannya. Di sana, tepatnya di sebuah batu besar. Ada seorang gadis yang dadanya naik turun seperti sedang menangis. Jurina melangkahkan kakinya untuk mendekati gadis itu. Mayu menoleh ke arahnya, ia memandang Jurina heran kemudian mengikuti langkah Jurina.

“Nee…. Siapa di sana?” kata Jurina.
“Siapa dia?” tanya Mayu melihat gadis yang di lihat Jurina.
“Aku tidak tahu.” Balas Jurina pendek.

Jurina terus mendekati gadis itu. Sementara gadis itu, kini menghapus air matanya. Ia menolehkan pandangannya ke arah Jurina dan Mayu. Barulah, ketika mata mereka bertemu, Jurina mengenali wajah gadis itu.

“Rena, kenapa kau menangis?” tanya Jurina.
“Tidak apa-apa, senpai. Aku tidak menangis” kata Rena menggeleng.

Rena berbohong. Bahkan, kedua matanya memerah. Tapi, ternyata cahaya bulan yang terang, tidak dapat membantu Jurina untuk melihat kedua mata gadis itu. Hanya saja, Jurina tahu jika Rena berbohong, karena suara gadis itu. Suaranya seperti orang yang baru saja menangis. Dia duduk di dekat Rena, kemudian di ikuti Mayu yang duduk di sebelahnya.

“Jangan bohong. Kau kenapa? Ada yang menyakitimu?” tanya Jurina.
“Tidak senpai.” Kata Rena lagi.
“Baik jika kau tidak mau berbicara, aku tidak akan memaksa” kata Jurina.
“Rena. Kau anak dari pembantu di rumahku, bukan?” kata Mayu.
“I-iya, senpai

Rena kembali menunduk. Melihat pasir pantai yang basah karena air laut. Lalu, dia melihat ke laut. Rena ingin sekali menjadi ikan yang berenang di sana. Mereka semua tidak memiliki masalah, mereka sangat bebas dan tidak perlu mengeluarkan air mata. Mereka tidak memiliki kehidupan yang pahit seperti dirinya. Seandainya bisa, Rena sangat ingin menjadi ikan-ikan itu. Mereka sama sekali tidak memiliki beban.

“Kenapa kau sendiri?” tanya Jurina.
“A…aku…”
“Kemana temanmu?” tanya Mayu.
“Mereka… mereka mungkin sedang berjalan-jalan” kata Rena dengan suara rendah.
“Kenapa kau tidak bergabung?” Mayu kembali bertanya.

Rena diam. Dia tidak bisa membalas pertanyaan itu. Dia hanya menunduk, dia tidak tahu apa yang harus dia jawab. Mayu melihatnya heran, sementara Jurina mendesah. Dia tahu keadaan Rena. Rena sendiri. Rena tidak mempunyai teman sama sekali. Mereka semua, teman-teman Rena membenci gadis itu. Entah salah apa gadis itu, sampai-sampai mereka tidak mau berteman dengan Rena.

“Aku tahu” Rena tersentak, kemudian ia menoleh melihat Jurina.
“Tahu apa?” tanya Mayu tidak mengerti.
“Temannya sama sekali tidak menyukai Rena. Mereka semua menghindar dari Rena”
“Kau salah apa memangnya?” tanya Mayu lagi.
“Bukan Rena yang salah. Tapi, mereka saja yang tidak tahu diri.”
Gomen ne?” kata Mayu.
Daijoubu, senpai



To Be Continued...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar