Title : Black Roses ╞ Thief (Tugas Baru)
Author : Rena-chan
Genre : Action, PG - 15
Main Cast :
- Sakurai Reika
- Ikuta Erika
- Shiraishi Mai
Support Cast
- Hashimoto Nanami
- Matsui Rena
- Akimoto Manatsu
Happy Reading All.......
~---0---~
Bunga
mawar hitam yang di buang oleh pemiliknya itu, kini di ambil oleh seorang gadis
berambut sebahu. Dia memakai pakaian polisi. Ia memandangi bunga itu. Lagi-lagi
yang di tinggalkan adalah sebuah mawar hitam. Dia sama sekali tidak mengerti,
kenapa pencuri itu meninggalkan bunga itu. Mungkin, itu adalah ciri khas dari
pencuri itu. Akhir-akhir ini, banyak terjadi kasus pencurian. Dan kali ini,
pencuri itu kembali beraksi dan dia berhasil mengambil Kristal biru pemilik salah
satu perusahaan terkenal di Negara sakura itu. Dia tidak habis pikir, kenapa
bisa penjaga sangat lengah menjaga kawasan itu? Bahkan, kasus kemarin saja,
belum berhasil ia selesaikan. Dan sekarang, gadis yang berstatus sebagai polisi
itu kembali berurusan dengan masalah lain.
“Siapa
dia? Kenapa harus bunga mawar hitam?” gumamnya sambil melihat bunga itu.
Ia
membalikkan tubuhnya, kemudian ia langsung pergi dari tempat itu. Rambut
pendeknya sedikit berantakkan. Entah apa yang dia lakukan tadi, sampai-sampai
rambutnya sedikit berantakkan seperti itu. Wajahnya juga sangat kusut. Ia harus
di buat pusing oleh pencuri-pencuri itu.
“Hashimoto-san” ada seseorang yang
memanggilnya. Laki-laki yang menjadi bawahannya.
“Hai?”
“Aku
sudah mendapat kabar, jika dia seorang gadis” kata laki-laki itu.
“Aku
tidak akan percaya, jika aku tidak melihatnya sendiri. Lagipula, dia memakai
topeng”
“Apa
yang akan kau lakukan?” kata laki-laki itu bertanya.
“Bagaimana
pun juga, aku akan mencari pelakunya” katanya sambil menatap kosong ke depan.
Dia
benci pencuri. Mereka hanyalah duri-duri yang tidak berguna. Mungkin, ini
memang sangat berat untuknya. Tapi, dia tidak akan pernah melepaskan
pencuri-pencuri itu. Kalau bisa, dia akan menangkapnya dengan tangannya
sendiri.
***
BUGH!!
Pukulan
itu membuat kaca itu rusak sebagian. Hancur dan berjatuhan di lantai. Tangan
gadis itu berdarah. Dia memukulnya, ketika dia dalam keadaan marah. Suasana
hatinya sekarang ini memang tidak baik. Wajahnya memerah karena marah,
sedangkan tangannya yang berdarah, sama sekali tidak ia hiraukan. Rambutnya
yang kecoklatan juga berantakkan. Kemudian, dalam kemarahannya dia menenda
sebuah kursi yang ada di sampingnya.
“Reika,
jangan menyakiti dirimu sendiri” kata seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.
“Aku
ingin dia kembali! Aku ingin dia kembali kepadaku, Iku-chan!” kata Reika menatap gadis itu.
Gadis
berambut sebahu itu melangkah ke arahnya. Reika. Hari ini dia benar-benar
kesal. Ada sesuatu yang membuatnya seperti ini. Orang yang selama ini selalu bersamanya,
sudah tidak ada lagi bersamanya. Dia menghilang bagai di telan bumi. Reika. Dia
ingin orang itu kembali kepadanya. Dia ingin membalas semua kebaikan orang itu.
Tapi, waktu belum bisa menemukan kembali mereka berdua.
“Erika”
katanya sambil memegang kerah bahu temannya itu.
“Reika?
Kau kenapa?” tanya Erika yang ketakutan.
Jika
Reika menyebutnya namanya dengan ‘Erika’, Reika bisanya memang benar-benar
marah dan butuh orang yang bisa dia jadikan pelampiasan. Erika ketakutan
melihat wajah Reika yang ketakutan. Dia menatap dengan kedua matanya yang
melebar. Dia ketakutan dengan Reika. Jika dia marah, apa saja akan menjadi
rusak karenanya. Jika dia memukul orang dalam kemarahan, bisa saja Erika akan
patah tulang. Seperti yang terjadi pada salah satu sahabatnya dulu. Manatsu
Akimoto. Dia harus terbaring selama dua hari di rumah sakit.
“Aku
ingin dia kembali, Erika-chan” dia
mengeratkan pegangannya di kerah baju Erika.
“Reika.
Jika kau ingin dia kembali, aku akan berusaha membantumu. Tapi, jangan memukulku”
kata Erika dengan ketakutan.
Reika
melepas pegangannya. Dia mengepalkan kedua tangannya, menahan amarahnya agar
tidak meluap. Selalu seperti itu. Kebiasaan yang tidak bisa di hilangkan.
Kemudian, ia duduk di kasur ranjangnya. Meremas selimut itu. Berkali-kali juga,
dia harus mengambil nafas dan mengeluarkannya. Dia tidak ingin amarahnya
membuatnya kehilangan kesadaran. Jika itu terjadi, bisa saja Erika akan
mengalami patah tulang. Dia selalu seperti itu. Hanya karena seseorang, dan
orang itu sampai sekarang belum ia temukan. Ia merindukannya. Benar-benar
sangat merindukannya. Sebenarnya, dimana keberadaan orang itu?
“Keluarlah,
sebelum aku memukulmu” katanya.
“Hai”
Erika
keluar dan menutup pintu kamar Reika. Tangan Erika terkepal Manahan amarah yang
hampir meluap. Ketika dia sampai di ruang tamu, dia menendang sebuah kursi
kayu. Kemudian, ia duduk di sofa. Wajahnya memerah dan ia sekarang sedang
marah. Pikirannya mulai berbicara. Dia benar-benar kesal dengan Reika.
“Ikuta-san” Erika hanya melirik orang
itu.
“Apa
yang kau bawa?” tanyanya ketus.
“Kristal
biru. Seperti yang di harapkan kapten, aku sudah mengambilnya” kata gadis itu.
Erika
berdiri kemudian menatap gadis itu. Dai berjalan dan langsung merebut Kristal
itu dari temannya. Teman yang sifatnya sama seperti dirinya. Di dalam diri
mereka, hanya ada kegelapan sekarang. Wajah mereka memang cantik, tapi tidak
hati mereka yang licik. Mereka adalah gadis-gadis yang membuat kota gempar
akhir-kahir ini. Dan tidak ada yang tahu siapa mereka. Bahkan, polisi yang
terkenal pun belum bisa menemukan mereka.
“Perintahkan
anak-anak untuk berkumpul di ruangan biasa. Ada yang ingin aku bicarakan”
“Hai” jawab gadis itu.
Sementara
gadis itu langsung melaksanakan perintahnya, Erika sendiri langsung menuju ruangan
yang di maksudnya. Dia duduk di kursi. Tangannya mengepal dan kepalanya
tertunduk. Wajahnya memerah, sedangkan kedua matanya menatap lantai dengan
tajam. Tak lama, beberapa temannya muncul dan masuk ke dalam ruangan tersebut.
Ia langsung menatap mereka satu persatu.
“Ikuta-san, ada apa kau memanggil kami
semua?” salah satu dari mereka bertanya.
“Aku
ingin kalian mencari uang yang lebih banyak. Kalau perlu, kalian harus mencuri
mahkota berharga itu”
“Hai. Jangan khawatir Ikuta-san, aku dan Takayama akan
melakukannya” kata gadis itu lagi.
“Aku
berharap banyak kepadamu, Shiraishi”
Shiraishi
Mai. Salah satu dari mereka yang paling lama dalam melakukan hal pencurian, dia
juga yang paling di percaya oleh Erika dan Reika. Dia pandai berkelahi dan
melompat dari ketinggian 3000 kaki. Dia cerdik dan pandai. Tidak ada yang
mengira, jika gadis cantik seperti dirinya, bisa melakukan hal seperti itu.
“Nisino
Nanase”
“Hai?” gadis itu langsung mendongak dan
melihatnya.
“Aku
tahu kau baru di sini. Tapi, aku ingin kau melakukan tugas itu bersama
Shiraishi dan Takayama. Jangan sampai kau berbuat kesalahan, jika kau bisa
melakukannya. Aku bisa saja membuatmu menderita”
“Aku
tidak akan mengecewakanmu, Ikuta-san.”
“Bagus.
Kalian bertiga, pergilah dan lakukan apa yang harus kalian lakukan”
“Hai”
Mereka
keluar dari ruangan itu. Kemudian, Erika menatap gadis-gadis yang masih ada di
ruangan itu. Ruangan itu memang luas dan banyak kursi di sana. Erika menghela
nafasnya panjang, kemudian menatap salah satu dari mereka.
“Akimoto,
tolong cari gadis ini” kata Erika sambil menyerahkan sebuah foto kepada gadis
itu.
“Siapa
dia?” tanya gadis itu.
“Wakatsuki
Yumi. Gadis yang dulu pernah berkorban untuk Reika. Cari dia sampai dia ketemu.
Aku tidak ingin kau membuatku kecewa”
“Hai”
“Jika
kau membutuhkan teman, kau boleh membawa siapa saja. Jika mereka membangkang,
katakan saja kepadaku. Aku akan membuatnya tidur selamanya”
“Hai”
Kemudian,
Erika bangkit dari duduknya. Dia menatap satu persatu gadis yang ada di dalam
ruangan itu. Kemudian, ia langsung berbicara lagi untuk yang terakhir kalinya.
“Hashimoto.
Dia salah satu polisi yang mencari kita. Jangan sampai kalian lengah dan
tertangkap olehnya. Aku ingin kalian hati-hati dalam menjalankan tugas”
“Hai”
Erika
berjalan keluar. Dia melihat Reika yang duduk di meja makan. Dia langsung
menghampiri gadis itu. Walau bagaimana pun juga, Reika adalah ketua dari Black Roses. Kapten yang paling di
segani. Dia mampu membuat orang bertekuk lutut kepadanya. Salah satu hal yang
pernah ia lakukan adalah, mencuri pedang berharga pemilik keluarga Furukawa
yang terkenal di Jepang. Dan cerdiknya, dia bisa kabur dari orang-orang yang
menjaga pedang itu.
“Reika”
“Hmmm?”
gadis itu sama sekali tidak menatap Erika.
“Aku
sudah menyuruh mereka untuk melakukan tugas yang kau berikan. Masalah Yumi, kau
tidak perlu khawatir. Aku dan yang lain akan berusaha menemukannya”
“Lakukan
yang terbaik. Aku ingin Yumiku kembali”
“Hai”
***
Hashimoto
Nanami. Gadis dengan rambut pendek sebahu. Dia salah satu anggota polisi yang
sudah lama menekuni pekerjaan itu. Bahkan, dia sudah diangkat menjadi ketua
keamanan. Hanya saja, yang dia pusingkan, dia belum bisa menangkap orang-orang
yang membuat resah masyarakat selama ini. Kasus pencurian yang terjadi selama
ini, membuatnya pusing setengah mati. Dia ingin menangkap orang itu. Duri-duri
yang membuat masyarakat resah. Mereka semua adalah duri yang tidak berguna dan
pantasnya masuk ke dalam sel.
“Nanami,
kau kelihatan kusut” dia menoleh.
“Matsui
Rena. Dokter muda yang berbakat” dia tersenyum.
“Kau
kenapa?” tanya Rena.
“Aku
sedang memikirkan pencurian yang selama ini terjadi” katanya.
“Aku
dengar, dia seorang gadis” kata Rena.
“Aku
tidak tahu. Tapi, dia tidak sendiri. Ada orang lain yang membantunya”
Matsui
Rena. Dia tinggi, cantik, dan wajahnya polos. Dai sahabat Nanami. Dia dokter
muda yang berbakat. Dia selalu menjadi pendengar baik untuk Nanami. Walau
sebenarnya, dia sendiri tidak mengerti tugas gadis itu, tapi sesekali dia
memberikan masukan pada Nanami. Hanya saja, kali ini masalah yang di hadapi
Nanami tidak semudah membalikka telapak tangan. Mereka. Musuh masyarakat itu
sekarang sangat cerdik.
“Kenapa
kau tidak menjebak mereka saja?” kata Rena bertanya.
“Sudah
aku lakukan. Tapi, tidak berhasil” kata Nanami membalas.
“Sepertinya,
mereka bukan orang-orang sembarangan”
“Iya.
Kau memang benar, Rena-chan”
“Berhati-hatilah”
Nanami mengangguk.
“Aku
akan menangkap mereka” kata Nanami yakin.
“Aku
percaya denganmu. Tapi, tetap saja aku mengkhawatirkan keselamatanmu”
“Tenang
saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri”
Rena
tersenyum mendengarnya. Dia menepuk bahu Nanami.
“Aku
pergi dulu”
“Hati-hati”
Rena hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar