Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jun
- Yokoyama Mayu
- Shimazaki Haruka
- Matsui Rena
- Kashiwagi Yuki
Other Cast :
- Matsui Jurina
- Shimazaki Yuka
- Shimazaki Rina
Rena, seperti biasanya, jika pagi datang
dia pasti akan menyiapkan makanan untuk adik dan ayahnya. Sementara ibunya,
sudah berada di tempat kerja. Setelah selesai, ia mandi dan mengganti pakainnya
dengan seragam sekolah. Dia tidak pernah memakai make-up, hanya bedak biasa dan itu pun membuatnya sangat cantik
secara alami. Setelah itu, dia keluar dan melihat kedua adik dan ayahnya yang
sudah menunggunya di meja makan.
Rena duduk. Dia menikmati makanan yang
ia buat sendiri bersama kedua adik dan ayahnya. Hanya saja, Rena masih
memikirkan kejadian kemarin. Seorang laki-laki yang sudah merebut ciuman
pertamanya. Sebenarnya, Rena sama sekali belum mengerti tentang apa yang di
maksud dengan Frist Kiss. Tapi, dia
sudah melakukannya kemarin. Mungkin, bukan dia yang mengingkannya, tapi
keinginan pemuda itu. Jujur, ciuman itu membuatnya nyaman. Walau begitu, Rena
khawatir. Dia masih termasuk gadis polos, tapi dia pernah melakukan ciuman.
Bagaimana jika ada yang mengetahuinya dan menyebarkannya di sekolah? Tapi tidak
mungkin, dia hanya bersama dengan Jun. Tidak ada yang mengetahui mereka
melakukan semua itu. Rena harus tenang. Dia tidak boleh terlihat khawatir,
justruh akan membuat orang curiga dengannya.
***
Rena berjalan menelusuri lorong tiap
kelas sekolahnya. Kacamata yang bertengger di hidungnya, sesekali ia sentuh
untuk membenarkan letak kacamatanya. Dia membawa tas kecil, dan di tangannya
ada beberapa tumpukan buku. Rena termasuk gadis kutu buku di sekolahnya, maka
dari itu banyak juga yang tidak menyukainya. Apalagi, penampilan Rena yang
menurut temannya itu sangat kampungan. Mungkin juga, Rena adalah siswa
termiskin di sekolahnya. Walau begitu, dia masih mendapatkan dukungan.
Buktinya, Atsuko yang ternyata pemilik sekolahan ini, sangat bangga dengannya.
Toh, dia sekolah untuk menuntut ilmu, bukan untuk membuat masalah. Apalagi, dia
bisa mengalahkan murid-murid tersebut. Dia hanya perlu fokus belajar untuk
meraih masa depannya.
Di saat dia masih berjalan menuju
kelasnya, ada beberapa anak yang berlari ke arahnya. Membuat buku yang di
pegangnya terjatuh. Rena sekilas memandang gadis-gadis itu yang menoleh ke
arahnya, tapi kemudian ia langsung merapikan buku-buku yang berjatuhan di
lantai. Rena hanya bisa menunduk, ketika mendengar suara tawa dari mereka.
Entah kenapa, Rena di sini menjadi bahan bullyan. Mereka mengejeknya, memakinya
dan bahkan sering pula membuat Rena sengsara. Terkadang, jika Rena beruntung,
pasti aka nada yang menolongnya.
Salah satu dari mereka mengambil
kacamata Rena. Rena sama sekali tidak bisa melihat tanpa bantuan kacamatanya.
Ia memohon kepada mereka, agar mereka mau mengembalikan kacamatanya. Bukannya
langsung memberikannya pada Rena, justruh mereka tertawa dan semakin
mengolok-ngolok gadis itu. Mereka juga membawa status Rena yang hanya seorang
gadis miskin, yang masuk ke sekolah ini hanya karena beasiswa. Bahkan, Rena
harus menangis, ketika salah satu dari mereka menginjak kaki Rena termasuk buku
yang masih tercecer di lantai. Erangan Rena sama sekali tidak mereka pedulikan.
Gadis sombong yang memang kurang kerjaan. Hanya bisa mengejek dan memaki orang.
Mungkin, alangkah lebih baiknya jika mereka itu di keluarkan dari sekolah itu.
Nama sekolah bisa tercoreng, jika mempunyai murid seperti itu.
“Oy, kalian” mereka mendongak melihat
seorang gadis dan seorang pemuda yang berlari ke arah mereka.
“Jurina senpai?”
“Apa-apaan kalian ini?!” bentak Jurina.
Dengan rasa kesal, Jurina mendorong
mereka. Jurina membantu Rena untuk berdiri dan mengambil kacamata Rena yang
berada di salah satu ketiga gadis tersebut. Jun yang berada di sebelah Jurina,
kini menatap mereka dengan tatapan tajam. Mereka menunduk takut, mereka tidak
akan mengira, jika Rena kali ini selamat. Dan parahnya, orang yang melindungi
Rena adalah saudara dari pemilik sekolah tersebut. Bisa saja Jun dan Jurina
melaporkan mereka ke Atsuko dan bisa juga akan mengeluarkan mereka dari
sekolah. Melawan mereka sama saja mencari mati.
“Pergi dari sini, dan nanti ke ruangan
kepala sekolah.”
“Hai,
Jurina senpai” mereka langsung pergi
begitu saja.
Jurina melihat ketiga gadis itu dengan
geram. Setelah mereka benar-benar pergi, barulah dia menoleh ke arah Rena. Rena
masih menangis walau tidak bersuara, dia juga masih merintih kesakitan karena
ulah ketiga gadis tadi yang menginjak tangannya. Wajahnya yang putih pucat,
semakin pucat. Seolah, Rena benar-benar mempunyai sakit di tubuhnya.
“Kau sakit?” tanya Jurina khawatir
melihat tubuh Rena yang putih pucat.
“Tidak senpai.” Kata Rena menggeleng.
“Jurina, sebaiknya kau ke kelas. Aku
akan membawa Rena ke ruang UKS. Dia butuh istirahat”
“Iya, nii-chan,” kata Jurina dan kemudian menoleh ke arah Rena, “aku ke
kelas, ya? Kakakku akan membawamu ke UKS. Nii-chan
benar, kau butuh istirahat. Istirahatlah di sana, nanti aku akan meminta ijin
kepada guru kelasmu”
Jurina melangkah menjauhi keduanya.
Sekarang, Jun yang membimbing Rena untuk berjalan menuju ke UKS. Mereka saling
diam tanpa ada yang mau memulai berbicara. Setelah di dalam UKS, Jun langsung
membantu Rena untuk merebahkan dirinya di kamar. Dia mangambil air untuk Rena
dan membantu gadis itu untuk meminumnya. Jun tidak langsung keluar, dia duduk
di samping Rena dan memandang gadis itu yang mungkin keadaannya sedikit lebih
membaik daripada sebelumnya. Dia memandang lembut gadis itu, dan entah kenapa
pikirannya justruh melayang-layang ke masa lalunya. Dia mengingat sesuatu,
ketika memandang wajah Rena yang tenang dan kedua mata gadis itu juga
memandangnya dengan lembut. Tangan Jun memegang tangan Rena dengan lembut.
Bahkan, Jun mengelusnya.
“Jun-kun,
kau tidak ke kelasmu? Nanti kau ketinggalan pelajaran” kata Rena lembut.
“Iie.
Aku ingin sekali menemanimu di sini, Rena-chan.
Tidurlah, jangan banyak bicara terlebih dahulu. Kesehatanmu lebih penting”
“Hai”
Rena menutup kedua matanya perlahan. Ia
sama sekali tidak melepaskan tangan Jun, ia sangat menyukainya. Dan ia harap,
setelah ia bangun dari tidurnya, Jun masih di sini menunggunya. Di saat Rena
sudah benar-benar tertidur, Jun memandang wajah Rena. Dia melepaskan kacamata
gadis itu.
Cantik. Rena terlihat cantik, walau dia
tertidur seperti itu. Wajah polosnya sangat membuat Jun damai, ingin rasanya ia
memiliki kekasih seperti Rena. Hanya saja, Rena masih sangat polos. Jun merasa
bersalah, karena kemarin dia mengambil ciuman pertama gadis itu. Beruntung karena
Rena tidak marah. Jun tahu, Rena itu lemah. Tapi, Rena sangat cerdas. Dia ingin
menjaga gadis itu. Hatinya berkata, jika dia harus memiliki Rena seutuhnya.
Hati kecilnya yang tidak pernah berbicara tentang kekasihnya yang lain, kini
justruh menginginkan Rena menjadi miliknya. Jun tersenyum memandang gadis itu.
Bahkan, dia mengagumi wajah gadis itu. Kecantikan yang sangat alami. Rena
sangat pantas di sebuat sebagai Angel. Bidadari cantik yang menyentuh hatinya.
Membuat Jun menginginkan gadis yang masih polos itu.
“Angel?” Jun seperti pernah mendengar
nama itu.
***
FlasBack
Seorang
anak laki-laki dengan rambut hitam yang di tata rapi itu, berjalan ke arah
seorang gadis kecil yang terududuk di bangku taman. Gadis itu sedang melihat
pita rambutnya yang berwarna merah muda. Laki-laki itu mendekatinya dan duduk
di sebelah gadis kecil itu. Dari wajahnya, laki-laki kecil itu menduga, jika
gadis kecil itu tengah bersedih. Mungkin, dia butuh hiburan. Gadis itu menoleh
ke arahnya. Laki-laki itu tersenyum, namun itu hanya membuat bingung gadis itu.
Gadis kecil itu juga sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di lakukan oleh
laki-laki itu.
“Kenapa
kau bersedih?” tanya laki-laki itu sambil tersenyum menatap gadis itu.
“Jepit
rambutku rusak. Padahal, ini jepit rambut dari ibuku” kata gadis itu membalas.
“Jangan
bersedih seperti itu, pasti ibumu tidak akan marah, jika kau tidak sengaja
merusaknya. Jadi, kau tenang saja.”
Laki-laki
kecil itu tersenyum manis kepadanya. Dia memberikan sedikit ketenangan di diri
gadis itu. Bocah laki-laki itu mengeluarkan sebuah gelang dan dia berikan
kepada gadis itu. Bocah itu memakaikannya di lengan kiri gadis kecil itu.
Akhirnya, gadis itu kembali tersenyum. Dia mengucapkan rasa terima kasihnya
kepada bocah itu.
“Angel”
“Angel?”
gadis itu tidak mengerti sama sekali.
“Jika
kau tersenyum, kau cantik seperti bidadari. Jadi, aku memanggilmu Angel” kata
laki-laki itu menjelaskan.
“Kau
ini ada-ada saja” kata gadis itu membalas dengan tawa kecil.
Mereka
bercanda tawa layaknya anak-anak pada umumnya. Bermain bersama setiap siang di
taman. Di taman itu, mereka selalu bertemu dan pastinya mereka akan tertawa
lepas. Membuat masa kecil yang indah.
“Angel,
ini ibuku membuat bekal untukku. Aku ingin memakannya, tapi bersamamu”
“Aku
mau. Kita bisa makan bersama-sama, nii-chan”
Mereka
memang tidak seumuran, mereka berbeda dua tahun. Angel selalu memanggil Jun
dengan sebutan nii-chan, ia hanya ingin menghormati Jun yang umurnya berada di
atasnya. Mereka makan bekal itu bersama-sama. Dan Jun juga kerap kali menyuapi
Angel. Angel dengan senang hati menerimanya dan berbalik menyuapi Jun. Masa
kecil itu, Jun anggap akan sangat lama, tapi mereka harus terpisah, karena Jun
harus pindah ke kota. Namun, kenangan masa kecil itu tidak terlupakan oleh Jun
sampai dia beranjak remaja.
FlashBack
End
***
Jun tersenyum ketika mengingat semua
kenangan itu dengan Angel, entah berada di mana Angel sekarang ini. Tapi, Jun
sudah menganggap Angel sebagai adik kecilnya. Ia melihat Rena yang masih
tertidur dengan pulas. Genggaman tangannya di tangan Rena, sama sekali tidak ia
lepas. Tangan Rena lembut dan putih, bahkan dia sangat ingin menggenggamnya
dengan waktu yang lebih lama lagi. Rena juga sama cantiknya seperti Angel,
bahkan keduanya mempunyai pipi yang sama. Pipi yang sangat menggemaskan.
Ia melepas genggaman tangannya di tangan
Rena, kemudian ia keluar. Dia hanya membeli makananan untuk Rena. Supaya, jika
Rena sudah sadar nanti, dia bisa makan. Setelah selesai, dia kembali ke UKS.
***
Rena terbangun dari tidurnya. Dia
melihat ke arah kanan dan kirinya. Jun, pemuda itu tidak berada di ruangan UKS
sama sekali. Rena mendesah. Padahal, dia sudah berharap, tapi ternyata Jun
tidak menemaninya sampai ia bangun. Bukan salah Jun juga. Lagipula, untuk apa
menunggunya yang sedang tidur? Pasti sangat membosankan, bukan? Rena haus
sekarang. Ia turun dari kasur, berniat untuk keluar mencari minuman. Tapi,
ketika dia ingin membuka pintu UKS, pintu itu terbuka. Ada orang yang
membukanya, dia melihat orang itu. Jun. Di tangan pemuda itu ada sebungkus
makanan dan juga satu botol minuman. Jun tersenyum melihatnya.
“Kau sudah bangun?”
“Hai.”
“Kau ingin kemana?” tanya Jun.
“Aku ingin mencari minuman, Jun-kun” kata Rena membalas.
“Tidak perlu. Aku membawa makanan dan
minuman untukmu”
Jun menarik lengan Rena, ia membawa
gadis itu kembali ke kasur. Ia menyuruh Rena untuk duduk dan dia duduk di
sebelah Rena. Ia membuka bungkusan makanan itu, lalu menyuapi Rena. Rena hanya
diam, dia menikmatinya. Selama Jun menyuapinya, dia memandang wajah Jun. Wajah
pemuda itu sangat tampan, dan dia juga sangat baik. Pantas saja banyak gadis
yang menyukai Jun.
“Jun-kun
tidak makan?”
“Aku tidak lapar.”
Rena kembali diam. Dia melihat Jun.
Selama ini, laki-laki yang dekat dengannya adalah Jun. Dan Jun juga
memperlakukannya dengan baik. Tidak seperti teman sekolahnya yang lain. Bahkan,
di kelas dia hanya mempunyai satu sahabat saja. Teman yang selalu ada untuknya,
di saat dia sedih atau pun sedang terluka. Tapi, sekarang ada Jun dan Jurina.
Mereka juga menolong Rena tadi pagi.
“Rena-chan,
maaf karena aku lancang menciumu kemarin. Kau tidak marah, kan?”
“Tidak, Jun-kun. Apa itu yang namanya First
Kiss?” tanya Rena polos. Kepolosannya membuat Jun tersenyum.
“Kau baru berciuman, ya? Jika iya, itu
namanya memang ciuman pertama” kata Jun menjelaskan.
“Begitu, kah?” Jun mengangguk.
Rena benar-benar polos. Jun semakin
merasa bersalah, karena dia sudah merebut ciuman pertama gadis itu. Bahkan, dia
sudah pernah berciuman dan sekarang mengambil ciuman pertama dari seorang gadis
polos seperti Rena. Bahkan, Rena masih belum mengerti dengan apa yang namanya First Kiss, apalagi pacaran? Mungkin,
Rena tidak mengetahui apa yang namanya pacaran. Mungkin pernah mendengarnya,
tapi belum pernah merasakannya. Dan seperti apa orang pacaran itu.
“Rena, apa kau pernah memiliki seorang
kekasih?” walau Jun tahu jawabannya, tapi ia masih tetap mempertanyakannya.
“Tidak pernah. Memangnya kenapa?” tanya
Rena.
“Tidak apa-apa. Hanya bertanya saja.”
Rena hanya tersenyum membalasnya.
Polos.
Benar-benar sangat polos. Maaf, karena aku sudah merebutnya darimu, Rena.
Sebagai gantinya, aku akan terus menjagamu agar tidak ada yang menyakiti gadis
polos sepertimu. Kau benar-benar sangat special. Belum pernah aku bertemu
dengan gadis seperti dia.
Jun tersenyum. Kemudian, ia kembali
melanjutkan aktifitasnya untuk menyuapinya. Terkadang, dia menatap wajah gadis
itu. Gadis yang masih polos dan belum mengerti apa-apa. Jun semakin menyukai
Rena.
***
Di waktu istirahat tiba, di meja kantin
yang biasa Yui tempati, hanya ada dia dan Mayu. Mayu sedikit penasaran dengan
keberadaan Jun. Biasanya, Jun akan kemari jika istirahat. Tapi, hari ini tidak
sama sekali. Sebenarnya, Jun ada di mana? Di saat dia menunggu Jun, justruh
yang datang Jurina dan Yuki. Lagi-lagi Mayu harus menatap gadis itu dengan
tampangnya yang bodoh. Dia selalu terpesona dengan kecantikan Yuki. Dia akui,
dia memang sedang jatuh hati dengan anak baru itu.
“Mayu, lebih baik kau jangan menatapnya
seperti itu. Matamu bisa bintitan” Mayu menoleh.
“Nii-chan,
kau ini selalu seperti itu. Aku hanya mengaguminya”
“Awalnya kagum, terus berubah menjadi
cinta” Mayu menatap kesal kakaknya.
“Kau bahkan pernah benci dengan Paruru.
Tapi, sekarang kau mencintainya” kata Mayu.
“Aku mencintainya, karena dia itu gadis
yang polos. Aku ingin melindunginya dan aku sangat ingin berada di sisinya.”
“So
sweet, nii-chan” kata Mayu tersenyum.
Yui hanya diam membalasnya. Dia menoleh,
dia melihat Jurina dan Yuki yang berjalan ke mejanya. Jika Jurina dan Yuki,
pasti dia akan memperbolehkannya duduk bersamanya. Tapi, jika gadis lain yang
datang, ia pasti akan mengusir mereka. Karena, Yui tahu jika mereka hanya akan
merayunya. Yui tahu betul sifat gadis-gadis di sini. Apalagi, dia juga
seutuhnya menjadi milik Paruru dan dia juga sudah mencintai gadis itu. Walau
dulu, dia tidak menyukai Paruru. Tapi, rasa benci itu perlahan berubah menjadi
rasa cinta.
“Mayu-kun,
nii-chan kemana?” tanya Jurina.
“Tidak tahu. Mungkin, nii-chan tahu” kata Mayu.
Jurina menoleh ke arah Yui, “Nii-chan, Jun nii-chan ada di mana?”
Yui menjawab, “Shiranai. Di kelas pun, tadi dia tidak masuk”
Jurina mengkerutkan dahinya bingung.
Tidak biasanya Jun bolos pelajaran kelas, kecuali dia ada urusan yang mendadak.
Satu-satunya yang terpikir oleh Jurina, Jun masih ada di ruang UKS bersama
Rena. Rena. Gadis berwajah polos yang mereka temui tadi pagi. Kemungkinan, Jun
menunggu Rena di sana. Tapi, untuk apa? Bukankah Rena hanya seorang anak
pembantu? Memang, dia akui Rena itu cantik. Tapi, yang menjadi pertanyaan,
kenapa kakaknya mau menunggu Rena? Dan sekarang, Jurina mendapatkan pemikiran
yang lain. Bisa saja, Jun menyukai gadis polos itu. Jurina harus menanyakannya
nanti dengan Jun.
***
Yui masuk ke dalam rumah paruru. Dia
melihat gadis polos itu yang duduk di kursi rodanya sambil memegang mahkota
daun. Mahkota itu adalah pemberian darinya seminggu yang lalu. Paruru sangat
menyukai mahkota itu. Tapi, masalahnya sekarang mahkota itu sedikit rusak.
Walau begitu, Yui tidak marah. Tapi, Yui pasti sangat tahu jika Paruru yang
pastinya sedih. Paruru pasti merasa bersalah, terlihat jelas dari wajahnya yang
sedih sambil melihat mahkota daun itu. Yui menghampiri Paruru. Dia menyamakan
tingginya dengan Paruru.
“Sayang, kenapa sedih seperti itu?”
tanya Yui.
“Nii-chan,
mahkota daunnya rusak. Padahal, tadi malam masih bagus, tapi tadi pagi sudah
seperti ini” katanya mengadu.
“Sudah jangan sedih seperti itu, sayang.
Nii-chan bisa memberikanmu mahkota
daun lagi”
“Tapi, mahkota daun ini kan dari nii-chan. Nii-chan sudah susah payah membuatkannya untukku”
“Tidak apa-apa. Jangan sedih lagi
seperti itu. Nanti wajahnya tidak cantik lagi”
“Nii-chan tidak marah, kan?” Yui menggeleng.
“Nii-chan tidak marah, kan?” Yui menggeleng.
Yui mengelus kening Paruru dengan
lembut. Gadis itu kembali tersenyum, dan dia memeluk Yui. Di saat Yui memeluk
Paruru, dia melihat Rina yang berdiri di belakang paruru. Gadis itu bersandar
pada pintu kamar. Wajahnya sangat datar, dalam hatinya ia sangat kesal.
Lagi-lagi Yui tidak marah kepada Paruru, karena mahkota daun Paruru yang di
berinya rusak. Memang sebenarnya semalam dia dan Yuka yang merusaknya. Yui
sudah bisa menebak semua itu. Rina dan Yuka sama sekali tidak pernah menyukai
Paruru. Padahal, mereka saudara kandung.
Yui hanya bisa membalas tatapan datar
gadis itu, dengan tatapan kesalnya. Dia hanya perlu paruru, bukan Rina atau pun
Yuka. Mereka berdua sama-sama seperti iblis yang berwujud manusia. Harusnya,
mereka menyayangi Paruru, bukannya justruh menyakiti Paruru. Sifat mereka,
entah dari mana menurunnya. Padahal, ayah dan ibu mereka baik. Tapi, hanya dua
anak itu yang sikapnya keterlaluan. Yui melepas pelukannya, ketika Rina masuk
ke dalam kamarnya.
“Sayang, yang merusak mahkota daunnya
itu Rina dan Yuka”
“Bukan nii-chan. Tadi, aku sudah menanyakannya kepada nee-chan, tapi mereka bilang tidak tahu”
“Sayang, kau itu di bohongi. Karena kau
itu polos, Paru”
“Bukan nii-chan, bukan mereka” kata Paruru lagi tidak percaya.
“Jadi, kau tidak percaya denganku?”
paruru menggeleng.
Yui mendesah. Percuma saja, dia
memberitahukannya pada paruru, pasti Paruru tidak akan pernah percaya
dengannya. Kedua kakaknya memang sangat licik dan begitu mudah membohongi
Paruru. Apalagi, Paruru gadis yang sangat polos. Dia begitu mudah mempercayai
orang lain yang tengah membohonginya.
“Paru…”
“Nii-chan,
bukan!” tegas Paruru.
“Ya sudah jika kau tidak percaya. Tapi,
memang itu kenyataannya” Yui membentak gadis itu, sehingga Paruru takut
dengannya.
“Nii-chan”
Yui beranjak dan berbalik, ia melangkah
8 kali. Tapi, ketika ingin melangkah lagi, ia mendengar suara Paruru yang
memanggilnya. Ia mendesah. Paruru tahu, jika Yui sedang marah sekarang. Walau dia
juga tidak bersalah, tapi dia akan tetap merasa bersalah, jika orang yang ia
cintai marah.
“Nii-chan”
Paruru mencoba menghampiri Yui. Tapi, ia merasa terlalu lama jika ia harus
mendorong kursi rodanya. Entah kenapa, Paruru langsung mencoba berdiri. Tapi,
sakit tetaplah sakit. Kaki Paruru yang memang cacat, tidak bisa menopang berat
tubuhnya. Dan itu membuatnya jatuh ke lantai. Cukup menimbulkan bunyi yang
sedikit keras.
Yui terkejut, ia langsung menghampiri
gadis itu dan menggendong gadis itu. Yui menaruhnya di kursi roda. Harusnya, ia
tidak membentak Paruru tadi. Tapi, semuanya sudah terlambat. Paruru juga
kesakitan akibat jatuh.
“Paru, kau tidak apa-apa?” tanya Yui
khawatir.
“Sakit, nii-chan.” Keluh Paruru sambil memperlihatkan lengannya yang
sedikit lecet.
“Ya Tuhan… maafkan aku ya, sayang. Nii-chan janji, nii-chan tidak akan marah lagi dengamu” Yui mengelus lengan Paruru.
“Maafkan Paruru juga, ya, nii-chan” kata Paruru.
“Iya. Kau tidak salah, yang salah nii-chan. Gomen ne?” Yui mengecup kening Paruru dengan lembut.
Tadi Rina, dan sekarang Yuka yang
memperhatikan kemesraan mereka. Yuka sama sekali tidak mengerti dengan jalan
pikiran Yui. Kenapa bisa Yui jatuh hati pada adiknya yang super polos itu.
Bahkan, dia menganggap gadis itu sebagai gadis yang bodoh. Paruru juga sangat
lugu dan juga mudah memperyai orang.
“Dasar manja!” ketusnya meremas kedua
tangannya.
To Be Continued........
kapan chapter brikutny rilis
BalasHapuskapan chapter brikutny rilis
BalasHapussebentar lagi, mungkin besok, soalnya, masih dalam tahap hehe.... alias belum kelar
Hapus