Sabtu, 06 Agustus 2016

Love Story (Empat)

Title : Love Story (Empat)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender-Bender, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jun
  • Yokoyama Mayu
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Rena
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :
  • Matsui Jurina
  • Shimazaki Yuka
  • Shimazaki Rina

Happy Reading All.......




~---0---~



Rena, seperti biasanya, jika pagi datang dia pasti akan menyiapkan makanan untuk adik dan ayahnya. Sementara ibunya, sudah berada di tempat kerja. Setelah selesai, ia mandi dan mengganti pakainnya dengan seragam sekolah. Dia tidak pernah memakai make-up, hanya bedak biasa dan itu pun membuatnya sangat cantik secara alami. Setelah itu, dia keluar dan melihat kedua adik dan ayahnya yang sudah menunggunya di meja makan.
Rena duduk. Dia menikmati makanan yang ia buat sendiri bersama kedua adik dan ayahnya. Hanya saja, Rena masih memikirkan kejadian kemarin. Seorang laki-laki yang sudah merebut ciuman pertamanya. Sebenarnya, Rena sama sekali belum mengerti tentang apa yang di maksud dengan Frist Kiss. Tapi, dia sudah melakukannya kemarin. Mungkin, bukan dia yang mengingkannya, tapi keinginan pemuda itu. Jujur, ciuman itu membuatnya nyaman. Walau begitu, Rena khawatir. Dia masih termasuk gadis polos, tapi dia pernah melakukan ciuman. Bagaimana jika ada yang mengetahuinya dan menyebarkannya di sekolah? Tapi tidak mungkin, dia hanya bersama dengan Jun. Tidak ada yang mengetahui mereka melakukan semua itu. Rena harus tenang. Dia tidak boleh terlihat khawatir, justruh akan membuat orang curiga dengannya.

***

Rena berjalan menelusuri lorong tiap kelas sekolahnya. Kacamata yang bertengger di hidungnya, sesekali ia sentuh untuk membenarkan letak kacamatanya. Dia membawa tas kecil, dan di tangannya ada beberapa tumpukan buku. Rena termasuk gadis kutu buku di sekolahnya, maka dari itu banyak juga yang tidak menyukainya. Apalagi, penampilan Rena yang menurut temannya itu sangat kampungan. Mungkin juga, Rena adalah siswa termiskin di sekolahnya. Walau begitu, dia masih mendapatkan dukungan. Buktinya, Atsuko yang ternyata pemilik sekolahan ini, sangat bangga dengannya. Toh, dia sekolah untuk menuntut ilmu, bukan untuk membuat masalah. Apalagi, dia bisa mengalahkan murid-murid tersebut. Dia hanya perlu fokus belajar untuk meraih masa depannya.
Di saat dia masih berjalan menuju kelasnya, ada beberapa anak yang berlari ke arahnya. Membuat buku yang di pegangnya terjatuh. Rena sekilas memandang gadis-gadis itu yang menoleh ke arahnya, tapi kemudian ia langsung merapikan buku-buku yang berjatuhan di lantai. Rena hanya bisa menunduk, ketika mendengar suara tawa dari mereka. Entah kenapa, Rena di sini menjadi bahan bullyan. Mereka mengejeknya, memakinya dan bahkan sering pula membuat Rena sengsara. Terkadang, jika Rena beruntung, pasti aka nada yang menolongnya.

Salah satu dari mereka mengambil kacamata Rena. Rena sama sekali tidak bisa melihat tanpa bantuan kacamatanya. Ia memohon kepada mereka, agar mereka mau mengembalikan kacamatanya. Bukannya langsung memberikannya pada Rena, justruh mereka tertawa dan semakin mengolok-ngolok gadis itu. Mereka juga membawa status Rena yang hanya seorang gadis miskin, yang masuk ke sekolah ini hanya karena beasiswa. Bahkan, Rena harus menangis, ketika salah satu dari mereka menginjak kaki Rena termasuk buku yang masih tercecer di lantai. Erangan Rena sama sekali tidak mereka pedulikan. Gadis sombong yang memang kurang kerjaan. Hanya bisa mengejek dan memaki orang. Mungkin, alangkah lebih baiknya jika mereka itu di keluarkan dari sekolah itu. Nama sekolah bisa tercoreng, jika mempunyai murid seperti itu.

“Oy, kalian” mereka mendongak melihat seorang gadis dan seorang pemuda yang berlari ke arah mereka.
“Jurina senpai?”
“Apa-apaan kalian ini?!” bentak Jurina.

Dengan rasa kesal, Jurina mendorong mereka. Jurina membantu Rena untuk berdiri dan mengambil kacamata Rena yang berada di salah satu ketiga gadis tersebut. Jun yang berada di sebelah Jurina, kini menatap mereka dengan tatapan tajam. Mereka menunduk takut, mereka tidak akan mengira, jika Rena kali ini selamat. Dan parahnya, orang yang melindungi Rena adalah saudara dari pemilik sekolah tersebut. Bisa saja Jun dan Jurina melaporkan mereka ke Atsuko dan bisa juga akan mengeluarkan mereka dari sekolah. Melawan mereka sama saja mencari mati.

“Pergi dari sini, dan nanti ke ruangan kepala sekolah.”
Hai, Jurina senpai” mereka langsung pergi begitu saja.

Jurina melihat ketiga gadis itu dengan geram. Setelah mereka benar-benar pergi, barulah dia menoleh ke arah Rena. Rena masih menangis walau tidak bersuara, dia juga masih merintih kesakitan karena ulah ketiga gadis tadi yang menginjak tangannya. Wajahnya yang putih pucat, semakin pucat. Seolah, Rena benar-benar mempunyai sakit di tubuhnya.

“Kau sakit?” tanya Jurina khawatir melihat tubuh Rena yang putih pucat.
“Tidak senpai.” Kata Rena menggeleng.
“Jurina, sebaiknya kau ke kelas. Aku akan membawa Rena ke ruang UKS. Dia butuh istirahat”
“Iya, nii-chan,” kata Jurina dan kemudian menoleh ke arah Rena, “aku ke kelas, ya? Kakakku akan membawamu ke UKS. Nii-chan benar, kau butuh istirahat. Istirahatlah di sana, nanti aku akan meminta ijin kepada guru kelasmu”

Jurina melangkah menjauhi keduanya. Sekarang, Jun yang membimbing Rena untuk berjalan menuju ke UKS. Mereka saling diam tanpa ada yang mau memulai berbicara. Setelah di dalam UKS, Jun langsung membantu Rena untuk merebahkan dirinya di kamar. Dia mangambil air untuk Rena dan membantu gadis itu untuk meminumnya. Jun tidak langsung keluar, dia duduk di samping Rena dan memandang gadis itu yang mungkin keadaannya sedikit lebih membaik daripada sebelumnya. Dia memandang lembut gadis itu, dan entah kenapa pikirannya justruh melayang-layang ke masa lalunya. Dia mengingat sesuatu, ketika memandang wajah Rena yang tenang dan kedua mata gadis itu juga memandangnya dengan lembut. Tangan Jun memegang tangan Rena dengan lembut. Bahkan, Jun mengelusnya.

Jun-kun, kau tidak ke kelasmu? Nanti kau ketinggalan pelajaran” kata Rena lembut.
Iie. Aku ingin sekali menemanimu di sini, Rena-chan. Tidurlah, jangan banyak bicara terlebih dahulu. Kesehatanmu lebih penting”
Hai

Rena menutup kedua matanya perlahan. Ia sama sekali tidak melepaskan tangan Jun, ia sangat menyukainya. Dan ia harap, setelah ia bangun dari tidurnya, Jun masih di sini menunggunya. Di saat Rena sudah benar-benar tertidur, Jun memandang wajah Rena. Dia melepaskan kacamata gadis itu.
Cantik. Rena terlihat cantik, walau dia tertidur seperti itu. Wajah polosnya sangat membuat Jun damai, ingin rasanya ia memiliki kekasih seperti Rena. Hanya saja, Rena masih sangat polos. Jun merasa bersalah, karena kemarin dia mengambil ciuman pertama gadis itu. Beruntung karena Rena tidak marah. Jun tahu, Rena itu lemah. Tapi, Rena sangat cerdas. Dia ingin menjaga gadis itu. Hatinya berkata, jika dia harus memiliki Rena seutuhnya. Hati kecilnya yang tidak pernah berbicara tentang kekasihnya yang lain, kini justruh menginginkan Rena menjadi miliknya. Jun tersenyum memandang gadis itu. Bahkan, dia mengagumi wajah gadis itu. Kecantikan yang sangat alami. Rena sangat pantas di sebuat sebagai Angel. Bidadari cantik yang menyentuh hatinya. Membuat Jun menginginkan gadis yang masih polos itu.

“Angel?” Jun seperti pernah mendengar nama itu.

***

FlasBack

Seorang anak laki-laki dengan rambut hitam yang di tata rapi itu, berjalan ke arah seorang gadis kecil yang terududuk di bangku taman. Gadis itu sedang melihat pita rambutnya yang berwarna merah muda. Laki-laki itu mendekatinya dan duduk di sebelah gadis kecil itu. Dari wajahnya, laki-laki kecil itu menduga, jika gadis kecil itu tengah bersedih. Mungkin, dia butuh hiburan. Gadis itu menoleh ke arahnya. Laki-laki itu tersenyum, namun itu hanya membuat bingung gadis itu. Gadis kecil itu juga sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di lakukan oleh laki-laki itu.

“Kenapa kau bersedih?” tanya laki-laki itu sambil tersenyum menatap gadis itu.
“Jepit rambutku rusak. Padahal, ini jepit rambut dari ibuku” kata gadis itu membalas.
“Jangan bersedih seperti itu, pasti ibumu tidak akan marah, jika kau tidak sengaja merusaknya. Jadi, kau tenang saja.”

Laki-laki kecil itu tersenyum manis kepadanya. Dia memberikan sedikit ketenangan di diri gadis itu. Bocah laki-laki itu mengeluarkan sebuah gelang dan dia berikan kepada gadis itu. Bocah itu memakaikannya di lengan kiri gadis kecil itu. Akhirnya, gadis itu kembali tersenyum. Dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada bocah itu.

“Angel”
“Angel?” gadis itu tidak mengerti sama sekali.
“Jika kau tersenyum, kau cantik seperti bidadari. Jadi, aku memanggilmu Angel” kata laki-laki itu menjelaskan.
“Kau ini ada-ada saja” kata gadis itu membalas dengan tawa kecil.

Mereka bercanda tawa layaknya anak-anak pada umumnya. Bermain bersama setiap siang di taman. Di taman itu, mereka selalu bertemu dan pastinya mereka akan tertawa lepas. Membuat masa kecil yang indah.

“Angel, ini ibuku membuat bekal untukku. Aku ingin memakannya, tapi bersamamu”
“Aku mau. Kita bisa makan bersama-sama, nii-chan”

Mereka memang tidak seumuran, mereka berbeda dua tahun. Angel selalu memanggil Jun dengan sebutan nii-chan, ia hanya ingin menghormati Jun yang umurnya berada di atasnya. Mereka makan bekal itu bersama-sama. Dan Jun juga kerap kali menyuapi Angel. Angel dengan senang hati menerimanya dan berbalik menyuapi Jun. Masa kecil itu, Jun anggap akan sangat lama, tapi mereka harus terpisah, karena Jun harus pindah ke kota. Namun, kenangan masa kecil itu tidak terlupakan oleh Jun sampai dia beranjak remaja.

FlashBack End

***

Jun tersenyum ketika mengingat semua kenangan itu dengan Angel, entah berada di mana Angel sekarang ini. Tapi, Jun sudah menganggap Angel sebagai adik kecilnya. Ia melihat Rena yang masih tertidur dengan pulas. Genggaman tangannya di tangan Rena, sama sekali tidak ia lepas. Tangan Rena lembut dan putih, bahkan dia sangat ingin menggenggamnya dengan waktu yang lebih lama lagi. Rena juga sama cantiknya seperti Angel, bahkan keduanya mempunyai pipi yang sama. Pipi yang sangat menggemaskan.
Ia melepas genggaman tangannya di tangan Rena, kemudian ia keluar. Dia hanya membeli makananan untuk Rena. Supaya, jika Rena sudah sadar nanti, dia bisa makan. Setelah selesai, dia kembali ke UKS.

***

Rena terbangun dari tidurnya. Dia melihat ke arah kanan dan kirinya. Jun, pemuda itu tidak berada di ruangan UKS sama sekali. Rena mendesah. Padahal, dia sudah berharap, tapi ternyata Jun tidak menemaninya sampai ia bangun. Bukan salah Jun juga. Lagipula, untuk apa menunggunya yang sedang tidur? Pasti sangat membosankan, bukan? Rena haus sekarang. Ia turun dari kasur, berniat untuk keluar mencari minuman. Tapi, ketika dia ingin membuka pintu UKS, pintu itu terbuka. Ada orang yang membukanya, dia melihat orang itu. Jun. Di tangan pemuda itu ada sebungkus makanan dan juga satu botol minuman. Jun tersenyum melihatnya.

“Kau sudah bangun?”
Hai.”
“Kau ingin kemana?” tanya Jun.
“Aku ingin mencari minuman, Jun-kun” kata Rena membalas.
“Tidak perlu. Aku membawa makanan dan minuman untukmu”

Jun menarik lengan Rena, ia membawa gadis itu kembali ke kasur. Ia menyuruh Rena untuk duduk dan dia duduk di sebelah Rena. Ia membuka bungkusan makanan itu, lalu menyuapi Rena. Rena hanya diam, dia menikmatinya. Selama Jun menyuapinya, dia memandang wajah Jun. Wajah pemuda itu sangat tampan, dan dia juga sangat baik. Pantas saja banyak gadis yang menyukai Jun.

Jun-kun tidak makan?”
“Aku tidak lapar.”

Rena kembali diam. Dia melihat Jun. Selama ini, laki-laki yang dekat dengannya adalah Jun. Dan Jun juga memperlakukannya dengan baik. Tidak seperti teman sekolahnya yang lain. Bahkan, di kelas dia hanya mempunyai satu sahabat saja. Teman yang selalu ada untuknya, di saat dia sedih atau pun sedang terluka. Tapi, sekarang ada Jun dan Jurina. Mereka juga menolong Rena tadi pagi.

Rena-chan, maaf karena aku lancang menciumu kemarin. Kau tidak marah, kan?”
“Tidak, Jun-kun. Apa itu yang namanya First Kiss?” tanya Rena polos. Kepolosannya membuat Jun tersenyum.
“Kau baru berciuman, ya? Jika iya, itu namanya memang ciuman pertama” kata Jun menjelaskan.
“Begitu, kah?” Jun mengangguk.

Rena benar-benar polos. Jun semakin merasa bersalah, karena dia sudah merebut ciuman pertama gadis itu. Bahkan, dia sudah pernah berciuman dan sekarang mengambil ciuman pertama dari seorang gadis polos seperti Rena. Bahkan, Rena masih belum mengerti dengan apa yang namanya First Kiss, apalagi pacaran? Mungkin, Rena tidak mengetahui apa yang namanya pacaran. Mungkin pernah mendengarnya, tapi belum pernah merasakannya. Dan seperti apa orang pacaran itu.

“Rena, apa kau pernah memiliki seorang kekasih?” walau Jun tahu jawabannya, tapi ia masih tetap mempertanyakannya.
“Tidak pernah. Memangnya kenapa?” tanya Rena.
“Tidak apa-apa. Hanya bertanya saja.” Rena hanya tersenyum membalasnya.

Polos. Benar-benar sangat polos. Maaf, karena aku sudah merebutnya darimu, Rena. Sebagai gantinya, aku akan terus menjagamu agar tidak ada yang menyakiti gadis polos sepertimu. Kau benar-benar sangat special. Belum pernah aku bertemu dengan gadis seperti dia.

Jun tersenyum. Kemudian, ia kembali melanjutkan aktifitasnya untuk menyuapinya. Terkadang, dia menatap wajah gadis itu. Gadis yang masih polos dan belum mengerti apa-apa. Jun semakin menyukai Rena.

***

Di waktu istirahat tiba, di meja kantin yang biasa Yui tempati, hanya ada dia dan Mayu. Mayu sedikit penasaran dengan keberadaan Jun. Biasanya, Jun akan kemari jika istirahat. Tapi, hari ini tidak sama sekali. Sebenarnya, Jun ada di mana? Di saat dia menunggu Jun, justruh yang datang Jurina dan Yuki. Lagi-lagi Mayu harus menatap gadis itu dengan tampangnya yang bodoh. Dia selalu terpesona dengan kecantikan Yuki. Dia akui, dia memang sedang jatuh hati dengan anak baru itu.

“Mayu, lebih baik kau jangan menatapnya seperti itu. Matamu bisa bintitan” Mayu menoleh.
Nii-chan, kau ini selalu seperti itu. Aku hanya mengaguminya”
“Awalnya kagum, terus berubah menjadi cinta” Mayu menatap kesal kakaknya.
“Kau bahkan pernah benci dengan Paruru. Tapi, sekarang kau mencintainya” kata Mayu.
“Aku mencintainya, karena dia itu gadis yang polos. Aku ingin melindunginya dan aku sangat ingin berada di sisinya.”
So sweet, nii-chan” kata Mayu tersenyum.

Yui hanya diam membalasnya. Dia menoleh, dia melihat Jurina dan Yuki yang berjalan ke mejanya. Jika Jurina dan Yuki, pasti dia akan memperbolehkannya duduk bersamanya. Tapi, jika gadis lain yang datang, ia pasti akan mengusir mereka. Karena, Yui tahu jika mereka hanya akan merayunya. Yui tahu betul sifat gadis-gadis di sini. Apalagi, dia juga seutuhnya menjadi milik Paruru dan dia juga sudah mencintai gadis itu. Walau dulu, dia tidak menyukai Paruru. Tapi, rasa benci itu perlahan berubah menjadi rasa cinta.

Mayu-kun, nii-chan kemana?” tanya Jurina.
“Tidak tahu. Mungkin, nii-chan tahu” kata Mayu.
Jurina menoleh ke arah Yui, “Nii-chan, Jun nii-chan ada di mana?”
Yui menjawab, “Shiranai. Di kelas pun, tadi dia tidak masuk”

Jurina mengkerutkan dahinya bingung. Tidak biasanya Jun bolos pelajaran kelas, kecuali dia ada urusan yang mendadak. Satu-satunya yang terpikir oleh Jurina, Jun masih ada di ruang UKS bersama Rena. Rena. Gadis berwajah polos yang mereka temui tadi pagi. Kemungkinan, Jun menunggu Rena di sana. Tapi, untuk apa? Bukankah Rena hanya seorang anak pembantu? Memang, dia akui Rena itu cantik. Tapi, yang menjadi pertanyaan, kenapa kakaknya mau menunggu Rena? Dan sekarang, Jurina mendapatkan pemikiran yang lain. Bisa saja, Jun menyukai gadis polos itu. Jurina harus menanyakannya nanti dengan Jun.

***

Yui masuk ke dalam rumah paruru. Dia melihat gadis polos itu yang duduk di kursi rodanya sambil memegang mahkota daun. Mahkota itu adalah pemberian darinya seminggu yang lalu. Paruru sangat menyukai mahkota itu. Tapi, masalahnya sekarang mahkota itu sedikit rusak. Walau begitu, Yui tidak marah. Tapi, Yui pasti sangat tahu jika Paruru yang pastinya sedih. Paruru pasti merasa bersalah, terlihat jelas dari wajahnya yang sedih sambil melihat mahkota daun itu. Yui menghampiri Paruru. Dia menyamakan tingginya dengan Paruru.

“Sayang, kenapa sedih seperti itu?” tanya Yui.
Nii-chan, mahkota daunnya rusak. Padahal, tadi malam masih bagus, tapi tadi pagi sudah seperti ini” katanya mengadu.
“Sudah jangan sedih seperti itu, sayang. Nii-chan bisa memberikanmu mahkota daun lagi”
“Tapi, mahkota daun ini kan dari nii-chan. Nii-chan sudah susah payah membuatkannya untukku”
“Tidak apa-apa. Jangan sedih lagi seperti itu. Nanti wajahnya tidak cantik lagi”
Nii-chan tidak marah, kan?” Yui menggeleng.

Yui mengelus kening Paruru dengan lembut. Gadis itu kembali tersenyum, dan dia memeluk Yui. Di saat Yui memeluk Paruru, dia melihat Rina yang berdiri di belakang paruru. Gadis itu bersandar pada pintu kamar. Wajahnya sangat datar, dalam hatinya ia sangat kesal. Lagi-lagi Yui tidak marah kepada Paruru, karena mahkota daun Paruru yang di berinya rusak. Memang sebenarnya semalam dia dan Yuka yang merusaknya. Yui sudah bisa menebak semua itu. Rina dan Yuka sama sekali tidak pernah menyukai Paruru. Padahal, mereka saudara kandung.
Yui hanya bisa membalas tatapan datar gadis itu, dengan tatapan kesalnya. Dia hanya perlu paruru, bukan Rina atau pun Yuka. Mereka berdua sama-sama seperti iblis yang berwujud manusia. Harusnya, mereka menyayangi Paruru, bukannya justruh menyakiti Paruru. Sifat mereka, entah dari mana menurunnya. Padahal, ayah dan ibu mereka baik. Tapi, hanya dua anak itu yang sikapnya keterlaluan. Yui melepas pelukannya, ketika Rina masuk ke dalam kamarnya.

“Sayang, yang merusak mahkota daunnya itu Rina dan Yuka”
“Bukan nii-chan. Tadi, aku sudah menanyakannya kepada nee-chan, tapi mereka bilang tidak tahu”
“Sayang, kau itu di bohongi. Karena kau itu polos, Paru”
“Bukan nii-chan, bukan mereka” kata Paruru lagi tidak percaya.
“Jadi, kau tidak percaya denganku?” paruru menggeleng.

Yui mendesah. Percuma saja, dia memberitahukannya pada paruru, pasti Paruru tidak akan pernah percaya dengannya. Kedua kakaknya memang sangat licik dan begitu mudah membohongi Paruru. Apalagi, Paruru gadis yang sangat polos. Dia begitu mudah mempercayai orang lain yang tengah membohonginya.

“Paru…”
Nii-chan, bukan!” tegas Paruru.
“Ya sudah jika kau tidak percaya. Tapi, memang itu kenyataannya” Yui membentak gadis itu, sehingga Paruru takut dengannya.
Nii-chan

Yui beranjak dan berbalik, ia melangkah 8 kali. Tapi, ketika ingin melangkah lagi, ia mendengar suara Paruru yang memanggilnya. Ia mendesah. Paruru tahu, jika Yui sedang marah sekarang. Walau dia juga tidak bersalah, tapi dia akan tetap merasa bersalah, jika orang yang ia cintai marah.

Nii-chan” Paruru mencoba menghampiri Yui. Tapi, ia merasa terlalu lama jika ia harus mendorong kursi rodanya. Entah kenapa, Paruru langsung mencoba berdiri. Tapi, sakit tetaplah sakit. Kaki Paruru yang memang cacat, tidak bisa menopang berat tubuhnya. Dan itu membuatnya jatuh ke lantai. Cukup menimbulkan bunyi yang sedikit keras.
Yui terkejut, ia langsung menghampiri gadis itu dan menggendong gadis itu. Yui menaruhnya di kursi roda. Harusnya, ia tidak membentak Paruru tadi. Tapi, semuanya sudah terlambat. Paruru juga kesakitan akibat jatuh.

“Paru, kau tidak apa-apa?” tanya Yui khawatir.
“Sakit, nii-chan.” Keluh Paruru sambil memperlihatkan lengannya yang sedikit lecet.
“Ya Tuhan… maafkan aku ya, sayang. Nii-chan janji, nii-chan tidak akan marah lagi dengamu” Yui mengelus lengan Paruru.
“Maafkan Paruru juga, ya, nii-chan” kata Paruru.
“Iya. Kau tidak salah, yang salah nii-chan. Gomen ne?” Yui mengecup kening Paruru dengan lembut.

Tadi Rina, dan sekarang Yuka yang memperhatikan kemesraan mereka. Yuka sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Yui. Kenapa bisa Yui jatuh hati pada adiknya yang super polos itu. Bahkan, dia menganggap gadis itu sebagai gadis yang bodoh. Paruru juga sangat lugu dan juga mudah memperyai orang.

“Dasar manja!” ketusnya meremas kedua tangannya.




To Be Continued........

3 komentar:

  1. Balasan
    1. sebentar lagi, mungkin besok, soalnya, masih dalam tahap hehe.... alias belum kelar

      Hapus