Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, Sad, Love
Main cast :
- Watanabe Mayu
- Kashiwagi Yuki
Happy Reading........
~---0---~
~Mayu Pov~
Setidaknya aku merasa bersyukur, karena
hubunganku dan dia tidaklah seperti suami istri yang ada di film. Aku dan dia
di jodohkan. Sudah satu minggu ini. Tapi, dia selalu diam kepadaku. Tapi,
setidaknya dia tidak menyiksaku. Padahal, aku pernah merasa ketakutan. Aku
hanya takut, jika aku sudah menikah akan di perlakukan kasar olehnya. Tapi
nyatanya, dia tidak pernah memperlakukan aku seperti itu. Hanya saja, dia
sedikit dingin kepadaku. Dia juga sama sekali hanya membalasku dengan
kata-katanya yang sangat singkat. Tapi, aku masih bersyukur, karena dia tidak
menyiksaku. Bahkan, dia selalu memakan makanan buatanku untuknya.
Dan sekarang, aku masih duduk di sofa.
Aku menunggunya. Dia bekerja, dan hari ini kemungkinan akan pulang malam. Aku
tahu, karena ayahnya memberi tahuku. Entah untuk urusan apa, aku sendiri tidak
tahu. Yang terpenting, dia pulang dengan selamat. Aku sudah memasak makanan
untuknya. Aku harap, dia tidak pulang terlalu malam. Walau aku tahu, dia sama
sekali tidak menyukaiku, tapi aku adalah istrinya. Istri yang harus selalu ada
untuknya.
Jika kalian bertanya, aku dan dia satu
ranjang? Jawaban ‘iya’. Hanya saja, dia selalu membelakangiku. Aku tidak marah.
Kesal pun juga tidak. Karena aku tahu, pernikahan ini bukan kemauannya dan juga
bukan kemauanku. Ini semua kemauan kedua orang tua kami. Hanya karena
menyatukan dua perusahaan, aku dan dia menjadi korbannya. Kami langsung di
jodohkan, padahal kami hanya bertemu satu kali sebelum di nikahkan. Waktu
pertama kali kita bertemu pun, dia hanya diam dan hanya menunjukan wajah
datarnya. Dan setelah menikah, dia juga selalu seperti itu. Aku memanggilnya ‘Yuu-kun’, sementara dia memanggilku ‘Yuu-chan’. Semua itu karena kedua orang
tua kami yang menyuruh kami melakukan itu. Kata mereka, agar kami cepat akrab
dan bisa saling jatuh cinta. Tapi nyatanya, dia masih saja tetap dingin
kepadaku. Aku sendiri tidak tahu, apa yang terjadi pada dirinya.
Tiba-tiba suara pintu terdengar. Ada
orang yang mengetuk pintu dari luar. Aku menoleh melihat jam. Hampir 12 malam.
Apa itu Yuu-kun? Malam sekali
pulangnya. Aku bangkit, dan kemudian menuju pintu rumah. Aku membukanya dan
melihat dirinya yang berdiri dengan tas di tangan kanannya. Aku tersenyum
kepadanya, namun dia hanya membalasnya dengan tatapan datar. Aku mengambil tas
itu darinya.
“Kau sudah pulang?”
“He’em” katanya singkat.
“Ayo masuk”
Aku berjalan ke samping, memberikan
ruang untuknya melangkah masuk. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Setelah
itu, aku masuk ke kamar dan menaruh tas itu di tempatnya. Kemudian, aku kembali
keluar dan melihatnya yang duduk di sofa. Dia hanya diam sambil mencoba
melepaskan dasinya. Aku rasa dia sangat kelelahan. Aku menghampirinya dan duduk
di depannya. Meraih dasi dan mencoba melepaskannya. Dia hanya diam. Aku hanya ingin
menjadi istri yang baik untuknya. Toh… aku sudah menjadi miliknya, walau dia
masih dingin kepadaku.
“Yuu-kun,
kau lelah?”
“He’em” lagi-lagi seperti itu.
“Aku sudah membuatkan makanan untukmu,
tapi jika kau memang sangat kelelahan, kau bisa langsung tidur” ucapku.
“Aku langsung tidur saja” aku
mengangguk.
Ku ikuti dia yang melangkah ke arah
kamar. Aku lihat, dia langsung merebahkan dirinya di kamar. Aku mendekat dan
melepas sepatunya. Menaruhnya di tempat biasa dan kemudian merebahkan diri di
sebelahnya. Seperti biasanya, dia langsung membalikan tubuhnya menjadi
membelakangiku. Aku mendesah. Aku juga membalikan tubuhku. Daripada aku di
belakangi, lebih baik aku seperti ini.
***
Pagi. Seperti biasanya, aku langsung
membuat makanan untuknya dan menaruhnya di meja makan. Aku tidak perlu
membangunkan dirinya, toh dia akan bangun sendiri. Apalagi setelah aku
menyajikan makananku di meja, secara bersamaan pula, dia pasti akan keluar. Dan
sekarang pun, dia juga sudah keluar ketika aku menyajikan makanan di meja. Dia
duduk dan kemudian, aku langsung melayaninya.
Aku tersenyum ketika melihatnya yang
lahap memakan makanan yang aku buat. Aku rasa dia menyukai masakanku. Tidak
apalah jika dia masih bersikap dingin kepadaku, asal dia selalu mau memakan
masakan yang aku buat. Aku juga sudah di beri tahu masakan kesukaannya, jadi
aku tidak perlu bertanya lagi kepadanya. Setelah itu, dia pamit kepadaku. Aku
hanya mengantarkannya sampai depan rumah. Setelah mobilnya menjauh dari rumah,
aku kembali masuk ke rumah. Dan tiba-tiba, ponsel milikku berbunyi. Aku
mengangkatnya, ini dari ayahku. Aku sendiri tidak tahu, kenapa ayah tiba-tiba
menelponku.
“Iya ayah, ada apa?”
“Bagaimana
keadaanmu dan Yuki-kun?”
“Baik ayah”
“Malam
nanti, kau dan Yuki ke café biasa, ya?”
“Hai”
***
Aku tidak tahu, kenapa ayah memerintahku
untuk pergi ke café malam ini bersama Yuu-kun.
Tapi, aku sudah memberitahukannya pada Yuu-kun.
Dia berjanji akan pulang cepat dan menemaniku malam ini pergi ke café.
Sementara menunggunya pulang, lebih baik aku bersiap diri. Aku hanya memakai dress berwarna biru muda. Dress ini pemberian dari ibunya.
Katanya, hanya untuk sebagai kado pernikahanku dan Yuu-kun. Lagi pula, aku sangat menyukai dress ini.
“Tadaima”
Yuu-kun? Ternyata, dia sudah pulang.
Aku segera menghampirinya.
“Okaeri,
Yuu-kun” aku tersenyum kepadanya.
Aku melihatnya yang terdiam sejenak. Aku
tidak tahu apa yang salah darinya, atau mungkin dariku? Aku mencoba menyadarkan
dirinya. Tak lama, dia mengedipkan kedua matanya. Syukurlah, aku kira dia
kenapa-napa.
“Kau tidak apa-apa?” tanyaku.
“Iie.
Apa kita langsung berangkat?” tanyanya.
“Kau tidak mengganti bajumu atau kau……”
“Tidak perlu.”
“Baiklah”
Aku langsung melangkah di sampingnya.
Masuk ke dalam mobil dan dia langsung menyalakan mobilnya. Kami hanya diam
selama di mobil. Sementara aku melihat ke arah jalanan, dia memfokuskan dirinya
menyetir mobil. Sampai di sana pun, kami juga masih diam sampai berkumpul
dengan keluargaku. Tapi, aku kira hanya keluargaku, nyatanya ada ayah, ibu dan
adiknya. Ada apa lagi ini? Apa ada masalah, sehingga kami semua di undang di
café? Aku duduk di sebelah Yuu-kun,
sementara dia di sebelah ayahnya.
“Yuki, akhirnya kau datang juga” kata
ayahnya.
“Ada apa, ayah? Kenapa aku dan Yuu-chan di undang kemari?” tanya Yuu-kun. Jika seperti ini, aku hanya
bisa diam dan menyerahkannya pada Yuu-kun.
“Sebenarnya, kita hanya ingin memakan
bersama. Dan satu lagi, kapan kiranya kalian akan memberi kami cucu?”
Aku tersedak….
Cucu? Aku hanya diam, kemudian melirik Yuu-kun. Aku sama sekali tidak tahu apa
yang ada di pikirannya. Wajahnya, sama sekali tidak bisa ku tebak. Tapi, ada
yang berbeda dari wajahnya. Bukan datar, tapi…
“Lalu, apa yang ayah mau dari kami?” aku
tidak berani melihat ayah.
“Kami mau, kalian secepatnya bulan madu.
Kalau bisa, dua hari lagi kalian berangkat”
Bulan madu? Bagimana bisa bulan madu,
sementara dia dan aku masih seperti ini. Keadaan kami memang tidak seperti
perjodohan di dalam film yang wanitanya di siksa, tapi aku dan dia sama sekali
belum pernah bersentuhan. Kami memang satu ranjang, tapi tidak pernah melakukan
apa-apa. Aku harap, Yuu-kun bisa membalasnya. Aku berharap padanya, aku tidak
bisa berkata-kata apa-apa lagi.
“Bagaimana dengan pekerjaanku?”
“Tidak perlu khawatir, ayah bisa
mengurusnya. Kalian bisa bulan madu dengan tenang. Hanya satu minggu, Yuki-kun”
“Ayolah, nak. Kau tidak ingin kami
bahagia?” dan aku bisa mendengar ibunya yang memohon.
“Baiklah. Lusa kami akan berangkat” aku
melihat kedua orang tuaku dan orang tuanya yang tersenyum.
Ehm…… mungkin, ini memang yang terbaik
dan membuat mereka bahagia. Tidak apalah, setidaknya aku bisa liburan di sana.
Ehm….. tapi, di mana aku dan dia akan bulan madu? Aku belum mengetahuinya sama
sekali. Aku harap di paris. Aku hanya berharap, tapi tidak apalah, jika mereka
memilihkan tempat yang dekat.
“Di mana kami akan bulan madu?” aku
mendengar Yuu-kun tiba-tiba bertanya.
“Di paris. Mayu pernah mengatakan kepada
ibunya, jika dia ingin ke Paris” huh? Aku tidak pernah menyangka, jika ibu akan
bilang seperti itu.
Aku hanya diam dan mungkin juga, aku
sedikit malu. Beruntung karena Yuu-kun
sepertinya dia tidak begitu mempedulikannya. Aku hanya malu saja, karena ibuku
membongkar rahasiaku.
***
Hari ini, aku dan Yuu-kun sudah bersiap untuk pergi. Kami juga sudah ada di bandara.
Keluarga kami yang mengatar kami sampai di bandara ini. Ada kedua orang tuaku,
kedua orang tuanya dan juga adik perempuannya. Adiknya sangat cantik. Dia
bernama Kashiwagi Rena. Aku sangat sering memanggilnya Renacchi. Dia begitu ramah kepadaku dan dia juga sangat baik
kepadaku. Aku benar-benar sangat senang ketika ada di dekatnya. Aku seperti
merasa mempunyai seorang adik.
“Nee-chan,
pulang nanti jangan lupa oleh-olehku, ya?” katanya sambil tersenyum.
“Oleh-oleh apa?”
Dia menggerakan tangannya dan menyentuh
perutku. Ups…. Ternyata dia juga menginginkan seorang keponakan. Jujur, wajahku
pasti memerah. Apa sangat malu. Aku hanya bisa diam membalasnya, dengan kedua
pipiku yang sudah memerah. Setelah itu, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku
dan orang tuanya. Aku melihat Yuu-kun,
wajahnya masih saja datar seperti biasanya. Aku tahu, pasti dia tidak mau pergi
sebenarnya. Karena paksaan kedua orang tua kami, dia langsung meng-iyakannya.
Aku menjadi merasa bersalah. Walau ini keinginan kedua orang tuaku, tapi aku
yang langsung memilih tempat untuk bulan madu ke Paris. Walau sebenarnya, ibuku
yang mengatakannya.
“Jaga Mayu baik-baik, ya, Yuki-kun”
“Hai”
“Ibu, aku dan Yuu-kun pergi dulu, ya?”
“Hati-hati, ya, nak” aku mengangguk
sambil tersenyum.
Aku berbalik dan mengikuti Yuu-kun melangkah ke dalam. Dia membawa
serta koper kami, sementara aku hanya berjalan di belakangnya.
***
Sampai di salah satu hotel di sana, aku
dan dia langsung masuk ke salah satu kamar. Kemudian, aku langsung merapikan
barang-barang. Setelah itu aku mandi, dan berganti baju. Kemudian, aku melihat Yuu-kun yang memainkan laptopnya. Entah
apa. Tapi, aku rasa itu masalah pekerjaan. Aku hanya diam di kamar, duduk dan
hanya melihatnya yang seperti itu. Di saat kami bulan madu saja, dia masih
mengurus pekerjaannya. Aku sama sekali tidak berani mengganggunya, lebih baik
aku menunggunya saja di sini. Aku hanya takut, ketika aku mengajaknya
berbicara, tiba-tiba dia membentakku. Tapi, aku rasa dia belum makan, aku pun
juga belum makan.
Aku melangkah keluar dan langsung
melangkah. Memesan makanan, kemudian kembali ke kamar. Hanya menunggu, dan
setelah itu datang makanannya. Aku yakin, Yuu-kun
juga lapar dan suka dengan makanan ini. Aku melangkah ke arahnya yang masih
sibuk dengan aktifitasnya yang di depan laptopnya. Kemudian, dengan nada yang
pelan aku memanggilnya.
“Yuu-kun,
kita makan dulu, ya?” ucapku.
“Hai”
Dia bangkit dari duduknya. Kami kemudian
menikmati makanan kami berdua di kamar. Aku tersenyum melihatnya. Aku rasa dia
hanya fokus pada makanannya. Dia tampak tampan dan begitu sangat berwibawa.
Walau wajahnya yang dingin itu terkadang membuatku takut, tapi dia sangat
tampan. Dan mungkin benar apa kata Rena, sebenarnya dia baik. Hanya saja, dia
sedikit dingin.
“Yuu-kun,
kita jalan-jalan ya, besok?”
“Hai”
aku kira dia akan menolak, tapi ternyata dia setuju-setuju saja.
***
“Yuu-kun,
lihatlah boneka ini sangat cantik. Pasti Rena sangat menyukainya, kita beli,
ya?”
“Hai”
aku tersenyum dan mengambil boneka itu.
Setelah itu, kami masih berjalan-jalan.
Aku tidak pernah menyangka, jika hari ini sangat indah. Yuu-kun juga selalu mengiyakan apa yang aku mau. Ternyata, dia
sangat baik. Yah… walau dia masih begitu sangat singkat membalas setiap apa
yang aku bicarakan kepadanya. Tapi, setidaknya dia mau mengabulkan apa yang aku
pinta. Di sini juga sangat indah.
“Yuu-chan”
“Hai?”
“Apa kau haus?” tanyanya.
“Iya. Kita cari minum, ya?”
“Hai”
***
~Yuki Pov~
Cantik, ceria dan sangat menggemaskan.
Dia sangat bersemangat menyusuri kota ini. Apalagi, malam ini juga di temani
pesta kembang api yang begitu indah. Tapi, aku merasa sangat haus. Lebih baik,
aku mengajaknya mencari minum. Ketika aku mengatakan niatku, dia langsung
menyetujuinya. Aku dan dia langsung berjalan menuju tempat minuman. Membeli dua
sekaligus. Satu untukku dan satunya untuknya. Akhirnya, aku bisa minum juga.
Aku sangat lelah sebenarnya, tapi melihatnya yang semangat seperti itu, aku
menjadi mengurungkan niatku untuk pulang. Lagi pula, selama ini dia selalu
setia melayaniku. Mungkin, ini bisa membalas semua kebaikannya. Aku akui,
selama ini pula, aku hanya membalas singkat setiap ucapannya kepadaku. Aku
hanya trauma dengan apa yang di namakan cinta. Aku sama sekali tidak ingin
mencintai lagi, tapi nyatanya aku justruh di jodohkan dengannya. Dengan
Watanabe Mayu. Yuu-chan. Aku selalu
memanggilnya seperti itu.
“Yuu-kun,
kita makan dulu, ya?” aku mengangguk.
“Hai”
Aku rasa dia mulai lapar. Lebih baik,
aku dan dia makan sejenak. Toh….. ada baiknya, kita makan dulu sebelum kembali
berjalan-jalan. Di café, kami langsung memesan makanan dan duduk. Sambil
menunggu, aku dan dia hanya diam. Dia menyibukan dirinya untuk melihat boneka
yang tadi kami beli. Terlihat jelas, dari wajahnya dia sangat ceria sekali. Aku
akui dia juga sangat cantik. Setelah pesanan datang, kami langsung makan
bersama.
“Yuki-kun”
ada suara orang yang memanggilku.
“Maaf, kau siapa?” siapa gadis ini?
“Aku Tomomi. Teman SMA mu” Tomomi?
“Ah… kau. Ada apa?” tanyaku.
“Tidak apa-apa. Kau sudah semakin dewasa
sekarang. Apa kabarmu?” tanyanya.
“Baik”
***
~Mayu Pov~
Siapa gadis ini? Kenapa dia terlihat
begitu sangat akrab dengan Yuu-kun?
Aku sendiri saja tidak pernah seperti itu kepada Yuu-kun. Mengobrol lama dan terlihat begitu sangat dekat dan ceria.
Kenapa aku sangat cemburu melihatnya? Yah… aku cemburu, karena selama ini aku
tidak pernah seperti itu dengan Yuu-kun.
Aku hanya diam sambil melihat mereka yang mengobrol banyak hal. Yuu-kun
juga seperti nyaman dengan kedekatannya dengan gadis bernama Tomomi itu. Jika
seperti ini terus, aku hanya akan sakit melihatnya. Padahal, aku ini istrinya.
Tapi, dia seolah mendiamkanku di depan gadis itu.
“Yuu-kun,
aku pulang dulu, ya?”
“Eh?” aku langsung berdiri dan
meninggalkan mereka begitu saja.
***
~Yuki Pov~
Ketika aku asyik berbicara dengan
Tomomi, aku mendengar suara Yuu-chan.
Aku melihatnya. Wajahnya tertekuk dan cemberut. Apa yang terjadi dengannya?
“Yuu-kun,
aku pulang dulu, ya?” pulang?
“Eh?” dia langsung berdiri dan pergi
begitu saja.
“Yuu-chan”
panggilku. Seharusnya, aku tidak mendiamkannya di depan Tomomi.
“Siapa dia?”
“Dia istriku. Maaf, aku harus
mengejarnya”
Aku pergi dari café ini setelah
meninggalkan beberapa lembar uang. Kemudian, mencari Yuu-chan. Di mana dia? Apa tadi dia lari? Ya Tuhan, mudah-mudahan
dia pergi ke hotel.
***
Sampai di hotel, aku melihatnya yang
hendak masuk ke dalam hotel. Kenapa jalannya sempoyongan seperti itu? Apa dia
sakit? Yuu-chan. Aku segera
menghampirinya dan memapahnya. Wajahnya sangat pucat. Apa dia benar-benar
sakit?
“Yuu-chan,
kau kenapa?” tanyaku.
“Yuu-kun”
“Hai.
Ini aku, Yuu-kun. Kau kenapa? Sakitkah?”
tanyaku khawatir.
“Dingin, Yuu-kun”
“Hai”
Aku langsung mengkatnya dan membawanya
masuk ke dalam hotel. Di kamar, aku merebahkan dirinya di kamar kami. Aku melepas
sepatunya, kemudian duduk di sampingnya. Menggenggam tangannya dengan erat, dan
mengelus keningnya.
“Dingin, Yuu-kun”
“Iya”
Aku langsung bergegas membuka bajuku dan
memeluknya dengan erat. Mungkin, dia akan menjadi lebih hangat. Aku juga
mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.
“Sudah lebih baik?” tanyaku.
“Dingin” igaunya.
Aku melepas pelukanku, kemudian membuka
seluruh dress yang ia kenakan. Mungkin,
dengan sentuhan langsung, dia bisa merasakan kehangatan. Wajahnya masih pucat. Mungkin,
dia masih sakit. Tapi, apa dia masih merasakan kedinginan?
“Yuu-kun”
“Iya. Aku di sini” balasku.
Dia memegang pipiku lembut. Dia juga
tersenyum membalas lemah. Ternyata, jika di lihat dari sedekat ini, dia sangat
cantik. Bibir merah mudanya juga sangat menggoda. Dia juga selalu setia
denganku. Mengingatnya, membuatku sadar, jika dia benar-benar menyerahkan
dirinya kepadaku. Aku mengelus pipinya dengan lembut. Tanganku langsung beralih
ke bibirnya. Kemudian, aku menyentuhnya dengan bibirku. Sementara dia
mengalungkan tangannya di leherku.
Ini benar-benar sangat indah dan rasanya,
aku sangat ingin lebih dari sekedar ciuman. Kemudian, aku langsung melumatnya
dan menggigitnya pelan, agar dia tidak merasakan sakit yang amat sangat. Dan aku
bermain dengannya mala mini. Begitu sangat indah. Mungkin, hanya ruangan ini
dan Tuhan sebagai saksi atas apa yang kami perbuat malam ini.
***
~Author Pov~
Pagi ini, Mayu terbangun seperti biasa. Dia
merasakan tubuhnya yang remuk dan seluruh tubuhnya benar-benar pegal. Dia memegang
kepalanya yang sedikit pusing, sambil mengitarakan pandangannya ke sekeliling
kamar. Dia mendapati Yuki yang terbaring di sampingnya. Tubuh bagian atasnya
polos tanpa benang. Kemudian, dia menyadari satu hal. Dia sama sekali tidak
menggunakan apa-apa. Tubuhnya sama polosnya seperti Yuki. Apa jangan-jangan…
Mayu langsung menutupi tubuhnya dengan
selimut dengan erat. Pikirannya mulai berfikiran negatif. Jangan-jangan dia dan
Yuki melakukannya. Melakukan hubungan itu, hubungan yang memang di lakukan oleh
dua orang yang sudah resmi menjadi suami istri. Mayu menelan ludahnya sendiri. Dia
langsung bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia melihat lehernya yang
penuh bercak merah. Dia sama sekali tidak berani membuka selimut yang di
pakainya untuk menutupi tubuhnya. Namun, dia penasaran. Kemudian, ia
memberanikan dirinya untuk melihatnya. Dan terlihatlah tubuhnya yang
benar-benar penuh bercak merah.
“Aaahhh……” dia berteriak, sehingga Yuki
yang sudah bangun menjadi khawatir dan mengetuk pintu kamar mandi.
“Yuu-chan
kau kenapa?” dia bertanya sambil mengetuk pintu kamar mandi.
“Yuu-chan
tidak apa-apa. Ehm… Yuu-chan hanya
sedang bernyanyi, Yuu-kun”
“Ya sudah. Cepat mandi, ya? Aku juga
ingin mandi”
“Hai”
Setelah mandi, dia keluar dan melihat
Yuki yang masih berdiri di dekat jendela. Dia sama sekali tidak berani melihat
wajah suaminya. Sementara Yuki, dia sama sekali tidak pernah menyangka, jika
dia akan berani melakukan hal itu pada Mayu. Dia menjadi merasa bersala pada
gadis itu. Namun, dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.
Barulah setelah mandi, dia menghampiri
Mayu yang duduk di dekat jendela. Sepertinya, Mayu masih malu dengannya.
Bahkan, Mayu juga tidak melihatnya sedikit pun. Mayu hanya memeluk dirinya
sendiri dengan kedua tangannya.
“Yuu-chan”
panggilnya.
“Hai?”
“Kau tidak apa-apa? Maafkan aku, ya? Semalam
itu, aku tidak bermaksud melakukannya”
“Daijoubu,
Yuu-kun” kata Mayu membalasnya dengan lirih.
Yuki duduk di dekatnya. Dia menarik
lengan Mayu, sehingga membuat Mayu menoleh ke arahnya. Mayu hanya
memperhatikannya dengan tatapan bingung, sementara dia hanya tersenyum membalas
kebingungan Mayu. Dia menarik Mayu ke dalam pelukannya. Dia memeluknya dengan
sangat erat. Mayu hangat karena pelukan itu.
“Arigatou”
“Untuk apa?” tanya Mayu tidak mengerti.
“Karena kau selalu sabar menghadapi
sikapku yang dingin” kata Yuki membalas.
“Ehm…. Tidak apa-apa. Bukankan tugasku
sebagai istri untuk melayani suami? Kau adalah suamiku dan aku hanya melakukan
tugasku yang seharusnya”
Yuki tersenyum. Yuki bahagia mendengar
jawaban Mayu. Mayu benar-benar baik, bahkan dia sangat baik sekali. Mungkin,
perjodohan itu perlahan menjadi sebuah pernikahan suci, karena keduanya sudah
mulai merasakan apa yang di namakan cinta. Cinta yang tulus dan datang dari
dalam hati mereka.
“Aku tidak akan bersikap dingin lagi
kepadamu. Aku akan mencoba mencintaimu”
“Hai.
Aku juga sudah mulai mencobanya, dan aku juga selama ini mengagumimu” kata Mayu
jujur.
“Aku juga mengagumimu. Karena kau sangat
cantik”
“Kau juga tampan”
Yuki melepaskan pelukannya, “Kita makan
di luar, ya?”
Mayu tersenyum dan membalas, “Iya”
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar