Author : Rena-chan
Genre : Friendship, Family, Komedi, PG-13
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jurina
- Kashiwagi Yuki
- Kitahara Rie
- Oshima Ryoka
- Okada Nana
- Kodama Haruka
Other Cast :
- Rena Anisa Azahra
- Putri Meliana Sari
- Sita Septiana Rahmawati
- Ayu Lestari
- Anisa Anggraeni
- And Other
Happy Reading All.....
~---0---~
“Yeahh…..” Rena berteriak sangat
kencang, ketika dirinya mendapatkan uang yang jumlahnya lumayan banyak.
“Sialan! Kok gue setengahnya sih, Ren?”
tanya Luthfi mengeluh.
“Makanya, kerja yang bener” kata Rena.
“Ah…. Lu mah gitu”
Rena hanya tersenyum melihatnya. Satu hari
ini, mereka habiskan untuk bekerja. Mungkin, malam sudah menunjukan jam 9. Selama
ini, mereka bekerja di tempat yang sama. Dan gaji mereka lumayan banyak. Hanya saja,
jika sudah malam seperti ini, wajah dan pakaian mereka pasti sangat kotor. Yah…
itu karena mereka harus berurusan dengan air dan alat-alat dapur yang lain. Dan
selain itu juga, mereka harus berkeliling ke sana kemari. Dan malamnya jika
pulang, mereka pasti akan kelelahan. Dan tertidur pulas di kamar mereka. Itu memang
terkadang membuat mereka mengeluh, tapi mereka tetap melakukan pekerjaan itu.
“Kita pulang yuk” kata Rena mengajak.
“Iya. Gue juga udah capek banget, Ren” kata
Luthfi menyetujui.
Ketika mereka ingin melangkah ke arah
motor Luthfi yang masih di area parkiran, mereka harus terhenti karena ada
orang yang menghalangi jalan mereka.
“Omaewa….”
“Mereka orang jepang?” tanya Lutfi.
“Kalau di lihat dari penampilannya dan
juga cara bicaranya, kayaknya sih iya” kata Rena.
“Anata
dare?” tanya Rena.
Bukan menjawab, justruh orang itu
langsung memegang tangan Rena dengan erat. Rena yang terkejut, langsung
memberontak. Dia memelintir tangan orang itu, kemudian menendang perut orang
itu. Sedangkan Luthfi, ia melakukan hal yang sama dengan orang yang satu. Tubuhnya
lebih tinggi dan Luthfi yang memang jago dalam berkelahi, ia bisa dengan mudah
mengalahkan orang itu.
“Siapa kalian?!” Luthfi sedikit
membentak.
“Maaf, kami ini hanya orang suruhan. Dan
orang jepang itu, menginginkan pacarmu”
“Pacarku? Maksudnya cewek itu?” orang
itu mengangguk.
“Iya.”
“Emang kenapa cewek gue?” tanya Luthfi.
“Dia menyembunyikan artis Jepang di
rumahnya”
“Rena gak nyembunyiin, dia nolongin. Sebenarnya,
siapa dia?”
“Orang itu yang sebenarnya menculik
mereka. Mereka ingin salah satu dari artis itu mati”
“Eh? Kenapa gitu?”
“Ada masalah. Saya juga gak tahu
kebenarannya”
Luthfi terdiam. Dia berfikir, siapa yang
di maksud oleh orang yang baru saja dia hajar. Dia sedikit menoleh ke arah
Rena. Laki-laki yang tinggi, berwajah menyeramkan, dan kepalanya yang plontos. Luthfi
benar-benar tidak tahu siapa dia sebenarnya. Tapi, ada salah satu dari ke tujuh
member yang terancam. Siapa kira-kira dari mereka yang menjadi incaran?
Sedangkan Rena, dia sedikit terluka
karena harus mendapat pukulan di wajahnya. Bibirnya bengkak dan berwarna biru
dan sedikit mengeluarkan darah. Tapi, dia masih bisa melawan orang berwajah
menyeramkan itu. Yah… bukan menggunakan tangan kosong, tapi dia juga
menggunakan tas miliknya dan kayu yang memang selalu ada di dekat area parkir. Entah
untuk apa, mungkin kayu itu memang sengaja di gunakan untuk mengusir maling,
jika memang ada kejadian seperti itu.
“Anata
dare?!” walau bibirnya kesakitan, ia masih berteriak dengan keras dan
lantang.
“Su-sumimasen”
“Anata
dare?!”
“Iwata Eisuke.”
“Mau apa kau kemari?” Rena memegang kayu
itu dengan kuat.
“Sebenarnya, aku ingin menculikmu”
Rena terbelalak mendengarnya. Lelaki itu
ingin menculiknya. Ada dia pernah bermasalah dengan orang itu? Padahal, kenal
saja tidak. Dan baru bertemu pun hari ini.
“Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau ingin
menculikku? Apa kau mau aku pukul lagi?!”
“Jangan! Aku ingin Yokoyama Yui”
“Jangan bermimpi untuk bisa menyentuhnya.
Aku baru ingat, jika laki-laki yang ada di berita itu, adalah kau. Kepalamu yang
plontos, tubuhmu yang tinggi. Walau aku tidak lihat wajahmu, tapi aku yakin itu
kau”
Laki-laki itu hanya terdiam sambil
mencoba berdiri. Dia melihat Rena, dan Rena melihatnya dengan tajam. Ketika Rena
sedikit lengah, laki-laki itu segera menangkapnya. Tentu saja, Rena
memberontak. Sebenarnya, Luthfi ingin membantu Rena, tapi Rena mendahuluinya. Ia
memukul perut orang itu, sehingga Rena bisa terlepas. Lagi-lagi dia memakai
kayu untuk memukul orang itu. Dan akhirnya, mereka lari.
“Woy…”
“Udah Ren! Gak usah di kejar” kata
Luthfi.
“Pulang yuk. Bibir gue sakit nih,
apalagi pipi gue” kata Rena dan membuang kayu yang ada di tangannya begitu
saja.
“Iya udah, yuk”
***
Sampai di rumah, Rena langsung terbaring
di sofa. Ia melihat jam di ponselnya. Pukul setengan 10 malam. Dia menghela
nafas dan kembali memikirkan orang itu. Walau dia bahagia, tapi dia juga mendapat
musibah seperti ini. Bibirnya masih bengkak, tapi dia tidak menghiraukannya. Itu
memang hal biasa untuknya. Bukan hanya kali ini saja dia terluka, tapi
terkadang jika dia dan Luthfi bertemu dengan anak berandalan atau mereka
bertemu dengan preman, pasti mereka akan berakhir seperti ini.
“Sakit” desisnya sambil memegang
lukanya. Dia kembali menghiraukannya, dan kemudian ia menutup kedua matanya
untuk menghilangkan pikiran negatifnya. Tapi, dia justruh terlanjur tertidur.
***
Yui bangun dari tidurnya. Semalam, ia
menunggu Rena, tapi Rena belum juga pulang. Akhirnya, jam 9 dia justruh kembali
ke kamar dan tidur. Dia sama sekali tidak tahu, jika Rena sudah pulang. Ketika dia
sampai di ruang tamu, dia melihat Rena yang tertidur pulas di salah satu sofa. Dia
mendekat dan melihat wajah Rena yang terluka. Ia sedikit heran dengan luka yang
ada di bibir dan pipi Rena. Tapi, ketika dia ingin membangunkan Rena, Ica dan
Haruka keluar dari kamar mereka.
“Yui, Rena sudah pulang?” tanya Haruka.
“Sudah. Tapi, wajahnya babak belur”
“Eh?” mereka berdua menghampiri Yui dan
melihat wajah Rena yang memang terluka.
“Pasti dia berantem lagi” kata Ica
mengeluh.
“Sama siapa?” tanya Haruka. Dia sedikit
terkejut.
“Mungkin, di perjalanan, dia ketemu sama
preman atau anak berandalan. Kadang, mereka datang untuk meminta uang secara
paksa. Tapi, karena Rena tidak mau, akhirnya mereka berkelahi”
“Rena pinter berantem?”
“Kalau pinter sih gak. Cuma, dia itu
cukup bisa bela diri. Lagian di antara kita bertujuh, pasti dia selalu jadi
pelindung” Ica menjelaskan.
“Owh…… gitu”
Yui membangunkan Rena akhirnya. Lagipula,
ini sudah pagi. Rena juga belum makan dan mandi semalam. Tapi, memang tidak
baik juga mandi malam-malam. Rena selalu menghindari mandi malam-malam. Itu tidak
baik bagi kesehatan. Sedikit sulit untuk membangunkan Rena, karena Rena memang
sangat doyan tidur. Salah satu temannya, menyebutnya Sleeping Princess. Sangat cocok untuknya, karena dia memang sangat
suka hobi tidur.
“Rena, akhirnya kamu bangun juga” kata
Yui.
“Nani
atta no?” tanya Rena malas.
“Ini sudah pagi.”
“Masih ngantuk lagi”
“Tadi malam pulang jam berapa?” tanya
Ica.
“Jam setengah 10 lewat” Rena membalasnya
dengan malas.
“Berantem lagi, ya? Muka bonyok kayak
gitu juga” kata Ica kesal.
“Biasalah….”
***
“Rena-chan”
“Nani?”
tanya Rena, ketika Jurina menghampirinya.
“Aku dengar, kamu tadi malam berantem,
ya? Itu wajahmu babak belur” kata Jurina sambil mencoba menyentuh pipi Rena.
“Aww…. Jangan di pegang, sakit nih” kata
Rena mengeluh.
“Gomen,”
Jurina menyesal, “kenapa kau bisa berantem?”
Rena diam. Ia sama sekali tidak ada
niatan untuk membalas. Ia masih terfikirkan hal yang semalam. Masalah ini, apa
dia harus menceritakannya pada Yui? Tapi, Yui yang menjadi incaran orang itu.
Dan sepantasnya lah, dia mengetahui semua hal yang terjadi. Lagipula, Rena
memang tidak suka menyembunyikan sesuatu. Dia orang yang langsung membicarakan
apa saja yang ia alami selama ini kepada temannya, terutama Ica.
“Baik. Jika kau tidak bisa
menceritakannya, tidak apa-apa. Jangan di paksa” Rena hanya mengangguk
membalasnya.
“Sori”
“Daijobu”
“Ju, kamu kangen gak, sama keluarga
kamu?” tanya Rena.
“Iya nih. Emang kenapa?”
“Minggu depan, aku udah punya pas buat
kalian bertuju. Tapi, aku Cuma bisa ngantar kalian sampai di Jakarta. Di Jakarta
sana, kalian bisa bertemu dengan member JKT. Kalian bisa mengurus sendiri di
sana, kan?”
“Honto?”
“Hai.”
“Hontouni
Arigatou Gozaimasu, Rena-chan”
Rena tersenyum mendengarnya.
Rena kembali diam. Kemudian, tak lama
ada Grace yang datang bersama Fyra dan Widya. Mereka menghampiri Jurina dan
Rena dan bergabung bersama mereka.
“Hai Ren, Ju”
“Hai juga”
“Muka lu bonyok, Ren. Lu abis berantem
lagi,ya?” Rena hanya mengangguk membalas ucapan Grace.
“Makanya, cewek itu feminism sedikit
dong. Berantem mulu, jadi gini deh” Rena cemberut.
“Ish… lu Wid. Gak asyik ah…”
“Cielah… ngambek lagi nih cewek”
“Udahlah. Ren, kayaknya lu ada masalah”
kata Fyra.
“Gak kok”
“Jangan bohong”
“Gak” kata Rena sambil mengelus tengkuk
lehernya sendiri.
Itu adalah hal yang sering ia lakukan. Jika
Rena tengah berbohong, ia pasti mengelus tengkuk lehernya sendiri. Semua temannya
sudah mengenalnya lama dan sudah tahu sifatnya. Dan mereka tahu, sekarang ini
Rena tengah berbohong.
“Gue tahu lu bohong, Ren” kata Fyra.
“Gak kok. Gue gak bohong…”
“Kalau lu gak bohong, lu gak akan ngelus
tengkuk leher lu sendiri” Rena terkejut, ia segera mengakhiri kegiatannya. Ia sama
sekali tidak sadar.
“Ren, udahlah cerita saja sama kita”
kata Fyra lagi.
“Iya Ren, jangan di pendem gitu. Lu mau
sakit lagi, karena lu banyak pikiran?” ancam Widya.
“Gue cerita deh. Tapi, gak sekarang”
“Ya udah”
***
“Yuki-chan”
“Jurina, ada apa?” tanya Yuki.
“Aku sedikit mengingat kenapa kita
berada di sini” kata Jurina lagi.
“Eh? Benarkah? Kenapa?”
Walau sebenarnya Jurina tidak terlalu
mengingatnya, namun sedikit demi sedikit ia tahu kenapa mereka semua ada di
sini. Dia juga mengingat sesuatu. Mereka meminum air, dan setelah itu Jurina
sama sekali tidak mengingat sama sekali. Mungkin, air itu sudah di masuki obat
tidur. Dan bukan itu saja, ada seorang yang ia ingat.
“Kepala plontos?”
“Hai”
kata Jurina yakin.
“Siapa dia?”
“Aku sendiri juga tidak tahu. Tapi, aku
semakin yakin, karena tadi Sita memperlihatkan aku berita tentang kita. Ada
laki-laki berkepala plontos”
“Apa dia yang membawa kita kemari?”
tanya Yuki lagi.
“Kemungkinan. Aku juga mengingat sesuatu
lagi sekarang”
“Apa?”
***
Sementara itu,
“Gadis itu pandai bela diri, aku sama
sekali tidak bisa melawannya”
“BAKA!!”
kata orang yang ada di depannya.
“Sumimasen”
Eisuke menunduk.
“Dengan gadis pendek seperti itu saja,
kau bisa kalah. Aku tidak percaya! Besok lagi, kau kesana dan culik dia. Atau kalau
perlu, culik Yui”
“Baiklah”
***
Dan di saat yang bersamaan pula. Ada beberapa
member JKT yang ada di theater. Mereka bermain bersama dan bercerita. Member generasi
pertama. Melody, Nabilah, Frieska dan Veranda. Walau pun ceria, tapi mereka masih
sedih, karena ada beberapa member senior yang hilang. Dan ada pula member AKB
yang datang ke Jakarta. Salah satunya Nozawa Rena. Dan ketika Rena datang, dia
menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada mereka. Entah kenapa, Rena yakin
jika mereka ada di Indonesia.
“Apa memang, jika mereka ada di
Indonesia?” tanya Veranda.
“Mungkin saja. Rena juga yakin, dan dia
melihat jelas siapa laki-laki itu dan menyebut Indonesia. Sekarang pun, ada
beberapa orang yang mencari di Jepang dan ada juga yang di sini” kata Melody
menjelaskan.
“Kok Rena tahu?” tanya Frieska.
“Karena sebelumnya, Rena pernah bareng
sama Yui. Tapi, mereka kepisah. Waktu Rena mau balik nyari Yui, karena ponsel
Yui ada di tangannya, mungkin Yui lupa. Nah… Rena melihat orang itu yang
membawa serta Yui dan temannya. Dan ketika dia mendekat, orang itu menyebut
Indonesia. Di situ, Rena yakin. Tapi, sayangnya dia gak bisa nolong Yui. Soalnya,
orang itu keburu pergi menggunakan mobil.”
“Tapi, kok mereka bisa bawa ke
Indonesia? Bukannya kalau bawa 7 member sekaligus itu gak mudah, ya?”
“Mungkin mereka punya kendaraan pribadi.
Misalnya helikopter” kata Melody mengandai.
“Kasihan juga mereka” kata Frieska
akhirnya.
“Siapa saja sih member yang kesini
selain Rena?” tanya Nabilah.
“Sashi sama Takamina. Walau dia udah
grad, tapi dia tetap pengen nyari member yang hilang”
***
“Fi, lu tadi malam babak belur gak?”
tanya Rena, ketika mereka ada di sawah. Luthfi berada di bawah, sedangkan Rena
ada di atas pohon.
“Ya gak lah, Ren. Lu tuh yang paling
keren mukanya” Luthfi tertawa.
“Sialan lu” Rena menjitak Luthfi dari
atas pohon. Jarak antara mereka berdua tidak terlalu jauh.
“Sori,
Ren”
“Fi, dia nyebut kak Yui” kata Rena
akhirnya.
“Gue denger semuanya kok”
“Owh…… terus menurut lu, kita harus
ngapain?” tanya Rena lagi.
“Tenang Ren. Kalau mereka muncul lagi,
kita masih punya senjata buat ngelawan mereka. Lu ngerti kan, maksud gue?”
“Ahaha…….. iya juga, ya. Gue ngerti
sekarang. Thanks ya, fi” Luthfi mengangguk.
“Buat pacarnya Mayuyu, apa sih yang gak”
“Pacarnya Mayuyu? Emang siapa?”
“Kashiwagi Yuki” mereka berdua tertawa
kembali.
“Lu ada-ada saja. Kalau gue sih,
nolongin mereka semua.”
“Nolongin semuanya sih iya, tapi lu kan
nge fans sama pacarnya Paruru hahah……”
“Sialan lu” Rena kembali tertawa.
To Be Continued.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar