Rabu, 13 Juli 2016

Yui X Paru (Chapter 02)

Title : Yui X Paru (Chapter 02)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender Bender PG 13

Main Cast :
  • Oshima Yuiichi
  • Matsui Haruka
Other Cast :
  • Jonishi Keiichi

Sory untuk Typo yang bertebaran dan cerita yang gaje Huft... Author masih bener-bener amatir

Happy Reading All......


~---0---~



Terkadang cinta itu membutuhkan waktu. Membutuhkan perasaan, membutuhkan dua hati yang saling memiliki. Pengorbanan itu adalah suatu bentuk cinta. Terkadang, kita harus mengorbankan sesuatu untuk membuktikan perasaan kita. Walau pun itu harus di bayar dengan luka atau pun nyawa.

***

“Tempat syuting ini benar-benar luas” kata Yui berkomentar.
“Iya. Akan ada adegan di mana Paruru terjebak dalam api” Keichii langsung membalas.
“Api? Hmm... aku sangat ingin melihatnya lagi”
“Sudah. Jika kalian berjodoh, pastinya kalian akan bersatu.” Kei menepuk-nepuk bahu Yui.

Mereka mengenakan pakaian Jepang jaman dulu. Tempat yang di ambil itu adalah sebuah ladang. Rumput kering ada di mana-mana. Dan adegan yang akan Paruru lakukan adalah sebagai seorang gadis yang terjebak di dalam api. Akan ada yang menyelamatkannya. Seorang pria berwajah tampan. Yang melakukannya adalah Yurichi.
Yurichi adalah seorang actor yang sangat menyukai Paruru. Tapi, dia sedikit takut dengan api. Mungkin, adegan kali ini dia harus berhati-hati. Karena, akan ada hubungannya dengan api.

Yui melihat Paruru yang baru keluar dari tempat bersalin. Hobi Yui jika ada Paruru adalah memandangi wajah gadis itu. Dia sangat menyukai Paruru. Pertama kali melihat wajah Paruru saja, dia langsung terpaku.
Seperti sekarang ini, dia memandangi wajah gadis itu. Paruru tengah berbicara dengan sutradara di sana. Dan membaca scenario untuk menghafal dialognya nanti ketika dia berakting.

Yui hanya tokoh pembantu di sana. Itu tidak masalah untuknya, karena yang pasti dia sudah bisa melihat wajah gadis itu. Dia tersenyum melihat wajah gadis itu. Wajahnya sangat cantik dan manis.

***

Api, di mana-mana ada api. Iya, ternyata syuting sudah di mulai. Dan kini, Paruru sudah ada di tengah-tengah api. Selain itu, pemain yang lain hanya bertugas berteriak meminta tolong dan berlari menyelamatkan diri.
Itu juga yang di lakukan Yui dan Kei. Mereka juga terus berlari dan meminta tolong. Dan akhirnya sampai pada adegan untuk menyelamatkan Paruru yang masih dalam kondisi terjebak di tengah-tengah api.

“Yurichi, cepat tolong Paruru” kata salah satu kru yang bertugas.
“Tidak! Apinya sangat besar, aku tidak ingin kesana” kata Yurichi.
“Lihatlah, Paruru ada di sana”
“Masa bodoh! Yang terpenting aku tidak mati”

Yui yang keluar dari area syuting, tidak sengaja melihat Yurichi dan salah satu kru. Yui yang menoleh. Paruru masih ada di tengah-tengah api. Dia langsung menghampiri Yurichi dan kru tersebut.

“Hei, cepat sana tolong Paru” kata Yui langsung.
“Tidak! Aku tidak mau!” tegas Yurichi yang masih saja egois.
“Jika dia mati?”
“Jika kau kasihan, kau saja yang menolongnya. Aku tidak ingin mati” Yurichi pergi begitu saja.

Yui mendecak sebal. Dia melihat Paruru yang sekarang mulai panic. Dia berlari dengan cepat, dan menerobos api. Dia benar-benar tidak memikirkan keselamatannya sendiri. Yang ada di pikirannya hanyalah Paruru. Dia ingin gadis itu selamat.
Yui akhirnya sampai di depan Paruru. Dia menarik tangan Paruru dan menggendong Paruru. Dia berlari lagi untuk keluar dari api. Dia sama sekali tidak sadar, jika api itu sudah membakar bagian baju belakangnya. Itu karena dia terlalu melindungi Paruru dari api.

Setelah benar-benar keluar, dia menurunkan tubuh Paruru. Paruru segera di bawa ke tenda. Sementara Yui, harus rela kesakitan pada bagian punggungnya karena api. Api itu padam ketika Kei menyiram bagian punggungnya dengan air.

***

“Dasar bodoh kau ini. Kenapa kau lakukan semua itu, Yui?” Kei tidak habis-habisnya marah pada Yui.
“Tapi Kei, Paruru dalam bahaya tadi”
“Paruru, Paruru dan hanya Paruru. Pikirkan keselamatanmu sekali-kali, Yui. Jangan orang lain saja”

Yui diam. Dia memegangi punggungnya yang sakit. Punggungnya sudah di balut. Beruntung, lukanya tidak parah. Mungkin, butuh berhari-hari untuk menyembuhkan luka di punggungnya itu.
Yui bangkit dari duduknya. Dia benar-benar lelah karena sedari tadi dalam keadaan duduk sambil memegangi punggungnya yang terluka.

“Yui, aku tahu kau menyukai Paruru. Tapi, jika kau seperti ini, aku sangat sedih” kata Kei sekali lagi.
“Kau tahu? Paruru dalam bahaya, Kei. Aku tidak bisa melihatnya dalam keadaan seperti itu. Aku sangat menyukainya, aku tidak ingin dia celaka. Kau tahu? Aku rela mengorbankan nyawaku demi dirinya, aku rela jika aku menderita demi dirinya. Bahkan, melihatnya dengan senyum saja, aku sangat tenang. Dia itu gadis yang special, Kei. Hanya dia yang aku cintai”
“Yui” Kei seperti memberi isyarat pada Yui.
“Apa?”
“Yui” Kei memberi isyarat agar Yui menoleh ke arah belakang.
“Apa?” sepertinya Yui tidak mengerti dengan isyrat yang Kei berikan.

Akhirnya Kei memutar tubuhnya, dan itu membuat Yui jengkel dan memutar tubuhnya. Dia terhenti, ketika dia melihat seorang gadis cantik yang berdiri di depannya sekarang. Gadis itu menatapnya sekarang.

“P-Paru?”
“Terima kasih. Aku benar-benar berterima kasih kepadamu, karena kau sudah mau menyelamatkanku. Aku belum pernah melihat orang yang rela menyelamatkanku seperti itu. dia mengorbankan nyawanya demi aku. Terima kasih” kata Paruru tersenyum.

Bahkan, sampai aku mati pun, aku mau Paru. Asal kau bisa selamat. Aku sangat mencintaimu, Paru.

“Sekali lagi terima kasih. aku benar-benar berhutang nyawa kepadamu. Suatu saat, aku akan membalasnya”

Meskipun kau tidak membalas, tidak apa-apa Paru. Karena, aku menyelamatkanmu karena cinta. Cinta itu butuh pengorbanan Paru. Dan itu salah satu pengorbananku untukmu.

“Kalau boleh tahu, siapa namamu?” Paruru mengulurkan tangannya.

Yui. Bahkan, nama kita berhubungan Paru. YuiParu. Seperti sebuah judul. Yui adalah Paru dan Paru adalah Yui. Aku sangat ingin, jika kita bisa seperti itu. Seperti kisah cinta YuiParu.

“Aku yakin kau tidak bisu. Kenapa sedari tadi kau diam saja?” Tanya Paruru yang bingung.

Bagaimana aku bisa berbicara, Paru? Melihatmu saja, membuatku seperti ini. Aku hanya bisa melihatmu. Melihat wajahmu yang menawan.

“Hei, kenapa diam?”

Kei benar-benar kesal dengan Yui. Paruru sudah berbicara sedari tadi, dia hanya diam saja dan menatap gadis itu. Tangan Paruru yang terulur saja tidak di balas. Akhirnya, Kei meraih tangan Yui dan mengulurkannya pada Paruru.

“Dia Yui. Yokoyama Yuiichi” kata Kei membalasnya.
“Kenapa kau diam? Apa kau tidak suka dengan keberadaanku?” Paruru masih fokus pada Yui.
“Tidak. Maafkan aku. Aku Yokoyama Yuiichi. Salam kenal, Paru” akhirnya Yui membuka suaranya.
“Akhirnya kau bicara juga. Terima kasih atas pertolonganmu tadi, Yokoyama-kun”
“Eh? Yui, kau memanggilku Yui saja”
“Yui, apa kau mau menjadi sahabatku?”

Paruru mengulurkan tangannya. Dengan senang hati pula, Yui membalasnya. Dia sangat senang dengan persahabatannya dengan Paru sekarang ini.

“Terima kasih”
“Hei, bukankah kita sahabat? Jadi, jangan berterima kasih. Seorang sahabat selalu ada untuk sahabatnya, jadi jangan berterima kasih.”
“Apa itu dialog?”
“Bukan, itu yang membuat Yui sendiri”
“Iya. Aku mengatakannya sendiri. Ini bukan kisah di film-film, Paru” Paruru tersenyum mendengarnya.

Yui membalas senyuman Paruru. Entah kenapa, tiba-tiba dia mengingat sesuatu. Mungkin, Paruru mau.

“Paru, apa kau mau datang malam ini ke gedung kosong yang ada di tengah kota?”
“Untuk apa?”
“Datang saja. Anggap saja ini perayaan kita karena kita sudah menjadi sahabat”
“Baiklah. Aku akan datang malam ini”
“Aku tunggu” Paruru mengangguk.

***

Yui berjalan mondar-mandir dari satu arah ke arah lain. Sudah 10 menit lamanya dari waktu yang di janjikan, tapi Paruru belum juga datang. Apa gadis itu tidak akan datang? Tapi, bukankah dia sudah berjanji? Jadi, Paruru pasti akan datang.

“Sudahlah Yui, pasti gadis itu tidak akan datang”
“Pasti datang, Kei”
“Tapi, ini sudah lebih 10 menit lamanya. Tapi, dia belum juga datang.”
“Mungkin sebentar lagi. Pasti di jalan macet atau dia masih mempunyai urusan lain” kata Yui lagi.
“Kau terlalu berharap, Yui”

Yui masih menunggu Paruru di sana. Hingga seorang gadis dengan penutup bagian mulut sampai hidungnya datang.

“Apa kau Yokoyama Yui?” kata si gadis bertanya.
“Iya. Kau sendiri siapa?” kata Yui bertanya balik.
“Aku di tugaskan Shimazaki-san untuk menemuimu. Katanya, dia tidak bisa datang sekarang”
“Dia berbohong, kan? Pasti Paruru akan datang. Kau jangan asal bicara” kata Yui tidak percaya.
“Kau dengar sendiri, bukan? Artis memang seperti itu, seenaknya saja berbuat, tidak memikirkan orang lain” kata Kei mengeluh.

Yui diam. Tapi, ada keyakinan dalam hatinya bahwa Paruru akan datang. Tidak mungkin Paruru mengingkari janji.

“Aku yakin dia akan datang, Kei. Aku sangat yakin sekali”
“Kau terlalu mengharapkan dirinya”
“Tapi, aku yakin. Hei nona, aku akan tetap menunggu Paruru di sini”
“Sampai kapan?”
“Sampai satu tahun juga tidak apa-apa, aku yakin dia datang”
“Kau gila, Yui?”

Yui menggelengkan kepalanya. Dia memang tidak tahu dengan keyakinan dirinya, tapi hatinya sangat ingin sekali bertemu dengan Paru.

“Yui” Yui menoleh ke arah gadis tadi. Ia terkejut, ketika gadis itu membuka penutup wajahnya.
“Paruru?”
“Aku benar-benar senang dengan keteguhan hatimu. Aku kira kau akan marah dan tidak mau lagi berteman denganku”
“Eh? Tidak akan, Paru. Lihat Kei, dia datang”
“Maaf Paru, aku kira tadi…”
“Tidak apa, Kei. Tidak masalah untukku”
“Sekarang kita masuk” Paruru mengangguk.

Mereka masuk ke gedung. Di sana Paruru benar-benar merasa bahagia. Ia merasa senang menjadi sahabat dari dua pemuda itu. Mereka sangat baik kepadanya. Bahkan, Yui sampai menyanyikan sebuah lagu untuknya.
Mereka berdansa sambil menikmati alunan lagu. Paruru juga memberikan Yui sebuah benda berbentuk bola. Di dalam bola itu terdapat seorang pria dan wanita yang berdansa. Sangat indah. Yui mengira, jika dua orang itu adalah Yui dan Paru. Pasti sangat indah jika itu semua nyata.

***

“Terima kasih, Yui”
“Sama-sama Paru. Aku senang jika kau senang”

Mereka kembali terdiam. Mereka berjalan di kesepian malam. Ditemani langit malam yang berbintang dan di bawah cahaya bulan yang menerangi malam mereka.

“Paru, apa aku boleh jujur padamu?”
“Tentu. Katakan saja, Yui”
“Aku menyayangimu, Paru. Sudah sejak lama”

Paruru terdiam mendengarnya. Dia menatap Yui dalam. Pancaran mata pemuda itu sangat dalam. Yui sama sekali tidak berbohong kepadanya. Yui sangat jujur kepadanya.

“Lalu?”
“Aku mencintaimu, Paru”
“Mencintaiku?”
“Iya. Sudah sangat lama. Jika kau tidak mencintaiku, tidak apa-apa. Aku sudah sangat bahagia menjadi sahabatmu”

Yui memberi sebuah bunga mawar kepadanya. Paruru tersenyum, ia menerima bunga itu dari tangan Yui.

“Sahabat lebih baik, Yui”
“Iya, aku mengerti Paru. Aku tidak memaksa”
“Iya. Kita jalan lagi, ya?”
“Baiklah”



To Be Continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar