Title : Yui X Paru (Chapter 02)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Gender Bender PG 13
Main Cast :
- Oshima Yuiichi
- Matsui Haruka
Other Cast :
- Jonishi Keiichi
Sory untuk Typo yang bertebaran dan cerita yang gaje Huft... Author masih bener-bener amatir
~---0---~
Terkadang
cinta itu membutuhkan waktu. Membutuhkan perasaan, membutuhkan dua hati yang
saling memiliki. Pengorbanan itu adalah suatu bentuk cinta. Terkadang, kita
harus mengorbankan sesuatu untuk membuktikan perasaan kita. Walau pun itu harus
di bayar dengan luka atau pun nyawa.
***
“Tempat syuting ini benar-benar luas”
kata Yui berkomentar.
“Iya. Akan ada adegan di mana Paruru
terjebak dalam api” Keichii langsung membalas.
“Api? Hmm... aku sangat ingin melihatnya
lagi”
“Sudah. Jika kalian berjodoh, pastinya
kalian akan bersatu.” Kei menepuk-nepuk bahu Yui.
Mereka mengenakan pakaian Jepang jaman
dulu. Tempat yang di ambil itu adalah sebuah ladang. Rumput kering ada di
mana-mana. Dan adegan yang akan Paruru lakukan adalah sebagai seorang gadis
yang terjebak di dalam api. Akan ada yang menyelamatkannya. Seorang pria
berwajah tampan. Yang melakukannya adalah Yurichi.
Yurichi adalah seorang actor yang sangat
menyukai Paruru. Tapi, dia sedikit takut dengan api. Mungkin, adegan kali ini
dia harus berhati-hati. Karena, akan ada hubungannya dengan api.
Yui melihat Paruru yang baru keluar dari
tempat bersalin. Hobi Yui jika ada Paruru adalah memandangi wajah gadis itu.
Dia sangat menyukai Paruru. Pertama kali melihat wajah Paruru saja, dia
langsung terpaku.
Seperti sekarang ini, dia memandangi
wajah gadis itu. Paruru tengah berbicara dengan sutradara di sana. Dan membaca scenario
untuk menghafal dialognya nanti ketika dia berakting.
Yui hanya tokoh pembantu di sana. Itu tidak
masalah untuknya, karena yang pasti dia sudah bisa melihat wajah gadis itu. Dia
tersenyum melihat wajah gadis itu. Wajahnya sangat cantik dan manis.
***
Api, di mana-mana ada api. Iya, ternyata
syuting sudah di mulai. Dan kini, Paruru sudah ada di tengah-tengah api. Selain
itu, pemain yang lain hanya bertugas berteriak meminta tolong dan berlari menyelamatkan
diri.
Itu juga yang di lakukan Yui dan Kei. Mereka
juga terus berlari dan meminta tolong. Dan akhirnya sampai pada adegan untuk
menyelamatkan Paruru yang masih dalam kondisi terjebak di tengah-tengah api.
“Yurichi, cepat tolong Paruru” kata
salah satu kru yang bertugas.
“Tidak! Apinya sangat besar, aku tidak
ingin kesana” kata Yurichi.
“Lihatlah, Paruru ada di sana”
“Masa bodoh! Yang terpenting aku tidak
mati”
Yui yang keluar dari area syuting, tidak
sengaja melihat Yurichi dan salah satu kru. Yui yang menoleh. Paruru masih ada
di tengah-tengah api. Dia langsung menghampiri Yurichi dan kru tersebut.
“Hei, cepat sana tolong Paru” kata Yui
langsung.
“Tidak! Aku tidak mau!” tegas Yurichi
yang masih saja egois.
“Jika dia mati?”
“Jika kau kasihan, kau saja yang
menolongnya. Aku tidak ingin mati” Yurichi pergi begitu saja.
Yui mendecak sebal. Dia melihat Paruru
yang sekarang mulai panic. Dia berlari dengan cepat, dan menerobos api. Dia benar-benar
tidak memikirkan keselamatannya sendiri. Yang ada di pikirannya hanyalah
Paruru. Dia ingin gadis itu selamat.
Yui akhirnya sampai di depan Paruru. Dia
menarik tangan Paruru dan menggendong Paruru. Dia berlari lagi untuk keluar
dari api. Dia sama sekali tidak sadar, jika api itu sudah membakar bagian baju
belakangnya. Itu karena dia terlalu melindungi Paruru dari api.
Setelah benar-benar keluar, dia
menurunkan tubuh Paruru. Paruru segera di bawa ke tenda. Sementara Yui, harus
rela kesakitan pada bagian punggungnya karena api. Api itu padam ketika Kei
menyiram bagian punggungnya dengan air.
***
“Dasar bodoh kau ini. Kenapa kau lakukan
semua itu, Yui?” Kei tidak habis-habisnya marah pada Yui.
“Tapi Kei, Paruru dalam bahaya tadi”
“Paruru, Paruru dan hanya Paruru. Pikirkan
keselamatanmu sekali-kali, Yui. Jangan orang lain saja”
Yui diam. Dia memegangi punggungnya yang
sakit. Punggungnya sudah di balut. Beruntung, lukanya tidak parah. Mungkin,
butuh berhari-hari untuk menyembuhkan luka di punggungnya itu.
Yui bangkit dari duduknya. Dia benar-benar
lelah karena sedari tadi dalam keadaan duduk sambil memegangi punggungnya yang
terluka.
“Yui, aku tahu kau menyukai Paruru. Tapi,
jika kau seperti ini, aku sangat sedih” kata Kei sekali lagi.
“Kau tahu? Paruru dalam bahaya, Kei. Aku
tidak bisa melihatnya dalam keadaan seperti itu. Aku sangat menyukainya, aku
tidak ingin dia celaka. Kau tahu? Aku rela mengorbankan nyawaku demi dirinya,
aku rela jika aku menderita demi dirinya. Bahkan, melihatnya dengan senyum
saja, aku sangat tenang. Dia itu gadis yang special, Kei. Hanya dia yang aku
cintai”
“Yui” Kei seperti memberi isyarat pada
Yui.
“Apa?”
“Yui” Kei memberi isyarat agar Yui
menoleh ke arah belakang.
“Apa?” sepertinya Yui tidak mengerti
dengan isyrat yang Kei berikan.
Akhirnya Kei memutar tubuhnya, dan itu
membuat Yui jengkel dan memutar tubuhnya. Dia terhenti, ketika dia melihat
seorang gadis cantik yang berdiri di depannya sekarang. Gadis itu menatapnya
sekarang.
“P-Paru?”
“Terima kasih. Aku benar-benar berterima
kasih kepadamu, karena kau sudah mau menyelamatkanku. Aku belum pernah melihat
orang yang rela menyelamatkanku seperti itu. dia mengorbankan nyawanya demi
aku. Terima kasih” kata Paruru tersenyum.
Bahkan,
sampai aku mati pun, aku mau Paru. Asal kau bisa selamat. Aku sangat
mencintaimu, Paru.
“Sekali lagi terima kasih. aku
benar-benar berhutang nyawa kepadamu. Suatu saat, aku akan membalasnya”
Meskipun
kau tidak membalas, tidak apa-apa Paru. Karena, aku menyelamatkanmu karena
cinta. Cinta itu butuh pengorbanan Paru. Dan itu salah satu pengorbananku
untukmu.
“Kalau boleh tahu, siapa namamu?” Paruru
mengulurkan tangannya.
Yui.
Bahkan, nama kita berhubungan Paru. YuiParu. Seperti sebuah judul. Yui adalah
Paru dan Paru adalah Yui. Aku sangat ingin, jika kita bisa seperti itu. Seperti
kisah cinta YuiParu.
“Aku yakin kau tidak bisu. Kenapa sedari
tadi kau diam saja?” Tanya Paruru yang bingung.
Bagaimana
aku bisa berbicara, Paru? Melihatmu saja, membuatku seperti ini. Aku hanya bisa
melihatmu. Melihat wajahmu yang menawan.
“Hei, kenapa diam?”
Kei benar-benar kesal dengan Yui. Paruru
sudah berbicara sedari tadi, dia hanya diam saja dan menatap gadis itu. Tangan
Paruru yang terulur saja tidak di balas. Akhirnya, Kei meraih tangan Yui dan
mengulurkannya pada Paruru.
“Dia Yui. Yokoyama Yuiichi” kata Kei
membalasnya.
“Kenapa kau diam? Apa kau tidak suka
dengan keberadaanku?” Paruru masih fokus pada Yui.
“Tidak. Maafkan aku. Aku Yokoyama Yuiichi.
Salam kenal, Paru” akhirnya Yui membuka suaranya.
“Akhirnya kau bicara juga. Terima kasih
atas pertolonganmu tadi, Yokoyama-kun”
“Eh? Yui, kau memanggilku Yui saja”
“Yui, apa kau mau menjadi sahabatku?”
Paruru mengulurkan tangannya. Dengan
senang hati pula, Yui membalasnya. Dia sangat senang dengan persahabatannya
dengan Paru sekarang ini.
“Terima kasih”
“Hei, bukankah kita sahabat? Jadi,
jangan berterima kasih. Seorang sahabat selalu ada untuk sahabatnya, jadi
jangan berterima kasih.”
“Apa itu dialog?”
“Bukan, itu yang membuat Yui sendiri”
“Iya. Aku mengatakannya sendiri. Ini bukan
kisah di film-film, Paru” Paruru tersenyum mendengarnya.
Yui membalas senyuman Paruru. Entah kenapa,
tiba-tiba dia mengingat sesuatu. Mungkin, Paruru mau.
“Paru, apa kau mau datang malam ini ke
gedung kosong yang ada di tengah kota?”
“Untuk apa?”
“Datang saja. Anggap saja ini perayaan
kita karena kita sudah menjadi sahabat”
“Baiklah. Aku akan datang malam ini”
“Aku tunggu” Paruru mengangguk.
***
Yui berjalan mondar-mandir dari satu
arah ke arah lain. Sudah 10 menit lamanya dari waktu yang di janjikan, tapi
Paruru belum juga datang. Apa gadis itu tidak akan datang? Tapi, bukankah dia
sudah berjanji? Jadi, Paruru pasti akan datang.
“Sudahlah Yui, pasti gadis itu tidak
akan datang”
“Pasti datang, Kei”
“Tapi, ini sudah lebih 10 menit lamanya.
Tapi, dia belum juga datang.”
“Mungkin sebentar lagi. Pasti di jalan
macet atau dia masih mempunyai urusan lain” kata Yui lagi.
“Kau terlalu berharap, Yui”
Yui masih menunggu Paruru di sana. Hingga
seorang gadis dengan penutup bagian mulut sampai hidungnya datang.
“Apa kau Yokoyama Yui?” kata si gadis
bertanya.
“Iya. Kau sendiri siapa?” kata Yui
bertanya balik.
“Aku di tugaskan Shimazaki-san untuk
menemuimu. Katanya, dia tidak bisa datang sekarang”
“Dia berbohong, kan? Pasti Paruru akan
datang. Kau jangan asal bicara” kata Yui tidak percaya.
“Kau dengar sendiri, bukan? Artis memang
seperti itu, seenaknya saja berbuat, tidak memikirkan orang lain” kata Kei
mengeluh.
Yui diam. Tapi, ada keyakinan dalam
hatinya bahwa Paruru akan datang. Tidak mungkin Paruru mengingkari janji.
“Aku yakin dia akan datang, Kei. Aku sangat
yakin sekali”
“Kau terlalu mengharapkan dirinya”
“Tapi, aku yakin. Hei nona, aku akan
tetap menunggu Paruru di sini”
“Sampai kapan?”
“Sampai satu tahun juga tidak apa-apa,
aku yakin dia datang”
“Kau gila, Yui?”
Yui menggelengkan kepalanya. Dia memang
tidak tahu dengan keyakinan dirinya, tapi hatinya sangat ingin sekali bertemu
dengan Paru.
“Yui” Yui menoleh ke arah gadis tadi. Ia
terkejut, ketika gadis itu membuka penutup wajahnya.
“Paruru?”
“Aku benar-benar senang dengan keteguhan
hatimu. Aku kira kau akan marah dan tidak mau lagi berteman denganku”
“Eh? Tidak akan, Paru. Lihat Kei, dia
datang”
“Maaf Paru, aku kira tadi…”
“Tidak apa, Kei. Tidak masalah untukku”
“Sekarang kita masuk” Paruru mengangguk.
Mereka masuk ke gedung. Di sana Paruru
benar-benar merasa bahagia. Ia merasa senang menjadi sahabat dari dua pemuda
itu. Mereka sangat baik kepadanya. Bahkan, Yui sampai menyanyikan sebuah lagu
untuknya.
Mereka berdansa sambil menikmati alunan
lagu. Paruru juga memberikan Yui sebuah benda berbentuk bola. Di dalam bola itu
terdapat seorang pria dan wanita yang berdansa. Sangat indah. Yui mengira, jika
dua orang itu adalah Yui dan Paru. Pasti sangat indah jika itu semua nyata.
***
“Terima kasih, Yui”
“Sama-sama Paru. Aku senang jika kau
senang”
Mereka kembali terdiam. Mereka berjalan
di kesepian malam. Ditemani langit malam yang berbintang dan di bawah cahaya
bulan yang menerangi malam mereka.
“Paru, apa aku boleh jujur padamu?”
“Tentu. Katakan saja, Yui”
“Aku menyayangimu, Paru. Sudah sejak
lama”
Paruru terdiam mendengarnya. Dia menatap
Yui dalam. Pancaran mata pemuda itu sangat dalam. Yui sama sekali tidak
berbohong kepadanya. Yui sangat jujur kepadanya.
“Lalu?”
“Aku mencintaimu, Paru”
“Mencintaiku?”
“Iya. Sudah sangat lama. Jika kau tidak
mencintaiku, tidak apa-apa. Aku sudah sangat bahagia menjadi sahabatmu”
Yui memberi sebuah bunga mawar
kepadanya. Paruru tersenyum, ia menerima bunga itu dari tangan Yui.
“Sahabat lebih baik, Yui”
“Iya, aku mengerti Paru. Aku tidak
memaksa”
“Iya. Kita jalan lagi, ya?”
“Baiklah”
To Be Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar