Senin, 18 Juli 2016

My Name Is Paruru (Chapter 03 - Campus)

Title : My Name Is Paruru Chapter 03 - Campus
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Family 13 +

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Yokoyama Yui
  • Yokoyama Kai
Support Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
  • Yoshida Akari
  • Jonishi Keiichi
Ini fanfic kelamaan hiatus ya? Ada yang nungguin gak? Semoga kalian bisa terobati dengan ff yang ini, ya? Lagi Mood nih, jadi yang ini dulu deh yang di post

Happy Reading All.....




~---0---~




~Paruru Pov~

Aku hanya mengikuti Yui keluar dari rumah. Kata Yui, aku harus kuliah. Aku sendiri tidak tahu kuliah itu apa. Kata Yui, di sana kita bisa mencari ilmu pengetahuan. Ya sudah, aku hanya mengikuti Yui saja. Toh, kedua kakaknya mau membantuku.
Menulis? Aku sudah bisa. Membaca? Jangan di tanyakin lagi. Menghitung? Itu adalah hal yang sangat aku sukai.

Di rumah ini, aku sudah tiga hari tinggal dengannya. Aku sangat senang di sini. Kenapa? Karena aku tidak lagi mencari makanan sendiri. Pembantu Yui selalu memasak makanan untuk kami.
Benar bukan, yang aku bilang? Enak menjadi Yui. Tidak perlu susah-susah mencari makanan sendiri. Di sini semuanya sangat lengkap.

Yui-kun” panggilku ketika kami ada di mobil.
Nani?”
“Kita jadi ke kuliah?” tanyaku kemudian.
“Tentu saja, Paru. Memangnya kenapa?” tanyanya lagi.
“Entah kenapa, aku merasa malu”
“Malu?” aku mengangguk.
“He’em”
“Kenapa malu?” lagi-lagi dia bertanya.
“Aku hanya gadis hutan. Memang pantas untuk belajar?” aku bertanya balik.
“Belajar tidak membedakan status, Paru. Jadi, kau tenang saja” aku mengangguk.
“Kita satu kelas, kan?” dia mengangguk membuatku lega.

Aku ingin tahu, bagaimana tempatnya. Apa mungkin, sangat mengasyikan? Seperti apa yang di bilang Yui-kun? Aku harap, dia berkata benar. Lagi pula, aku sangat ingin suasana baru.
Tapi, jujur saja, aku sangat merindukan hutan. Yui-kun bilang, dia akan kembali ke hutan. Iya, aku akan ikut dengannya. Aku harap, dia cepat-cepat pergi ke hutan. Jujur, aku sangat ingin bertemu sahabat-sahabatku di sana.

Jika menanyakan sahabat, di sana aku banyak memiliki sahabat. Hewan? Tentu saja. Ada Kuda, Monyet, Kelinci, Kucing, Burung merpati dan masih banyak lagi. Sebagai gadis hutan, aku tidak perlu takut, kan?
Jika kalian bertanya, bagaimana selama aku hidup di sana? Selain belajar bersama paman, aku juga hidup dengan bahagia. Eh? Bukan itu yang aku maksud. Tapi, aku ini juga mempunyai kelebihan. Nanti, kalian juga akan tahu.

Sampai di sana, aku dan Yui-kun langsung keluar dari mobil. Bangunannya tinggi dan sangat ramai. Pantas saja, Yui-kun bilang asyik dan seru. Pastinya, akan seru di sini. Banyak gadis-gadis dan laki-laki di sini. Seumuran, mungkin.
Di lapangan juga, aku melihat beberapa orang yang sedang bermain. Aku sendiri tidak tahu apa yang mereka mainkan. Tapi, setelah aku bertanya kepada Yui-kun, beberapa laki-laki itu sedang bermain bola basket. Kalian tahu bola basket? Bolanya besar, ya?

“Nah Paru, di sini kelas kita” sangat luas jika di lihat.
“Luas juga, Yui-kun
“Tentu saja. Ayo masuk” aku mengangguk.

Aku mengikuti dia dari belakang. Aku duduk di sebelah Yui-kun. Di sini sangat tenang, dan suasananya sangat mengasyikan. Mungkin, akan sangat tenang belajar di sini.

“Nanti setelah istirahat, kita ke kantin. Makan bareng, ok?”
“Kantin itu apa?” tanyaku polos.
“Paruru, Paruru. Kantin itu tempat menjual makanan. Jadi, kalau kita lapar, ya kesana”
“Pakai uang juga?”
“Tentu saja”
“Aku tidak punya uang, Yui-kun” aku berkata sambil memeriksa tas milikku.
“Tenang saja. Aku yang akan membayarnya, ok?” aku mengangguk sambil tersenyum.

***

Akhirnya waktu istirahat tiba. Lapar? Tentu saja aku lapar. Pelajaran tadi, aku rasa sangat gampanng. Tapi, entah itu hanya tanggapan aku saja. Atau menurut teman kelasku, sangat susah.
Soalnya, tadi aku lihat beberapa dari mereka tampak tengah gelisah. Ada yang sesekali mendesah, ada juga yang menggumam kesal. Bahkan, menurutku itu biasa saja. Sangat mudah. Bukan sombong, ya? Tapi, itu memang kenyataannya.

Yui-kun,  aku lapar”
“kita ke kantin saja, ya?” aku mengangguk.

Sampai di tempat yang di maksud Yui-kun, aku langsung melihat ke segala arah tempat itu. ada banyak meja dan kursi. Dan banyak juga gadis dan laki-laki yang sedang makan. Aku dan Yui-kun langsung duduk bersama teman Yui-kun.
Sepertinya, aku kenal dengan mereka. Jun dan Rena. Dua orang yang datang beberapa hari yang lalu ke rumah Yui-kun.

“Paru, ini makananmu” aku tersenyum dan mengangguk.
Arigatou

Selama aku makan, aku hanya mendengar mereka berbicara. Aku tidak terlalu suka, jika makan sambil mengobrol. Maka dari itu, aku hanya fokus makan dan mendengar. Lagi pula, tidak baik juga, makan sambil mengobrol. Benar bukan?
Setelah selesai makan. Aku hanya duduk diam sambil menunggu Yui-kun, tidak mungkin aku sendiri. Aku belum kenal betul tempat ini. Bisa saja, aku akan tersesat.

“Paru, kau sudah selesai?” aku mengangguk.
“Sudah”
“Setelah ini, kalian mau kemana?” aku menoleh melihat Rena.
“Kami ingin pulang. Besok, hari jum’at, sabtu dan minggu mau ke hutan lagi” hutan? Asyik.
“Boleh ikut?” Tanya Rena antusias.
“Tentu saja. Jika kau ingin ikut, juga boleh Jun”
“Sip. Aku ikut”
“Aku juga” kataku dan dia mengangguk.

Aku tersenyum lebar. Sebentar lagi, aku akan kembali ke hutan. Bila di pikir, Yui-kun ingin menangkap burung atau hewan di sana. Tidak apa lah, jika hanya satu atau dua. Lagi pula, aku juga sering makan daging burung jika di hutan. Itu karena dulu paman pernah menangkap burung.
Jadi ingin ke sungai itu lagi. Pasti sangat menyenangkan. Banyak ikan juga di sana, dan kalau bisa aku ingin menangkap ikan. Alatnya? Tentu saja, aku akan menggunakan tombak milik paman yang ada di rumah kayu.

Jika menggunakan tombak, aku lebih cepat daripada menggunakan alat pancing. Aku sangat sering menggunakannya, jadi aku tidak khawatir lagi menggunakan senjata itu.

Yui-kun, Jun-kun” aku langsung mendongak ketika ada yang memanggil Yui-kun.
“Ternyata kau, Akari” aku melihat Yui-kun yang wajahnya berubah masam. Siapa dia?
“Dia siapa, Yui-kun?” tanyaku.
“Yoshida Akari, itu namaku. Siapa kau?” tanyanya menatapku.
“Shimazaki Haruka, pacarku” eh?
“Apa? Pacar?”
“Aku…”
“Dia calon istriku” aku melihat Yui-kun dengan tatapan bingung.
“Tidak mungkin”
“Sayang, kita pulang, ya?”

Aku hanya menggaruk kepalaku dan menatapnya bingung. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia maksud. Dia menarikku dan aku hanya mengikuti saja langkah kakinya. Setelah menjauh dari mereka, baru aku bertanya tentang kejadian tadi.

“Kenapa kau bilang seperti itu?” tanyaku masih dalam keadaan bingung.
“Dia itu gadis yang mengejarku, Paru. Aku sama sekali tidak menyukai sifatnya. Dia itu sedikit berlebihan” aku mengangguk mengerti.
“Tapi, kenapa kau harus bilang jika aku kekasihmu?” tanyaku lagi.
“Agar dia tidak mengejarku lagi. Tolong aku ya, Paru?”
“Baiklah. Lagi pula, sebagai balasan untuk kebaikanmu selama ini”
Arigatou, Paru” aku mengangguk.

Aku dan Yui-kun kembali berjalan. Di tempat parkir, ada beberapa orang pemuda yang menghampiri kami. Aku tidak tahu siapa mereka. Tapi, dari wajah mereka, mereka seperti tengah kesal.
Dan sedari tadi, mereka melihat Yui-kun. Ada apa dengan mereka? Ada suatu masalah kah? Atau mungkin, ada keperluan?

“Yui”
“Kau lagi” ketus sekali membalasnya.
“Mereka siapa, Yui-kun?” tanyaku penasaran.
“Pemuda-pemuda kurang kerjaan.”
“Kurang kerjaan?” dia mengangguk.

Aku melihat beberapa pemuda itu yang mendekat ke arah kami. Sementara aku hanya diam memandang tingkah laku mereka.

“Lebih baik, kau menjauh dari Akari” kata pemuda itu.
“Keiichi. Dari dulu pun, aku sama sekali tidak suka dengan gadis itu”
“Bohong!”
“Aku pacarnya” aku langsung menengahi mereka.
“Apa?” aku mengangguk.
“Iya, dia kekasihku” aku tersenyum mendengar ucapan Yui-kun.
“Pasti dia hanya gadis yang di suruh Yui saja, Kei” pemuda yang satu ini benar-benar membuatku ingin sekali memukulnya.
“Jangan asal bicara”
“Sepertinya mulutmu itu perlu di bungkam” ucapku menatapnya kesal.
“Berani kau”
“Tentu saja. Aku sama sekali tidak takut dengan kalian” balasku menatapnya kesal.

Tangannya yang hampir melayang ke arah pipiku, langsung aku tahan. Dan kemudian, aku langsung memukul perutnya. Begitu saja sudah kesakitan ternyata.

“Hebat bukan? Maka dari itu, jangan macam-macam dengan kekasihku” kata Yui lagi.
“Sudahlah, kita pulang saja, Yui” dia mengangguk.
“Sampai jumpa lagi, Keiichi” 



To Be Continued......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar