Title : My Name Is Paruru Chapter 03 - Campus
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Family 13 +
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Yokoyama Yui
- Yokoyama Kai
Support Cast :
- Matsui Jun
- Matsui Rena
- Yoshida Akari
- Jonishi Keiichi
Ini fanfic kelamaan hiatus ya? Ada yang nungguin gak? Semoga kalian bisa terobati dengan ff yang ini, ya? Lagi Mood nih, jadi yang ini dulu deh yang di post
~Paruru Pov~
Aku hanya mengikuti Yui keluar dari
rumah. Kata Yui, aku harus kuliah. Aku sendiri tidak tahu kuliah itu apa. Kata Yui,
di sana kita bisa mencari ilmu pengetahuan. Ya sudah, aku hanya mengikuti Yui
saja. Toh, kedua kakaknya mau membantuku.
Menulis? Aku sudah bisa. Membaca? Jangan
di tanyakin lagi. Menghitung? Itu adalah hal yang sangat aku sukai.
Di rumah ini, aku sudah tiga hari
tinggal dengannya. Aku sangat senang di sini. Kenapa? Karena aku tidak lagi
mencari makanan sendiri. Pembantu Yui selalu memasak makanan untuk kami.
Benar bukan, yang aku bilang? Enak menjadi
Yui. Tidak perlu susah-susah mencari makanan sendiri. Di sini semuanya sangat
lengkap.
“Yui-kun”
panggilku ketika kami ada di mobil.
“Nani?”
“Kita jadi ke kuliah?” tanyaku kemudian.
“Tentu saja, Paru. Memangnya kenapa?”
tanyanya lagi.
“Entah kenapa, aku merasa malu”
“Malu?” aku mengangguk.
“He’em”
“Kenapa malu?” lagi-lagi dia bertanya.
“Aku hanya gadis hutan. Memang pantas
untuk belajar?” aku bertanya balik.
“Belajar tidak membedakan status, Paru. Jadi,
kau tenang saja” aku mengangguk.
“Kita satu kelas, kan?” dia mengangguk
membuatku lega.
Aku ingin tahu, bagaimana tempatnya. Apa
mungkin, sangat mengasyikan? Seperti apa yang di bilang Yui-kun? Aku harap, dia berkata benar. Lagi pula, aku sangat ingin
suasana baru.
Tapi, jujur saja, aku sangat merindukan
hutan. Yui-kun bilang, dia akan
kembali ke hutan. Iya, aku akan ikut dengannya. Aku harap, dia cepat-cepat
pergi ke hutan. Jujur, aku sangat ingin bertemu sahabat-sahabatku di sana.
Jika menanyakan sahabat, di sana aku
banyak memiliki sahabat. Hewan? Tentu saja. Ada Kuda, Monyet, Kelinci, Kucing,
Burung merpati dan masih banyak lagi. Sebagai gadis hutan, aku tidak perlu
takut, kan?
Jika kalian bertanya, bagaimana selama
aku hidup di sana? Selain belajar bersama paman, aku juga hidup dengan bahagia.
Eh? Bukan itu yang aku maksud. Tapi, aku ini juga mempunyai kelebihan. Nanti,
kalian juga akan tahu.
Sampai di sana, aku
dan Yui-kun langsung keluar dari
mobil. Bangunannya tinggi dan sangat ramai. Pantas saja, Yui-kun bilang asyik dan seru. Pastinya, akan seru di sini. Banyak gadis-gadis
dan laki-laki di sini. Seumuran, mungkin.
Di lapangan
juga, aku melihat beberapa orang yang sedang bermain. Aku sendiri tidak tahu
apa yang mereka mainkan. Tapi, setelah aku bertanya kepada Yui-kun, beberapa laki-laki itu sedang bermain bola basket. Kalian tahu
bola basket? Bolanya besar, ya?
“Nah Paru, di
sini kelas kita” sangat luas jika di lihat.
“Luas juga, Yui-kun”
“Tentu saja. Ayo
masuk” aku mengangguk.
Aku mengikuti
dia dari belakang. Aku duduk di sebelah Yui-kun.
Di sini sangat tenang, dan suasananya sangat mengasyikan. Mungkin, akan sangat
tenang belajar di sini.
“Nanti setelah
istirahat, kita ke kantin. Makan bareng, ok?”
“Kantin itu apa?”
tanyaku polos.
“Paruru, Paruru.
Kantin itu tempat menjual makanan. Jadi, kalau kita lapar, ya kesana”
“Pakai uang
juga?”
“Tentu saja”
“Aku tidak punya
uang, Yui-kun” aku berkata sambil
memeriksa tas milikku.
“Tenang saja.
Aku yang akan membayarnya, ok?” aku mengangguk sambil tersenyum.
***
Akhirnya waktu
istirahat tiba. Lapar? Tentu saja aku lapar. Pelajaran tadi, aku rasa sangat
gampanng. Tapi, entah itu hanya tanggapan aku saja. Atau menurut teman kelasku,
sangat susah.
Soalnya, tadi
aku lihat beberapa dari mereka tampak tengah gelisah. Ada yang sesekali
mendesah, ada juga yang menggumam kesal. Bahkan, menurutku itu biasa saja.
Sangat mudah. Bukan sombong, ya? Tapi, itu memang kenyataannya.
“Yui-kun,
aku lapar”
“kita ke kantin
saja, ya?” aku mengangguk.
Sampai di tempat
yang di maksud Yui-kun, aku langsung
melihat ke segala arah tempat itu. ada banyak meja dan kursi. Dan banyak juga
gadis dan laki-laki yang sedang makan. Aku dan Yui-kun langsung duduk bersama teman Yui-kun.
Sepertinya, aku
kenal dengan mereka. Jun dan Rena. Dua orang yang datang beberapa hari yang
lalu ke rumah Yui-kun.
“Paru, ini
makananmu” aku tersenyum dan mengangguk.
“Arigatou”
Selama aku
makan, aku hanya mendengar mereka berbicara. Aku tidak terlalu suka, jika makan
sambil mengobrol. Maka dari itu, aku hanya fokus makan dan mendengar. Lagi pula,
tidak baik juga, makan sambil mengobrol. Benar bukan?
Setelah selesai
makan. Aku hanya duduk diam sambil menunggu Yui-kun,
tidak mungkin aku sendiri. Aku belum kenal betul tempat ini. Bisa saja, aku
akan tersesat.
“Paru, kau sudah
selesai?” aku mengangguk.
“Sudah”
“Setelah ini,
kalian mau kemana?” aku menoleh melihat Rena.
“Kami ingin
pulang. Besok, hari jum’at, sabtu dan minggu mau ke hutan lagi” hutan? Asyik.
“Boleh ikut?” Tanya
Rena antusias.
“Tentu saja.
Jika kau ingin ikut, juga boleh Jun”
“Sip. Aku ikut”
“Aku juga”
kataku dan dia mengangguk.
Aku tersenyum
lebar. Sebentar lagi, aku akan kembali ke hutan. Bila di pikir, Yui-kun ingin menangkap burung atau
hewan di sana. Tidak apa lah, jika hanya satu atau dua. Lagi pula, aku juga
sering makan daging burung jika di hutan. Itu karena dulu paman pernah
menangkap burung.
Jadi ingin ke
sungai itu lagi. Pasti sangat menyenangkan. Banyak ikan juga di sana, dan kalau
bisa aku ingin menangkap ikan. Alatnya? Tentu saja, aku akan menggunakan tombak
milik paman yang ada di rumah kayu.
Jika menggunakan
tombak, aku lebih cepat daripada menggunakan alat pancing. Aku sangat sering
menggunakannya, jadi aku tidak khawatir lagi menggunakan senjata itu.
“Yui-kun, Jun-kun” aku langsung mendongak ketika ada yang memanggil Yui-kun.
“Ternyata kau,
Akari” aku melihat Yui-kun yang
wajahnya berubah masam. Siapa dia?
“Dia siapa, Yui-kun?” tanyaku.
“Yoshida Akari,
itu namaku. Siapa kau?” tanyanya menatapku.
“Shimazaki
Haruka, pacarku” eh?
“Apa? Pacar?”
“Aku…”
“Dia calon
istriku” aku melihat Yui-kun dengan
tatapan bingung.
“Tidak mungkin”
“Sayang, kita
pulang, ya?”
Aku hanya
menggaruk kepalaku dan menatapnya bingung. Aku sama sekali tidak mengerti
dengan apa yang dia maksud. Dia menarikku dan aku hanya mengikuti saja langkah
kakinya. Setelah menjauh dari mereka, baru aku bertanya tentang kejadian tadi.
“Kenapa kau
bilang seperti itu?” tanyaku masih dalam keadaan bingung.
“Dia itu gadis
yang mengejarku, Paru. Aku sama sekali tidak menyukai sifatnya. Dia itu sedikit
berlebihan” aku mengangguk mengerti.
“Tapi, kenapa
kau harus bilang jika aku kekasihmu?” tanyaku lagi.
“Agar dia tidak
mengejarku lagi. Tolong aku ya, Paru?”
“Baiklah. Lagi pula,
sebagai balasan untuk kebaikanmu selama ini”
“Arigatou, Paru” aku mengangguk.
Aku dan Yui-kun kembali berjalan. Di tempat parkir,
ada beberapa orang pemuda yang menghampiri kami. Aku tidak tahu siapa mereka. Tapi,
dari wajah mereka, mereka seperti tengah kesal.
Dan sedari tadi,
mereka melihat Yui-kun. Ada apa
dengan mereka? Ada suatu masalah kah? Atau mungkin, ada keperluan?
“Yui”
“Kau lagi” ketus
sekali membalasnya.
“Mereka siapa, Yui-kun?” tanyaku penasaran.
“Pemuda-pemuda
kurang kerjaan.”
“Kurang kerjaan?”
dia mengangguk.
Aku melihat
beberapa pemuda itu yang mendekat ke arah kami. Sementara aku hanya diam
memandang tingkah laku mereka.
“Lebih baik, kau
menjauh dari Akari” kata pemuda itu.
“Keiichi. Dari dulu
pun, aku sama sekali tidak suka dengan gadis itu”
“Bohong!”
“Aku pacarnya”
aku langsung menengahi mereka.
“Apa?” aku
mengangguk.
“Iya, dia
kekasihku” aku tersenyum mendengar ucapan Yui-kun.
“Pasti dia hanya
gadis yang di suruh Yui saja, Kei” pemuda yang satu ini benar-benar membuatku
ingin sekali memukulnya.
“Jangan asal
bicara”
“Sepertinya
mulutmu itu perlu di bungkam” ucapku menatapnya kesal.
“Berani kau”
“Tentu saja. Aku
sama sekali tidak takut dengan kalian” balasku menatapnya kesal.
Tangannya yang
hampir melayang ke arah pipiku, langsung aku tahan. Dan kemudian, aku langsung
memukul perutnya. Begitu saja sudah kesakitan ternyata.
“Hebat bukan?
Maka dari itu, jangan macam-macam dengan kekasihku” kata Yui lagi.
“Sudahlah, kita
pulang saja, Yui” dia mengangguk.
“Sampai jumpa
lagi, Keiichi”
To Be Continued......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar