Author : Cheri Yuira a.k.a Rena Anisa Azahra
Genre : Gender Bender, Love, Roman 18 +
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Yokoyama Yui
Warning!! Ada adegan 18 tahun ke atas, bagi yang di bawah
umur jangan baca. Tapi, aku gak yakin kalau kalian mau nurut. Jadi, aku harap
kalian itu bisa sadar diri. Ehm... pertama-tama, aku cuma mau bilang sama
kalian baca basmalah dulu, kemudian akhiri dengan istighfar. hehe....
Happy Reading All....
~---0---~
~---0---~
Melihatnya dari jauh seperti ini, memang
sangat menyakitkan. Apalagi, jika dia di goda oleh gadis lain. Aku benar-benar
tidak bisa melihat semua itu. Kemana dia yang dulu? Apa aku harus menemuinya
secara langsung?
Tapi, siapalah aku ini? Kami hanya
berhubungan gelap. Tidak ada yang mengetahui hubungan kami. Aku dan dia sangat
jauh berbeda. Dia dari keluarga terpandang, sedangkan aku? Aku hanya gadis
miskin.
Aku melihatnya yang sekarang tengah
berjalan dengan langkah mantap. Kedua matanya, entah kenapa aku merasa, dia
sedang menatapku. Dengan sangat dalam.
Benar bukan? Dia berhenti tepat di
depanku. Dia hanya tersenyum manis kepadaku. Kemudian, ia berkata. Sangat
pelan.
“You’re
Mine, Paru” kemudian, ia langsung melangkah melewati aku begitu saja.
“You’re
Mine? Apa maksudnya?” tanyaku penuh tanda tanya.
Apa dia ingin menjadikan aku miliknya?
Tapi, aku dan dia hanya berhubungan tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan, aku
hanya gadis miskin yang tidak pantas untuknya. Dan apa yang harus aku lakukan?
Aku memang mencintainya. Dan kenapa aku
dan dia berhubungan seperti ini? Itu karena dulu, dia sudah mengetahui semua
identitasku. Bahkan, dia bisa membongkar rahasia yang aku miliki tentang
keluargaku. Dan aku tidak mau itu terjadi. Maka dari itu, aku menuruti kemauannya.
Ayahku dulu pernah menjual minuman
keras, atau bahkan hal yang sangat buruk. Dan ibuku, dia mengalami nasib yang
sangat jelek. Kalian tidak perlu tahu. Aku sangat malu mengatakannya.
Dan dia mengetahui semuanya. Maka dari
itu, aku memintanya untuk jangan bilang pada siapa-siapa. Dan justruh, dia
memintaku untuk menjadi kekasihnya. Bukan, lebih tepatnya kita berhubungan
tanpa status.
Dia selalu saja menganggapku seperti
perempuan malam. Tapi, berjalannya waktu, aku justruh mencintainya. Aku sudah berusaha
membuang perasaan itu, namun aku tidak bisa. Sangat sulit.
Dia yang pertama menyentuhku. Dia juga
yang pertama kali bersetubuh denganku. Dia sudah mencurinya dariku. Hanya saja,
aku masih belum bisa menerima perlakuan itu. Tapi, semua itu sudah berbeda.
Ketika aku jatuh hati dengannya.
***
Aku masuk ke ruang UKS. Kepalaku sangat
sakit, maka dari itu aku pergi saja kemari. Hanya untuk istirahat dan meminum
obat. Supaya aku bisa cepat sembuh dan menjalani aktifitasku seperti biasa.
“Kau kenapa?”
Suara berat yang memecah keheningan itu,
membuatku harus menoleh ke arah pemilik suara. Pemuda tampan yang selama ini
menemani malamku, ada di hadapanku sekarang. Entah kenapa, aku sangat menyukai
kedatangannya.
“Aku hanya sedikit pusing” suaraku
keluar untuk membalas pertanyaannya.
“Jangan sakit, aku masih membutuhkanmu”
aku mengangguk kecil.
“Jangan khawatir. Aku pasti akan
baik-baik saja” dia mengangguk.
Aku melihatnya yang mendekat ke arahku.
Dia memegang pinggangku erat. Bahkan, senyuman manisnya masih terpampang di
bibirnya. Bibir itu, bibir yang pertama kali bersentuhan dengan bibirku. Dengan
tubuhku.
Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Bibirnya kembali menyentuh bibirku. Aku merasakan lembutnya bibirnya yang
sekarang melumatku dengan lembut. Tangan kanannya naik dan menekan kepalaku.
Sehingga ciuman kami semakin dalam.
Tapi, aku masih sadar. Aku tidak ingin
ada yang melihat kami melakukan semua ini. Aku mendorongnya sekuat tenaga. Dia
melepaskan ciuman kami dengan terpaksa. Menatapku dengan kedua mata hitamnya.
Dia terheran.
“Kenapa kau menciumku di sini, Yuu-kun?”
“Aku menginginkanmu. Sudah lebih dari
satu minggu kita tidak lagi berhubungan, aku merindukanmu”
“Tapi tidak di sini, Yuu-kun”
“Ayolah paru, aku merindukanmu”
ucapannya yang terbilang menggoda itu, langsung membuatku merinding.
“Tidak. Jangan di sini”
“Ehm… baiklah, nanti malam kau
apartemenku saja, ya? Aku merindukanmu” aku mengangguk begitu saja. Jujur, aku juga
sangat merindukan belaiannya.
***
Malam kembali tiba. Seperti yang dia katakan,
aku sudah bersiap-siap pergi ke apartemennya. Tapi, sebelum aku pergi, aku
sempat bertengkar dengan ayah. Maka dari itu, aku menangis sekarang.
Ayah berkata, aku ini sama seperti ibu.
Aku gadis nakal yang selalu menyerahkan tubuhku pada lelaki. Tapi, apa dia
tidak pernah berfikir? Jika aku seperti ini karenanya? Ibu juga menderita
karena dirinya.
Sampai di apartemennya, aku mengetuk
pintu apartemennya. Tak lama, pintu terbuka dan dia tersenyum ke arahku. Tapi,
wajahnya berubah, ketika melihatku. Mungkin saja, dia terkejut karena kedua
mataku yang mungkin memerah.
Dia menyuruhku untuk masuk, dan kemudian
kami duduk di sofa apartemennya. Dia mendekat dan membawaku ke dalam
pelukannya. Sangat hangat. Aku menenggelamkan wajahku di bidang dadanya.
“Kau kenapa?” tanyanya di saat aku mulai
tenang.
“Ayahku memarahiku lagi, Yuu-kun” balasku kepadanya.
“Sudahlah, masih ada aku di sini. Kau
tenang saja” dia berkata dengan lembut.
Jika aku bisa, aku ingin memilikimu, Yuu-kun. Apa aku boleh, memiliki dirimu?
Tapi, aku tahu, jika aku ini hanya gadis malamnya. Wanitanya. Gadis yang hanya
dia harapkan, ketika dia bernafsu.
Dia hanya ingin tubuhku. Tapi, kenapa
aku harus mencintai dirinya? Kenapa perasaan itu harus tumbuh di dalam hatiku?
Kenapa Tuhan? Kenapa kau menyiksaku seperti ini? Sudah hidup menderita,
sekarang harus hidup dengan memendam perasaan kepada pemuda ini.
***
Hidupku ini, entah kenapa menjadi
miliknya. Semua waktuku begitu saja di ambilnya. Tapi, aku sama sekali tidak
bisa melawannya. Justruh, aku terpesona dengannya. Sentuhannya di tubuhku,
benar-benar membuatku hilang akal.
Tangannya yang bermain di kedua belahan
dadaku yang masih tertutup benang, sangat begitu membuatku teransang. Setiap
sentuhannya di tubuhku membuatku melayang. Ketika dia bermain di tubuhku, aku
hanya bisa melenguh tak karuan dan menyebut namanya.
Biarlah. Biarlah dia yang menyentuhku,
aku sudah rela. Bahkan, aku hanya ingin di sentuh olehnya selalu. Dan aku
ingin, hanya dia yang menyentuh tubuhku. Aku hanya menyerahkan tubuhku
kepadanya.
“You’re
Mine, Paru” katanya berbisik di telingaku membuatku menggelinjang geli
karenanya.
“Yuu-kun”
aku memanggilnya sambil mendesah.
“Kau cantik, Paru. Kau nakal, kau juga
selalu menggoda” ucapannya kembali terdengar.
“Yuu-kun”
Aku merasakan tangannya yang sekarang
memegang kewanitaanku, aku mengerang. Dia memainkan jemarinya di sana. Jujur,
sedari tadi aku sudah basah karenanya. Sudah berapa kali aku mengeluarkan
cairan dalam tubuhku.
Padahal, aku masih menggunakan dress.
Tapi, dia bisa masuk ke dalamnya. Aku
hanya bisa pasrah seperti ini, aku hanya ingin dia yang memiliki aku malam ini.
Aku butuh dia. Aku ingin dia.
“Paru, apa kau ingin ke kamar sekarang
juga?” tanyanya.
“Terserah kau saja” balasku.
“Bagaimana jika kita mandi dulu? Jujur,
aku belum mandi”
“Tapi, aku sudah mandi tadi” ucapku.
“Kita mandi saja, sayang. Aku ingin
bermain di sana bersamamu” aku kembali mengangguk.
Aku hanya bisa mengalungkan kedua
tanganku di lehernya, ketika dia menggendongku dan membawaku ke kamar mandinya.
Aku sudah terbiasa bermain dengannya di tempat ini. Kamar mandi ini adalah
saksinya.
Dia melepaskan dress yang menutupi
tubuhku. Setelah telanjang, dia kembali menciumku. Menggigit leherku dengan
perlahan. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.
“Yuu-kun…”
entah kenapa, aku tidak menerimanya. Aku juga ingin sekali menciumnya.
“Kenapa? Kau ingin bermain sekarang
juga?” aku hanya mengangguk membalasnya.
Dia membalikan tubuhku, dan aku langsung
menciumnya. Kami bermain lidah, dan saling bertukar saliva. Tanganku bergerak
untuk membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Aku melakukannya dengan
perlahan, karena aku masih berciuman dengannya.
Malam ini begitu indah, aku dan dia
saling bermain. Yuu-kun, aku sangat
mencintaimu. Kemudian, tangannya yang bebas langsung bermain di belahan dadaku.
Aku hanya bisa melenguh sambil melepas ciumannya.
“Kau kesakitan?” aku melihatnya yang
tersenyum.
“Tidak. Aku hanya terkejut” balasku
padanya.
“Aku tidak akan membuatmu sakit, Paruru”
Aku hanya bisa tersenyum dan kembali
menciumnya. Tapi, dia melepaskannya dan mencium leher putihku yang jenjang. Aku
hanya bisa melenguh dan berteriak memanggil namanya. Tak lama, dia melepaskan
ciumannya. Tangannya kembali masuk ke dalam diriku.
“Jika kau ingin berteriak. Berteriaklah
sesukamu”
Aku hanya bisa mengangguk dan berteriak
memanggil namanya. Lagi-lagi, aku melihatnya yang tersenyum kepadaku. Dan dia
memainkan jemarinya naik turun dan membatku melenguh karenanya.
“Yuu-kun,
ahh… lagi Yuu-kun…” aku mendesah tak
karuan.
“Kau sangat menginginkannya, sayang.”
Dia hanya bisa meneruskan permainannya
di bawah sana. Dan aku hanya bisa memegang lengannya dengan sangat erat. Dan
tak lama, cairanku kembali keluar dari dalam tubuhku. Aku mengambil nafas
berkali-kali.
Dia mengangkat tubuhku dan membaringkan
aku di bathup. Dia menindihku dan kembali bercumbu denganku. Aku hanya bisa
menikmati perlakuannya dan tanganku menyentuh bidang dadanya.
Dan sekarang, aku merasakan tangannya
yang meremasku. Aku hanya bisa melenguh dan mendesah sambil menyebut namanya.
Tuhan, pemuda ini benar-benar membuatku merasa terbang.
Kemudian, aku melihatnya yang
menenggelamkan wajahnya di belahan dadaku. Lalu, dia menyusu seperti bayi yang
kehausan. Aku hanya bisa menekan kepalanya, dan menikmati perlakuannya.
“Yuu-kun”
“Sayang, berdirilah” aku mengangguk.
Aku mengikuti permintaannya, dia duduk
di depanku dan aku hanya berdiri di depannya. Kemudian, tanpa aba-aba dia
langsung menenggelamkan wajahnya di daerah kewanitaanku. Uhh… ini membuatku
sakit.
Aku merasakan lidahnya yang langsung
menyentuhku. Sesekali juga, dia menggigitnya dan menghisapku. Aku hanya bisa
melenguh dan tanganku yang memegang erat kepalanya. Lagi-lagi aku mengeluarkan
cairanku dan dia langsung menelan semua cairanku tanpa rasa jijik.
Aku melemas, dan tubuhku hampir saja
terjatuh, jika saja Yuu-kun tidak
menangkapku dan membaringkanku di bathup. Tak lama, dia memasukan dirinya ke
dalam diriku yang lagi-lagi membuatku mengerang. Aku hanya bisa melenguh dan
kembali merasakan bibirnya yang menyatu di bibirku.
Dia melumatnya dan menggigitnya
sesekali. Dan mau tidak mau, aku harus membuka mulutku dan mengijinkan lidahnya
masuk ke dalam mulutku.
Tak lama, dia melepaskan ciuman kami.
Kemudian, dia menggerakan tubuhnya dan membuatku harus mengikuti pergerakan
tubuhnya.
“Uhh… Yuu-kun”
Dia kembali menggerakkan tubuhnya.
Lagi-lagi aku harus mengerang karenanya, dan sampai pada akhirnya, cairannya
tumpah dan masuk ke dalam rahimku. Itu sudah biasa untukku.
“Terima kasih, sayang. Kau sangat
nikmat”
“Yuu-kun”
Tubuh kami sudah basah karena air.
Bahkan, cairanku saja mengotori kamar mandinya. Darah yang pertama kali aku
lihat, sekarang masih terlihat jelas.
“Wow… sangat indah” gumamannya
terdengar.
“Aku hanya milikmu, Yuu-kun”
“Iya, itu benar. You’re Mine, Paru” katanya tersenyum kepadaku.
Kami mandi sama-sama, sesekali dia
membersihkan tubuhku dengan sabun. Aku hanya bisa pasrah dan menerima setiap
perlakuannya yang sesekali mencium diriku. Bahkan, aku terkadang membalas
ciumannya dan membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai, dia kembali
menggendongku. Membaringkanku di kamarnya, setelah itu melepas handuk yang
melekat di tubuhku.
Dia juga melepas handuknya, kemudian
terbaring di sebelahku. Aku memeluknya dengan sangat erat. Bahkan, tubuh kami
saling bersentuhan. Kaki kami saja juga saling terpaut satu. Dan aku
menenggelamkan wajahku di bidang dadanya.
“Aku mencintaimu, Paru” entah kenapa aku
langsung tersenyum mendengarnya.
“Aku juga, Yuu-kun” balasku tanpa sadar. Karena aku sudah benar-benar lelah
dan mengantuk.
“Aku sangat bahagia mendengarnya,
sayang. Jadilah milikku, aku akan membahagiakanmu.”
“Aku juga menginginkanmu menjadi
milikku, Yuu-kun”
“You’re
Mine, Paru”
“Yeah. I’m Yours, Yuu-kun”
“Tidurlah” aku mengangguk.
***
Matahari kembali muncul di pagi hari,
membangunkanku karena cahayanya yang menyusup melewati jendela kamar. Aku
mengerjap sejenak, kemudian melihat wajah dari seorang pemuda yang semalam
lagi-lagi bermain denganku.
Wajahnya yang tenang membuatku
tersenyum. Aku mendekat dan mencium bibirnya dengan lembut.
“Kau sangat berani, Paru”
“Eh?” aku kira dia tidur.
Dia membuka kedua matanya dan tersenyum
kepadaku. Aku sangat takut jika dia marah, maka dari itu aku langsung bangun
dan membuang pandanganku darinya.
Tapi, tak lama, aku merasakan ada tangan
yang menarik selimut yang aku pakai. Membuat tubuhku terlihat. Tapi, Yuu-kun langsung memelukku dan menaruh
dagunya di pundakku. Sementara tangannya, mengelus perutku dan sesekali ke
atas.
“Kau tahu? Kau sangat cantik sekali,
sayang”
“Yuu-kun?”
“Aku senang, ketika mendengar jawabanmu
semalam.”
“Jawaban yang mana?” tanyaku sedikit
heran.
“Jawabanmu kepadaku. Kau bilang, kau
juga mencintaiku. Aku sangat mencintaimu, sayang”
“Mencintaiku?” dia mengangguk.
“Aku ingin hidup bersamamu. Aku ingin
kau selalu ada bersamaku, aku ingin kau seutuhnya. Tidak akan ada laki-laki
lain yang berani menyentuhmu kecuali aku”
Dia mencium leherku sejenak, kemudian
matanya melihatku. Mata hitamnya yang menyejukan, mata hitam itu selalu
membuatku ingin melihatnya. Membuatku sangat tenang, ketika ada di dekatnya.
“Hontouni
Aishiteru, Paru-chan”
Bisikannya di telingaku seperti aliran
listrik yang membuat tubuhku mengejang. Aku tidak percaya dengan semua ini.
Bahkan, aku masih menganggapnya seperti mimpi. Yuu-kun, dia mencintaiku? Aku benar-benar bahagia.
“Aku akan membuatmu bahagia. Aku tidak
akan membiarkan ayahmu yang bejat itu menyakitimu lagi. Kau akan bahagia
denganku. Aku akan menjadikanmu sebagai istriku”
“Yuu-kun,
kau serius?”
“Sangat serius. Menikahlah denganku, my angel”
“Hai.
Aishiteru, Yuu-kun” ucapku membalas senyumannya.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar