Author : Rena-chan
Genre : Friendship
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jurina
- Kashiwagi Yuki
- Kitahara Rie
- Oshima Ryoka
- Okada Nana
- Kodama Haruka
Other Cast :
- Rena Anisa Azahra
- Putri Meliana Sari
- Sita Septiana Rahmawati
- Ayu Lestari
- Anisa Anggraeni
Sori kalau ada kesalahan dan juga typo yang bertebaran. Dan semoga kalian suka. Mungkin, belum ada bumbu (?) komedinya di chapter ini.
Happy Reading All.....
Seorang gadis dengan rambut sebahu,
membuka kedua mata indahnya. Dia benar-benar asing dengan apa yang ia lihat di
sekitarnya. Dia bangkit. Tubuhnya sangat pegal. Rasanya benar-benar lelah.
Dia melihat beberapa gadis yang juga
terbaring tidak jauh dari tempatnya. Dia menghampiri salah satu gadis itu dan
mencoba membangunkan sahabatnya itu.
“Jurina, bangun” kata Yui.
“Ada apa?” Tanya Jurina yang masih dalam
keadaan setengah sadar.
“Kita ada dimana? Ini seperti di tengah
hutan”
“Apa?? Hutan???”
Jurina segera bangun dan melihat kea rah
sekitar mereka. Terdapat banyak pohon di sebelah kanan dan kiri mereka. Dan ada
beberapa teman mereka yang juga masih berbaring di sana. Mereka kemudian
mencoba untuk membangunkan sahabat mereka.
Setelah semua sadar, mereka kembali
mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Namun, apa daya, tidak satu pun dari
mereka yang mengingat kejadian sebelumnya.
“Lalu, kemana kita harus pergi?” Tanya Yuki.
“Entahlah. Aku sama sekali tidak tahu
tempat ini” kata Yui membalas.
“Sebaiknya kita mencoba berjalan saja.
Dan berteriak meminta tolong. Siapa tahu ada orang di sekitar sini” kata Rie
memberi saran.
“Iya, baiklah.”
Kemudian, mereka langsung melakukan apa
yang di sarankan oleh Rie. Berjalan sambil berteriak meminta tolong.
***
“Woy… bantuin napa?” teriak seorang
gadis berambut sebahu. Ia memakai pakaian sederhana berwarna abu-abu. Dia tengah
mencari kayu bakar.
“Berisik lu.” Kata salah satu temannya
mengeluh. Gadis dengan tinggi sekita 150 cm. Rambut panjang dan berponi dengan
baju berwarna hitam.
“Abisnya gue sendiri nyarinya, Ica. Bantuin
kek, jangan bersantai mulu. Dasar pemalas” kata gadis berambut sebahu dengan
poni itu.
“Iya, iya. Lu udah kayak ibu ibu saja
tahu gak. Dasar Salt Princess” kata
temannya mengejek.
“Asem dah. Cepetan sini, jangan banyak
bacot”
“Iya Rena Anisa Azahra sang putri tidur”
“Sialan!” umpat gadis bernama Rena Anisa
Azahra itu.
Rena dengan wajahnya yang sedikit
tertekuk, kemudian melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.
“Rena, Ica” mereka menoleh, ketika ada
yang memanggil nama mereka.
“Putri, Sita, Ayu? Kalian nyusul juga”
kata Ica. Dia bernama asli Anisa Anggraeni.
“Iyalah. Lu kan Cuma nyusahin Rena saja
kalau lagi nyari kayu bakar”
“Sialan” umpat Ica kesal.
“Udah ah. Ren, udah selesai nyari kayu
bakar?” Tanya Ayu menengahi.
“Liat saja tuh”
Rena menunjuk kayu bakar yang sudah
dalam keadaan terikat. Jumlah kayu bakar itu lumayan banyak. Ada 4 ikat di
sana. Dan itu membuat Ayu terkejut. Dalam waktu 30 menit, Rena bisa mendapatkan
kayu bakar sebanyak itu.
“Gila! Banyak banget, Ren?” Tanya Ayu
dan Sita.
“Kalau nyari sedikit di protes, nyari
banyak juga di protes. Mau kalian itu apa sih?” decak Rena sebal.
“Hehe… maksudnya itu, lu hebat Ren” kata
Ayu menunjukan cengirannya.
“Udah ah… gue mau pulang. Ica, lu aja
yang bawa” kata Rena yang langsung berjalan begitu saja.
“Eh?”
“Gak usah protes. Rena lagi capek banget
sekarang. Jangan buat dia marah. Lu mau di makan hidup-hidup sama dia?” kata
Putri menakut-nakuti.
“Gak ah. Dia kalau lagi marah serem
banget. Gue gak mau jadi sasaran dia”
“Ya sudah. Makanya tu kayu bawa saja,
ok?”
Mau tidak mau, Ica harus rela membawa
kayu-kayu itu dengan bantuan Putri, Ayu dan Sita. Tidak mungkin juga, jika dia
harus membawa kayu-kayu itu sendiri.
Dalam perjalanan, mereka mendengar
suara. Rena yang sangat jelas mendengar suara-suara itu, segera menghentikan
langkah kakinya.
“Kalian denger suara, gak?” Tanya Rena.
“Suara?”
“Iya. Jelas banget kok suaranya” kata
Rena lagi.
Mereka mencoba mendengar suara yang tadi
Rena dengar. Dan tak lama, suara-suara yang tadi Rena dengar, kini juga
terdengar di telinga keempa temannya.
“Iya Ren. Tapi, siapa?” Tanya Ayu.
“Jangan-jangan hantu lagi, hii….”
“Dasar lu. Makanya jangan suka nonton
film horror mulu, lu. Pemikirannya gak mutu banget” ejek Putri yang agak kesal
dengan Ica.
“Itu suara kuntilanak, lu paham?”
“Rena… jangan nakut-naktin dong”
“Ya sudah, jangan mikir yang gak-gak. Pusing
gue dengernya”
“Iya.”
“Sudah ah. Gue mau ke asal suara itu.
Ada yang mau ikut?” Tanya Rena.
“Mau” jawab Ayu dan Putri secara
serentak.
“Ya sudah. Ica sama Sita nerusin jalan
saja, ya? Tuh, sekalian bawa kayu bakarnya Putri sama Ayu, ok?”
“Iya”
Setelah mereka berpisah, Rena dan kedua
temannya mencari arah sumber suara tersebut. Suara itu semakin jelas, ketika
mereka sudah ada di sekitar jurang. Dan itu membuat Rena yakin, jika suara itu
ada suara orang. Bukan hantu yang seperti di bilang oleh Ica tadi.
“Woy… siapa di sana?” Rena berteriak.
“Eh Ren, lu yakin amat kalau itu orang”
“Iyalah, orang. Gue udah bisa bedain
suara orang sama hantu” kata Rena yakin.
“Iya dah. Suka-suka lu saja, Ren”
“Liat deh”
Mereka menoleh melihat Ayu yang menunjuk
sesuatu. Karena penasaran, mereka menoleh. Mereka melihat apa yang di tunjuk
Ayu tadi.
“Hooo……. Siapa mereka? Kok kayaknya aku
kenal, ya?” Ayu menggumam.
“Emang mereka siapa, Yu?”
“Etdah… bukannya itu Yokoyama Yui?” Ayu
menunjuk salah satu dari mereka.
“Apa? Yoko apa? Yuyi?” kata Rena
bertanya.
“Yokoyama Yui, Rena. Yui. Y-U-I bukan
Yuyi”
“Owh… Yokoyama Yui. Eh? Yokoyama Yui?”
kata Rena agak terkejut.
“Telat lu”
“Kesana yuk”
“Iya udah, ayuk”
Akhirnya, mereka mengikuti Rena untuk
mendekati beberapa gadis yang ada di depan mereka. Dan ternyata benar dugaan
Ayu. Jika orang yang mereka lihat itu adalah Yui. Tapi, kenapa mereka ada di
hutan seperti ini. Di Indonesia pula.
“Anata
dare?” Yui langsung bertanya, ketika dia berhadapan dengan Rena.
“Watashiwa
Rena desu”
“Sumimasen,
setsumon ga yoroshii desu ka?
“Hai,
douzo” kata Rena.
“Koko
wa doko desu ka?” Tanya Yui lagi.
“Koko
wa Kebumen desu”
“Kebumen?”
“Hai,
Indonesia”
“Indonesia?” Rena mengangguk heran
melihat ekspresi Yui yang mungkin terkejut.
Rena mendesah, ketika melihat Yui yang
langsung menoleh ke arah temannya. Mereka seperti membicarakan sesuatu.
“Ren, bahasa Jepang lu lancar amet?” Tanya
Ayu.
“Gak juga sih.” Kata Rena membalas.
“Nee… Yui-san” Rena
“Hai,
nani?” Tanya Yui.
“Doushite anata wa koko ni imasu ka?” Tanya Rena. Yui mendesah dan menggeleng.
Rena mengerti. Yui sama
sekali tidak tahu kenapa dia ada di sini. Dan sekarang pun, Rena bingung. Dia tidak
tahu apa yang harus dia lakukan.
“Rena-san”
“Nani?”
“Ano…” Yui terlihat
“Nani? Just say it” entah
kenapa Rena berkata dalam bahasa inggris tiba-tiba.
Yui menghela nafasnya
sejenak, kemudian ia mulai mengungkapkan apa yang ia pikirkan kepada gadis yang
mempunyai tinggi 152 cm itu.
“Ok.”
“Honto?” Rena mengangguk-angguk.
“Hontouni Arigatou Gozaimasu, Rena-san”
“Just call me rena, not
Rena-san” Yui mengangguk.
“Thank you, Rena”
“you're welcome. come on follow me” Yui mengangguk.
***
“This my House,” kata Rena, “douzo”
“Arigatou” Rena mengangguk.
Rumah sederhana itu
hanya sebuah rumah yang sedikit agak luas. Ada 4 kamar di dalam sana. Satu di
depan, kemudian yang satu bersebelahan. Dan hanya sebuah dinding yang membatasi
kedua kamar itu dengan ruang tamu.
Dan di belakang ada dua
kamar yang saling berdekatan. Kamar yang ke empat ada di paling pojok. Rena biasa
menggunakan kamar itu sebagai tempatnya tidur. Iya, dia tidur di kamar yang
paling pojok. Sendiri? Tentu saja sendiri.
“Meow” ketika mereka
masuk ada seekor kucing yang langsung melompat kea rah Rena.
“Cat?” Rena tersenyum dan mengangguk.
“Puspita Anggraeni
Sintya Putri Nanami Azahra.” Ke-7 member AKB48 itu terlihat terkejut mendengar
nama si kucing.
“Panjang sekali”
komentar Haruka.
“Hehe... panggil saja
Pus”
Ayu dan Putri hanya
menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rena. Memang, gadis itu sedikit agak
aneh. Dia mempunyai seekor kucing dan membuat nama yang panjang. Sementara panggilannya
hanya ‘Pus’.
“Lagian nama kucing
saja panjang” kata Ayu menyipitkan kedua matanya.
“Suka-suka gue” kata
Rena lalu menjulurkan lidahnya ke arah Ayu.
“Rena-chan, nenek kamu ada di mana?” kata Haruppi yang sedikit
lancar berbahasa Indonesia.
“Mungkin di dapur.”
“Boleh kan, kita
tinggal di sini?” Tanya Haruppi.
“Boleh saja. Aku akan
membantu kalian untuk pulang ke negeri kalian. Tenang saja. Tapi, aku
membutuhkan waktu”
“Tidak apa-apa. Justruh,
kami meminta maaf karena kami sudah merepotkanmu”
“Iie. Kalian tidak merepotkan” kata Rena.
“Chotto Matte”
Rena berjalan menuju
dapur. Dia melihat neneknya yang tengah memasak di dapur. Dapur dan rumah
terpisah. Rena harus melewati pintu belakang atau tidak pintu depan, ketika dia
akan pergi ke dapur.
Pintu belakang lebih
dekat. Jadi, Rena lebih memilih pintu belakang untuk menuju ke dapur. Dia melihat
ikan lele yang sudah masak. Ada sambal juga di sana. Dia tersenyum. Jujur,
perutnya sudah berbunyi sedari tadi.
“Nenek, boleh gak minta
ikan lelenya? Aku lesu banget” kata
Rena memelas.
“Ya. Gawa bae” Rena tersenyum senang.
Rena segera mengambil
ikan lele itu dan membawanya ke dalam rumah. Tidak lupa juga dia mengambil nasi
dan beberapa piring dan sendok. Mungkin saja, ketuju gadis malang yang ia
temukan tadi lapar.
“Kalian lapar?”
“Ah… iya, kami sangat
lapar” kata Haruka dengan formal.
Rena tersenyum
mendengarnya. Dia meletakkan ikan lele dan samba serta piring dan nasi itu di
meja.
“Douzo”
“hontouni Arigatou Gozaimasu, Rena-chan”
“Dou itashimashite”
Mereka makan bersama. Hanya
saja, ketika mereka makan. Hanya Rena yang sesekali memperhatikan Yui dan
keenam member AKB48 lainnya. Ada sebuah pertanyaan yang terlintas di benaknya.
Kenapa mereka semua ada di sini, ya?Aku akan cari tahu nanti
deh. Mudah-mudahan nini ngijinin mereka tinggal di sini. Kasihan juga mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar