Kamis, 02 Juni 2016

Story Of My Life (Epilog)

Title : Story Of My Life Epilog
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...


~---0---~




Suara tangisan itu, kini makin lama makin menjadi. Matanya benar-benar memerah. Gadis berambut panjang itu, kini hanya bisa mendoakan seseorang yang sangat ia sayangi, yang masih terbaring lemah di dalam sana. Orang itu kecelakaan.
"Kenapa semua ini harus terjadi?" desisnya. 
Air matanya terus saja menangis. Ia benar-benar lelah, karena sedari tadi menangis. Tapi, ia tidak begitu mempedulikannya. Yang ia pedulikan sekarang, adalah orang itu. Orang yang sangat ia sayangi. Orang yang sangat ia banggakan. Tapi, kini orang itu terbaring lemah di dalam sana. 

"Atsuko nee-chan, bersabarlah!" kata Mayu yang ada di sampingnya.
"Tidak! Jika, dia tidak bangun juga, aku tidak akan sabar. Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi pada dirinya, Mayu? Kenapa? Dan kenapa bukan aku saja? Kenapa harus dia?" tanya Atsuko yang terus menerus tidak menerima semua kenyataan ini.

Kejadian itu, seolah seperti mimpi buruk untuknya. Dan seolah, ia belum juga bangun dari tidurnya. Tapi, itu semua nyata. Kejadian itu benar-benar terjadi. Walau bagaimana pun dia menyangkal, tapi semua itu adalah nyata. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, untuk mengembalikan waktu.
Andai waktu bisa diulang. Mungkin, lebih baik Atsuko saja yang menerima semua itu. Biar dia saja yang terbaring di dalam sana. Daripada adiknya. Yah... adiknya. Shimazaki Haruka. Dia harus terbaring melawan maut di dalam sana.

"Atsuko" dia mendongak. Atsuko melihat wajah ayahnya. Dia bangkit dari duduknya.
"Puas? Puas karena kau sudah melihat adikku terbaring di sana? Dan kau tertawa di atas penderitaannya. Kau benar-benar seorang ayah yang benar-benar tidak tahu diri." kata Atsuko meluapkan rasa amarahnya.
"Atsuko, ayah....."
"Apa? Kau senang bukan, melihat adikku terbaring di dalam sana? Dia melawan maut sendiri. Seharusnya, kau yang terbaring di dalam sana. Bukan adikku!" kata Paruru yang terus menerus menyalahkan ayah kandungnya itu.
"Atsuko, sudah nak!" kini, sang ibu mendekat dan memeluk putri sulungnya sendiri.
"Kenapa ibu? Kenapa, semua ini harus terjadi padanya? Kenapa tidak aku saja, yang merasakannya? Kenapa?" tanya Atsuko lagi.
"Ini sudah takdir, nak. Haruka sendiri, yang memilih untuk menyelamatkan ayah kalian" kata sang ibu membalas.
"Tapi, jika ayah tidak memarahinya, Paruru tidak akan seperti ini, ibu. Paruru, tidak akan terbaring di dalam sana. Aku takut, jika Paruru kenapa-napa. Aku tidak mau kehilangannya!" kata Atsuko membalas.
"Iya sayang. Haruka tidak akan meninggalkanmu. Dia tidak akan meninggalkan kita. Percayalah!" ibu meyakinkan dirinya.
"Paruru, kenapa kau melakukan semua itu?" lirih Atsuko bertanya.

***

FlashBack

Sang ayah menarik pergelangan tangan Paruru dengan kasar. Ayah tidak pernah mengakuinya sama sekali. Dan sekarang, ayah justruh ingin membunuhnya. Kenapa, takdir begitu kejam dengannya? Kenapa, dia tidak bisa bahagia dengan selamanya bersama dengan keluarganya.
Apa dia mempunyai salah dulu?
Kenapa, di saat dia sudah sembuh, ayahnya masih saja tidak mau mengakui dirinya? Apa yang salah dari dirinya, sekarang ini? Dia sudah sembuh dari penyakit cacatnya dan juga penyakit yang ada di kakinya. 

"Ahh....." ringis sang ayah, ketika Paruru menggigit tangan sang ayah. Walau menurutnya itu perbuatan yang tidak sopan, namun Paruru tetap melakukan ide gila itu.

Dia berlari menjauhi sang ayah. Ia melihat ibu dan tiga saudaranya yang kini sudah keluar dari taman, dan hendak menghampirinya. Ia tersenyum. Inginnya, Paruru akan menghampiri mereka. Tapi, ia mendengar suara yang membuatnya menoleh.

Tit! Tit! Tit!

Dia menoleh. Dia melihat sebuah mobil yang sekarang akan mendekati ayahnya. Ia melihat sang ayah yang menutup kedua matanya dengan kedua tangan. Ia berteriak. Dan sekarang, dia langsung berlari.
Tepat, sebelum mobil itu mendekat. Paruru mendorong sang ayah ke tepi jalan, dan sekarang ia justruh menjadi korban dari mobil itu. Benturan keras terdengar. 

Tubuhnya melayang dan sekarang, jatuh di jalan. Sebelum dia tidak sadarkan diri, dia melihat sosok seorang laki-laki yang sangat ia kenal. Laki-laki itu menangis, ketika melihat keadannya. Dia menyebut namanya berulang kali. Tapi, sayang Paruru sudah menutup kedua matanya dan hanya kegelapan yang ia lihat.
"Paruru, bertahanlah!" kata Yui menangis.
Dia mengangkat tubuh gadis itu yang sekarang penuh dengan cairan warna merah yang keluar dari kepala bagian belakang gadis itu. Mulutnya juga mengeluarkan cairan dengan warna yang senada. Dan Yui membawa Paruru masuk ke dalam mobil, dan bergegas pergi ke rumah sakit. Di belakang, Atsuko dan yang lain mengikuti Yui.

FlashBack End

***

Bunyi mesin dari pendetak jantung itu, masih terdengar. Di kamar itu, seorang gadis terbaring lemah. Di tubuhnya terpasang alat-alat medis. 
Tak lama, gadis itu membuka kedua matanya. Ia bangkit dari dari kamar itu. Tapi, ia sadar jika ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ia melihat tubuhnya baik-baik. Dan setelah itu, dia menoleh ke arah kamar itu. Tubuh seseorang tepatnya. 

Itu tubuhnya. Ia melebarkan kedua matanya. Tubuh dan rohnya terpisah. Ia benar-benar tidak mempercayai semua yang ia lihat. Ia mendekati tubuhnya sendiri. Memperhatikan tubuhnya itu. Ia mencoba menyentuh, tapi ia tidak bisa sama sekali. Tangannya menembus tubuhnya sendiri.

"Kenapa seperti ini? Ada apa denganku?" tanyanya tidak mengerti.
"Hei... apa maksudnya ini?" pertanyaan itu sama sekali tidak terjawab. Ia benar-benar bingung sekarang ini.

Gadis itu melangkah keluar dari kamar itu. Ia memperhatikan ada seorang gadis yang sekarang tengah menangis di kursi duduk. Gadis itu adalah kakaknya. 

"Atsuko nee-chan" Paruru mendekati Atsuko. Ia mencoba menyentuh pipi sang kakak, namun lagi-lagi tangannya menembus.
"Nee-chan, ini aku. Atsuko nee-chan, aku di sini. Di dekatmu" kata Paruru. Tapi, sampai kapan pun juga, sang kakak tidak akan mendengarnya.
"Paruru, jangan tinggalkan aku" ia mendengar sang kakak yang sekarang mengeluarkan kata-kata memohon. Memohon agar dia tidak meninggalkan kakaknya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, nee-chan. Aku juga menyayangimu" dia memandang wajah kakaknya yang sudah sembab.
"Atsuko" Atsuko menoleh.
"Untuk apa anda kemari?" tanya Atsuko menatap tajam ke arah ayahnya sendiri.
"Ayah minta maaf, nak. Ayah khilaf" kata sang ayah.
"Setelah adikku seperti ini, kau baru menyadarinya? Apa-apaan kau ini?" kata Atsuko yang sekarang memarahi ayahnya sendiri. "Dia terbaring di sana melawan maut. Dia koma!"

Paruru melebarkan kedua matany ketika mendengar hal itu dari mulut sang kakak. Tubuhnya yang ada di dalam sana koma. Namun, rohnya justruh berkeliaran. 
Kini, Paruru hanya bisa memandang dan mendengar mereka. Dia tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga atau temannya seperti dulu lagi.

"Apa ini semua akhir dari kehidupanku?" tanya Paruru lirih. 

***

48 hari kemudian.....

Atsuko masuk ke dalam ruangan Paruru bersama Yui. Mereka melihat tubuh gadis itu yang masih saja lemah. Sudah 48 hari ini, Paruru juga belum sadarkan diri. Walau begitu, Atsuko yakin, jika Paruru akan kembali padanya.
Atsuko menatap Paruru yang sekarang hanya bisa memejamkan kedua matanya, tanpa bisa tersenyum lagi untuknya seperti dulu. Dia memegang tangan adiknya dan mengelus tangan itu dengan lembut. 

"Kapan kau akan bangun, sayang?" entah berapa kali Atsuko menanyakan hal itu.
"Sabar nee-chan, Paruru pasti akan kembali pada kita" kata Yui menenangkan Atsuko.
"Tapi, ini sudah hari ke 48 Yui. Dan, Paruru juga belum sadar dari komanya" kata Atsuko lagi.
"Berdoalah. Hanya itu, yang bisa kau lakukan" kata Yui lagi.

Atsuko mengangguk. Ia menoleh, melihat sang adik. Wajah Paruru sangat pucat. 48 hari ini juga, sang ayah selalu menjenguknya. Dan, Atsuko tidak lagi marah dengan ayah. Menurutnya, itu percuma saja. Toh... tidak ada perkembangan dari Paruru.

"Yui, tolong kau jaga Paruru, ya? Aku harus bertemu dengan Yuki" Yui mengangguk.

Atsuko melangkah keluar. Sementara Yui, ia memandang wajah gadis itu. Ketika dia menjenguk gadis itu, Yui selalu bercerita tentang kesehariannya. Tidak peduli juga, gadis itu tidak sadarkan diri. Dia tetap menceritakannya.

"Tuan putri, kau tahu? Aku merindukanmu. Kau masih ingat pertama kali kita bertemu? Di taman waktu itu. Kau tidak bisa menyamai langkah kakiku karena kau cacat, bukan? Tapi, semenjak itu juga, aku selalu memikirkan dirimu. Aku menyayangimu melebihi diriku sendiri. Aku mencintaimu, Paru. Bangunlah! Aku benar-benar menyesal, karena belum pernah mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu. Bangun Paru! Demi aku, kakakmu, sadaudaramu yang lain, kedua orang tuamu dan teman-temanmu. Kami membutuhkan dirimu" lagi-lagi dia menangis.

Entah kapan, gadis itu akan bangun. Dokter hanya mengatakan, jika hidup Paruru tidak akan lama lagi. Tapi, Yui tidak mempercayai semua itu. Hati kecilnya mengatakan, jika Paruru akan kembali padanya. Tapi, ia yakin jika ini bukan akhir dari kehidupan Paruru.
Dan yang menjadi pertanyaan, kapan kiranya Paruru akan sadar dari komanya? Apa benar, jika Paruru akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya?

***

Sakura berjalan ke dalam rumah sakit. Di tangannya ada sebuah bunga kesukaan kakak ketiganya. Ia menjenguk lagi sang kakak yang masih dalam keadaan koma. Dia bersama Haruki, Mayu, Jun dan Rena. Sementara kakak pertama mereka, sudah ada di rumah sakit satu jam yang lalu. Ditemani Yui dan ibu mereka.
Sakura tidak tahu, jika kejadian itu harus terjadi pada kakak ketiganya. Ia terus menangis, semenjak kejadian itu. Paruru sangat lama tertidur, ia benar-benar kepikiran hal itu setiap malam. Dan bertanya-tanya, kapan kiranya Paruru akan sadar dari komanya. Dia sama sekali tidak percaya, jika Paruru akan meninggalkannya dan keluarganya yang lain. 

"Nee-chan" ia menyapa kakak pertamanya.
"Sakura" suara Atsuko benar-benar lirih.
"Yui, ada perkembangan?" Yui menggeleng dengan pertanyaan Mayu.
Mayu mendesah. Ia melihat kakak pertamanya yang sekarang tengah duduk menyandarkan tubuhnya. Ia tahu, Atsuko sangat sedih dengan keadaan Paruru yang sekarang ini. Tapi, ia tidak tahu lagi, apa yang harus ia lakukan. Hanya Paruru, yang bisa membuat keadaan kakaknya membaik seperti dulu.
"Dimana Yuki dan Natsumi?" tanya Mayu.
"Mereka di ruangan Yuki bersama Nana." Mayu mengangguk mengerti mendengarnya.

***

"Yuki" Yuki menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Mayu, ada apa?" tanya Yuki ramah. Mayu mendekat dan duduk di samping Natsumi.
"Apa tidak ada perkembangan dari adikku?" tanya Mayu langsung.
"Tidak Mayu. Hanya keajaiban yang bisa membuat adikmu kembali pada kita semua. Dan banyaklah berdoa" kata Yuki menjelaskan.
"Aku juga sudah melakukan segala cara untuk bisa menyembuhkan adikmu, tapi semua yang aku lakukan sia-sia. Maaf, Mayu" kata Natsumi.
"Tidak masalah, Natsumi. Ini bukan salahmu" 

Mayu mendesah dan kemudian ia menunduk. Pikirannya kacau. Mendengar penjelasan Natsumi, benar-benar membuatnya sedih. Entah kapan, sang adik akan kembali padanya. Ia benar-benar merindukan Haruka.

***

"Kembalilah, di sini bukan tempatmu" kata seorang perempuan berambut panjang.
"Siapa kau?" tanya Paruru.
"Tidak perlu kau tahu siapa aku. Kau bisa pergi kapan pun kau mau, tapi tidak sekarang!" kata gadis itu lagi.
"Kenapa? Bukankah, ini sudah hari ke 48? Bahkan, aku juga sudah memaafkan kesalahan ayahku" 
"Bukan itu yang aku maksud!" kata perempuan itu lagi.

Paruru menatap gadis itu lagi. Wajahnya benar-benar menenangkan. Tapi, ia sama sekali tidak tahu siapa gadis ini. Dan, tempat ini? Tempat ini serba putih, di mana-mana semuanya putih. Entah ada di mana sekarang dia berada? Ia sama sekali tidak tahu.

"Lalu?" tanya Paruru.
"Semua orang menyayangimu. Ada juga hal yang belum kau tahu, dari sahabat terbaikmu. Kau belum bisa pergi sekarang, Paru"
"Tapi...."
"Kau lebih memilih mati? Coba kau pikir, kau itu sudah beruntung masih bisa di kasih kesempatan hidup. Tidak ada yang seberuntung dirimu, Paru" kata perempuan itu lagi. "Pergilah! Hidupmu akan bahagia, jika masalahmu sudah selesai."
"Lalu, kau sendiri?" 
"Aku akan selalu ada di dunia ini. Aku sudah berbeda dari dirimu. Kau bisa pergi kemari. Tapi, suatu saat nanti. Bukan sekarang!" gadis itu mendekat ke arahnya.
"Apa aku akan bahagia?" tanya Paruru.
"Tentu saja. Semua orang pasti akan kemari, termasuk dirimu. Tapi, kau masih muda. Tidak layak, jika kau pergi sekarang. Pergilah, Paru!" gadis itu mengangkat tangannya untuk menutupi kedua mata Paruru.
"Kembalilah!"

***

Paruru mengerjapkan kedua matanya. Setelah itu, ia melihat langit-langit kamar yang berwarna putih. Ia juga mencium bau obat. Ada tangan yang menggenggam tangannya. Ia menoleh. Paruru melihat seorang gadis yang tengah tertidur lelap di sampingnya.
Ia mencoba bangun dari tidurnya, tapi ia tidak sengaja mengganggu gadis itu. Gadis itu terbangun dari tidurnya, dan kini melihatnya. Gadis itu melebarkan kedua matanya. 

"Paruru, kau sudah sadar?" kata Atsuko yang membuatnya sedikit terkejut.
"Iya, aku sadar. Lalu, siapa kau? Kenapa, kau mengenalku?" Atsuko terkejut mendengarnya.
"Paru, ini aku kakakmu" Paruru mengkerutkan dahinya.
"Kakak? Aku mempunyai seorang kakak? Setahuku, aku hanya hidup sendiri. Dan aku mempunyai seorang teman bernama Yui. Dan hanya Rena juga yang selalu ada untukku. Jangan mengaku-ngaku" kata Paruru.
"Aku kakakmu, Paru. Aku Shimazaki Atsuko"
"Tidak. Aku tidak mempunyai seorang kakak seperti dirimu" kata Paruru lagi.
"Yuki, Yuki" kini Atsuko berteriak memanggil sahabatnya.
"Ada apa A,-" perkataanya berhenti ketika melihat Paruru yang sudah sadar.
"Atsuko?"
"Dia sadar Yuki. Tapi, dia sama sekali tidak mengenaliku" kata Atsuko menangis.

Yuki terkejut. Ia mendekat ke arah Paruru dan Atsuko. Dia melihat wajah gadis itu. Ada sedikit raut keheranan, dari wajah Paruru. 

“Paru, kau ingat aku?” Tanya Yuki dan Paruru menggeleng.
“Baiklah. Ada yang kau ingat di hidupmu?”
Paruru berfikir sejenak, “Yui dan Rena. Dan Natsumi serta Haruki”
“Apa kau ingat saudaramu?” Tanya Yuki.
“Saudara? Aku tidak ingat, jika aku pernah memiliki saudara.” Kata Paruru membalas lagi.
“Lalu, apa kau ingat kedua orang tuamu?” lagi-lagi Paruru menggeleng.

Yuki menjauh dari Paruru, ia mengajak Atsuko untuk membicarakan keadaan Paruru.

“Dia Amnesia.” Kata Yuki langsung yang membuat Atsuko terkejut.
“A-apa?” seakan tidak percaya, Atsuko menggelengkan kepalanya.
“Iya, dia kehilangan ingatannya. Ingatan yang terpenting di otaknya hilang, dan mungkin yang tersisa hanyalah orang-orang yang tadi ia sebutkan.”
“Dia melupakan aku?” Yuki mengangguk.
“Dia melupakanmu, Atsuko.” Kata Yuki dengan berat hati.
“Ke-kenapa bisa?” Atsuko mengeluarkan air matanya.
“Ketika kecelakaan dulu, kepalanya terbentur. Mungkin, itu penyebabnya, kenapa Paruru bisa amnesia”

Atsuko melemas. Dadanya sangat sakit mendengar hal itu. Tak lama, tubuhnya melemah. Pandangannya kabur. Ia akan terjatuh, jika saja Yuki tidak menangkap tubuhnya.
“Atsuko”
Paruru hanya bisa menatap mereka bingung. Kenapa, gadis itu pinsan? Mungkin, itu yang ada di pikiran Paruru sekarang.

***

“Amnesia?” Yuki mengangguk.
“Hanya Yui dan Rena, serta Haruki dan juga Natsumi yang dia ingat. Selebihnya, dia tidak ingat apa-apa”
“Bagaimana mungkin, sensei? Kenapa, dia hanya mengingat aku, tuan Yui, Natsumi sensei, dan tuan Haruki saja? Kenapa, yang lain tidak?” pertanyaan itu diangguki oleh Mayu dan Sakura. Ayah dan ibu mereka juga tidak menyangka, jika hal itu akan terjadi pada Paruru.
“Mungkin, terakhir yang dekat dengan Paruru hanya kalian saja. Yui, Rena, Natsumi dan kau Haruki. Aku harap, kalian bisa membantu mengembalikan ingatan Paruru kepada Atsuko. Dia benar-benar stress karena Paruru melupakan dirinya”
“Aku akan membuat Paruru ingat kembali seperti dulu. Aku janji” kata Yui.
“Aku juga. Kau tenang saja, Sakura. Aku pastikan, kakakmu bisa mengingat dirimu lagi”
Arigatou, Haruki” Haruki mengangguk.

***

“Akhinya aku keluar dari rumah sakit juga, Yui” kata Paruru tersenyum lega.
“Iya. Kau senang, bukan?” Paruru mengangguk.
“Nee… Yui, kau menyukaiku?” Tanya Paruru.
“Kenapa kau bisa menanyakan hal itu?” Tanya Yui balik dengan wajah heran.
“Aku pernah mendengar ucapanmu kepada Haruki dulu. Jika, kau menyukaiku” kata Paruru.
“Memangnya, jika aku menyukaimu, apa kau akan menerimaku?”
“Kenapa tidak? Aku juga sangat menyukaimu. Karena, kau selalu ada untukku. Dan, aku juga merasa tenang ketika ada di sisimu” kata Paruru lagi.
“Aku selalu ada untukmu. Karena, aku sangat mencintaimu, Paru!” Paruru tersenyum mendengarnya.
“Aku juga sangat mencintaimu, Yui”

Yui tersenyum. Kemudian, ia membimbing kembali Paruru. Dan mereka masuk ke dalam mobil milik Yui.

“Yui. Kenapa, aku tidak bisa mengingat hal-hal yang dulu pernah terjadi padaku? Aku merasa ada sesuatu hal yang ganjil”
“Itu hanya firasatmu, Paru. Tidak perlu, kau memikirkannnya”
“Tapi, apa benar jika Atsuko nee-chan itu kakakku? Dan benarkah, jika tuan dan nyonya Shimazaki itu kedua orang tuaku? Apa benar juga, jika Mayu nii-chan dan Sakura itu saudaraku?” Tanya Paruru bertubi-tubi.
“Iya Paru, mereka keluargamu. Kau tidak ingat? Kenapa, kau hanya mengingat aku, Rena, Natsumi dan Haruki”
“Aku sendiri juga tidak tahu. Tapi, aku merasa jika kau adalah orang yang dekat denganku, selain Rena. Aku selalu aman ketika di dekatmu.” Kata Paruru lagi.
“Cobalah mengingat mereka pelan-pelan. Aku yakin, seiring berjalannya waktu, kau pasti akan mengingat mereka”
“Akan aku coba. Tapi, setiap kali aku mencobanya, pasti kepalaku sangat sakit!”
“Jangan di paksakan. Pelan-pelan saja, Paru” kata Yui lagi.
“Iya.”

Mereka sampai di depan rumah yang tinggi. Itu rumah keluarga Shimazaki yang dulu. Satu bulan yang lalu, Atsuko sudah memutuskan untuk menghentikan sandiwaranya.
Ayah mereka tidak marah, justruh ayah mereka berterima kasih. Dengan hal itu, sang ayah mengerti apa artinya hidup. Di dunia ini, masih ada orang yang tidak beruntung daripada kita. Harusnya, kita bersyukur dengan apa yang di berikan tuhan kepada kita.

Yui membimbing Paruru masuk ke dalam rumah. Paruru menatap rumah itu, hingga dia mengelilingi pandangannya kea rah kanan dan kiri.

“Sepertinya, aku pernah mengenal rumah ini” kata Paruru.
“Ini rumahmu Paru. Tentu saja kau mengenalnya” kata Yui membalas.
“Lalu, apa Atsuko nee-chan, Mayu nii-chan, Sakura dan juga tuan dan nyonya Shimazaki tinggal di sini?” Tanya Paruru.
“Tentu saja. Jangan panggil mereka tuan dan nyonya, mereka itu ayah dan ibumu, Paru.”
“Rasanya, aku tidak pernah memanggil orang dengan sebutan ayah dan ibu” kata Paruru yang membuat Yui membelalakan kedua matanya.
“Jangan bilang seperti itu. Tidak baik!” kata Yui lagi.

Di dalam sana, mereka di sambut oleh Atsuko, Mayu dan Sakura serta kedua orang tua Paruru. Mereka sangat senang, karena melihat Paruru yang sudah pulang dari rumah sakit. Di sana juga ada sahabat-sahabat Yui yang lain.

“Haruka, akhirnya kau pulang juga, nak!” kata sang ayah menyambut.
“Iya paman, aku sudah pulang” ayah tampak sangat sedih, ketika Paruru memanggilnya ‘paman’.
“Paru, dia ayahmu. Panggil ayah, jangan paman” kata Yui lagi.
“Tapi Yui, aku merasa sangat asing di sini” kata Paruru.
“Paru” dia menoleh.
“Atsuko nee-chan” dia menatap kakaknya sendiri.

Atsuko mendekat dan memeluknya. Ada sebuah firasat yang Paruru rasakan, ketika ada di pelukan Atsuko. Sepertinya, dia sudah pernah merasakan pelukan itu. Tapi, kapan? Dan di mana?
Pelukannya terasa sangat hangat. Itu membuatnya sangat nyaman. Ia membalas pelukan Atsuko. Dia merasa, jika dia sangat senang berada di pelukan Atsuko.

“Akhirnya kau pulang juga, sayang” kata Atsuko.
“Iya. Apa ini benar-benar rumahku?” Tanya Paruru.
“Tentu saja sayang. Ini rumahmu. Ini rumah kita.” Kata Atsuko meyakinkan dirinya.
“Apa nee-chan lelah?” Tanya Sakura.
“Iya, badanku sangat pegal” kata Paruru.
“Ayo, aku akan mengantarmu ke kamarmu” Paruru mengangguk.
Setelah Paruru menaiki tangga bersama Atsuko. Mayu mendesah, ia menoleh dan memandang sedih adiknya.
“Sabar Mayu, Paruru memerlukan waktu” kata Yuki.
“Sampai kapan dia akan seperti ini?” Tanya Mayu lirih.
“Semua ini salah ayah. Jika, waktu itu ayah bisa menerimanya, kecelakaan itu tidak akan terjadi” sesal sang ayah.
“Sudahlah Yuuji, itu tidak perlu diungkit lagi” kata ibu.

***

“Ini kamarmu, Paru” kata Atsuko.
“Besar sekali, kamar ini” komentar Paruru terdengar.
“Tentu saja.” Kata Atsuko tersenyum.
“Tapi, kenapa aku tidak yakin, jika ini kamarku?”
“Mungkin, itu karena kau sudah lama tidak menempati kamar ini” kata Atsuko menjelaskan.
“Begitu ya? Mungkin, kau benar”

Paruru duduk di tepi kamar. Kemudian, ia membaringkan tubuhnya yang lelah. Dia menatap langit-langit kamarnya sendiri. Dan dia tersenyum, ketika mengingat kejadian tadi.
Yui. Kini, pemuda itu benar-benar menjadi kekasihnya. Ia benar-benar bahagia.

“Sepertinya, kau sedang bahagia Paru” Paruru menoleh. Ia melihat Atsuko yang sudah duduk di sampingnya.
“Iya. Karena, aku dan Yui sudah menjadi sepasang kekasih. Itu yang membuatku senang. Dia mencintaiku dan aku juga mencintainya. Aku tidak ingin kehilangan dirinya” kata Paruru tersenyum.
“Kau beruntung mendapatkan pemuda yang baik seperti dia” kata Atsuko lagi.
“Iya, aku memang beruntung. Dan, aku tidak ingin kehilangan dirinya. Aku harap, kau merestui hubungan kami. Entah kenapa, aku harus meminta ijin kepadamu. Aku merasa, itu harus aku ungkapkan padamu”
“Apa kau merestui hubungan kami?” Tanya Paruru.
“Tentu saja. Aku bahagia, jika kau juga bahagia”
Arigatou.”

Mudah-mudahan, aku cepat sembuh Paru. Aku sakit, jika kau seperti ini. Kau tidak mengingatku, tapi kau mengingat orang lain. Itu benar-benar membuatku cemburu dengan orang lain termasuk Rena.

***

Paruru makan bersama dengan keluarganya. Ini hari pertama, mereka berkumpul sebagai keluarga yang lengkap. Hanya saja, keadaan Paruru saja yang belum sembuh.
Selama makan, Atsuko selalu menatap Paruru. Dia tersenyum, melihat Paruru yang sepertinya menikmati makanannya.
Setelah makan, Paruru bukannya kembali ke kamar. Justruh, dia berjalan kea rah dapur. Dia melihat pintu di sana. Ia merasa tidak asing lagi dengan pintu itu. Dan pintu itu juga membuatnya penasaran.

Ia mendekat dan memegang gagang pintunya. Perlahan, ia memutar pintu itu. Dan ia membukanya. Ia menatap ruangan yang ada di dalamnya.

“Kenapa aku merasa tidak asing dengan ruangan ini?” dia masuk ke dalam ruangan itu.
“Nona” dia menoleh.
“Rena, ada apa?” Tanya Paruru.
“Untuk apa nona ke gudang?” Tanya Rena langsung.
“Aku hanya merasa seperti tidak asing dengan ruangan ini.” Kata Paruru.

Rena menatap Paruru yang kini mengitarakan pandangannya ke seluruh sudut ruangan itu. Rena hanya diam. Dia hanya memandangi Paruru yang sangat asyik dengan aktifitasnya sekarang.
Itu kamar Paruru, jika Paruru merasa tidak asing, itu hal yang biasa. Memang, harusnya Paruru mengenalnya. Dia tidak pernah di tempatkan di kamar yang layak dulu, tapi di kamar yang dulunya adalah gudang. Dan kini, ruangan itu berubah lagi menjadi gudang.

Paruru menemukan sebuah benda di sana. Buku. Entah buku siapa itu, tapi itu membuatnya penasaran.

“Haruka” dia menoleh melihat ibunya. Ia segera meraih buku itu.
“Ibu, Ada apa?” Tanya Paruru.
“Sayang, untuk apa kau di sana? Ayo kemari, kau harus keluar” Paruru menurut dan keluar dari ruangan itu.
“Ibu, itu ruangan apa? Sepertinya, aku merasa tidak asing dengan ruangan itu!” kata Paruru lagi.
“Itu gudang sayang. Di sana banyak debu, jangan masuk lagi ya? Nanti asmamu kambuh” Paruru mengangguk.

***

Di kamar Paruru membuka buku yang ia temukan tadi. Ia membuka buku itu. Dari tulisannya itu, ia bisa menebak jika buku itu adalah milik kakaknya. Atsuko.
Ia pernah melihat tulisan Atsuko sebelumnya, maka dari itu ia bisa menebak tulisan itu. Jika, tulisan itu adalah milik Atsuko. Ia mulai membaca buku itu.

30 April 2001
Aku senang, karena sekarang Haruka sudah berumur 4 tahun. Dia sangat manis dan cantik. Tapi, dia memiliki kekurangan yang ada di dalam dirinya. Kakinya bermasalah. Kata dokter dia tidak bisa sembuh. Kenapa, semua itu harus terjadi padanya? Kenapa, tidak aku saja yang merasakan semua itu? Haruka, aku harap kau bisa sembuh. Walau dokter itu mengatakan kau tidak bisa sembuh, aku yakin kau pasti sembuh.

Lembar demi lembar ia baca, dan dia tersenyum ketika membacanya. Diary milik Atsuko berisi tentang dirinya, dan kakaknya itu sangat menyayanginya. Tapi, kemudian ada bagian yang membuat membuka mata lebar-lebar dan terkejut.


11 Mei 2003
Dear diary.
Kau tahu? Adikku, dia juga tidak bisa berbicara lancar. Tadi, ketika di sebuah acara dia berbicara gagap. Aku melihat wajah ayah yang sangat malu dengannya. Dan hari itu juga, dia di pindahkan ke gudang. Dan aku, Mayu dan Sakura tidak boleh mengajaknya bermain lagi. Kami disuruh menjauhinya. Dan jika itu di langgar, maka kami akan mendapat hukuman. Tentunya, aku dan kedua adikku sangat takut.


10 juli 2009
Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku sangat senang, karena ayah mengadakan pesta ulang tahunku dengan mewah dan meriah. Seperti acara ulang tahun kedua adikku. Tapi, ketika aku ulang tahun. Aku melihat seorang gadis yang memperhatikan kami dari dapur. Haruka. Tidak salah lagi. Aku selalu melihatnya yang melihat kebahagiaan kami. Aku ingin sekali mengundangnya, tapi aku takut dengan ancaman ayah. Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat kasihan dengannya. Jujur, selama ini aku selalu saja bersikap kasar dengannya. Tapi, aku juga merasa sakit ketika melihatnya yang mencoba untuk menahan rasa sakit di hatinya. Maafkan aku, adikku. Maafkan kakakmu ini yang tidak berguna.


25 november 2015
Sudah lama aku tidak menulis lagi. Hari ini, aku dan Kai pergi ke panti asuhan. Di sana aku melihat anak-anak yang manis. Aku menjadi ingin mempunyai anak seperti mereka nantinya. Tapi, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki di sana. Dia mempunyai adik yang cacat. Kedua kakinya buntung. Dan dia mengatakan kepadaku, jika di dunia ini seorang anak lahir dengan suci. Dan kita tidak boleh menelantarkan salah satu keluarga kita. karena itu salah. Semenjak itu, aku menjadi dekat dengan Paruru. Aku sangat senang, karena akhirnya aku bisa dekat lagi dengannya. Aku akan selalu menjagamu putri manis.


30 maret 2016
Aku benar-benar tidak percaya. Kau tahu? Ayah menampar adik kesayanganku. Paruru. Apalagi, dia menampar anaknya sendiri ketika anaknya ulang tahun. Seharusnya, dia bahagia. Bukan menderita seperti ini. Dan lagi, Paruru juga sakit. Aku benar-benar tidak melihatnya. Aku bermaksud untuk membahagiakannya. Malam ini, aku menyuruh Kai, Yui, dan Yuki untuk menyiapkan surprise kepada Paruru. Dan aku berhasil membuatnya bahagia. Dia sangat cantik sekali. Seperti bidadari. Aku selalu ingin membuatnya bahagia. Aku selalu ingin melihat senyumannya. Happy birthday adik kesayanganku. I love You.

Paruru membuka lembaran berikutnya, namun lembaran itu sudah habis.
Jadi, selama ini kehidupannya seperti itu? Dia benar-benar tidak percaya. Hanya karena dia gagap dan mempermalukan keluarga, dia harus di pindahkan ke gudang. Pantas saja, tadi dia merasa tidak asing lagi dengan gudang itu.

Jadi, Itu penyebabnya?
Tapi, kenapa semua keluarganya baik kepadanya? Apa mereka sudah berubah?

***

Paruru masuk ke dalam kamar Atsuko diam-diam. Ini tengah malam, dia melihat sang kakak yang sudah tertidur nyenyak sekali. Dia mendekat dengan langkah pelan, agar tidak menganggu sang kakak.

“Pantas saja, jika aku selalu di dekatmu. Aku merasa sangat nyaman. Selama ini, kau menjagaku? Terima kasih onee-chan. Maaf, karena aku tidak bisa mengingatmu. Tapi, aku akan berusaha mengingatnya lagi” kata Paruru lirih.
“Maafkan aku. Tapi, aku tahu jika aku juga menyayangimu, one-chan” kata Paruru lagi.

***

Paruru keluar dari kamarnya. Dia turun ke lantai satu. Dan menemukan keluarganya yang tengah makan bersama. Ia mendekat dan duduk di tempat biasa.

“Sayang, kau sudah bangun nak?” Paruru mengangguk mendengarnya.
“Ya sudah, kau makan dulu ya?” lagi-lagi Paruru mengangguk.

Entah kenapa, Paruru enggan berbicara hari ini. Dia benar-benar masih belum bisa mengingat dengan jelas. Semua yang ada di buku diary itu? Dia sudah mencoba mengingatnya, namun lagi-lagi tidak bisa.
Tapi, itu membuat Atsuko memandangnya dengan heran. Dia tahu, jika ada yang aneh dari Paruru. Dia melihat wajah Paruru yang tidak seperti kemarin. Seperti ada yang di sembunyikan. Tapi, apa?

***

“Yui, apa kau mengetahui masa laluku?” Tanya Paruru pada Yui.
“Kenapa kau berbicara seperti itu, Paru?” Tanya Yui heran.
“Ada yang mengganjal setelah aku tinggal di rumah. Aku merasa, aku baru melakukan hal itu. Merasakan apa arti dari keluarga.” Kata Paruru lagi.
“Mungkin, itu hanya firasatmu”
“Bukan Yui. Aku tahu, ada yang ganjal. Aku bisa merasakannya” kata Paruru lagi.
“Ada apa memangnya?” Tanya Yui.

Paruru mendesah, kemudian ia menceritakan semua yang terjadi. Ketika, dia menemukan buku milik Atsuko dan dia juga menceritakan semua yang ada di dalam isi buku tersebut kepada Yui.
Dan itu mampu membuat Yui terkejut. Dia tidak akan menyangka, jika Paruru akan menemukan buku diary itu.

“Yui, tolong jujurlah padaku. Aku mohon!” kata Paruru memelas.
“Harusnya kau bisa mengingatnya sendiri, Paru!” kata Yui.
“Tapi, aku belum bisa”
“Aku yakin, kau pasti bisa” kata Yui lagi. Paruru mendesah.
“Bantu aku, Yui”
“Aku akan membantumu. Kau tenang saja” Paruru tersenyum mendengarnya.

***

48 hari kemudian, Paruru menjalani hari-harinya seperti biasa. Bermain dengan adiknya dan bersendau gurau dengan kakaknya dan juga, dia merasakan apa itu arti kebersamaan dalam keluarga.
Ia juga tidak lupa, menceritakan kepada Yui. Dan, karena dia adalah kekasih Yui. Dia juga selalu berjalan bersama dengan Yui. Dan dia juga sangat senang, karena mendengar sang adik yang sekarang sudah mulai berhubungan dengan Haruki. Entah kenapa, dia merasa sangat senang. Mungkin, Haruki baik dan ia yakin, Haruki bisa menjaga sang adik dengan baik.
Pagi ini, Paruru bangun dari tidurnya. Keringatnya bercucuran di keningnya, dan dia juga meremas selimutnya sendiri.

Dia segera bergegas mandi dan kemudian, mengganti bajunya dan setelah itu keluar. Jam masih menunjukan pukul 06.30. Sangat pagi dia bangun.

“Nona, kau kenapa?” Tanya Rena melihat Paruru yang tengah kebingungan.
Nee-chan?”
“Nona Atsuko sudah pergi dari setengah jam yang lalu!” kata Rena membalas.
“Kemana?” Tanya Paruru.
“Kata nona, hari ini tuan Kai mengajaknya untuk memilih baju untuk mereka manikah. Bukankah, mereka akan menikah satu bulan lagi?” Paruru baru ingat, jika Atsuko akan menikah dengan Kai. Satu bulan yang lalu Kai melamar kakaknya.
“Antar aku kesana. Kau tahu tempatnya, bukan?”
“Baik nona”

***

Mereka keluar dari mobil milik Yui. Dan sekarang, mereka masuk ke toko baju itu. Paruru benar-benar ingin sekali bertemu dengan Atsuko. Ada yang harus dia bicarakan pada kakaknya.

“Itu kakakmu, Paru” dia menoleh.
“Ayo kita kesana” Yui mengangguk.

Mereka kembali berjalan, di perjalanan ketika akan menyusul Atsuko. Paruru harus rela jatuh bangun, karena menabrak seseorang yang ada di depannya. Ia meringis, tapi ia tidak menghiraukan rasa sakitnya.

Onee-chan” katanya memanggil.
“Paru, kenapa kau ini?”
“Aku sudah ingat semuanya Yui. Ingat semuanya!” kata paruru.
“Benarkah?” Paruru mengangguk.

Rena yang mendengar itu juga tersenyum senang. Akhirnya, Paruru sudah mengingat semuanya.
Atsuko dan Kai yang sudah selesai, kemudian mereka berkumpul dengan ayah dan ibu Atsuko dan juga Mayu dan Sakura.
Mereka ingin berjalan lagi untuk menuju ke café, tapi langkah mereka harus tertahan. Karena, Paruru yang berteriak memanggil nama mereka.

“Paruru. Kenapa kau ada di sini? Katanya, mau jalan-jalan dengan Yui?” kata Atsuko.
Onee-chan” Paruru memeluk tubuhnya.
“Ada apa?” Tanya Atsuko terkejut ketika Paruru memeluk tubuhnya.
“Maafkan aku”
“Eh? Kenapa, kau tiba-tiba meminta maaf?” Tanya Atsuko heran.
“Karena aku melupakanmu. Aku bodoh, karena tidak bisa mengingat dirimu, ketika dulu aku bangun dari koma” Atsuko melebarkan kedua matanya.
“Maksudmu?” Tanya Atsuko.
“Aku sudah ingat semuanya. Aku mengingat dirimu, dan semua kenangan kita. Aku juga ingat, ketika aku akan kecelakaan dulu” kata Paruru.

Atsuko melepas pelukannya dan menatap Paruru dengan wajah yang terkejut. Ia benar-benar tidak percaya, jika Paruru sudah mengingat semuanya.

“Kau ingat? Semuanya?” Paruru mengangguk.
“Iya, maaf karena sudah melupakan dirimu. Aku menyayangimu, nee-chan
“Aku juga Paru. Aku bahagia, karena kau sudah mengingat semuanya”
“Haruka” kini dia menoleh melihat sang ayah.
“Ayah ibu.”
“Maafkan ayah ya, nak?” Paruru mengangguk dan kini memeluk mereka.
“Aku sudah memaafkan ayah. Aku bahagia, karena aku sudah bisa merasakan kasih sayang kalian lagi”
“Iya sayang.” Paruru melepas pelukannya.
Onee-chan, akhirnya kau mengingat kami lagi” kata Sakura.
“Iya Sakura. Maaf, karena sempat melupakanmu”
“Tidak masalah. Yang terpenting, kau sudah ingat dengan kami lagi!” kata Sakura.
“Bagaimana kita rayakan semua ini. Aku sudah mengundang yang lain tadi, untuk makan bersama. Sebenarnya, hanya untuk merayakan Kai dan Atsuko nee-chan yang akan menikah. Tapi, karena Paruru sudah sembuh, jadi kita rayakan saja sekalian”
“Aku setuju onii-chan

Mereka melangkah kea rah café. Di sana, mereka bertemu dengan teman mereka.

“Akhirnya kalian datang, juga!” kata Yuki tersenyum.
“Ah… iya, Yuki. Kalian sudah memesan makanan?” Tanya Mayu.
“Sudah. Kami juga sudah memesan makanan untuk kalian” kata Yuki membalas.
“Terima kasih. Ini juga sekaligus merayakan kesembuhan Paruru, dia sudah ingat semua”
Honto Paru?” Paruru mengangguk.
“Syukurlah. Kau sudah ingat dengan kami semua lagi, Paru.”
“Iya. Maaf sensei, sempat melupakan dirimu dan yang lain.”
“Tidak masalah. Sekarang, kita makan saja”

Ibu dan ayah Paruru sudah duduk. 6 gadis dan 6 laki-laki itu, kini juga bergabung. Mereka seperti berpasangan. Hanya satu gadis kecil saja, yang sangat akrab dengan Natsumi.

“Hei…” kata Yui yang melihat Paruru akan duduk mengikuti temannya.
“Ada apa?” Tanya Paruru.
“Ingat aku ini pacarmu, sekarang. Kau duduk denganku, ya?”
“Ih… kau ini”
“Ayolah. Kau tidak lihat, Mayu bersama Yuki, Rena dengan Jun, Sakura dengan Haruki, nii-chan dengan kakakmu dan Natsumi dengan pacar barunya, Keiichi. Kau denganku dong, harusnya” kata Yui mengeluh.
“Iya. Aku denganmu, Yuu-kun”
“Yuu-kun, nama apa itu?”
“Kau memanggilku Paruru, karena kau menganggapnya nama kesayanganmu. Dan Yuu-kun, adalah nama panggilan sayangku untukmu” Yui tersenyum mendengarnya.

Mereka berjalan dan duduk bergabung dengan teman mereka. Tampak sangat sempurna. Mereka benar-benar bahagia, dengan semua itu. Dan semenjak saat itu, Paruru benar-benar bahagia. Dia bisa mengepresikan perasaannya dengan semaunya.
Tuhan, memang benar-benar mengabulkan doanya. Dan, ia sangat bahagia. Karena, dia bisa merasakan kasih sayang lagi dari keluarganya.

Mungkin, manusia bisa berusaha sekeras mungkin, untuk mendapatkan sesuatu. Tapi, Tuhan yang merencanakannya. Dan Tuhan, sudah memperlihatkan keadilannya untuk hambanya.

Hidup di dunia ini hanya sekali, jadi kita harus happy. Masih banyak yang menyayangi kita, jangan pernah kau merasa sendiri. Karena sesungguhnya, orang yang menyayangimu, ada di dekatmu. Mereka memberi semangat untukmu agar kau selalu tersenyum.




THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar