Title : Story Of My Life Epilog
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
Suara
tangisan itu, kini makin lama makin menjadi. Matanya benar-benar memerah. Gadis
berambut panjang itu, kini hanya bisa mendoakan seseorang yang sangat ia
sayangi, yang masih terbaring lemah di dalam sana. Orang itu kecelakaan.
"Kenapa
semua ini harus terjadi?" desisnya.
Air
matanya terus saja menangis. Ia benar-benar lelah, karena sedari tadi menangis.
Tapi, ia tidak begitu mempedulikannya. Yang ia pedulikan sekarang, adalah orang
itu. Orang yang sangat ia sayangi. Orang yang sangat ia banggakan. Tapi, kini
orang itu terbaring lemah di dalam sana.
"Atsuko nee-chan, bersabarlah!"
kata Mayu yang ada di sampingnya.
"Tidak!
Jika, dia tidak bangun juga, aku tidak akan sabar. Kenapa? Kenapa semua ini
harus terjadi pada dirinya, Mayu? Kenapa? Dan kenapa bukan aku saja? Kenapa
harus dia?" tanya Atsuko yang terus menerus tidak menerima semua kenyataan
ini.
Kejadian
itu, seolah seperti mimpi buruk untuknya. Dan seolah, ia belum juga bangun dari
tidurnya. Tapi, itu semua nyata. Kejadian itu benar-benar terjadi. Walau
bagaimana pun dia menyangkal, tapi semua itu adalah nyata. Dia tidak bisa
berbuat apa-apa, untuk mengembalikan waktu.
Andai
waktu bisa diulang. Mungkin, lebih baik Atsuko saja yang menerima semua itu.
Biar dia saja yang terbaring di dalam sana. Daripada adiknya. Yah... adiknya.
Shimazaki Haruka. Dia harus terbaring melawan maut di dalam sana.
"Atsuko"
dia mendongak. Atsuko melihat wajah ayahnya. Dia bangkit dari duduknya.
"Puas?
Puas karena kau sudah melihat adikku terbaring di sana? Dan kau tertawa di atas
penderitaannya. Kau benar-benar seorang ayah yang benar-benar tidak tahu
diri." kata Atsuko meluapkan rasa amarahnya.
"Atsuko,
ayah....."
"Apa?
Kau senang bukan, melihat adikku terbaring di dalam sana? Dia melawan maut
sendiri. Seharusnya, kau yang terbaring di dalam sana. Bukan adikku!" kata
Paruru yang terus menerus menyalahkan ayah kandungnya itu.
"Atsuko,
sudah nak!" kini, sang ibu mendekat dan memeluk putri sulungnya sendiri.
"Kenapa
ibu? Kenapa, semua ini harus terjadi padanya? Kenapa tidak aku saja, yang
merasakannya? Kenapa?" tanya Atsuko lagi.
"Ini
sudah takdir, nak. Haruka sendiri, yang memilih untuk menyelamatkan ayah
kalian" kata sang ibu membalas.
"Tapi,
jika ayah tidak memarahinya, Paruru tidak akan seperti ini, ibu. Paruru, tidak
akan terbaring di dalam sana. Aku takut, jika Paruru kenapa-napa. Aku tidak mau
kehilangannya!" kata Atsuko membalas.
"Iya
sayang. Haruka tidak akan meninggalkanmu. Dia tidak akan meninggalkan kita.
Percayalah!" ibu meyakinkan dirinya.
"Paruru,
kenapa kau melakukan semua itu?" lirih Atsuko bertanya.
***
FlashBack
Sang
ayah menarik pergelangan tangan Paruru dengan kasar. Ayah tidak pernah
mengakuinya sama sekali. Dan sekarang, ayah justruh ingin membunuhnya. Kenapa,
takdir begitu kejam dengannya? Kenapa, dia tidak bisa bahagia dengan selamanya
bersama dengan keluarganya.
Apa
dia mempunyai salah dulu?
Kenapa,
di saat dia sudah sembuh, ayahnya masih saja tidak mau mengakui dirinya? Apa
yang salah dari dirinya, sekarang ini? Dia sudah sembuh dari penyakit cacatnya
dan juga penyakit yang ada di kakinya.
"Ahh....."
ringis sang ayah, ketika Paruru menggigit tangan sang ayah. Walau menurutnya
itu perbuatan yang tidak sopan, namun Paruru tetap melakukan ide gila itu.
Dia
berlari menjauhi sang ayah. Ia melihat ibu dan tiga saudaranya yang kini sudah
keluar dari taman, dan hendak menghampirinya. Ia tersenyum. Inginnya, Paruru
akan menghampiri mereka. Tapi, ia mendengar suara yang membuatnya menoleh.
Tit!
Tit! Tit!
Dia
menoleh. Dia melihat sebuah mobil yang sekarang akan mendekati ayahnya. Ia
melihat sang ayah yang menutup kedua matanya dengan kedua tangan. Ia berteriak.
Dan sekarang, dia langsung berlari.
Tepat,
sebelum mobil itu mendekat. Paruru mendorong sang ayah ke tepi jalan, dan
sekarang ia justruh menjadi korban dari mobil itu. Benturan keras
terdengar.
Tubuhnya
melayang dan sekarang, jatuh di jalan. Sebelum dia tidak sadarkan diri, dia
melihat sosok seorang laki-laki yang sangat ia kenal. Laki-laki itu menangis,
ketika melihat keadannya. Dia menyebut namanya berulang kali. Tapi, sayang
Paruru sudah menutup kedua matanya dan hanya kegelapan yang ia lihat.
"Paruru,
bertahanlah!" kata Yui menangis.
Dia
mengangkat tubuh gadis itu yang sekarang penuh dengan cairan warna merah yang
keluar dari kepala bagian belakang gadis itu. Mulutnya juga mengeluarkan cairan
dengan warna yang senada. Dan Yui membawa Paruru masuk ke dalam mobil, dan
bergegas pergi ke rumah sakit. Di belakang, Atsuko dan yang lain mengikuti Yui.
FlashBack
End
***
Bunyi
mesin dari pendetak jantung itu, masih terdengar. Di kamar itu, seorang gadis
terbaring lemah. Di tubuhnya terpasang alat-alat medis.
Tak
lama, gadis itu membuka kedua matanya. Ia bangkit dari dari kamar itu. Tapi, ia
sadar jika ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ia melihat tubuhnya baik-baik.
Dan setelah itu, dia menoleh ke arah kamar itu. Tubuh seseorang tepatnya.
Itu
tubuhnya. Ia melebarkan kedua matanya. Tubuh dan rohnya terpisah. Ia
benar-benar tidak mempercayai semua yang ia lihat. Ia mendekati tubuhnya
sendiri. Memperhatikan tubuhnya itu. Ia mencoba menyentuh, tapi ia tidak bisa
sama sekali. Tangannya menembus tubuhnya sendiri.
"Kenapa
seperti ini? Ada apa denganku?" tanyanya tidak mengerti.
"Hei...
apa maksudnya ini?" pertanyaan itu sama sekali tidak terjawab. Ia
benar-benar bingung sekarang ini.
Gadis
itu melangkah keluar dari kamar itu. Ia memperhatikan ada seorang gadis yang
sekarang tengah menangis di kursi duduk. Gadis itu adalah kakaknya.
"Atsuko nee-chan" Paruru mendekati
Atsuko. Ia mencoba menyentuh pipi sang kakak, namun lagi-lagi tangannya
menembus.
"Nee-chan,
ini aku. Atsuko nee-chan,
aku di sini. Di dekatmu" kata Paruru. Tapi, sampai kapan pun juga, sang
kakak tidak akan mendengarnya.
"Paruru,
jangan tinggalkan aku" ia mendengar sang kakak yang sekarang mengeluarkan
kata-kata memohon. Memohon agar dia tidak meninggalkan kakaknya.
"Aku
tidak akan meninggalkanmu, nee-chan.
Aku juga menyayangimu" dia memandang wajah kakaknya yang sudah sembab.
"Atsuko"
Atsuko menoleh.
"Untuk
apa anda kemari?" tanya Atsuko menatap tajam ke arah ayahnya sendiri.
"Ayah
minta maaf, nak. Ayah khilaf" kata sang ayah.
"Setelah
adikku seperti ini, kau baru menyadarinya? Apa-apaan kau ini?" kata Atsuko
yang sekarang memarahi ayahnya sendiri. "Dia terbaring di sana melawan
maut. Dia koma!"
Paruru
melebarkan kedua matany ketika mendengar hal itu dari mulut sang kakak.
Tubuhnya yang ada di dalam sana koma. Namun, rohnya justruh berkeliaran.
Kini,
Paruru hanya bisa memandang dan mendengar mereka. Dia tidak bisa berkomunikasi
dengan keluarga atau temannya seperti dulu lagi.
"Apa
ini semua akhir dari kehidupanku?" tanya Paruru lirih.
***
48
hari kemudian.....
Atsuko
masuk ke dalam ruangan Paruru bersama Yui. Mereka melihat tubuh gadis itu yang
masih saja lemah. Sudah 48 hari ini, Paruru juga belum sadarkan diri. Walau
begitu, Atsuko yakin, jika Paruru akan kembali padanya.
Atsuko
menatap Paruru yang sekarang hanya bisa memejamkan kedua matanya, tanpa bisa
tersenyum lagi untuknya seperti dulu. Dia memegang tangan adiknya dan mengelus
tangan itu dengan lembut.
"Kapan
kau akan bangun, sayang?" entah berapa kali Atsuko menanyakan hal itu.
"Sabar nee-chan, Paruru pasti akan
kembali pada kita" kata Yui menenangkan Atsuko.
"Tapi,
ini sudah hari ke 48 Yui. Dan, Paruru juga belum sadar dari komanya" kata
Atsuko lagi.
"Berdoalah.
Hanya itu, yang bisa kau lakukan" kata Yui lagi.
Atsuko
mengangguk. Ia menoleh, melihat sang adik. Wajah Paruru sangat pucat. 48 hari
ini juga, sang ayah selalu menjenguknya. Dan, Atsuko tidak lagi marah dengan
ayah. Menurutnya, itu percuma saja. Toh... tidak ada perkembangan dari Paruru.
"Yui,
tolong kau jaga Paruru, ya? Aku harus bertemu dengan Yuki" Yui mengangguk.
Atsuko
melangkah keluar. Sementara Yui, ia memandang wajah gadis itu. Ketika dia
menjenguk gadis itu, Yui selalu bercerita tentang kesehariannya. Tidak peduli
juga, gadis itu tidak sadarkan diri. Dia tetap menceritakannya.
"Tuan
putri, kau tahu? Aku merindukanmu. Kau masih ingat pertama kali kita bertemu?
Di taman waktu itu. Kau tidak bisa menyamai langkah kakiku karena kau cacat, bukan?
Tapi, semenjak itu juga, aku selalu memikirkan dirimu. Aku menyayangimu
melebihi diriku sendiri. Aku mencintaimu, Paru. Bangunlah! Aku benar-benar
menyesal, karena belum pernah mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu. Bangun
Paru! Demi aku, kakakmu, sadaudaramu yang lain, kedua orang tuamu dan
teman-temanmu. Kami membutuhkan dirimu" lagi-lagi dia menangis.
Entah
kapan, gadis itu akan bangun. Dokter hanya mengatakan, jika hidup Paruru tidak
akan lama lagi. Tapi, Yui tidak mempercayai semua itu. Hati kecilnya
mengatakan, jika Paruru akan kembali padanya. Tapi, ia yakin jika ini bukan
akhir dari kehidupan Paruru.
Dan
yang menjadi pertanyaan, kapan kiranya Paruru akan sadar dari komanya? Apa
benar, jika Paruru akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya?
***
Sakura
berjalan ke dalam rumah sakit. Di tangannya ada sebuah bunga kesukaan kakak
ketiganya. Ia menjenguk lagi sang kakak yang masih dalam keadaan koma. Dia
bersama Haruki, Mayu, Jun dan Rena. Sementara kakak pertama mereka, sudah ada
di rumah sakit satu jam yang lalu. Ditemani Yui dan ibu mereka.
Sakura
tidak tahu, jika kejadian itu harus terjadi pada kakak ketiganya. Ia terus
menangis, semenjak kejadian itu. Paruru sangat lama tertidur, ia benar-benar
kepikiran hal itu setiap malam. Dan bertanya-tanya, kapan kiranya Paruru akan
sadar dari komanya. Dia sama sekali tidak percaya, jika Paruru akan
meninggalkannya dan keluarganya yang lain.
"Nee-chan"
ia menyapa kakak pertamanya.
"Sakura"
suara Atsuko benar-benar lirih.
"Yui,
ada perkembangan?" Yui menggeleng dengan pertanyaan Mayu.
Mayu
mendesah. Ia melihat kakak pertamanya yang sekarang tengah duduk menyandarkan
tubuhnya. Ia tahu, Atsuko sangat sedih dengan keadaan Paruru yang sekarang ini.
Tapi, ia tidak tahu lagi, apa yang harus ia lakukan. Hanya Paruru, yang bisa
membuat keadaan kakaknya membaik seperti dulu.
"Dimana
Yuki dan Natsumi?" tanya Mayu.
"Mereka
di ruangan Yuki bersama Nana." Mayu mengangguk mengerti mendengarnya.
***
"Yuki"
Yuki menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
"Mayu,
ada apa?" tanya Yuki ramah. Mayu mendekat dan duduk di samping Natsumi.
"Apa
tidak ada perkembangan dari adikku?" tanya Mayu langsung.
"Tidak
Mayu. Hanya keajaiban yang bisa membuat adikmu kembali pada kita semua. Dan
banyaklah berdoa" kata Yuki menjelaskan.
"Aku
juga sudah melakukan segala cara untuk bisa menyembuhkan adikmu, tapi semua
yang aku lakukan sia-sia. Maaf, Mayu" kata Natsumi.
"Tidak
masalah, Natsumi. Ini bukan salahmu"
Mayu
mendesah dan kemudian ia menunduk. Pikirannya kacau. Mendengar penjelasan
Natsumi, benar-benar membuatnya sedih. Entah kapan, sang adik akan kembali
padanya. Ia benar-benar merindukan Haruka.
***
"Kembalilah,
di sini bukan tempatmu" kata seorang perempuan berambut panjang.
"Siapa
kau?" tanya Paruru.
"Tidak
perlu kau tahu siapa aku. Kau bisa pergi kapan pun kau mau, tapi tidak
sekarang!" kata gadis itu lagi.
"Kenapa?
Bukankah, ini sudah hari ke 48? Bahkan, aku juga sudah memaafkan kesalahan
ayahku"
"Bukan
itu yang aku maksud!" kata perempuan itu lagi.
Paruru
menatap gadis itu lagi. Wajahnya benar-benar menenangkan. Tapi, ia sama sekali
tidak tahu siapa gadis ini. Dan, tempat ini? Tempat ini serba putih, di
mana-mana semuanya putih. Entah ada di mana sekarang dia berada? Ia sama sekali
tidak tahu.
"Lalu?"
tanya Paruru.
"Semua
orang menyayangimu. Ada juga hal yang belum kau tahu, dari sahabat terbaikmu.
Kau belum bisa pergi sekarang, Paru"
"Tapi...."
"Kau
lebih memilih mati? Coba kau pikir, kau itu sudah beruntung masih bisa di kasih
kesempatan hidup. Tidak ada yang seberuntung dirimu, Paru" kata perempuan
itu lagi. "Pergilah! Hidupmu akan bahagia, jika masalahmu sudah
selesai."
"Lalu,
kau sendiri?"
"Aku
akan selalu ada di dunia ini. Aku sudah berbeda dari dirimu. Kau bisa pergi
kemari. Tapi, suatu saat nanti. Bukan sekarang!" gadis itu mendekat ke
arahnya.
"Apa
aku akan bahagia?" tanya Paruru.
"Tentu
saja. Semua orang pasti akan kemari, termasuk dirimu. Tapi, kau masih muda.
Tidak layak, jika kau pergi sekarang. Pergilah, Paru!" gadis itu
mengangkat tangannya untuk menutupi kedua mata Paruru.
"Kembalilah!"
***
Paruru
mengerjapkan kedua matanya. Setelah itu, ia melihat langit-langit kamar yang
berwarna putih. Ia juga mencium bau obat. Ada tangan yang menggenggam
tangannya. Ia menoleh. Paruru melihat seorang gadis yang tengah tertidur lelap
di sampingnya.
Ia
mencoba bangun dari tidurnya, tapi ia tidak sengaja mengganggu gadis itu. Gadis
itu terbangun dari tidurnya, dan kini melihatnya. Gadis itu melebarkan kedua
matanya.
"Paruru,
kau sudah sadar?" kata Atsuko yang membuatnya sedikit terkejut.
"Iya,
aku sadar. Lalu, siapa kau? Kenapa, kau mengenalku?" Atsuko terkejut
mendengarnya.
"Paru,
ini aku kakakmu" Paruru mengkerutkan dahinya.
"Kakak?
Aku mempunyai seorang kakak? Setahuku, aku hanya hidup sendiri. Dan aku
mempunyai seorang teman bernama Yui. Dan hanya Rena juga yang selalu ada
untukku. Jangan mengaku-ngaku" kata Paruru.
"Aku
kakakmu, Paru. Aku Shimazaki Atsuko"
"Tidak.
Aku tidak mempunyai seorang kakak seperti dirimu" kata Paruru lagi.
"Yuki,
Yuki" kini Atsuko berteriak memanggil sahabatnya.
"Ada
apa A,-" perkataanya berhenti ketika melihat Paruru yang sudah sadar.
"Atsuko?"
"Dia
sadar Yuki. Tapi, dia sama sekali tidak mengenaliku" kata Atsuko menangis.
Yuki
terkejut. Ia mendekat ke arah Paruru dan Atsuko. Dia melihat wajah gadis itu.
Ada sedikit raut keheranan, dari wajah Paruru.
“Paru,
kau ingat aku?” Tanya Yuki dan Paruru menggeleng.
“Baiklah.
Ada yang kau ingat di hidupmu?”
Paruru
berfikir sejenak, “Yui dan Rena. Dan Natsumi serta Haruki”
“Apa
kau ingat saudaramu?” Tanya Yuki.
“Saudara?
Aku tidak ingat, jika aku pernah memiliki saudara.” Kata Paruru membalas lagi.
“Lalu,
apa kau ingat kedua orang tuamu?” lagi-lagi Paruru menggeleng.
Yuki
menjauh dari Paruru, ia mengajak Atsuko untuk membicarakan keadaan Paruru.
“Dia
Amnesia.” Kata Yuki langsung yang membuat Atsuko terkejut.
“A-apa?”
seakan tidak percaya, Atsuko menggelengkan kepalanya.
“Iya,
dia kehilangan ingatannya. Ingatan yang terpenting di otaknya hilang, dan
mungkin yang tersisa hanyalah orang-orang yang tadi ia sebutkan.”
“Dia
melupakan aku?” Yuki mengangguk.
“Dia
melupakanmu, Atsuko.” Kata Yuki dengan berat hati.
“Ke-kenapa
bisa?” Atsuko mengeluarkan air matanya.
“Ketika
kecelakaan dulu, kepalanya terbentur. Mungkin, itu penyebabnya, kenapa Paruru
bisa amnesia”
Atsuko
melemas. Dadanya sangat sakit mendengar hal itu. Tak lama, tubuhnya melemah.
Pandangannya kabur. Ia akan terjatuh, jika saja Yuki tidak menangkap tubuhnya.
“Atsuko”
Paruru
hanya bisa menatap mereka bingung. Kenapa, gadis itu pinsan? Mungkin, itu yang
ada di pikiran Paruru sekarang.
***
“Amnesia?”
Yuki mengangguk.
“Hanya
Yui dan Rena, serta Haruki dan juga Natsumi yang dia ingat. Selebihnya, dia
tidak ingat apa-apa”
“Bagaimana
mungkin, sensei? Kenapa, dia hanya
mengingat aku, tuan Yui, Natsumi sensei,
dan tuan Haruki saja? Kenapa, yang lain tidak?” pertanyaan itu diangguki oleh
Mayu dan Sakura. Ayah dan ibu mereka juga tidak menyangka, jika hal itu akan
terjadi pada Paruru.
“Mungkin,
terakhir yang dekat dengan Paruru hanya kalian saja. Yui, Rena, Natsumi dan kau
Haruki. Aku harap, kalian bisa membantu mengembalikan ingatan Paruru kepada
Atsuko. Dia benar-benar stress karena Paruru melupakan dirinya”
“Aku
akan membuat Paruru ingat kembali seperti dulu. Aku janji” kata Yui.
“Aku
juga. Kau tenang saja, Sakura. Aku pastikan, kakakmu bisa mengingat dirimu
lagi”
“Arigatou, Haruki” Haruki mengangguk.
***
“Akhinya
aku keluar dari rumah sakit juga, Yui” kata Paruru tersenyum lega.
“Iya.
Kau senang, bukan?” Paruru mengangguk.
“Nee…
Yui, kau menyukaiku?” Tanya Paruru.
“Kenapa
kau bisa menanyakan hal itu?” Tanya Yui balik dengan wajah heran.
“Aku
pernah mendengar ucapanmu kepada Haruki dulu. Jika, kau menyukaiku” kata
Paruru.
“Memangnya,
jika aku menyukaimu, apa kau akan menerimaku?”
“Kenapa
tidak? Aku juga sangat menyukaimu. Karena, kau selalu ada untukku. Dan, aku
juga merasa tenang ketika ada di sisimu” kata Paruru lagi.
“Aku
selalu ada untukmu. Karena, aku sangat mencintaimu, Paru!” Paruru tersenyum
mendengarnya.
“Aku
juga sangat mencintaimu, Yui”
Yui
tersenyum. Kemudian, ia membimbing kembali Paruru. Dan mereka masuk ke dalam
mobil milik Yui.
“Yui.
Kenapa, aku tidak bisa mengingat hal-hal yang dulu pernah terjadi padaku? Aku
merasa ada sesuatu hal yang ganjil”
“Itu
hanya firasatmu, Paru. Tidak perlu, kau memikirkannnya”
“Tapi,
apa benar jika Atsuko nee-chan itu
kakakku? Dan benarkah, jika tuan dan nyonya Shimazaki itu kedua orang tuaku?
Apa benar juga, jika Mayu nii-chan
dan Sakura itu saudaraku?” Tanya Paruru bertubi-tubi.
“Iya
Paru, mereka keluargamu. Kau tidak ingat? Kenapa, kau hanya mengingat aku,
Rena, Natsumi dan Haruki”
“Aku
sendiri juga tidak tahu. Tapi, aku merasa jika kau adalah orang yang dekat
denganku, selain Rena. Aku selalu aman ketika di dekatmu.” Kata Paruru lagi.
“Cobalah
mengingat mereka pelan-pelan. Aku yakin, seiring berjalannya waktu, kau pasti
akan mengingat mereka”
“Akan
aku coba. Tapi, setiap kali aku mencobanya, pasti kepalaku sangat sakit!”
“Jangan
di paksakan. Pelan-pelan saja, Paru” kata Yui lagi.
“Iya.”
Mereka
sampai di depan rumah yang tinggi. Itu rumah keluarga Shimazaki yang dulu. Satu
bulan yang lalu, Atsuko sudah memutuskan untuk menghentikan sandiwaranya.
Ayah
mereka tidak marah, justruh ayah mereka berterima kasih. Dengan hal itu, sang
ayah mengerti apa artinya hidup. Di dunia ini, masih ada orang yang tidak
beruntung daripada kita. Harusnya, kita bersyukur dengan apa yang di berikan
tuhan kepada kita.
Yui
membimbing Paruru masuk ke dalam rumah. Paruru menatap rumah itu, hingga dia
mengelilingi pandangannya kea rah kanan dan kiri.
“Sepertinya,
aku pernah mengenal rumah ini” kata Paruru.
“Ini
rumahmu Paru. Tentu saja kau mengenalnya” kata Yui membalas.
“Lalu,
apa Atsuko nee-chan, Mayu nii-chan, Sakura dan juga tuan dan
nyonya Shimazaki tinggal di sini?” Tanya Paruru.
“Tentu
saja. Jangan panggil mereka tuan dan nyonya, mereka itu ayah dan ibumu, Paru.”
“Rasanya,
aku tidak pernah memanggil orang dengan sebutan ayah dan ibu” kata Paruru yang
membuat Yui membelalakan kedua matanya.
“Jangan
bilang seperti itu. Tidak baik!” kata Yui lagi.
Di
dalam sana, mereka di sambut oleh Atsuko, Mayu dan Sakura serta kedua orang tua
Paruru. Mereka sangat senang, karena melihat Paruru yang sudah pulang dari
rumah sakit. Di sana juga ada sahabat-sahabat Yui yang lain.
“Haruka,
akhirnya kau pulang juga, nak!” kata sang ayah menyambut.
“Iya
paman, aku sudah pulang” ayah tampak sangat sedih, ketika Paruru memanggilnya
‘paman’.
“Paru,
dia ayahmu. Panggil ayah, jangan paman” kata Yui lagi.
“Tapi
Yui, aku merasa sangat asing di sini” kata Paruru.
“Paru”
dia menoleh.
“Atsuko
nee-chan” dia menatap kakaknya
sendiri.
Atsuko
mendekat dan memeluknya. Ada sebuah firasat yang Paruru rasakan, ketika ada di
pelukan Atsuko. Sepertinya, dia sudah pernah merasakan pelukan itu. Tapi,
kapan? Dan di mana?
Pelukannya
terasa sangat hangat. Itu membuatnya sangat nyaman. Ia membalas pelukan Atsuko.
Dia merasa, jika dia sangat senang berada di pelukan Atsuko.
“Akhirnya
kau pulang juga, sayang” kata Atsuko.
“Iya.
Apa ini benar-benar rumahku?” Tanya Paruru.
“Tentu
saja sayang. Ini rumahmu. Ini rumah kita.” Kata Atsuko meyakinkan dirinya.
“Apa
nee-chan lelah?” Tanya Sakura.
“Iya,
badanku sangat pegal” kata Paruru.
“Ayo,
aku akan mengantarmu ke kamarmu” Paruru mengangguk.
Setelah
Paruru menaiki tangga bersama Atsuko. Mayu mendesah, ia menoleh dan memandang
sedih adiknya.
“Sabar
Mayu, Paruru memerlukan waktu” kata Yuki.
“Sampai
kapan dia akan seperti ini?” Tanya Mayu lirih.
“Semua
ini salah ayah. Jika, waktu itu ayah bisa menerimanya, kecelakaan itu tidak
akan terjadi” sesal sang ayah.
“Sudahlah
Yuuji, itu tidak perlu diungkit lagi” kata ibu.
***
“Ini
kamarmu, Paru” kata Atsuko.
“Besar
sekali, kamar ini” komentar Paruru terdengar.
“Tentu
saja.” Kata Atsuko tersenyum.
“Tapi,
kenapa aku tidak yakin, jika ini kamarku?”
“Mungkin,
itu karena kau sudah lama tidak menempati kamar ini” kata Atsuko menjelaskan.
“Begitu
ya? Mungkin, kau benar”
Paruru
duduk di tepi kamar. Kemudian, ia membaringkan tubuhnya yang lelah. Dia menatap
langit-langit kamarnya sendiri. Dan dia tersenyum, ketika mengingat kejadian
tadi.
Yui.
Kini, pemuda itu benar-benar menjadi kekasihnya. Ia benar-benar bahagia.
“Sepertinya,
kau sedang bahagia Paru” Paruru menoleh. Ia melihat Atsuko yang sudah duduk di
sampingnya.
“Iya.
Karena, aku dan Yui sudah menjadi sepasang kekasih. Itu yang membuatku senang.
Dia mencintaiku dan aku juga mencintainya. Aku tidak ingin kehilangan dirinya”
kata Paruru tersenyum.
“Kau
beruntung mendapatkan pemuda yang baik seperti dia” kata Atsuko lagi.
“Iya,
aku memang beruntung. Dan, aku tidak ingin kehilangan dirinya. Aku harap, kau
merestui hubungan kami. Entah kenapa, aku harus meminta ijin kepadamu. Aku
merasa, itu harus aku ungkapkan padamu”
“Apa
kau merestui hubungan kami?” Tanya Paruru.
“Tentu
saja. Aku bahagia, jika kau juga bahagia”
“Arigatou.”
Mudah-mudahan, aku cepat sembuh Paru. Aku
sakit, jika kau seperti ini. Kau tidak mengingatku, tapi kau mengingat orang
lain. Itu benar-benar membuatku cemburu dengan orang lain termasuk Rena.
***
Paruru
makan bersama dengan keluarganya. Ini hari pertama, mereka berkumpul sebagai
keluarga yang lengkap. Hanya saja, keadaan Paruru saja yang belum sembuh.
Selama
makan, Atsuko selalu menatap Paruru. Dia tersenyum, melihat Paruru yang
sepertinya menikmati makanannya.
Setelah
makan, Paruru bukannya kembali ke kamar. Justruh, dia berjalan kea rah dapur.
Dia melihat pintu di sana. Ia merasa tidak asing lagi dengan pintu itu. Dan
pintu itu juga membuatnya penasaran.
Ia
mendekat dan memegang gagang pintunya. Perlahan, ia memutar pintu itu. Dan ia
membukanya. Ia menatap ruangan yang ada di dalamnya.
“Kenapa
aku merasa tidak asing dengan ruangan ini?” dia masuk ke dalam ruangan itu.
“Nona”
dia menoleh.
“Rena,
ada apa?” Tanya Paruru.
“Untuk
apa nona ke gudang?” Tanya Rena langsung.
“Aku
hanya merasa seperti tidak asing dengan ruangan ini.” Kata Paruru.
Rena
menatap Paruru yang kini mengitarakan pandangannya ke seluruh sudut ruangan
itu. Rena hanya diam. Dia hanya memandangi Paruru yang sangat asyik dengan
aktifitasnya sekarang.
Itu
kamar Paruru, jika Paruru merasa tidak asing, itu hal yang biasa. Memang,
harusnya Paruru mengenalnya. Dia tidak pernah di tempatkan di kamar yang layak
dulu, tapi di kamar yang dulunya adalah gudang. Dan kini, ruangan itu berubah
lagi menjadi gudang.
Paruru
menemukan sebuah benda di sana. Buku. Entah buku siapa itu, tapi itu membuatnya
penasaran.
“Haruka”
dia menoleh melihat ibunya. Ia segera meraih buku itu.
“Ibu,
Ada apa?” Tanya Paruru.
“Sayang,
untuk apa kau di sana? Ayo kemari, kau harus keluar” Paruru menurut dan keluar
dari ruangan itu.
“Ibu,
itu ruangan apa? Sepertinya, aku merasa tidak asing dengan ruangan itu!” kata
Paruru lagi.
“Itu
gudang sayang. Di sana banyak debu, jangan masuk lagi ya? Nanti asmamu kambuh”
Paruru mengangguk.
***
Di
kamar Paruru membuka buku yang ia temukan tadi. Ia membuka buku itu. Dari
tulisannya itu, ia bisa menebak jika buku itu adalah milik kakaknya. Atsuko.
Ia
pernah melihat tulisan Atsuko sebelumnya, maka dari itu ia bisa menebak tulisan
itu. Jika, tulisan itu adalah milik Atsuko. Ia mulai membaca buku itu.
30 April 2001
Aku senang, karena sekarang Haruka sudah
berumur 4 tahun. Dia sangat manis dan cantik. Tapi, dia memiliki kekurangan
yang ada di dalam dirinya. Kakinya bermasalah. Kata dokter dia tidak bisa
sembuh. Kenapa, semua itu harus terjadi padanya? Kenapa, tidak aku saja yang
merasakan semua itu? Haruka, aku harap kau bisa sembuh. Walau dokter itu
mengatakan kau tidak bisa sembuh, aku yakin kau pasti sembuh.
Lembar
demi lembar ia baca, dan dia tersenyum ketika membacanya. Diary milik Atsuko
berisi tentang dirinya, dan kakaknya itu sangat menyayanginya. Tapi, kemudian
ada bagian yang membuat membuka mata lebar-lebar dan terkejut.
11 Mei 2003
Dear diary.
Kau tahu? Adikku, dia juga tidak bisa
berbicara lancar. Tadi, ketika di sebuah acara dia berbicara gagap. Aku melihat
wajah ayah yang sangat malu dengannya. Dan hari itu juga, dia di pindahkan ke
gudang. Dan aku, Mayu dan Sakura tidak boleh mengajaknya bermain lagi. Kami
disuruh menjauhinya. Dan jika itu di langgar, maka kami akan mendapat hukuman. Tentunya,
aku dan kedua adikku sangat takut.
10 juli 2009
Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku sangat
senang, karena ayah mengadakan pesta ulang tahunku dengan mewah dan meriah. Seperti
acara ulang tahun kedua adikku. Tapi, ketika aku ulang tahun. Aku melihat
seorang gadis yang memperhatikan kami dari dapur. Haruka. Tidak salah lagi. Aku
selalu melihatnya yang melihat kebahagiaan kami. Aku ingin sekali
mengundangnya, tapi aku takut dengan ancaman ayah. Apa yang harus aku lakukan? Aku
sangat kasihan dengannya. Jujur, selama ini aku selalu saja bersikap kasar
dengannya. Tapi, aku juga merasa sakit ketika melihatnya yang mencoba untuk
menahan rasa sakit di hatinya. Maafkan aku, adikku. Maafkan kakakmu ini yang
tidak berguna.
25 november 2015
Sudah lama aku tidak menulis lagi. Hari ini,
aku dan Kai pergi ke panti asuhan. Di sana aku melihat anak-anak yang manis. Aku
menjadi ingin mempunyai anak seperti mereka nantinya. Tapi, aku bertemu dengan
seorang anak laki-laki di sana. Dia mempunyai adik yang cacat. Kedua kakinya buntung.
Dan dia mengatakan kepadaku, jika di dunia ini seorang anak lahir dengan suci. Dan
kita tidak boleh menelantarkan salah satu keluarga kita. karena itu salah. Semenjak
itu, aku menjadi dekat dengan Paruru. Aku sangat senang, karena akhirnya aku
bisa dekat lagi dengannya. Aku akan selalu menjagamu putri manis.
30 maret 2016
Aku benar-benar tidak percaya. Kau tahu? Ayah
menampar adik kesayanganku. Paruru. Apalagi, dia menampar anaknya sendiri
ketika anaknya ulang tahun. Seharusnya, dia bahagia. Bukan menderita seperti
ini. Dan lagi, Paruru juga sakit. Aku benar-benar tidak melihatnya. Aku bermaksud
untuk membahagiakannya. Malam ini, aku menyuruh Kai, Yui, dan Yuki untuk
menyiapkan surprise kepada Paruru. Dan aku berhasil membuatnya bahagia. Dia sangat
cantik sekali. Seperti bidadari. Aku selalu ingin membuatnya bahagia. Aku selalu
ingin melihat senyumannya. Happy birthday adik kesayanganku. I love You.
Paruru
membuka lembaran berikutnya, namun lembaran itu sudah habis.
Jadi,
selama ini kehidupannya seperti itu? Dia benar-benar tidak percaya. Hanya karena
dia gagap dan mempermalukan keluarga, dia harus di pindahkan ke gudang. Pantas saja,
tadi dia merasa tidak asing lagi dengan gudang itu.
Jadi,
Itu penyebabnya?
Tapi,
kenapa semua keluarganya baik kepadanya? Apa mereka sudah berubah?
***
Paruru
masuk ke dalam kamar Atsuko diam-diam. Ini tengah malam, dia melihat sang kakak
yang sudah tertidur nyenyak sekali. Dia mendekat dengan langkah pelan, agar
tidak menganggu sang kakak.
“Pantas
saja, jika aku selalu di dekatmu. Aku merasa sangat nyaman. Selama ini, kau
menjagaku? Terima kasih onee-chan. Maaf,
karena aku tidak bisa mengingatmu. Tapi, aku akan berusaha mengingatnya lagi”
kata Paruru lirih.
“Maafkan
aku. Tapi, aku tahu jika aku juga menyayangimu, one-chan” kata Paruru lagi.
***
Paruru
keluar dari kamarnya. Dia turun ke lantai satu. Dan menemukan keluarganya yang
tengah makan bersama. Ia mendekat dan duduk di tempat biasa.
“Sayang,
kau sudah bangun nak?” Paruru mengangguk mendengarnya.
“Ya
sudah, kau makan dulu ya?” lagi-lagi Paruru mengangguk.
Entah
kenapa, Paruru enggan berbicara hari ini. Dia benar-benar masih belum bisa
mengingat dengan jelas. Semua yang ada di buku diary itu? Dia sudah mencoba
mengingatnya, namun lagi-lagi tidak bisa.
Tapi,
itu membuat Atsuko memandangnya dengan heran. Dia tahu, jika ada yang aneh dari
Paruru. Dia melihat wajah Paruru yang tidak seperti kemarin. Seperti ada yang
di sembunyikan. Tapi, apa?
***
“Yui,
apa kau mengetahui masa laluku?” Tanya Paruru pada Yui.
“Kenapa
kau berbicara seperti itu, Paru?” Tanya Yui heran.
“Ada
yang mengganjal setelah aku tinggal di rumah. Aku merasa, aku baru melakukan
hal itu. Merasakan apa arti dari keluarga.” Kata Paruru lagi.
“Mungkin,
itu hanya firasatmu”
“Bukan
Yui. Aku tahu, ada yang ganjal. Aku bisa merasakannya” kata Paruru lagi.
“Ada
apa memangnya?” Tanya Yui.
Paruru
mendesah, kemudian ia menceritakan semua yang terjadi. Ketika, dia menemukan
buku milik Atsuko dan dia juga menceritakan semua yang ada di dalam isi buku
tersebut kepada Yui.
Dan
itu mampu membuat Yui terkejut. Dia tidak akan menyangka, jika Paruru akan
menemukan buku diary itu.
“Yui,
tolong jujurlah padaku. Aku mohon!” kata Paruru memelas.
“Harusnya
kau bisa mengingatnya sendiri, Paru!” kata Yui.
“Tapi,
aku belum bisa”
“Aku
yakin, kau pasti bisa” kata Yui lagi. Paruru mendesah.
“Bantu
aku, Yui”
“Aku
akan membantumu. Kau tenang saja” Paruru tersenyum mendengarnya.
***
48
hari kemudian, Paruru menjalani hari-harinya seperti biasa. Bermain dengan
adiknya dan bersendau gurau dengan kakaknya dan juga, dia merasakan apa itu
arti kebersamaan dalam keluarga.
Ia
juga tidak lupa, menceritakan kepada Yui. Dan, karena dia adalah kekasih Yui. Dia
juga selalu berjalan bersama dengan Yui. Dan dia juga sangat senang, karena
mendengar sang adik yang sekarang sudah mulai berhubungan dengan Haruki. Entah kenapa,
dia merasa sangat senang. Mungkin, Haruki baik dan ia yakin, Haruki bisa
menjaga sang adik dengan baik.
Pagi
ini, Paruru bangun dari tidurnya. Keringatnya bercucuran di keningnya, dan dia
juga meremas selimutnya sendiri.
Dia
segera bergegas mandi dan kemudian, mengganti bajunya dan setelah itu keluar. Jam
masih menunjukan pukul 06.30. Sangat pagi dia bangun.
“Nona,
kau kenapa?” Tanya Rena melihat Paruru yang tengah kebingungan.
“Nee-chan?”
“Nona
Atsuko sudah pergi dari setengah jam yang lalu!” kata Rena membalas.
“Kemana?”
Tanya Paruru.
“Kata
nona, hari ini tuan Kai mengajaknya untuk memilih baju untuk mereka manikah. Bukankah,
mereka akan menikah satu bulan lagi?” Paruru baru ingat, jika Atsuko akan
menikah dengan Kai. Satu bulan yang lalu Kai melamar kakaknya.
“Antar
aku kesana. Kau tahu tempatnya, bukan?”
“Baik
nona”
***
Mereka
keluar dari mobil milik Yui. Dan sekarang, mereka masuk ke toko baju itu. Paruru
benar-benar ingin sekali bertemu dengan Atsuko. Ada yang harus dia bicarakan
pada kakaknya.
“Itu
kakakmu, Paru” dia menoleh.
“Ayo
kita kesana” Yui mengangguk.
Mereka
kembali berjalan, di perjalanan ketika akan menyusul Atsuko. Paruru harus rela
jatuh bangun, karena menabrak seseorang yang ada di depannya. Ia meringis, tapi
ia tidak menghiraukan rasa sakitnya.
“Onee-chan” katanya memanggil.
“Paru,
kenapa kau ini?”
“Aku
sudah ingat semuanya Yui. Ingat semuanya!” kata paruru.
“Benarkah?”
Paruru mengangguk.
Rena
yang mendengar itu juga tersenyum senang. Akhirnya, Paruru sudah mengingat
semuanya.
Atsuko
dan Kai yang sudah selesai, kemudian mereka berkumpul dengan ayah dan ibu
Atsuko dan juga Mayu dan Sakura.
Mereka
ingin berjalan lagi untuk menuju ke café, tapi langkah mereka harus tertahan.
Karena, Paruru yang berteriak memanggil nama mereka.
“Paruru.
Kenapa kau ada di sini? Katanya, mau jalan-jalan dengan Yui?” kata Atsuko.
“Onee-chan” Paruru memeluk tubuhnya.
“Ada
apa?” Tanya Atsuko terkejut ketika Paruru memeluk tubuhnya.
“Maafkan
aku”
“Eh?
Kenapa, kau tiba-tiba meminta maaf?” Tanya Atsuko heran.
“Karena
aku melupakanmu. Aku bodoh, karena tidak bisa mengingat dirimu, ketika dulu aku
bangun dari koma” Atsuko melebarkan kedua matanya.
“Maksudmu?”
Tanya Atsuko.
“Aku
sudah ingat semuanya. Aku mengingat dirimu, dan semua kenangan kita. Aku juga
ingat, ketika aku akan kecelakaan dulu” kata Paruru.
Atsuko
melepas pelukannya dan menatap Paruru dengan wajah yang terkejut. Ia
benar-benar tidak percaya, jika Paruru sudah mengingat semuanya.
“Kau
ingat? Semuanya?” Paruru mengangguk.
“Iya,
maaf karena sudah melupakan dirimu. Aku menyayangimu, nee-chan”
“Aku
juga Paru. Aku bahagia, karena kau sudah mengingat semuanya”
“Haruka”
kini dia menoleh melihat sang ayah.
“Ayah
ibu.”
“Maafkan
ayah ya, nak?” Paruru mengangguk dan kini memeluk mereka.
“Aku
sudah memaafkan ayah. Aku bahagia, karena aku sudah bisa merasakan kasih sayang
kalian lagi”
“Iya
sayang.” Paruru melepas pelukannya.
“Onee-chan, akhirnya kau mengingat kami
lagi” kata Sakura.
“Iya
Sakura. Maaf, karena sempat melupakanmu”
“Tidak
masalah. Yang terpenting, kau sudah ingat dengan kami lagi!” kata Sakura.
“Bagaimana
kita rayakan semua ini. Aku sudah mengundang yang lain tadi, untuk makan
bersama. Sebenarnya, hanya untuk merayakan Kai dan Atsuko nee-chan yang akan menikah. Tapi, karena Paruru sudah sembuh, jadi
kita rayakan saja sekalian”
“Aku
setuju onii-chan”
Mereka
melangkah kea rah café. Di sana, mereka bertemu dengan teman mereka.
“Akhirnya
kalian datang, juga!” kata Yuki tersenyum.
“Ah…
iya, Yuki. Kalian sudah memesan makanan?” Tanya Mayu.
“Sudah.
Kami juga sudah memesan makanan untuk kalian” kata Yuki membalas.
“Terima
kasih. Ini juga sekaligus merayakan kesembuhan Paruru, dia sudah ingat semua”
“Honto Paru?” Paruru mengangguk.
“Syukurlah.
Kau sudah ingat dengan kami semua lagi, Paru.”
“Iya.
Maaf sensei, sempat melupakan dirimu
dan yang lain.”
“Tidak
masalah. Sekarang, kita makan saja”
Ibu
dan ayah Paruru sudah duduk. 6 gadis dan 6 laki-laki itu, kini juga bergabung.
Mereka seperti berpasangan. Hanya satu gadis kecil saja, yang sangat akrab
dengan Natsumi.
“Hei…”
kata Yui yang melihat Paruru akan duduk mengikuti temannya.
“Ada
apa?” Tanya Paruru.
“Ingat
aku ini pacarmu, sekarang. Kau duduk denganku, ya?”
“Ih…
kau ini”
“Ayolah.
Kau tidak lihat, Mayu bersama Yuki, Rena dengan Jun, Sakura dengan Haruki, nii-chan dengan kakakmu dan Natsumi
dengan pacar barunya, Keiichi. Kau denganku dong, harusnya” kata Yui mengeluh.
“Iya.
Aku denganmu, Yuu-kun”
“Yuu-kun,
nama apa itu?”
“Kau
memanggilku Paruru, karena kau menganggapnya nama kesayanganmu. Dan Yuu-kun,
adalah nama panggilan sayangku untukmu” Yui tersenyum mendengarnya.
Mereka
berjalan dan duduk bergabung dengan teman mereka. Tampak sangat sempurna. Mereka
benar-benar bahagia, dengan semua itu. Dan semenjak saat itu, Paruru
benar-benar bahagia. Dia bisa mengepresikan perasaannya dengan semaunya.
Tuhan,
memang benar-benar mengabulkan doanya. Dan, ia sangat bahagia. Karena, dia bisa
merasakan kasih sayang lagi dari keluarganya.
Mungkin,
manusia bisa berusaha sekeras mungkin, untuk mendapatkan sesuatu. Tapi, Tuhan
yang merencanakannya. Dan Tuhan, sudah memperlihatkan keadilannya untuk
hambanya.
Hidup
di dunia ini hanya sekali, jadi kita harus happy.
Masih banyak yang menyayangi kita, jangan pernah kau merasa sendiri. Karena sesungguhnya,
orang yang menyayangimu, ada di dekatmu. Mereka memberi semangat untukmu agar
kau selalu tersenyum.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar