Jumat, 03 Juni 2016

Is This Love ? (Bagian Enam)

Title : Is This Love (Bagian Enam)
Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, Roman

Main cast :
  • Matsui Jurina
  • Matsui Rena
Other Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
  • And Other

Happy Reading All....


~---0---~



Pagi ini, Jurina dan Rena kembali berangkat bersama. Jurina terlihat sangat senang berada di dekat Rena. Sesekali dia memegang tangan Rena dan bermanja kepada gadis itu. Rena hanya tersenyum senang dan mengelus kepalanya dengan lembut.
Entah kenapa, dia tiba-tiba teringat perkataan Yui kemarin. Airi, salah satu seniornya yang duduk di kelas 3 B, juga diam-diam menyukai gadis yang selama ini selalu ia cintai. Ia tidak ingin kehilangan Rena. Jurina tidak bisa, jika dia harus kehilangan Rena.

Rena-chan, aku boleh bertanya kepadamu?” Tanya Jurina yang langsung diangguki oleh Rena.
“Tanya apa?” Rena membelai halus kepalanya.
“Uhm… aku ingin sekali kita bisa sedekat ini selamanya, Ren-chan. Tapi, aku takut jika suatu saat akan ada masalah yang mendatangi kita. Jika itu terjadi, apa kau akan meninggalkan aku? Apa nantinya, jika kau mengetahui sesuatu dariku yang selama ini belum pernah kau tahu, apa kau juga akan marah?” Tanya Jurina bertubi-tubi.

Rena terdiam. Ia memandang wajah Jurina yang penuh dengan kesedihan. Rena merasa, jika Jurina benar-benar sangat takut kehilangan dirinya.
Rena kembali teringat perkataan Akane dan Yuria, jika Jurina memang mencintainya. Ada sedikit keyakinan di dalam hatinya, jika Jurina memang mencintai. Terlihat begitu jelas dari kedua mata indah milik Jurina.

“Memangnya jika aku meninggalkanmu suatu saat, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Rena balik.
“Lebih baik aku mati saja, daripada Rena-chan meninggalkan aku” kata Jurina yang membuat Rena terkejut mendengarnya.
“Jurina, kau tidak boleh seperti itu. Itu tidak baik, kau mengerti!” kata Rena yang benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis kecilnya itu.
“Aku sangat menyayangi Rena-chan, aku tidak mau kehilangan Rena-chan!” kata Jurina lagi dengan wajah cemberut.

Ada sedikit rasa sakit yang ada di dalam dirinya, ketika melihat Jurina yang sedih seperti itu. Ia tidak bisa melihat Jurina sedih atau pun sakit. Tentunya, jika itu terjadi Rena juga akan merasakan hal yang sama.
Rena memeluk Jurina dan mengelus kepalanya dengan lembut. Jika Jurina sedang sedih atau pun sakit, dia akan memeluk gadis itu dan mengelus kepalanya dengan lembut. Kemudian, ia membalas perkataan Jurina.

“Jurina, aku juga sangat menyayangimu. Dan, aku juga tidak ingin kehilanganmu. Karena, kau adalah adik kecilku yang sangat aku sayangi” kata Rena membalas.

Bukan. Bukan itu maksud Jurina. Bukan adik, melainkan seorang kekasih. Hatinya yang dulu memang menganggap Rena sebagai kakaknya, sekarang berubah. Hatinya sangat ingin memiliki Rena, bukan sebagai kakak melainkan sebagai sepasang kekasih.

“Jangan bersedih lagi, ya? Bukankah, aku sudah berjanji kepadamu?” kata Rena.
“Tapi…..” kata Jurina yang tidak bisa menyelesaikan ucapannya.
“Tapi apa?” Tanya Rena.
“Tidak apa-apa. Jangan terlalu di fikirkan” kata Jurina lagi.

Rena tersenyum membalasnya. Ia melepas pelukannya, dan menarik gadis kecilnya untuk kembali berjalan menuju ke arah sekolah mereka.

Bukan itu yang aku maksud, Rena. Tapi, aku mencintaimu. Aku sangat ingin sekali mengatakannya, namun aku tidak bisa. Aku terlalu takut, untuk mengatakan itu.

***

Mereka sampai di sekolah, namun ada seseorang yang menghampiri mereka. Atau lebih tepatnya, orang itu menghampiri Rena. Dan, itu berhasil membuat Jurina memandang orang itu dengan wajah cemburu dan kesal.
Iya. Gadis itu adalah Furukawa Airi, orang yang sangat menyukai Rena, selain Jurina. Mungkin, mereka akan bersaing mendapatkan hati gadis itu.

“Airi, ada apa?” Tanya Rena ramah.
“Apa kau ada waktu untuk nanti siang setelah pulang sekolah? Aku ingin mengajakmu ke café.” Kata Airi langsung.
“Tidak. Rena akan menungguku selesai bermain basket. Dan, setelah itu kami akan pulang bersama” kata Jurina dengan kesal.

Airi tersenyum melihat Jurina. Sedangkan Jurina, hanya menatap kesal dirinya. Tapi, Airi tidak begitu mempedulikan Jurina. Ia menatap Rena lagi dan membuat Jurina geram dengannya.

“Apa kau bisa, Rena-chan?” Jurina yang mendengar itu, mengepalkan tangan kanannya. Rasanya, ia ingin sekali memukul wajah gadis itu.
“Boleh. Lagi pula, aku bisa kembali ke sekolah untuk menjemput Jurina” kata Rena membalas. Dan Jurina yang mendengar itu semakin geram.

Airi tersenyum, tapi tidak dengan Jurina. Jurina yang kesal, ia segera berjalan menjauh dari mereka. Tapi, ia berhenti ketika mendengar suara Rena yang berteriak memanggil namanya. Ia menoleh dan memandang gadis itu dengan kesal.

“Ada apa?” tanyanya ketus. Rena mendekatinya.
“Kau kenapa?” Tanya Rena.
“Tidak apa-apa. Sudah sana, pergi saja dengan Airi. Jangan pedulikan aku!” kata Jurina kembali berbalik, namun Rena segera menahan lengannya.
“Kau kenapa, Juju?” Tanya Rena sedikit heran.
“Aku tidak apa-apa. Jika kau ingin pergi dengannya, pergi saja. Tidak usah menjemputku” kata Jurina lagi.

Jurina melepas pegangan tangannya, dan Jurina pergi meninggalkannya begitu saja. Rena hanya bisa mendesah. Dia benar-benar bingung, dengan sikap gadis itu yang berubah. Seolah, Jurina merasa cemburu dengannya.
“Cemburu? Apa dia memang menyukaiku?” lirih Rena sambil menunduk.
Rena menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin berfikiran buruk tentang adik kecilnya. Tapi, dia tahu, jika hati Jurina tengah sakit.

Biasanya, dia selalu menunggu Jurina setiap pulang sekolah. Tapi, sekarang dia harus menerima tawaran orang lain dan membiarkan Jurina berlatih sendiri tanpa dirinya. Mungkin, itu yang membuat Jurina marah dengannya.

Rena-chan” dia menoleh melihat Airi.
“Ada apa?” tanyanya.
“Jadi tidak?” Rena mengangguk tersenyum.
“Tentu saja. Sepulang sekolah nanti, kan? Aku akan menunggumu di depan kelasku” kata Rena lagi.
“Baiklah!”

Airi kemudian pergi meninggalkan dirinya. Setelah baying-bayang gadis itu pergi, Rena kembali berjalan dengan wajah sedihnya. Pikirannya masih tertuju pada adik kecilnya. Jurina, kini dia marah kepadanya.

Aku akan ke kelasnya nanti ketika istirahat. Mudah-mudahan, dia tidak marah lagi denganku.

***

~Jurina Pov~

Sialan Airi. Kenapa, dia harus mengajak Rena ke café? Dan lagi, Rena juga menerimanya. Dan lebih memilih gadis itu daripada memilihku. Apa dia terlalu lelah, untuk menunggu? Kenapa, dia lebih memilih gadis itu?
Aku tahu, menunggu itu pastinya sangat lelah dan membosankan. Tapi, sekarang dia selalu bersama Paruru ketika menungguku. Tapi, hari ini? Arghh… sialan.

“Jurina” aku menoleh dengan tampang kesal. Aku melihat Rena yang berdiri di depan kelasku. Aku beranjak dari dudukku dan menghampirinya.
“Ada apa?” tanyaku.
“Kau kenapa? Apa kau marah denganku, karena aku menerima tawaran Airi?” tanyanya dan aku langsung mengangguk.
“Hemm” aku berdehem.
“Maafkan aku! Kau jangan marah lagi seperti itu” ucapnya lagi.

Aku masih diam sambil mengerucutkan bibirku. Aku benar-benar masih kesal dengannya. Kenapa, dia harus menerima tawaran gadis itu? Apa pentingnya dia daripada aku? Aku yang setiap hari membutuhkannya saja, setiap kali ada apa-apa masih merengek kepadanya.
Dan gadis itu? Dengan mudahnya bisa mengajak Rena. Tentu saja itu membuatku marah. Apa karena Airi itu lebih tua daripada aku? Atau memang ada sesuatu hal yang lain, di antara mereka? Ah….. itu tidak mungkin.

“Jangan marah seperti itu lagi, Juju. Aku akan menuruti semua ucapanmu, aku janji. Tapi, jangan marah seperti itu” katanya dan aku langsung melihatnya.
Honto?” dia mengangguk.
“Aku janji!” aku tersenyum.
“Kalau begitu, kau batalkan saja janjimu dengan Airi. Dan seperti biasa, kau manunggu aku dan kita pulang bersama, ya?” seruku tersenyum.
“Aku tidak mungkin membatalkan janjiku dengan Airi. Apa tidak ada yang lain, yang kau ingin?”

Aku kembali memasang wajah kesalku. Katanya mau menuruti perkataanku, tapi dia malah tidak mau, ketika aku memintanya untuk membatalkan janjinya dengan Airi. Aku rasa, Airi sudah meracuni otak Rena-chan.
Aku melangkah melewati dirinya. Aku benar-benar kesal dengannya. Jika dia mau pergi dengan Airi, pergi saja sana. Aku tidak peduli lagi dengannya.

***

~Rena Pov~

Ketika aku membalas kemauannya yang memintaku untuk membatalkan janjiku dengan Airi, aku langsung menolaknya. Mana mungkin, aku akan membatalkannya. Kemarin, Airi sudah susah payah membantuku mengantar buku ke perpus dan aku hanya bisa melakukan hal ini kepadanya, untuk membalas kebaikannya. Hanya hal kecil yang aku lakukan dengannya.
Tapi, setelah Jurina mendengarnya. Dia justruh langsung pergi melewatiku. Aku melihat wajahnya yang tampak kesal. Mungkin, karena jawaban yang aku berikan kepadanya. Oh tuhan, gadis kecilku ini benar-benar sangat susah untuk mengerti keadaan orang lain.

Aku langsung bergegas mengejarnya, dan tak lupa aku memanggil namanya. Aku menahan lengannya. Dia menoleh ke arahku. Kedua matanya memandangku dengan kesal. Dia marah denganku. Aku sudah bisa menebak semua itu.

“Jurina, jangan marah seperti itu. Aku mohon!” kataku lagi.
“Jika kau ingin pergi dengannya, pergi saja. Jangan urusi aku” dia melepasnya dengan kasar. Dan kemudian, ia pergi begitu saja.
“Jurina” lirihku sedih.

Aku tidak pernah melihatnya yang marah kepadaku. Aku sakit melihatnya seperti itu. Aku jadi tidak enak dengannya. Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan dia seperti dulu? Aku tidak ingin dia terus marah padaku.

Rena-chan
“Akane Yuria” sapaku balik dengan lesu.
“Kenapa Jurina pergi meninggalkanmu?” Tanya Yuria kepadaku.
“Sepertinya, Jurina marah denganku” balasku lagi lirih.
“Eh? Kenapa bisa?” Tanya Akane yang mungkin terkejut.
“Tadi pagi Airi mengajakku untuk pergi dengannya ke café, tapi sepertinya Jurina tidak menyukai hal itu. Maka dari itu, dia marah padaku. Karena, aku tidak bisa menemaninya pulang bersama seperti biasa” jelasku panjang lebar.
“Aku yakin dia cemburu. Jika tidak, dia tidak akan seperti ini, Rena-chan
“Cemburu?” mereka mengangguk.
“Dia itu mencintaimu. Harusnya, kau sadar itu Rena-chan
“Tapi…..”
“Itu nyata, Rena-chan. Jurina itu sudah lama menyukaimu. Mau bagaimana pun kau mengelak itu memang terjadi. Jurina menyukaimu dari dulu. Itu tidak bisa kau ingkari. Mau tidak mau kau harus percaya dengan kami”

Huft… benarkah itu? Apa benar Jurina menyukaiku? Tapi, aku dan dia tidak mungkin bersama. Aku dan dia hanya dekat, karena kami sudah akrab dari dulu seperti adik dan kakak.

“Aku tahu, kau sulit untuk mempercayai semua ini. Tapi, aku juga yakin, bahwa sebenarnya kau menyukai Jurina. Hanya saja, kau terlalu enggan untuk mengatakan hal itu”
“Kenapa kau begitu yakin, jika aku menyukainya?” Tanya Rena.
“Karena ketika kau memandang Jurina, tatapanmu sangat berbeda dari biasanya. Dan lagi, kau selalu nyaman di dekatnya. Satu lagi yang membuatku yakin, jika kau menyukai Jurina”
“Apa itu?” tanyaku ketika melihatnya berhenti.
“Kau tidak pernah terikat hubungan dengan siapa pun. Itu alasan hatimu, karena hatimu sudah memilih Jurina. Mungkin, kau belum sadar sekarang. Tapi, suatu saat nanti kau pasti sadar Rena.” Kata Akane lagi menjelaskan.

Aku terdiam, seraya berfikir. Apa itu benar? Apa aku mencintai Jurina? Kenapa, aku tidak yakin?

“Lihat ke dalam hatimu sendiri, Rena. Jurina selalu menempati hatimu setiap waktu, dan dia tidak akan pernah di gantikan orang lain!” kata Yuria.
Majisuka” tanyaku lirih.
“Iya, itu benar Rena-chan!”

***

~Author Pov~

Jurina memainkan bola basketnya dengan tampang kesal. Dia benar-benar masih marah dengan Rena, karena gadis itu benar-benar pergi bersama dengan Airi tadi. Rasanya, ia ingin sekali memukul sebuah benda, untuk melupkan rasa amarahnya.
Tapi, ia urungkan dan hanya memainkan bola basketnya saja. Kedua matanya juga memerah, karena melihat Rena dan Airi yang berjalan secara bersamaan. Dan parahnya, Rena tidak menyapa atau melihatnya. Itu yang benar-benar membuatnya bertambah kesal dengan Rena.

“Sudah! Kau tidak perlu memikirkannya, Jurina” dia menoleh melihat Yui.
“Tapi, aku sakit Yui!” kata Jurina membalas.
“Aku tahu. Tapi, bukan berlarut dalam kesedihan seperti itu. Aku yakin, Airi tidak akan mengungkapkannya sekarang. Jika itu terjadi, aku yakin Rena menolak.” Kata Yui meyakinkan Jurina.

Jurina terdiam, ia tidak lagi membalas ucapan Yui. Tapi, ia juga yakin, jika Airi mengungkapkan perasaannya pada Rena, maka Rena akan menolak. Iya, Jurina yakin itu.

“Pulanglah. Sepertinya, kau membutuhkan istirahat” kata Yui lagi.
“Tapi, kita belum selesai berlatih” seru Jurina.
“Sudah selesai. Semuanya, latihan sampai di sini saja. Besok, kita lanjut lagi.” Seru Yui lantang.
“Baik Yui!” Yui tersenyum mendengarnya dan kembali menoleh melihat Jurina.
“Selesai bukan?” Tanya Yui enteng.
Arigatou. Kau memang sahabat yang baik” Yui mengangguk sambil tersenyum.

Mereka berjalan untuk mengambil tas mereka. Di dekat tas mereka, Paruru tengah duduk dan menyambut mereka dengan senyum.

“Cepat sekali selesainya?” tanyanya.
“Iya. Kami sudah lelah, Paru!” Paruru mengangguk mengerti.
“Jurina, aku dan Paru duluan” Jurina mengangguk. Setelah itu, dia juga pulang. Namun, sedikit ada yang berbeda. Mungkin, karena Rena tidak ada bersamanya. Jurina menghela nafas dan berjalan lagi.

***

Rena masuk ke dalam rumah Jurina tanpa mengetuk pintu. Rena sudah biasa melakukan hal itu, dan Jurina tidak pernah marah kepadanya. Itu dia lakukan, ketika kedua orang tua Jurina tengah pergi. Seperti sekarang ini.
Dia memanggil nama gadis kecilnya berulang kali. Tapi, ia sama sekali tidak mendengar balasan dari Jurina. Mungkin, gadis itu masih marah dengannya. Dan akhirnya, Rena melangkah ke arah kamar gadis itu.

Dia membuka pintu berwarna biru itu. Kemudian, ia melihat Jurina yang terbaring sambil membaca sebuah novel di kamarnya.

“Jurina” panggilnya.
“Hmmm?” hanya deheman yang ia dengar dari Jurina.
“Kau masih marah padaku?” Tanya Rena.

Jurina tidak membalas ucapannya. Mungkin, Jurina terlalu marah dengannya. Rena menghela nafasnya. Kemudian, ia melangkah menghampiri gadis kecilnya yang masih terbaring di kasur. Rena duduk di samping Jurina.

“Jurina, jangan seperti itu. Tadi, aku menerima tawaran Airi hanya karena membalas kebaikannya saja. Tidak lebih” kata Rena. Jurina meliriknya.
“Tapi, kau sangat dekat dengannya. Bahkan, ketika kau pergi, kau sama sekali tidak menyapa, bahkan melihatku saja tidak!” kata Jurina lagi.
“Maaf! Bukannya, aku bermaksud seperti itu. Hanya saja, Airi tadi terlalu banyak berbicara. Tidak mungkin, jika aku mengabaikannya” kata Rena lagi.

Rena mendesah, ketika Jurina tidak membalas ucapannya. Justruh, Jurina sangat asyik dengan novel yang di bacanya sekarang.

“Jurina. Aku minta maaf, jika aku menyakitimu” kata Rena lagi.
“Kau memang tidak pernah memikirkan aku, bukan?” kata Jurina membalas.
“Aku sayang padamu, Jurina. Aku selalu berusaha menjagamu, aku tidak ingin kita seperti ini. Maafkan aku, ya?”

Jurina mendesah, ia bangkit dan duduk di sebelah Rena. Kemudian, ia memalingkan wajahnya kepada Rena. Ia menatap sedih gadis itu. Perasaanya sangat sakit, ketika melihat kedekatan Rena dan Airi tadi.

“Apa yang kau ingin, aku akan melakukannya” kata Rena.
“Aku ingin kau menjauh dari Airi!” Rena terbelalak mendengarnya.
“Kenapa kau meminta hal itu?” Tanya Rena.
“Karena aku tidak suka, jika kau dekat dengannya. Aku sakit melihatnya” kata Jurina lagi.
“Jurina, kau selalu saja egois. Kenapa, kau tidak pernah berubah? Kau sudah besar sekarang” kata Rena.
“Karena kau tidak pernah mengerti tentang perasaanku. kau selalu saja menganggapku adik” Jurina menangis.
“Bukankah itu hal biasa? Aku menyayangimu sebagai adikku, Jurina”
“Tapi, aku tidak mau. Aku tidak ingin kau menganggapku hanya sebatas adik, aku ingin lebih!” kata Jurina.
“Apa maumu sebenarnya?” Tanya Rena.
“Aku ingin kau menjadi kekasihku.” kataku yang tidak bisa menahan perasaanku.
“Itu tidak mungkin, Jurina!”

Rena benar-benar tidak percaya, jika Jurina akan memintanya menjadi kekasihnya. Dan ternyata, dugaan kedua sahabatnya benar. Jika, Jurina menyukainya. Sekarang, dia benar-benar percaya dengan ucapan Akane dan Yuria.

“Tapi, kenapa Rena?” Tanya Jurina.
“Aku dan kau tidak pernah bersatu, Jurina.” Kata Rena lagi.
“Bisa Rena! Itu bisa! Asal, kau dan aku saling mencintai. Dan, kita akan melewati rintangan apa pun yang akan datang kepada kita” kata Jurina lagi.
“Tidak. Itu tidak mungkin, Jurina”

Rena bangkit dari duduknya. Sebelum dia benar-benar melangkah, Jurina menahan lengannya dan menariknya. Sekarang, kedua wajah mereka sangat dekat. Hanya beberapa centi saja. Jurina langsung mencium bibir mungil itu, dan membuat Rena terkejut.
Jantungnya berdetak sangat kencang, ketika Jurina menciumnya dan kini melumat bibirnya dengan lembut. Tubuhnya bergetar hebat.

Jurina melepas ciuman mereka, dan menatap mata Rena dengan lembut. Dia menyentuh pipi gadis itu dan membelainya. Kemudian, ia berkata sangat lirih. Tapi, Rena bisa mendengar kata-katanya.


“Aku benar-benar mencintaimu, Rena!”



To Be Continue...... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar