Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, Roman
Main cast :
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- And Other
Happy Reading All....
~---0---~
"Jika
aku melakukan hal 'itu', kau juga harus melakukannya, Jurina" kata Yui
membalas ucapan Jurina.
"Iya, aku akan mendapatkan Rena-chan.
Karena, aku sudah bertekad untuk mendapatkan hatinya. Aku tidak mau dia diambil
orang" kata Jurina berbisik balik.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Paruru yang
mungkin mendengar mereka berbisik.
"Tidak ada Paru. Kita tidak berbicara sesuatu" kata
Yui tersenyum sambil memegang tangannya.
"Ah... aku kira kalian tengah membicarakan
sesuatu!" kata Paruru tersenyum.
"Tidak ada" kata Yui lagi meyakinkan.
***
~Rena
Pov~
Aku berjalan keluar bersama kedua temanku. Yuria dan Akane.
Di perjalanan, aku melihat Jurina yang tengah duduk bersama Yui dan seorang
gadis yang sama sekali tidak aku kenal. Siapa gadis itu? Dia memakai baju
biasa. Apa mungkin murid pindahan?
Dia tampak sangat ceria dengan Yui dan Jurina. Sepertinya,
mereka sudah kenal lama. Buktinya, mereka sangat asyik bicara.
"Ah... Jurina, itu Jurina" aku menoleh melihat
Akane yang tersenyum senang melihat gadis kecilku.
"Tapi, siapa gadis yang ada di sebelah Yui? Murid baru
kah?" tanya Akane lagi.
"Maybe"
singkatku membalasnya.
"Rena, kau tidak kesana?" aku mengkerutkan kening.
"Untuk apa?" tanyaku heran.
"Menemui gadis kecilmu. Dia kekasihmu, bukan?" aku
melebarkan kedua mataku.
"Dia bukan kekasihku. Aku ini kakaknya, bukan
kekasihnya" kataku ketus.
"Kau dan Jurina tidak sedarah, bukan? Jadi, aku yakin
kau menyukainya" dasar menyebalkan.
"Aku tidak menyukainya, kalian mengerti?!" Ketusku
lagi.
Sial, kenapa mereka masih saja menggodaku? Tapi, aku dan dia
sama-sama perempuan. Mana mungkin, aku menyukainya? Lagi pula, aku
menganggapnya sebagai adik. Dan kenapa aku sayang kepadanya, karena aku memang
sangat menyayanginya sebagai adikku.
"Rena-chan"
aku menoleh ke arah Jurina yang memanggilku.
"Pangeranmu Rena-chan, dia memanggilmu" pangeran?
Dia perempuan.
"Dia itu perempuan. Astaga" ucapku sambil memijat
keningku.
"Rena-chan,
kemarilah" aku kembali menoleh melihat Jurina.
"Iya!" balasku.
Daripada aku mendengar ucapan mereka yang tidak jelas, lebih
baik aku kesana saja. Bersama Jurina dan Yui, serta gadis itu. Gadis berwajah
polos dan mempunyai senyum manis itu. Terlihat begitu sangat polos.
"Jurina, siapa dia?" tanyaku ketika aku sampai di
depannya.
"Ini Paruru. Teman dari Yui" ah... temannya Yui.
"Aku Matsui Rena, salam kenal!" ucapku padanya.
"Kau dan Jurina saudara? Nama kalian sama" aku
terkekeh mendengarnya.
"Tidak. Hanya nama marga saja yang sama!"
Aku duduk di sebelah Jurina. Dan selama bercerita, aku sempat
melihat Yui yang menatap Haruka dengan wajah.... kagumnya? Mungkin. Dari cara
dia menatap, itu bukan tatapan biasa. Dia seperti sedang mengagumi gadis
itu.
Ada apa dengannya?
Sedangkan Jurina, dia lebih memegangi tanganku dan sesekali,
aku memergokinya tengah melihatku. Memperhatikanku. Ada apa dengan gadis
ini?
"Jurina itu sangat
mencintaimu, Rena"
Entah kenapa, kata-kata Akane terngiang begitu saja di
kepalaku. Apa mungkin, dia menyukaiku? Tapi, kita sama-sama perempuan. Dan, itu
tidak mungkin terjadi bukan? Aku dan dia tidak mungkin bersama.
Dinding pembatas antara kami itu ada. Mana mungkin, seorang
perempuan akan mempunyai seorang kekasih yang juga perempuan. Tidak mungkin,
bukan?
Tapi, setiap kali aku melihat Jurina, entah kenapa ada yang
sedikit berbeda dari diriku. Aku merasakan suatu perasaan yang aneh. Jurina
juga selalu membuatku tenang. Dia juga bisa membuatku tertawa. Dia benar-benar
gadis yang sangat baik untukku. Ketika aku sedih, dia menghiburku.
Jurina, dia selalu ada untukku. Dan begitu juga, aku selalu
ada untuk dirinya. Tapi, mungkinkah jika apa yang di katakan Akane itu benar?
Bahwa,
Jurina menyukaiku?
***
~Author
Pov~
Jurina memainkan bola basket itu. Dan sesekali juga, dia
melihat ke arah Yui yang tengah berlatih sendiri dengan bola basketnya. Jurina
melihat Yui, dia pikir gadis itu terlalu serius memainkan bola basket.
Dia berjalan ke arah Yui, sambil terus memainkan bola basket
itu. Dan berhenti di depan gadis itu. Mungkin, Yui menyadari kedatangannya maka
dari itu, dia mengangkat wajahnya dan melihat Jurina yang tersenyum kepadanya.
"Ada apa?" sepertinya Yui tahu, jika ada yang akan
di bicarakan oleh Jurina kepadanya.
"Mengenai kemarin. Perjanjian kita. Apa kau sudah
melakukannya?" dengan enteng Yui menggeleng membuat Jurina mendesah.
Mungkin, Yui tidak terlalu memikirkan hal itu, walau Jurina juga mengancamnya
kemarin. "Lalu, kapan?"
Yui mengangkat wajahnya lagi, "Aku belum tahu. Lagi
pula, aku sangat takut melakukan hal itu"
Jurina mengkerutkan dahinya, "Kenapa?"
Yui mendesah. Ia menghentikan permainan bola basketnya.
Sejenak, Jurina bisa melihat Yui memandangi bola yang berada di tangan gadis
itu. Sepertinya, gadis itu seperti memikirkan sesuatu. Atau lebih tepatnya,
memikirkan jawaban atas pertanyaannya.
"Aku hanya takut, jika dia marah kepadaku" kata Yui
lirih.
"Jangan takut. Bukankah, kau sendiri yang bilang seperti
itu, kepadaku?" kata Jurina bertanya.
"Memang. Tapi, entah kenapa aku bisa takut seperti ini.
Jika, aku dihadapkan dengan basket, aku pasti bisa melakukannya. Aku bisa bebas
membawa bola ini, dan aku juga bebas menguasainya. Tapi, aku tidak bisa
melakukan hal itu dengan Paru."
Jurina mendesah. Ia memandang bola basketnya sendiri. Seakan,
dia juga sama dengan Rena. Nasibnya dan Yui hampir sama.
"Kau tahu sendiri, bukan? Aku sudah kehilangan semuanya,
dan aku tidak ingin kehilangan Paruru yang sekarang menjadi sahabatku. Aku
takut, semua yang aku miliki, pergi begitu saja meninggalkan aku. Seperti ayah
dan ibuku" kata Yui lagi.
Jurina mengerti. Yui benar-benar sangat sedih, karena
kehilangan kedua orang tuanya. Ayahnya meninggal, sedangkan ibunya,
meninggalkannya begitu saja. Entah kenapa, semenjak kejadian itu, Yui menjadi
pribadi gadis yang berbeda.
Dia selalu saja menjadi gadis yang nakal, tapi semenjak
mengenal Paruru. Yui sedikit berubah. Dan semua itu, ia ceritakan pada Jurina.
Tidak ada lagi dari mereka yang mempunyai rahasia yang tidak di ceritakan.
Jurina menceritakan rahasianya pada Yui, dan juga sebaliknya.
Mungkin, mereka mempunyai kehidupan yang sama. Sama-sama
memendam perasaan dari orang yang mereka suka. Tapi, mungkin Jurina lebih
beruntung daripada Yui. Buktinya, kedua orang tua Jurina, masih mau
menyekolahkan Jurina dan tidak meninggalkannya. Tapi, jika Yui? Kau sudah tahu
sendiri, bukan? Bagaimana nasibnya gadis itu? Benar-benar miris.
"Jika kau tidak mau kehilangan Paru, kau harus bisa
melakukannya. Aku yakin, Paruru tidak akan menolak. Dan itu lah yang akan aku
lakukan dengan Rena." Kata Jurina lagi menjelaskan.
Yui berbalik, ia melempar bola basket itu ke ring. Dan bola
itu masuk. Mungkin, karena Yui sangat pandai dalam bidang bola basket. Ia
selalu bisa memasukkan bola basket, tepat ke ring walau dengan jarak jauh
sekali pun. Maka dari itu, pelatih memilihnya sebagai kapten basket.
"Kapan kau akan melakukannya? Bukankah, tinggal 6 hari
lagi?" tanya Yui.
"Tentu saja sebelum hari terakhir, aku sudah melakukan
hal itu dengan Rena! Aku tidak peduli, dia akan menolak atau apa lah, yang
penting, aku harus bisa melakukannya. Dan, satu lagi. Aku juga pernah merebut
ciuman pertamanya"
"Eh? Benarkah? Are you sure, Ju" Jurina mengangguk.
"Ketika dia tidur, aku melakukannya. Menciumnya, tanpa
sepengetahuan darinya" kata Jurina lagi.
"Kau sungguh pemberani dan juga beruntung"
"Itu lah aku. Matsui Jurina!"
"Mengenai Annin........"
"Memangnya kenapa dengannya?" tanya Jurina ingin
tahu.
"Dia ingin bertemu denganmu, lagi. Mungkin, dia
benar-benar menyukaimu. Aku rasa, sebelum Annin menembakmu, kau lebih dulu
menembak Rena senpai. Agar dia tidak terlalu banyak
berharap denganmu" kata Yui menjelaskan.
"Akan aku usahakan. Lagi pula, dia itu gadis yang
agresif menurutku. Aku tidak pernah menyukainya sama sekali" kata Jurina.
Yui mengangguk menyetujui. Dia menatap seorang gadis yang
tengah duduk bersama gadis lain. Gadis itu tersenyum lebar. Dia sepertinya,
sudah sangat akrab dengan teman barunya. Terkadang, itu juga yang membuat Yui
cemburu.
"Kau cemburu?" tanya Jurina langsung. Jurina
tersenyum melihat Yui yang kini menoleh kearahnya. "terkadang, melihat
Rena bersama dengan gadis lain atau seorang laki-laki, aku juga merasakan apa
itu 'cemburu', Yui" kata Jurina lagi menjelaskan.
***
~Jurina
Pov~
Hari yang melelahkan. Tapi, aku sangat senang sekarang ini.
Pulang sekolah, selalu saja aku mengisingnya dengan berlatih bola basket dengan
temanku yang lain. Satu tim memang ada lima orang. Tapi, tim sekolahku
mempunyai pemain cadangan. Lima orang juga.
Kau hanya mengetahui Yui saja, bukan? Baik. Sebagai anak yang
baik, aku akan mengenalkan mereka kepada kalian. 3 orang lagi yang menjadi
pemain utama, selain aku dan Yui. Mereka adalah Kumi, Kei dan juga Rion. Kita
berlima, mempunyai sifat yang berbeda-beda. Tapi, kita juga mempunyai kesamaan.
Sama-sama gemar bermain basket dan juga sama-sama tidak waras. Maksudku,
menyukai sesama jenis.
5 pemain yang menjadi pemain cadangan. Mereka adalah, Kodama
Haruka, Mogi, Natsumi, Sayaka dan satu lagi bernama Ryoka. Mereka juga sama
seperti kami, sama-sama menyukai perempuan. Sesama jenis. Aku tahu, karena tadi
kita sempat berbagi cerita.
Tapi, mereka tidak menyebutkan nama orang yang mereka cintai.
Begitu juga, dengan aku dan Yui yang memilih diam, dan tidak mengakui siapa
yang kami cintai. Toh, seiring berjalannya waktu, mereka pastinya akan tahu,
siapa yang orang yang aku cinta.
Pertandingan. Selama, Yui menjadi kapten, dia selalu
mengarahkan kami. Dan setiap pertandingan, kita pasti menang dengan apa saja
yang ia katakan pada kami. Dia selalu mempunyai strategi untuk mengalahkan
lawan, tanpa harus melukai lawan kami. Mengagumkan, bukan? Itu yang aku suka
dari seorang kapten basket sekolah kami. Yokoyama Yui.
"Jurina" aku menoleh melihat Haruka. Kodama Haruka,
lebih tepatnya.
"Haruppi. Ada apa?" tanyaku.
"Boleh aku meminta air? Aku haus"
"Tentu. Ambil saja, di dalam tas milikku"
"Arigatou"
aku mengangguk.
Sambil terus berlatih basket, aku juga melihat kelas-kelas
yang sudah sepi. Hanya ada Rena dan Paruru. Jika Rena menungguku, tapi Paruru,
pastinya dia menunggu Yui. Mereka pulang bersama.
"Wow....
kau hebat, Yui-chan" aku
mendengar Paruru berteriak.
Aku tersenyum. Kemudian, aku menghampiri Yui. Dia tersenyum.
Mungkin, karena Paruru memujinya tadi. Dia masih saja menatap gadis itu.
"Yui" dia menoleh.
"Apa?" tanyanya.
"Tidak ada. Hanya berniat menganggumu yang sedang
menatap Paruru" balasku iseng.
"Sial" ucapnya ketus.
"Kau harus melakukannya. Tinggal 5 hari lagi"
ucapku berbisik.
"Kau juga, Jurina. Apa kau mau, jika Rena di ambil
orang? Aku tidak sengaja, kemarin aku mendengar jika Furukawa Airi kelas 3 B,
juga menyukai Rena" aku terbelalak mendengarnya.
"Honto?"
"Iya. Itu benar, Jurina"
Cih, sial. Kenapa, gadis itu menyukai Rena-chan?
Aku tidak akan membiarkannya mendapatkan Rena. Tapi, bagaimana aku harus
mendapatkan Rena? Melakukan hal 'itu', tapi tidak mudah begitu saja. Tuhan,
jangan sampai Airi mendapatkan Rena-chan. Aku tidak terima hal itu.
Aku harus bisa mendapatkan Rena. Harus.
To
Be Continue……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar