Rabu, 01 Juni 2016

Story Of My Life (Chapter 17)

Title : Story Of My Life Chapter 17
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...

~---0---~



~Paruru Pov~

Pagi hari ini, seperti biasa aku bangun dan kemudian membersihkan tubuhku. Rasanya, tubuhku benar-benar lelah. Setelah itu, aku keluar dari kamar. Aku melihat nee-chan, yang sekarang tengah memasak dengan Rena.
Aku melangkah dan menghampiri mereka. Dari kemarin, nee-chan selalu membantu Rena memasak. Kata nee-chan, dia ingin memasak untukku. Aku sangat senang, karena dia memasak untuuku. 

Kau tahu? Aku sama sekali tidak bisa memasak. Kau tahu sendiri, bagaimana keadaanku dulu, bukan? Ketika kedua kakiku masih sakit. Itu yang membuatku susah dalam bergerak. Aku tidak lelausa bergerak seperti sekarang ini. 
Aku ingin sekali belajar memasak. Jika aku belum bisa memasak, aku tidak akan bisa menjadi istri yang baik suatu saat nanti. Apa kata suamiku nantinya, jika dia tahu jika aku tidak bisa memasak? Aku akan malu nantinya.

Eh? Kenapa, aku malah berbicara tentang suami? Umurku saja masih 19 tahun. Tapi, aku memang ada benarnya juga, bukan? Aku ingin menjadi seorang gadis seperti Atsuko nee-chan. Menurutku dia sudah sangat sempurna menjadi seorang gadis.
Baik? Tentu saja. Cantik? Tidak usah diragukan lagi. Dan tentunya pintar dalam hal memasak. Kau setuju bukan? Aku yakin, kalian setuju dengan pendapatku ini. Iya, aku memang benar-benar beruntung bisa mempunyai seorang kakak seperti dia. Dan aku harap, aku bisa seperti dia.
"Onee-chan" dia menoleh ketika aku memanggilnya.

"Paru? Kau sudah bangun ternyata. Tunggu ya? Sebentar lagi selesai" aku mengangguk.
Aku mendekat dan melihat mereka memasak. Menggoreng ikan? Wow... aku sangat suka ikan. Dan aku juga melihat mereka yang memasak masakan kesukaan aku. Ah... aku jadi tidak sabar untuk memakannya. 
Aku tersentak kaget, ketika ada tangan yang melambai tepat di depanku. Aku menoleh, melihat si pemilik tangan itu. Dia tersenyum dan menggeleng. Aku hanya membalasnya dengan cengiran khas yang aku punya.

"Kau sudah tidak sabar?" tanya nee-chan.
"Gomen nee-chan, habis kau memasak masakan kesukaanku" kataku lagi.
"Sengaja. Mungkin, kau merindukan masakanku" dia menggodaku.
"Ah... aku memang merindukannya, nee-chan" balasku dan dia tersenyum.
"Iya sayang. Aku tahu, kau merindukannya. Sebentar ya?" aku mengangguk sambil tersenyum.

Setelah itu, aku keluar. Aku mendengar suara ketukan pintu. Siapa pagi-pagi yang sudah bertamu seperti ini? Aku melihat jam yang ada di dinding. Uhh... masih jam setengah 7 pagi? Siapa ya? 
Setelah di sana, aku membuka pintu berwarna putih itu. Aku melihat tiga orang yang berdiri, dan sekarang mereka tersenyum kepadaku. Sakura, Mayu nii-chan dan mungkin, calon adik iparku? Ok... maksudku Haruki.

"Mayu nii-chan, Sakura. Ayo masuk!" ucapku mempersilahkan kedua saudaraku.
"Aku tidak?" aku menoleh melihat Haruki.
"Kau tinggal di sini bukan? Untuk apa aku mempersilahkanmu? Kau tinggal masuk" ucapku membalas keluhannya.
"Ah.. iya, kau benar" dia mengelus pipinya dengan wajah sedikit tertekuk. Aku hanya terkekeh melihatnya.
"Aku ingin bicara denganmu dan nee-chan, Paru"
"Bicara apa nii-chan?" tanyaku heran,
"Lebih baik, kita bicarakan di dalam" aku mengangguk.

Kami masuk ke dalam. Aku melihat nee-chan dan Rena yang tengah menyajikan masakan mereka. Ah... akhirnya selesai juga mereka memasak. Nee-chan dan Rena menoleh ke arah kami. Mereka tersenyum menyapa Sakura dan Mayu nii-chan.
"Ayo, kita makan bersama" 
Setelah itu kami duduk. Tak lama, aku melihat Natsumi dan Yuki sensei yang turun dari lantai dua. Semua sudah lengkap sekarang. Eh? Sepertinya, aku melupakan sesuatu.

"Tadi, kau ingin bicara apa nii-chan?" iya, tadi dia ingin berbicara padaku dan nee-chan.
"Tentang kedua orang tua kita, Paru" ucap nii-chan langsung.
"Memang ada dengan mereka?" tanyaku.
"Sepertinya ibu sudah mulai luluh denganmu. Tapi, ayah belum" kata Sakura menjelaskan.
"Lalu, kita ingin kalian untuk datang ke taman nanti siang. Apa kalian bisa?" tanya Mayu nii-chan menyambung ucapan Sakura.

Aku menoleh melihat nee-chan. Aku hanya akan pergi, jika aku ada dia. Dan, aku merasa sangat aman nantinya, jika ada dirinya. Karena, dia selalu menjagaku.

"Apa kau yakin, jika ayah dan ibu akan datang?" tanya nee-chan.
"Tenang nee-chan, itu sudah kami atur" kata Mayu nii-chan.
"Apa nii-chan, ingin menyelesaikan masalah di keluarga kita?" tanyaku sedikit ragu.
"Iya. Agar kau, bisa diterima di keluarga kita lagi, Paru" 

Aku menghela nafas. Kenapa, aku tidak yakin dengan semua ini? Aku bisa merasakan ada yang mengganjal. Tapi, entahlah, aku tidak tahu apa itu.
"Baik. Aku akan datang bersama dengan Paru" kata nee-chan membalas.
Baiklah. Itu keputusan nee-chan. Aku hanya bisa menuruti kemauannya. Aku yakin, keputusan yang dibuatnya, pasti itu yang terbaik. Ayah, ibu aku harap kalian bisa menerima aku. Aku sangat menyayangi kalian, sungguh.

***

~Author Pov~

Paruru duduk di sofa ruang tamu. Kedua matanya menatap kosong, lurus ke depan. Pikirannya, terngiang ucapan kakak laki-lakinya. Sebentar lagi, dia akan berangkat ke taman. Dan itu berarti, dia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya yang memang sama sekali tidak menyukai keberadaannya.
Tanpa disadari olehnya, suara langkah kaki mendekat. Namun, seolah tidak mendengar, Paruru masih tetap di posisinya. Pikirannya benar-benar tidak tenang. Ia terus memperkirakan apa yang akan terjadi nanti, ketika dia sudah berhadapan dengan kedua orang tuanya. Hatinya berdebar begitu kencang, ia benar-benar tidak tenang sekarang.

"Paruru!" suara seseorang terdengar. Namun, sepertinya Paruru tidak mendengarnya sama sekali. Ia masih tetap berada di posisinya.
"Paruru!" suara itu kembali memanggilnya. Namun, dia masih saja diam. "Paruru-chan!"

Kini Paruru baru benar-benar melihat orang itu. Ia agak sedikit terkejut, mendengar suara teriakan dari orang itu. Cukup sangat keras di telinganya. Hingga suara itu, dapat membuatnya kembali ke alam nyata.

"Kau melamun saja dari tadi" keluh Yui dan kemudian ia duduk di dekat Paruru.
"Maaf! Aku tidak tahu, jika kau akan datang Yui" kata Paruru lagi.
"Eh? Tapi, kenapa kau melamun?" tanya Yui ingin tahu.
"Sebentar lagi, aku akan berangkat ke taman bersama nee-chan. Kita akan bertemu dengan ayah dan ibu kami" kata Paruru menjelaskan.
"Untuk apa?" tanya Yui bingung.
"Menyelesaikan semua urusan keluarga kita" kata Paruru lagi.
"Lalu, kenapa kau terlihat tidak begitu yakin? Wajahmu tampak gelisah" kata Yui kembali bertanya.
"Aku tidak yakin, jika ayah dan ibu akan menerimaku. Aku masih takut, jika mereka akan mencelaku seperti dulu, Yui!" 

Yui tersenyum dan memegang tangannya halus. Dia memberi ketenangan kepada gadis itu, agar gadis itu tidak terlalu memikirkan hal yang negatif.
"Tenanglah. Aku akan selalu membantumu. Itu yang dulu pernah aku katakan, bukan? Aku sahabatmu, Paru"
Paruru tersenyum mendengarnya. Dia membalas pegangan tangan Yui. Tangan itu membelainya sangat halus. Ia merasa beruntung karena telah mempunyai sahabat seperti Yui. Setiap kata yang Yui lontarkan, pasti membuat Paruru sangat nyaman. Dia benar-benar merasa tenang.

"Aku rasa, Yui nii-chan memang menyukai Paruru" komentar Haruki yang lagi-lagi mengintip kedua insan itu. Tapi, kali ini dia mengintip bersama dengan Atsuko dan Rena.
"Bagaimana menurutmu nona?" tanya Rena.
"Aku rasa mereka cocok" kata Atsuko membalas.
"Wah... apa mereka akan menjadi sepasang kekasih, sebentar lagi?" Haruki bertanya sambil tersenyum.
"Kita lihat saja nanti. Sudah, aku dan Paruru harus berangkat sekarang. Rena, kau ikut ya? Hanya berjaga-jaga" Rena mengangguk mengerti.

Mereka keluar dari tempat mereka bersembunyi. Dan, kemudian mereka menghampiri kedua insan itu. Baru saat mereka menghampiri Yui dan Paruru, Yui melepas pegangan tangannya dari Paruru. Ia hanya tidak ingin dicurigai oleh kakak gadis itu.

"Paru, kita harus berangkat sekarang" Paruru mengangguk.
"Aku boleh mengantar kalian?" tanya Yui.
"Boleh. Paru, kau bersama Yui saja. Aku dan Rena akan bersama dengan Kai. Dia menjemputku" lagi-lagi Paruru mengangguk.

Yui dan Paruru bangkit, kemudian mereka mengikuti Atsuko dan Rena yang keluar. Di depan, mereka melihat seorang pemuda yang menghampiri mereka. Itu Takahashi Kai. 

"Ternyata kau sudah sembuh, Paru" katanya tersenyum.
"Iya nii-chan. Dan terima kasih, karena selama aku pergi, kau menjaga nee-chan" Kai mengangguk.
"Itu sudah tugasku, untuk menjaga kakakmu"
"Ya sudah. Sekarang, kita harus berangkat," kata Atsuko, "Haruki, kau ikut?" Atsuko menoleh ke arah Haruki.
"Aku akan bersama Yui nii-chan. Boleh?" 
"Tentu saja" Haruki tersenyum.

***

Mayu duduk di taman, di sampingnya ada Sakura. Dan kedua orang tuanya, ada di depan mereka. Mereka menunggu kedatangan Atsuko dan Paruru. Tapi, kedua orang tua mereka masih belum tahu, jika mereka akan mempertemukan kedua orang tua mereka dengan Atsuko dan Paruru.
5 menit kemudian, orang yang mereka tunggu muncul. Mayu dan Sakura tersenyum. Kedua orang tua mereka, sekarang memandang kedua anak gadisnya yang tengah menghampiri mereka sekarang ini. 

Dan betapa terkejutnya mereka, ketika melihat Paruru yang berjalan dengan normal dan tidak lagi seperti dulu. Anak gadis yang dulu mereka benci, sekarang sudah berubah total. Kedua kakinya sudah sembuh.
Tapi, mereka masih bingung. Kenapa, Paruru dan Atsuko kemari? Mereka menoleh, melihat Mayu dan Sakura yang tersenyum memandang kedua saudaranya. Mereka yakin, ini ulah kedua anaknya. 

"Kenapa ada mereka?" Mayu dan Sakura menoleh.
"Kita harus selesaikan sekarang" kata Mayu tegas. Dia bangkit bersamaan dengan Sakura.

Kedua gadis itu sudah sampai di depan mereka. Paruru menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Kedua matanya memanas, seperti ingin menangis. 

"Apa kau Haruka?" seolah tidak mengenali Haruka, sang ibu bertanya.
"Iya, aku Shimazaki Haruka" kata Paruru membalas.
"Aku yakin, kau bukan Haruka" kata sang ayah tidak percaya.
"Bukan Haruka bagaimana ayah?" kata Atsuko. Dan sekarang, dia memandang kedua orang tuanya tajam. "Lihat baik-baik wajahnya. Dia adikku. Dia Shimazaki Haruka" kata Atsuko lagi.
"Iya ayah, dia saudara kita" kata Mayu menyetujui ucapan Atsuko.
"Bagaimana bisa ayah tidak percaya jika dia bukan Haruka nee-chan?" kini Sakura juga angkat bicara.
"Haruka itu cacat, sedangkan dia tidak sama sekali" kata ayah menjelaskan.
"Aku sudah sembuh, ayah!" kata Haruka.
"Jangan sebut aku ayah. Kau bukan anakku" 

Benar-benar sungguh tega. Paruru benar-benar tidak dianggap sama sekali oleh ayahnya. Hatinya benar-benar sangat sakit sekarang ini. Padahal, dia sudah berusaha optimis untuk sembuh. Dan setelah sembuh, ayahnya sama sekali tidak mau mengakuinya.
Kini sang ayah membalikkan tubuhnya. Ayah seolah enggan menatap putri ketiganya itu. Tapi, sang ibu kini mulai mendekati Paruru yang tengah menangis. Mungkin, hatinya sangat sakit mendengar ucapan ayahnya.

Ibu menatap kedua matanya dengan pandangan sedih. Ibu mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh kedua pipinya.

"Kau Haruka?" Paruru mengangguk.
"Iya ibu, ini aku Haruka" kata Paruru menangis.
"Kau sudah sembuh, nak?" baru pertama kalinya, ibunya berkata lembut dengannya.
"Iya ibu. Aku sudah sembuh." kata Paruru sambil menangis.
"Kau sungguh sangat berbeda sekarang ini, Haruka" kata ibu.
"Ibu, aku merindukan ibu. Apa aku tidak pantas menjadi bagian keluarga Shimazaki? Aku membutuhkan ibu, aku juga sangat ingin seperti anak yang lainnya. Di sayangi dan juga di cintai oleh kedua orang tuanya" kata Paruru panjang lebar.

Sang ibu mengangguk. Ia mencium kening putri ketiganya. Baru kali ini juga, Paruru mendapatkan perlakuan halus dari ibunya. Paruru memeluk ibunya. Dia bahagia, ketika ibunya juga membalas pelukannya. Itu juga membuat Atsuko bahagia, apalagi Sakura dan Mayu.

Kini sang ayah menoleh, melihat bagaimana istri dan anak ketiganya yang sangat akrab sekarang. Dia mendesah. Dan kini mulai melangkah mendekati istri dan putri ketiganya.
"Ibu" kata Paruru yang harus melepas pelukan ibunya dengan paksa.
Awalnya, Mayu kira sang ayah mulai luluh, tapi ayah justruh melepas pelukan dari seorang ibu untuk putrinya sendiri. 

"Dia bukan anak kita!" tegas sang ayah menatap tajam istrinya sendiri. Ibu menggeleng.
"Dia anak kita, Yuuji. Jangan kasar dengannya" kata ibu membela Paruru.
"Bukan. Sekali bukan, tetap bukan!" ayah masih saja tetap pada pendiriannya.

Dia menarik lengan Paruru dengan kasar, namun tertahan karena ibu menarik lengan Paruru yang satu. Ibu seperti tidak terima, jika Paruru akan dibawa oleh ayahnya. Apalagi, jika sang ayah akan berbuat sesuatu yang buruk kepada putrinya sendiri.

"Apa yang kau lakukan?" tanya ibu menahan lengan Paruru.
"Aku akan membuangnya. Kalau perlu, aku akan membunuh dia, agar dia tidak menganggu kita lagi" tentu saja itu membuat ibu dan ketiga anak yang lain.
"Kau gila! Aku tidak akan membiarkanmu, membawa putriku" kata ibu sambil mencoba untuk melepas tangan sang ayah dari putri ketiganya.

Tapi, apa daya? Sang ayah sangat kuat dan ibu tidak bisa melawannya. Atsuko yang mencoba untuk menolong Paruru saja terdorong oleh sang ayah. Apalagi Sakura. Tapi, Mayu sedikit memberi perlawanan. 
Tapi, rupanya dia kalah kuat dengan sang ayah. Memar tercipta begitu saja di pipinya. Paruru hanya bisa menangis. Tapi, ia juga meringis karena cengkraman ayahnya yang terlalu kuat di tangannya. Ayah menarik lengannya kasar.

"Ampun ayah, jangan buang aku!" Paruru memelas dengan tangis.
"Kau harus MATI" kata ayah sambil menekan kata 'mati'.
"Tidak ayah. Jangan bunuh aku" kata Paruru lagi.

Padahal, baru saja ia tersenyum. Tapi, sepertinya takdir kali ini sudah tidak memihaknya kembali. Ketika sampai di tengah jalan, tiba-tiba ada sebuah ide terlintas begitu saja di benaknya. Walau itu ide gila, tapi ia melakukannya.
Ia menggigit tangan sang ayah, hingga sang ayah merintih kesakitan karenanya. Dan itu berhasil membuat tangannya terlepas dari cengkraman sang ayah. Ia berlari menjauhi sang ayah. Ia takut, ayahnya menangkapnya lagi.

"Paruru" ia menoleh.
"Ibu, nee-chan"

Tit! Tit! Tit!

Mendengar itu ia menoleh, dan melihat sebuah mobil yang melintas. Ayahnya? Iya, ayahnya masih ada di jalan. Kini, sang ayah menoleh ke arah sumber suara. Tampak terkejut dengan adanya mobil yang mendekat ke arahnya. Ayah menutup kedua matanya sebelum mobil itu benar-benar mendekatinya.

"Ayah awas!" teriak Paruru khawatir.

Dan...

Bugh!

Benturan keras terjadi. Atsuko, ia yang melihat semua itu terjatuh diatas kedua lututnya. Matanya mengeluarkan air mata. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Ini tidak mungkin!"


To Be Continue…………


Akhirnya ini fanfic satu mau kelar juga, so bagaimana guys?
Ah iya, satu lagi. Aku ada dua fanfic baru. Aku kasih tahu sekarang! Eh bukan dua tapi tiga. Owh banyak juga ya? 
Satu YuiParu genrenya Yuri. Atas permintaan seseorang. :D
Satunya. Kalian pernah liat Hello baby? Acara di korea. Menampilkan member kayak snsd dan suju yang lagi ngasuh anak? nah.... aku mau bikin kayak gitu, tapi tetep beda. itu kan acara, tapi ini aku buat kayak kehidupan nyata. (YuiParu, JuriRena dan MaYuki) Ada genre yurinya gitu. *mungkin ada komedinya.
satu lagi. Fanfic aku gabungin JuriRena sama YukiRena. (GenderBender story) 
So... tungguin saja ya, kayak gimana nanti ceritanya bye......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar