Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, NC 17
Main cast :
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
Ups...
di sini ada bagian yang 'itu' lho.... jadi, kalau gak suka, gak usah baca. yang
suka, ya silahkan baca. hehe... :v
Happy Reading All....
~---0---~
~Jurina
Pov~
Cantik, manis dan menggemaskan. Aku membelai wajahnya dengan
lembut, aku benar-benar beruntung bisa sedekat ini dengannya. Entah kenapa,
jika aku melihatmu, aku justruh semakin tidak ingin kehilanganmu. Aku
benar-benar mencintaimu, Rena-chan.
Aku mendekat lagi. Semakin dekat, hingga hidungku menyentuh
hidungnya. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan dirimu. Aku bisa gila
nantinya, jika aku tanpa dirimu Rena-chan.
Hembusan nafasnya yang teratur, benar-benar membuatku nyaman.
Tanpa sadar, aku mengelus punggungnya. Dan menelusuri setiap lekuk tubuhnya.
Aku tidak mau dia terbangun. Aku mencium singkat bibirnya.
Entah kenapa, aku berani melakukan hal ini kepadanya. Tapi,
aku memang tidak bisa menahannya sekarang. Yah... dia tidur. Dan jam, tadi aku
melihat jam yang sudah menunjuk pukul 3 pagi. Tapi, aku benar-benar tidak
peduli. Karena dengan ini, aku bisa bebas memandangnya, menciumnya tanpa
sepengetahuan dirinya.
Maafkan aku Rena-chan, tapi aku memang sungguh mencintaimu.
Dan, aku akan berusaha mendapatkanmu. Aku tidak mau, ada yang memilikimu.
"Engh....." aku mendengar lenguhannya.
Aku menjauh darinya. Dan sedikit membuka, untuk melihatnya.
Dia menggeliat dan kemudian, kembali diam. Huft... untuk saja. Jika, aku
ketahuan, aku tidak yakin akan bisa dekat lagi dengannya. Ayolah, tenang
Jurina, kau harus tenang.
Aku membuka mataku lagi. Aku melihatnya yang tertidur di
sampingku. Aku mendekat dan menyentuh wajahnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku
mencium bibir manisnya. Aku tidak peduli, karena merebut ciuman pertamanya.
Tapi, itu lebih baik aku lakukan, daripada orang lain yang merebut ciuman
pertamanya.
Aku tidak akan melakukan hal bodoh, karena aku tidak ingin
mengusik tidurnya yang nyenyak. Tidurlah, Rena-chan.
Jika, seandainya tadi aku tidak sakit, mungkin dia tidak akan
tidur di sini untuk menemani aku. Tapi, karena melihatku sakit, dia tidur di
sini. Tubuhku sudah sedikit membaik, daripada tadi. Maafkan aku Rena-chan,
tapi aku memang mencintaimu.
I Love You so much,
Matsui Rena.
***
"Jurina,
bangun sudah pagi" aku mendengar suara orang yang membangunkan aku dari
tidur nyenyakku.
"Gadis kecilku, ayo bangun. Waktunya sekolah" aku
melihatnya yang tersenyum manis kepadaku.
"Rena-chan"
dia membantuku bangun dari tidurku.
Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Aku tersenyum, melihat
senyuman manisnya. Dia menyuruhku untuk mandi. Tapi, sebelum dia bangkit dari
tempat tidurku. Aku menariknya dan membuatnya menoleh ke arahku dan,
Cup
Aku mencium bibir manisnya. Pikiranku benar-benar kosong,
tapi aku memang sangat ingin menciumnya hari ini. Semalam, aku rasa tidak
cukup. Aku menginginkan lebih dari itu, namun aku tidak bisa.
***
~Rena
Pov~
Setelah aku membangunkannya dari tidurnya yang nyenyak, aku
membantunya bangun dari tidurnya. Seperti biasa, aku pasti mengelus kepalanya
dengan lembut. Dan tersenyum melihatnya, kemudian menyurunya untuk mandi.
Namun, sebelum aku benar-benar bangkit dari kamarku. Tanganku
tertarik oleh Jurina, yang membuatku harus menoleh ke arahnya, dan...
Cup
Aku terdiam, tubuhku menegang seketika. Ke-kenapa Jurina
menciumku? Dan, kenapa aku bisa merasakan sentuhan hangat ini, secepatnya?
Kenapa, dia harus merebutnya? Dan, kenapa tubuhku tidak bisa memberontak sama
sekali.
"Engh..."
aku mendesah ketika dia melumat bibirku.
Dia melepas ciumannya dariku, dan sekarang menciumi leherku.
Kenapa, aku tidak bisa memberontak sama sekali? Ada apa denganku?
Aku merasakan tangannya yang bergerak, dan sekarang memegang
dadaku. Dia meremasnya, dan membuatku mendesah karenanya. Tuhan, kenapa rasanya
bisa seperti ini? Kenapa, ini sangat nyaman? Dia benar-benar membuatku sangat
nyaman dengan sentuhannya.
"Arrgh.... s-sakit J-Jyu" desahku.
Namun, ia tidak mempedulikanku. Kedua mataku terpejam, karena
menikmati sentuhannya itu. Aku benar-benar merasa terbang di buatnya. Oleh
seorang gadis yang berumur dua tahun lebih muda dariku. Ini, nikmat.
Aku merasakan tangannya yang perlahan mulai membuka bajuku.
Aku mencengkram erat pundaknya. Kini, ciumannya di leherku semakin
agresif.
***
~Jurina
Pov~
Entah setan apa yang merasuki diriku, sekarang ini. Tapi, aku
memang benar-benar menginginkannya sekarang ini. Tidak apa, tidak sekolah. Lagi
pula, aku sangat malas hari ini untuk berangkat sekolah. Dan yang aku inginkan
hanyalah dirinya. Matsui Rena.
Aku melepaskan seluruh bajunya. Aku tidak merasakan, jika dia
memberontak. Kini, aku bisa melihatnya yang tanpa benang. Dia sudah telanjang
dada. Aku tidak peduli, Rena-chan. Yang terpenting, kau harus bisa
menjadi milikku.
"Arghh....."
dia berteriak ketika aku mulai menghisapnya.
Terikan dan desahannya, benar-benar membuatku semakin liar
menghisapnya. Ayolah, aku sangat ingin sekali mendengarnya lagi, sayang.
Teruslah seperti itu, aku ingin mendengar teriakanmu dan desahanmu itu.
Terdengar begitu sangat merdu di telingaku. Aku membaringkan tubuhnya di
kasurku, kemudian.
"Jurina, tolong...." aku menciumnya untuk
menghentikan ucapannya.
"Kau akan merasakan nikmatnya, Rena-chan"
aku melihatnya yang kini mengeluarkan keringat.
Aku menghapus keringat yang membasahi kening dan lehernya.
Dan kemudian, aku membuat tanda merah di dadanya. Lenguhannya semakin merdu.
"Ju-Jurina, k-kita ahhh.... ha... rus
se-sekolah...." ucapnya terbata.
"Aku tidak mau sekolah hari ini. Yang aku inginkan
adalah dirimu" ucapku sambil menyentuh bagian sensitifnya.
Kring...
Sial, telepon itu menganggu saja. Siapa sih yang mengangguku.
Padahal, aku belum menyentuhnya dan membuatnya nikmat karena aku.
Aku mengangkat telepon itu dengan kesal. Aku mendengar suara
seseorang yang menanyakan keberadaan Rena. Mungkin, itu suara ibunya. Aku
mengenali suaranya. Beliau mengkhawatirkan keadaan putrinya.
"Maaf bibi! Rena-chan, sedang ada di rumahku. Dia
merawatku, karena hari ini aku sedang sakit" ucapku membalas.
"Baiklah! Apa perlu,
bibi mengantarmu ke rumah sakit?"
"Tidak perlu bibi. Dirawat oleh putri bibi saja, aku
sudah merasa cukup" ucapku membalas.
"Ya sudah, kalau
begitu istirahat saja ya? Nanti, bibi akan menelpon guru kelasmu dan Rena,
memberi tahu jika kalian tidak bisa sekolah"
"Terima kasih bibi" telepon tertutup.
Aku melihat Rena yang tengah mengatur nafasnya. Aku menyentuh
kedua pipinya dan mengelusnya dengan lembut.
"Kenapa kau melakukan semua ini? Harusnya, ini tidak
terjadi Jurina" katanya sambil menangis.
"Aku mencintaimu, Rena-chan," dia terlihat melebarkan
kedua matanya, "dan biarkan aku membuktikannya"
"Janga,-" terlambat kau ingin menyelesaikan
ucapanmu.
Aku sudah tidak tahan, Rena-chan. Dengan paksa juga, aku melepas
celana yang ia pakai. Tubuhnya benar-benar sudah telanjang. Maaf, Rena. Tapi,
aku menginginkannya. Biarlah pagi ini menjadi saksi atas aku melakukan semua
ini padamu.
Aku menciumnya bibirnya dengan agresif. Aku meremas kembali
dirinya, dan membuatnya meringis. Aku menjulurkan lidahku, selagi dia membuka
mulutnya. Aku memainkan lidahku dengan lidahnya. Menjelajahi setiap inci
mulutnya.
Tanganku bergerak ke bawah sana. Dan memasukkan jariku di
sana. Aku melihat kedua matanya yang terbuka lebar, mungkin terkejut. Aku
melepas ciuman dan memainkan jariku.
"Ahh... sakit Ju"
"Tenanglah sayang, sakitnya akan hilang sebentar
lagi" balasku.
Kemudian, ia melihatku dengan kedua matanya yang sudah
mengeluarkan cairan matanya. Aku tersenyum, dan aku mengecup singkat bibirnya.
Air matanya, benar-benar membuatnya semakin cantik.
"Jangan Ju..." katanya sangat lirih. Seperti
bisikan.
"Kau akan menikmatinya, Rena-chan"
***
"Jurina,
Jurina" aku tersentak ketika aku mendengar suara Rena yang cukup keras
memekakan telingaku.
"Ada apa?" tanyaku polos.
"Kenapa, kau melamun? Ayo, kita harus sekolah"
melamun?
Jadi, dari tadi aku melamun? Oh... tuhan, kenapa aku bisa
melamun di pagi hari seperti ini? Dengan kesal, aku bangkit dari tidurku dan
langsung masuk ke dalam kamar mandi.
***
~Author
Pov~
Jurina dan Rena melangkah ke arah sekolah mereka. Seperti
biasa, mereka pastinya akan berjalan dengan Jurina yang menceritakan kejadian
semalam kepada Rena.
"Tapi, kamu sudah sembuh, bukan?" tanya Rena.
"Sudah. Aku lebih baik daripada semalam. Terima kasih,
karena kau sudah merawatku"
Rena tersenyum dan kemudian, ia mengusap kepala gadis itu
dengan lembut. Setelah itu, ia menarik Jurina.
Entah kenapa, pikiran Jurina masih tertuju pada kejadian tadi
pagi. Dia melamunkan Rena dan melakukan 'itu' dengan gadis itu. Benar-benar
bodoh. Ia tidak tahu, bagaimana jika itu terjadi secara nyata? Mungkinkah, Rena
akan menjauhinya?
Benar-benar bodoh.
***
Jurina
berjalan ke arah lapangan, ia menemukan Yui yang tengah duduk sendiri di kursi.
Ia mendekat dan duduk di dekat gadis itu. Menyapa gadis itu, seperti yang biasa
ia lakukan setiap harinya.
Jurina mendesah. Membuat Yui menoleh ke arahnya. Gadis itu
bertanya, apa kiranya yang terjadi pada Jurina, sampai Jurina seperti itu. Dari
wajahnya, Yui yakin ada yang di pikirkan oleh Jurina. Jurina menceritakan semua
kepada Yui.
Tentang tadi pagi. Melamunkan Rena dan dirinya tengah
melakukan 'itu' di pagi hari. Benar-benar membuatnya malu dan lagi, dia
benar-benar tidak akan menyangka melamukan hal itu.
"Buahahaha......." tawa lepas dari Yui terdengar.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Jurina ketus.
"Bagaimana aku tidak tertawa? Kau melakukan semua itu
dengan Rena senpai.
Aku kira itu nyata, tapi ternyata kau malah melamun hahaha...." Yui
kembali tertawa.
Jurina mengerucutkan bibirnya. Dia sendiri juga tidak
mengerti, kenapa dia melamun di pagi hari. Melamun mesum dan melakukannya
dengan Rena.
"Sepertinya, kau harus benar-benar melakukan hal itu,
jika kau mau mendapatkan Rena senpai" goda Yui sambil tertawa kecil.
"Bisa mati aku, nantinya"
"Dicoba saja, siapa tahu bisa" kata Yui lagi sambil
tertawa kecil.
"Memangnya kau pernah melakukan hal itu?" Yui
menggeleng.
"Belum pernah" jawab Yui enteng.
"Aku tantang dirimu untuk melakukan hal itu pada
Paruru" Yui menatap Jurina terkejut.
"Apa kau bodoh?" tanya Yui.
"Jika kau menyuruhku dengan Rena, kau harus bisa
melakukan hal itu dengan Paruru. Ok?" Jurina mengedipkan satu matanya
kepada Yui dan tersenyum nakal.
"Gila kau"
"Ayolah. Mau sampai kapan, kau akan terus seperti ini
dengan Paruru? Hubungan kalian tidak jelas, hanya sebatas sahabat. Kau mau
Paruru diambil orang?"
Yui terkejut mendengarnya. Paruru? Tidak, ia tidak ingin jika
ada yang memiliki Paruru. Dia bisa gila nantinya, tanpa gadis itu. Apalagi jika
melihat paruru dengan orang lain. Hatinya akan sangat sakit. Seperti Jurina
yang melihat Rena dekat dengan orang lain, itu membuat Jurina sakit.
"Lalu, apa kau mau melakukannya?"
"Yui-chan"
"Paruru?" ucapnya sedikit terkejut. Tapi, tak lama
ia tersenyum, ketika melihat Paruru tersenyum kepadanya.
"Yui-chan,
akhirnya aku menemukanmu juga," kata paruru, "Mulai besok, aku akan
sekolah di sini bersamamu"
"Honto? Syukurlah,
kalau begitu."
"Iya, dan mungkin kita satu kelas. Aku benar-benar
merindukan di saat-saat kita belajar bersama, dan melakukan bersama" kata
Paruru.
Gadis itu tersenyum sangat manis kepada Yui. Jujur, itu
membuat Yui salah tingkah sekaligus nyaman. Ia benar-benar bahagia melihat
senyuman Paruru. Senyuman, yang ia rindukan selama ini. Dan, Yui bisa
melihatnya kembali.
"Aku yakin, kau pasti bisa, Yui" bisik Jurina
sambil terkekeh.
"Diam kau" ketus Yui berbisik balik.
"Dalam satu minggu ini, aku akan menunggu kabar darimu
setelah satu minggu. Jika, kau tidak melakukannya, aku akan membongkar
rahasiamu pada Paruru" ancam Jurina.
"Sial"
"Ok... tidak ada kata penolakan" Jurina terkekeh
pelan.
To Be Contiue........
Bagaimana
pendapat anda teman? :v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar