Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, Roman,
Main cast :
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- Furukawa Airi
Kya.... sori
guys... seharusnya ini di post-nya kemarin. tapi, karena mati lampu, hujan pula
dan petirnya bunyi-nya bener-bener buat orang takut, ya gak jadi deh..... tapi,
sekarang syukur deh gak ada halangan :D
Happy Reading All.......
~---0---~
~Jurina Pov~
Aku berjalan keluar setelah pulang
sekolah. Di tanganku ada bola basket dan aku mainkan bola itu. Dan seperti
biasa, aku akan berlatih basket di lapangan. Apalagi, sebentar lagi aku akan
bertanding dengan SMA Namba.
Sebenarnya, ini adalah pertandingan
basket putri saja. Dan kau tahu? Biasanya, jika dalam bertanding aku akan
selalu semangat. Tapi, entah kenapa aku merasa ada yang aneh sekarang ini.
Tapi, aku tidak boleh memperlihatkannya pada temanku.
Tidak sengaja, aku memantulkan bola
basketku ke depan. Iya, bola itu terlepas dari tanganku. Ketika aku ingin
mengambilnya, bola itu sekarang ada di tangan seorang gadis yang sekarang
tersenyum kepadaku.
Aku mendekatinya. Dia adalah Furukawa
Airi. Senyumannya itu terkesan sedikit licik, tapi aku sungguh menyukainya. Aku
juga membalas senyuman itu. Aku mengambil bola basketku dengan kasar dari
tangannya.
“Ada apa Furukawa-san? Apa ada sesuatu
yang kau ingin dariku?” tanyaku langsung.
“Tidak ada. Aku hanya memastikan saja apa
kau masih bisa bermain bola ini atau tidak” dia tersenyum. Senyuman yang evil.
“Tentu saja aku masih bisa,
Furukawa-san.” Aku membalas senyuman itu.
“Syukurlah kalau begitu. Tapi, ingat aku
akan mengambil sesuatu nanti.” Aku tahu maksudnya.
“Mengambil sesuatu itu tidak mudah.
Apalagi, jika sesuatu itu ada yang melindungi” balasku dengan tenang.
Dia kembali tersenyum. Aku masih diam,
sambil memandanginya. Kau ingin mengambil Rena dariku? Itu tidak akan aku
biarkan, Furukawa Airi. Aku akan berusaha menjaganya, aku tidak akan
melepaskannya dariku.
Aku dan dia sudah terikat. Terikat oleh
benang merah. Jika ada sesuatu yang terjadi pada dirinya, aku akan mudah
mengetahuinya. Dan begitu juga sebaliknya.
“Tapi, aku rasa aku akan mendapatkan apa
yang aku ingin, Matsui-san” katanya lagi.
“Benarkah? Tapi, jika penjagaannya kuat,
bagaimana?” tanyaku lagi.
Lagi-lagi dia tersenyum. Aku hanya bisa
tersenyum membalasnya. Aku melihat gerakan tubuhnya yang sekarang mulai
membelakangiku. Tapi,
“Jika kau ingin memukul orang dengan
cara seperti ini, pukulanmu tidak akan terkena di wajahku” ucapku tenang. Yah….
Aku menahan tangannya, ketika dia hendak memukulku.
“Kau mempunyai gerakan yang cepat. Aku
suka itu, Matsui-san” aku tersenyum.
“Terima kasih atas pujiannya. Tapi, lain
kali jangan bermain lagi denganku. Aku sangat malas menanggapinya” aku
tersenyum.
Aku melepas tangannya. Kemudian, aku
melihatnya yang berbalik dan pergi begitu saja. Dasar, dia sudah berani
denganku. Aku tahu, dia itu kakak kelasku. Tapi, jika dia merebut Rena dariku,
itu tidak akan aku biarkan.
Jika dia mengulangi lagi, mungkin kedua
tangannya akan patah. Atau bahkan lebih buruk. Sudahlah, lebih baik aku ke
lapangan saja.
“Jurina” di lapangan seperti biasa, Yui
menyapaku.
“Yui-chan”
dia tersenyum.
Aku melempar bola basketku ke ring. Yah…
berhasil masuk ke dalam sana. Aku tersenyum, kemudian aku kembali melihat Yui.
Dia sudah ada di depanku.
“Ada apa lagi dengan Airi?” tanyanya.
Aku rasa dia melihatnya.
“Dia mengancamku” balasku santai.
“Tentang Rena?” aku mengangguk langsung.
Aku berjalan mengikutinya. Aku berhenti
di belakangnya, ketika dia juga berhenti. Kemudian langsung mengarahkan
temannya untuk berlatih basket. Tidak sengaja aku menoleh, aku melihat Airi
yang tersenyum sinis ke arahku. Aku hanya bisa membalas senyuman sinisnya itu.
***
~Rena Pov~
Ada apa dengan mereka? Senyuman itu? Ada
apa sebenarnya? Jurina dan Airi, mereka saling melempar senyuman. Senyuman
sinis dan tidak bisa aku artikan. Baru saja tadi, aku melihat Airi yang hendak
memukul Jurina, namun Jurina menahannya. Apa mereka bermusuhan?
Kemarin, ketika aku dan Jurina di kebun
binatang, aku juga melihatnya di sana. Memperhatikan aku dan Jurina. Aku juga
melihat seorang perempuan lain di sana. Aku tidak tahu dia siapa, tapi tatapannya
menusuk ketika melihat kedekatan antara aku dan Jurina.
Dan aku juga melihat tangan gadis itu
yang mengepal. Aku juga sempat melihat gadis itu yang memperhatikan Jurina. Aku
rasa dia menyukai Jurina. Sedangkan Airi? Aku tidak tahu, kenapa dia ada di
sana dan mengawasi aku dan Jurina.
Dan tanpa dia tahu, aku sudah mengetahui
keberadaannya dan gadis yang aku maksud tadi. Aku benar-benar takut. Takut?
Iya, aku takut. Aku sangat takut kehilangan Jurina. Apalagi, jika gadis itu
benar-benar menyukai Jurina dan mencoba merebutnya dariku. Aku tidak mau itu
terjadi.
Apa yang harus aku lakukan? Aku harus
bisa mempertahakan Jurina. Aku mencintainya dan dia juga mencintaiku. Apa
mungkin gadis itu akan mencoba mengujiku dan Jurina? Apa dia akan melakukan sesuatu
hal buruk kepadaku dan Jurina? Ah… sial, aku tidak bisa berfikir jernih
sekarang.
“Rena-chan”
aku menoleh.
“Paruru? Ada apa?” tanyaku. Kemudian,
dia duduk di dekatku.
“Kau kenapa melamun? Ada sesuatu yang
kau pikirkan?” tanyanya kemudian.
“Aku memikirkan Jurina” balasku.
“Dia tidak akan pergi darimu. Dia
mencintaimu, Rena-chan. Tenanglah!”
aku tersenyum dan mengangguk.
Iya, Jurina memang mencintaiku. Hanya
aku yang ada di hatinya, dan begitu juga sebaliknya. Tapi, aku masih takut.
Jantungku saja masih berdetak kencang. Aku berfikir, akan terjadi sesuatu di
antara kami berdua.
Jurina, semoga kita bisa melewati
semuanya. Aku tidak ingin kita berpisah. Dan Airi. Aku memang belum tahu tujuan
gadis itu. Tapi, aku rasa dia salah satu orang yang akan menghancurkan
hubunganku dan Jurina.
Mungkin juga, itu salah satu alasan
Jurina, kenapa dia ingin aku menjauh dari Airi. Iya, itu alasan Jurina.
Baiklah, mungkin mulai sekarang aku akan menjauh darinya. Lagi pula, dia juga
berniat tidak baik tadi dengan gadis kecilku.
***
~Author Pov~
Yui masuk ke dalam rumahnya. Di sana, ia
harus melihat seorang gadis yang duduk di sofa ruang tamunya. Ia mengkerutkan
keningnya melihat gadis itu. Kenapa, gadis itu bisa masuk ke dalam rumahnya?
Dia mendekati gadis itu. Dan langsung
menanyakan, kenapa gadis itu bisa masuk ke dalam rumahnya dengan mudah.
“Kau lupa? Kau mempunyai kunci cadangan
yang pernah kau titipkan kepadaku” Yui mendesah.
“Lalu untuk apa kau kemari?” Yui duduk
berhadapan dengan gadis itu.
“Aku ingin tahu tentang Jurina, Yui” Yui
mendesah mendengarnya.
“Untuk apa Annin? Sepenting itu kah,
Jurina untukmu?” Annin mengangguk.
“Apa dia sudah memiliki seorang
kekasih?” Yui mengangguk langsung.
Tangan gadis itu mengepal. Jurina memang
sudah mempunyai seorang kekasih. Dia terlambat untuk merebut hati gadis itu.
Dia bisa bertanya seperti itu, karena dia pernah melihat Jurina bersama dengan
seorang gadis.
Mereka sangat dekat dan begitu sangat
mesra. Itu juga membuat Annin geram melihat kemesraan mereka. Benar-benar
membuatnya cemburu buta.
“Kau harus bisa membantuku untuk merebut
Jurina dari gadis itu” Yui tersentak.
“Tidak mungkin. Aku tidak mau melakukan
hal itu, Annin” kata Yui langsung menolak.
“Yui, aku ingin kau melakukannya. Jika
tidak….”
“Jika tidak apa?” mereka menoleh.
Paruru, kini gadis itu menghampiri
keduanya. Tatapan kedua matanya tajam melihat Annin. Tatapannya sangat menusuk
ke arah gadis itu. Dia langsung berhenti di samping Yui, yang kini sudah
berdiri.
“Kau mengancam Yuihanku?” Tanya Paruru.
“Kau? Bukankah kau teman dari Fujita?”
Paruru langsung mengangguk.
“Jika kau mengancam Yuihanku, aku akan
membuatmu lebih menderita dari apa yang pernah kau lakukan dulu kepadanya” kata
Paruru kembali mengancam.
Annin tersentak mendengarnya. Dia sama
sekali tidak mengerti apa yang di katakana Annin. Dia berfikir, mungkin saja
Paruru mengetahui sesuatu tentangnya dan Yui.
Iya, dulu Yui memang pernah melakukan
apa saja untuk Annin. Dia sama sekali tidak bisa menolak keinginan Annin. Dan
jika itu terjadi, maka Annin akan membuatnya menderita dan malu di depan orang
banyak, bahkan tidak peduli mereka ada teman Yui.
Yui melakukan semua itu, karena berawal
ketika mereka SMP. Annin adalah anak kepala sekolah, bisa saja sewaktu-waktu
Annin meminta ayahnya untuk mengeluarkan Yui dan mencabut beasiswanya. Dan
semenjak itu, Yui melakukan keinginan Annin.
“Aku sudah tahu kelakuanmu dari Fujita.
Jadi, lebih baik kau pergi saja dari sini” kata Paruru langsung. Tatapannya
sangat datar.
“Aku tidak akan berhenti, jika kemauanku
belum tercapai. Kalian akan kalah dariku. Ingat Yui, aku bisa melakukan apa
saja untukmu” kemudian, gadis itu langsung pergi.
Yui mendesah. Ia benar-benar sangat
takut sekarang ini. Dia takut, jika Annin akan melakukan sesuatu kepadanya. Apa
yang harus dia lakukan?
“Sudahlah Yui. Kau tidak perlu
memikirkan perkataan gadis itu” kata Paruru kepadanya.
“Tapi, aku takut Paru. Dia itu bisa
melakukan hal apa saja yang dia ingin, termasuk membunuhku” kata Yui.
“Aku yakin kau bisa melewatinya. Kau itu
gadis kuat Yui, bahkan kau juga bisa bela diri. Kau harus yakin, Yui” kata
Paruru.
“Baiklah. Terima kasih Paru” Paruru
mengangguk.
“Aku akan selalu ada untukmu” Yui
tersenyum membalasnya. Dia mencium bibir gadis itu dengan lembut.
***
Jurina melangkah keluar. Dia mendengar
suara ketukan pintu tadi, maka dari itu dia langsung keluar dari kamarnya. Dia
membuka pintu berwarna putih itu dan kemudian, terlihatlah dua orang yang
selama ini ia rindukan.
“Papa, Mama” dia langsung memeluk kedua
orang tuanya.
“Jurina, syukurlah kau tidak apa-apa”
Jurina tersenyum mendengarnya.
“Aku merindukan kalian papa, mama” kata
Jurina lagi.
“Kita sudah pulang sayang. Ayo masuk,
mama membawakan sesuatu untukmu”
Mereka melangkah masuk ke dalam dan
duduk di sofa. Ayah Jurina langsung memberikan bingkisan kepada Jurina. Dengan
senang hati pula, Jurina menerima bingkisan itu. Dia juga sangat senang, karena
kedua orang tuanya sudah pulang.
“Ternyata kau makin tumbuh besar di
sini, ya? Kau tidak membuat hal-hal yang buruk, kan?” Jurina langsung
menggeleng.
“Tidak papa. Aku tidak melakukan
apa-apa.” Kata Jurina tersenyum.
“Lalu kapan kau akan bertanding?” Tanya
mama.
“Satu bulan lagi. Mama dan papa harus
datang” kata Jurina memohon.
“Kami akan usahakan datang untuk putri
kesayangan kami” Jurina tersenyum dan kembali memeluk ibunya.
Di meja ada sesuatu hal yang menurutnya
menarik. Dia melihat sesuatu itu dengan baik-baik. Sayangnya, Jurina tidak
mengerti apa itu.
“Mama, apa itu?” Jurina menunjuk benda
yang dia maksud.
“Ah.. ini milik papa. Papa diberi tugas
untuk mencari seorang gadis yang selama ini menghilang dari kakek dan neneknya.
Mereka itu bos papa.”
“Memangnya siapa gadis itu?” Papa
menggeleng.
“Dia cucu dari pemilik perusahaan itu.
Dan dia yang akan menggantikan kakeknya untuk meneruskan perusahaan itu.”
Jurina mengangguk mengerti.
Dia menatap kertas itu. Ada nama perusahaannya
juga di sana, dan entah kenapa itu membuat Jurina mengingat seseorang. Tapi,
siapa?
To Be Continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar