Author : Rena-chan
Genre : Friendship
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
- Watanabe Mayu
- Kashiwagi Yuki
- Tano Yuka
Happy Reading All....
~---0---~
Sinar orange di atas sana, sudah mulai
menyinari pagi hari ini. Membuat melakukan aktifitas mereka masing-masing.
Tapi, sepertinya bagi gadis ini pengecualian. Dia masih tidur walau jam sudah
menunjukan angka 7 pagi.
Di sampingnya ada bayi mungil yang sangat
lucu yang juga masih terlelap di alam mimpinya. Tapi, itu tidak lama, karena
ada seorang yang harus membangunkan gadis itu. Lebih tepatnya, bayi yang ada di
sebelahnya, entah kenapa tiba-tiba menangis. Membuat gadis itu terbangun dan
kemudian menoleh melihat bayi mungil yang ada di dekatnya.
“Nanami? Kau sudah bangun ternyata,”
kata Haruka yang langsung menggendong bayi itu, “sayang, sudah jangan menangis
ya?”
Haruka membawanya keluar dari kamar. Dia
baru sadar, jika Nanami memakai gelang di tangan kiri bayi itu. Kemudian, ia
melihat bayi itu. Ada sebuah ukiran di sana. Bukan nama, melainkan sebuah
tanggal ’11 Mei’.
“Mungkin ini tanggal lahirnya,” ucapnya
tersenyum sambil mengelus pipi bayi itu, “jadi, kau baru lahir tiga bulan yang
lalu?”
Biasanya bayi 3 bulan, sang bayi harus
di awasi lebih ketat. Dan biasanya, jika dia menangis, tidak akan lebih dari 1
jam. Karena, bayi yang sudah menginjak umur 3 bulan jarang sekali menangis.
Seperti Nanami, dia berhenti menangis, ketika Paruru menjulurkan lidahnya ke
arah bayi itu.
Bahkan Nanami tersenyum dan meniru
tingkah Paruru. Dia menjulurkan lidahnya. Iya, dia meniru tingkah Paruru dan
membuat Paruru tersenyum ke arahnya. Nanami juga tersenyum, ketika dia melihat
Paruru yang tersenyum ke arahnya.
“Ah!” Paruru tertawa kecil mendengar
gumaman bayi itu. Sungguh sangat lucu.
“Ah! Kau benar-benar sangat lucu. Kau
ingin susu, ya? Pastinya.” Paruru melangkahkan kakinya kea rah lantai satu.
Di gendongannya, Nanami menghisap ibu
jarinya. Biasanya, bayi 3 bulan akan melakukan menghisap ibu jarinya sendiri.
Bahkan, dia bisa menggenggam objek dengan tangan, bergumam dan memekik, mulai
tertawa dan bisa merasakan beban pada kaki.
“Nanami” di dapur, Paruru melihat Yui
yang sudah membawa susu untuk Nanami.
“Sepertinya dia haus. Sedari tadi, dia
menghisap jarinya. Aku sendiri juga tidak mengerti” kata Paruru.
“Biarkan saja. Itu perkembangan bayi,
Paruru” Paruru mengangguk mengerti.
“Nanami, sekarang kau minum ya?” kata
Yui.
Nanami dengan senang hati menerima susu
dari Yui. Yui dan Paruru hanya melihat bayi mungil itu dengan senyum merekah di
bibir mereka. Nanami mulai melepas botol susu itu dari mulutnya, mungkin dia
merasa sudah cukup untuk minum.
“Sudah sayang?” Kata Yui tersenyum.
“Baiklah. Sebaiknya, kita langsung saja
memandikan dia” Yui mengangguk menuruti.
***
Hari pertama Nanami tinggal di rumah. Dia
bersama dengan Jurina dan juga Paruru. Diantara mereka yang paling menghibur
bayi mungil itu, mungkin Jurina. Hanya saja, Paruru lebih mengutamakan sisi
ke-ibuan. Dia lebih sering memberi susu dan membuat Nanami nyaman di dekatnya.
Di kamar, Jurina meletakkan Nanami
secara tengkurap. Bayi mungil itu mendongak melihat apa yang di lakukan Jurina.
“Nanami, hei sayang” kata Jurina yang
tersenyum melihat tingkah Nanami melihatnya.
“Ah!” dia menggumam sambil melihat
Jurina.
“Nanti jika kau sudah besar, kau
memanggilku mama saja ya? Eh? Tidak, kau memanggilku Onee-chan saja” kata Jurina lagi.
Nanami yang masih tengkurap hanya bisa
melihatnya. Dia mendengar apa kata Jurina dan ekspresi gadis itu. Nanami hanya
tersenyum memperhatikan Jurina yang tengah berbicara dengannya.
Mungkin kau harus tahu. Bayi 3 bulan,
biasanya akan mendengar apa yang akan di katakana ibunya kepadanya dan
memperhatikan ekspresi ibunya. Dan itulah yang terjadi pada Nanami, sepertinya
dia menganggap Jurina atau bahkan Paruru ibunya sendiri.
Entah kenapa, Nanami kecil itu merubah
ekspresi wajahnya. Tak lama dia menangis dan membuat Jurina kebingungan. Ini
yang tidak bisa di lakukan Jurina. Dia sama sekali tidak bisa menenangkan
seorang bayi.
“Paruru!” dan dia akan memanggil Paruru
atau bahkan yang lain.
“Iya, ada apa?” Paruru yang sudah sampai
di kamarnya, melihat bayi mungil itu tengah menangis di dalam gendongan Jurina.
“Why? Kenapa dengan adik kecil kita?” Tanya
Paruru bingung.
“Aku juga tidak tahu….” Ucapannya terpotong,
ketika dia merasakan sesuatu yang ganjil di dalam diri Nanami.
“Kenapa?” Tanya Paruru bingung.
“Oekk” bayi mungil itu terus saja
menangis.
Paruru mendekat dan mengambil alih bayi
mungil itu. Dia berusaha menenangkan bayi itu, namun hasilnya nihil. Nanami
masih menangis di dalam gendongannya. Dia memperhatikan bayi mungil itu. Mungkin,
Nanami lapar.
Dia berjalan ke luar. Diikuti Jurina di
belakangnya. Jurina terlihat menggaruk kepala bagian belakang, dia masih
mengira jika Nanami itu buang air kecil. Seperti kemarin lalu.
Paruru mengambil botol berisi susu untuk
bayi itu. Dia memberikannya pada Bayi itu. Terlihat begitu jelas, jika Nanami
sepertinya benar-benar sangat kehausan, dan dia bukan mengompol.
“Kau kehausan ya?” kata Paruru bertanya
dan tersenyum melihat Nanami yang masih menyusu.
“Aku kira dia mengompol” kata Jurina.
“Tidak. Dia hanya haus” kata Paruru
membalas.
Pintu terbuka tanpa di ketuk. Mereka menoleh,
melihat seorang gadis yang kini berjalan ke arah mereka. Paruru mendesah
melihat gadis itu. Dari raut wajah asinnya, dia tidak menyukai kedatangan gadis
itu sama sekali.
“Jika kau kemari, ketuk pintu terlebih
dahulu” kata Paruru jengkel.
“Ah… bukankah, aku ini masih teman
kalian?” kata gadis itu membalas.
“Tapi, itu tidak sopan Yuka. Ajari pacarmu
lain kali, Jurina” kata Paruru lagi dengan jengkel.
“Eh? Dia bukan kekasihku. Aku hanya
ingin bersama Rena!” kata Jurina cemberut.
Paruru hanya menggelengkan kepalanya. Dia
kemudian duduk sambil tetap memegang botol susu Nanami. Yuka kini memperhatikan
Nanami, dia terlihat bingung dengan adanya bayi mungil itu.
“Siapa bayi itu? Kalian mendapatkannya
dari mana?” Tanya Yuka.
“Dia kami temukan di dekat rumah kami,
Tano-chan” kata Jurina membalas.
Tangan Nanami mengepal, ia menggerakkan
tangannya seperti memukul sesuatu. Paruru hanya tersenyum geli melihat tingkah
bayi mungil itu. Nanami sangat lucu sekali. Dia membuat Paruru tersenyum.
“Oh!” gumamnya.
“Sebenarnya, kenapa dia hanya menggumam
saja dari tadi?” Tanya Jurina tidak mengerti.
“Biasanya, bayi yang berumur tiga bulan itu sudah bisa berceloteh. Dia juga bisa membuat suara vokal seperti ‘oh’ dan ‘ah’.
Itu kata Yui.” Jurina mengangguk mengerti.
“Kau sudah seperti seorang ibu saja,
Paru” kata Tano menyipitkan kedua matanya.
“Memangnya kenapa? Bukankah, suatu saat
nanti, aku memang akan menjadi ibu? Jadi, jika aku belajar sekarang, tidak
masalah.” Kata Paruru lagi.
Tano hanya memutar kedua bola matanya. Kemudian,
ia langsung menolehkan pandangannya pada Jurina yang masih memperhatikan
Nanami. Jurina memang sangat menyukai bayi itu.
“Eh? Lalu apalagi yang kau tahu, Paru?” Tanya
Jurina.
“Bayi berumur tiga bulan, biasanya sudah
mulai tertawa keras. Dia akan membalas senyuman kepada kita, ketika kita
mengajaknya bicara atau tersenyum. Dia sudah bisa mengenali ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran serta kontak” kata Paruru panjang lebar.
Jurina mengangguk mengerti mendengarnya.
Dia melihat Nanami yang sekarang tersenyum, ketika Paruru tersenyum kepadanya. Tangannya
yang mengepal, memukul-mukul kecil pipi Paruru. Karena, Paruru mendekatkan
wajahnya ke arah Nanami.
“Tapi, dia kan terpisah dengan ibunya. Apa
mungkin, dia akan mengenali kalian sebagai ibunya?” celetuk Tano.
“Iya, biarkan saja. Jika dia menganggapku
sebagai ibu, aku akan senang” ucap Paruru lagi.
***
“Nanami” Mayu yang sudah pulang, dia
langsung berteriak memanggil Nanami.
“Mayu, kau sudah pulang?” Jurina
langsung menghampiri temannya itu.
“Hehe… sudah. Yang lain sudah?” Jurina
mengangguk.
Mereka langsung bergegas masuk kembali
ke dalam. Dan melihat teman mereka yang tengah makan bersama di meja makan. Nanami
ada di gendongan Rena. Dia menghisap ibu jarinya sendiri.
Mayu segera duduk di samping Yuki. Dia langsung
mengambil piring dan nasi, kemudian makan.
“Nee… besok, Nanami bersama siapa?” Tanya
Mayu.
“Ah… iya. Aku ada kelas besok” kata
Paruru.
“Aku juga ada kelas” balas Jurina.
“Baiklah. Aku saja yang akan menjaganya”
kata Rena membalas.
“Eh? Memangnya kau tidak kerja, Rena-chan?” Tanya Jurina bingung.
“Tidak. Kebetulan aku libur, jadi aku
akan menjaganya” Jurina mengangguk mengerti.
Setelah makan, mereka langsung ke kamar.
Di sofa, mereka berbicara sambil mencoba membuat Nanami tidur.
“Nanami, akhirnya kau sudah tidur” kata
Rena lega.
“Ah… semenjak ada dia, rumah ramai
sekali. Aku jadi sering mendengar suaranya menangis” kata Jurina.
“Dan Nanami juga pernah mengompol di
gendonganmu” kata Yui membuat Jurina cemberut.
“Mana aku tahu, ketika itu dia akan
buang air kecil” kata Jurina mengerucutkan bibirnya.
“Aku tidak pernah menyangka, jika kau
pernah seperti itu, Ju” kata Mayu
tertawa kecil.
“Tidak apalah, yang terpenting dia yang
mengompoliku”
“Sudah, sekarang kita tidur saja sudah
malam”
“Ok!”
Ketika berjalan, wajah Yui entah kenapa
menjadi resah. Dadanya bergetar hebat, dia merasakan sesuatu yang akan terjadi
pada mereka. Tapi, entahlah dia belum mengerti perasaan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar