Rabu, 08 Juni 2016

Baby! (Dua)

Title : Baby! (Dua)
Author : Rena-chan
Genre : Friendship

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Jurina
  • Matsui Rena
  • Watanabe Mayu
  • Kashiwagi Yuki
Other Cast :

  • Tano Yuka


Happy Reading All....



~---0---~




Sinar orange di atas sana, sudah mulai menyinari pagi hari ini. Membuat melakukan aktifitas mereka masing-masing. Tapi, sepertinya bagi gadis ini pengecualian. Dia masih tidur walau jam sudah menunjukan angka 7 pagi.
Di sampingnya ada bayi mungil yang sangat lucu yang juga masih terlelap di alam mimpinya. Tapi, itu tidak lama, karena ada seorang yang harus membangunkan gadis itu. Lebih tepatnya, bayi yang ada di sebelahnya, entah kenapa tiba-tiba menangis. Membuat gadis itu terbangun dan kemudian menoleh melihat bayi mungil yang ada di dekatnya.

“Nanami? Kau sudah bangun ternyata,” kata Haruka yang langsung menggendong bayi itu, “sayang, sudah jangan menangis ya?”

Haruka membawanya keluar dari kamar. Dia baru sadar, jika Nanami memakai gelang di tangan kiri bayi itu. Kemudian, ia melihat bayi itu. Ada sebuah ukiran di sana. Bukan nama, melainkan sebuah tanggal ’11 Mei’.

“Mungkin ini tanggal lahirnya,” ucapnya tersenyum sambil mengelus pipi bayi itu, “jadi, kau baru lahir tiga bulan yang lalu?”

Biasanya bayi 3 bulan, sang bayi harus di awasi lebih ketat. Dan biasanya, jika dia menangis, tidak akan lebih dari 1 jam. Karena, bayi yang sudah menginjak umur 3 bulan jarang sekali menangis. Seperti Nanami, dia berhenti menangis, ketika Paruru menjulurkan lidahnya ke arah bayi itu.
Bahkan Nanami tersenyum dan meniru tingkah Paruru. Dia menjulurkan lidahnya. Iya, dia meniru tingkah Paruru dan membuat Paruru tersenyum ke arahnya. Nanami juga tersenyum, ketika dia melihat Paruru yang tersenyum ke arahnya.

“Ah!” Paruru tertawa kecil mendengar gumaman bayi itu. Sungguh sangat lucu.
“Ah! Kau benar-benar sangat lucu. Kau ingin susu, ya? Pastinya.” Paruru melangkahkan kakinya kea rah lantai satu.

Di gendongannya, Nanami menghisap ibu jarinya. Biasanya, bayi 3 bulan akan melakukan menghisap ibu jarinya sendiri. Bahkan, dia bisa menggenggam objek dengan tangan, bergumam dan memekik, mulai tertawa dan bisa merasakan beban pada kaki.

“Nanami” di dapur, Paruru melihat Yui yang sudah membawa susu untuk Nanami.
“Sepertinya dia haus. Sedari tadi, dia menghisap jarinya. Aku sendiri juga tidak mengerti” kata Paruru.
“Biarkan saja. Itu perkembangan bayi, Paruru” Paruru mengangguk mengerti.
“Nanami, sekarang kau minum ya?” kata Yui.

Nanami dengan senang hati menerima susu dari Yui. Yui dan Paruru hanya melihat bayi mungil itu dengan senyum merekah di bibir mereka. Nanami mulai melepas botol susu itu dari mulutnya, mungkin dia merasa sudah cukup untuk minum.

“Sudah sayang?” Kata Yui tersenyum.
“Baiklah. Sebaiknya, kita langsung saja memandikan dia” Yui mengangguk menuruti.

***

Hari pertama Nanami tinggal di rumah. Dia bersama dengan Jurina dan juga Paruru. Diantara mereka yang paling menghibur bayi mungil itu, mungkin Jurina. Hanya saja, Paruru lebih mengutamakan sisi ke-ibuan. Dia lebih sering memberi susu dan membuat Nanami nyaman di dekatnya.
Di kamar, Jurina meletakkan Nanami secara tengkurap. Bayi mungil itu mendongak melihat apa yang di lakukan Jurina.

“Nanami, hei sayang” kata Jurina yang tersenyum melihat tingkah Nanami melihatnya.
“Ah!” dia menggumam sambil melihat Jurina.
“Nanti jika kau sudah besar, kau memanggilku mama saja ya? Eh? Tidak, kau memanggilku Onee-chan saja” kata Jurina lagi.

Nanami yang masih tengkurap hanya bisa melihatnya. Dia mendengar apa kata Jurina dan ekspresi gadis itu. Nanami hanya tersenyum memperhatikan Jurina yang tengah berbicara dengannya.
Mungkin kau harus tahu. Bayi 3 bulan, biasanya akan mendengar apa yang akan di katakana ibunya kepadanya dan memperhatikan ekspresi ibunya. Dan itulah yang terjadi pada Nanami, sepertinya dia menganggap Jurina atau bahkan Paruru ibunya sendiri.

Entah kenapa, Nanami kecil itu merubah ekspresi wajahnya. Tak lama dia menangis dan membuat Jurina kebingungan. Ini yang tidak bisa di lakukan Jurina. Dia sama sekali tidak bisa menenangkan seorang bayi.

“Paruru!” dan dia akan memanggil Paruru atau bahkan yang lain.
“Iya, ada apa?” Paruru yang sudah sampai di kamarnya, melihat bayi mungil itu tengah menangis di dalam gendongan Jurina.
“Why? Kenapa dengan adik kecil kita?” Tanya Paruru bingung.
“Aku juga tidak tahu….” Ucapannya terpotong, ketika dia merasakan sesuatu yang ganjil di dalam diri Nanami.
“Kenapa?” Tanya Paruru bingung.
“Oekk” bayi mungil itu terus saja menangis.

Paruru mendekat dan mengambil alih bayi mungil itu. Dia berusaha menenangkan bayi itu, namun hasilnya nihil. Nanami masih menangis di dalam gendongannya. Dia memperhatikan bayi mungil itu. Mungkin, Nanami lapar.
Dia berjalan ke luar. Diikuti Jurina di belakangnya. Jurina terlihat menggaruk kepala bagian belakang, dia masih mengira jika Nanami itu buang air kecil. Seperti kemarin lalu.

Paruru mengambil botol berisi susu untuk bayi itu. Dia memberikannya pada Bayi itu. Terlihat begitu jelas, jika Nanami sepertinya benar-benar sangat kehausan, dan dia bukan mengompol.

“Kau kehausan ya?” kata Paruru bertanya dan tersenyum melihat Nanami yang masih menyusu.
“Aku kira dia mengompol” kata Jurina.
“Tidak. Dia hanya haus” kata Paruru membalas.

Pintu terbuka tanpa di ketuk. Mereka menoleh, melihat seorang gadis yang kini berjalan ke arah mereka. Paruru mendesah melihat gadis itu. Dari raut wajah asinnya, dia tidak menyukai kedatangan gadis itu sama sekali.

“Jika kau kemari, ketuk pintu terlebih dahulu” kata Paruru jengkel.
“Ah… bukankah, aku ini masih teman kalian?” kata gadis itu membalas.
“Tapi, itu tidak sopan Yuka. Ajari pacarmu lain kali, Jurina” kata Paruru lagi dengan jengkel.
“Eh? Dia bukan kekasihku. Aku hanya ingin bersama Rena!” kata Jurina cemberut.

Paruru hanya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian duduk sambil tetap memegang botol susu Nanami. Yuka kini memperhatikan Nanami, dia terlihat bingung dengan adanya bayi mungil itu.

“Siapa bayi itu? Kalian mendapatkannya dari mana?” Tanya Yuka.
“Dia kami temukan di dekat rumah kami, Tano-chan” kata Jurina membalas.

Tangan Nanami mengepal, ia menggerakkan tangannya seperti memukul sesuatu. Paruru hanya tersenyum geli melihat tingkah bayi mungil itu. Nanami sangat lucu sekali. Dia membuat Paruru tersenyum.

“Oh!” gumamnya.
“Sebenarnya, kenapa dia hanya menggumam saja dari tadi?” Tanya Jurina tidak mengerti.
“Biasanya, bayi yang berumur tiga bulan itu sudah bisa berceloteh. Dia juga bisa membuat suara vokal seperti ‘oh’ dan ‘ah’. Itu kata Yui.” Jurina mengangguk mengerti.
“Kau sudah seperti seorang ibu saja, Paru” kata Tano menyipitkan kedua matanya.
“Memangnya kenapa? Bukankah, suatu saat nanti, aku memang akan menjadi ibu? Jadi, jika aku belajar sekarang, tidak masalah.” Kata Paruru lagi.

Tano hanya memutar kedua bola matanya. Kemudian, ia langsung menolehkan pandangannya pada Jurina yang masih memperhatikan Nanami. Jurina memang sangat menyukai bayi itu.

“Eh? Lalu apalagi yang kau tahu, Paru?” Tanya Jurina.
“Bayi berumur tiga bulan, biasanya sudah mulai tertawa keras. Dia akan membalas senyuman kepada kita, ketika kita mengajaknya bicara atau tersenyum. Dia sudah bisa mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran serta kontak” kata Paruru panjang lebar.

Jurina mengangguk mengerti mendengarnya. Dia melihat Nanami yang sekarang tersenyum, ketika Paruru tersenyum kepadanya. Tangannya yang mengepal, memukul-mukul kecil pipi Paruru. Karena, Paruru mendekatkan wajahnya ke arah Nanami.

“Tapi, dia kan terpisah dengan ibunya. Apa mungkin, dia akan mengenali kalian sebagai ibunya?” celetuk Tano.
“Iya, biarkan saja. Jika dia menganggapku sebagai ibu, aku akan senang” ucap Paruru lagi.

***

“Nanami” Mayu yang sudah pulang, dia langsung berteriak memanggil Nanami.
“Mayu, kau sudah pulang?” Jurina langsung menghampiri temannya itu.
“Hehe… sudah. Yang lain sudah?” Jurina mengangguk.

Mereka langsung bergegas masuk kembali ke dalam. Dan melihat teman mereka yang tengah makan bersama di meja makan. Nanami ada di gendongan Rena. Dia menghisap ibu jarinya sendiri.
Mayu segera duduk di samping Yuki. Dia langsung mengambil piring dan nasi, kemudian makan.

“Nee… besok, Nanami bersama siapa?” Tanya Mayu.
“Ah… iya. Aku ada kelas besok” kata Paruru.
“Aku juga ada kelas” balas Jurina.
“Baiklah. Aku saja yang akan menjaganya” kata Rena membalas.
“Eh? Memangnya kau tidak kerja, Rena-chan?” Tanya Jurina bingung.
“Tidak. Kebetulan aku libur, jadi aku akan menjaganya” Jurina mengangguk mengerti.

Setelah makan, mereka langsung ke kamar. Di sofa, mereka berbicara sambil mencoba membuat Nanami tidur.

“Nanami, akhirnya kau sudah tidur” kata Rena lega.
“Ah… semenjak ada dia, rumah ramai sekali. Aku jadi sering mendengar suaranya menangis” kata Jurina.
“Dan Nanami juga pernah mengompol di gendonganmu” kata Yui membuat Jurina cemberut.
“Mana aku tahu, ketika itu dia akan buang air kecil” kata Jurina mengerucutkan bibirnya.
“Aku tidak pernah menyangka, jika kau pernah seperti itu, Ju”  kata Mayu tertawa kecil.
“Tidak apalah, yang terpenting dia yang mengompoliku”
“Sudah, sekarang kita tidur saja sudah malam”
“Ok!”


Ketika berjalan, wajah Yui entah kenapa menjadi resah. Dadanya bergetar hebat, dia merasakan sesuatu yang akan terjadi pada mereka. Tapi, entahlah dia belum mengerti perasaan itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar