Author : Rena-chan
Genre : Friendship
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
- Watanabe Mayu
- Kashiwagi Yuki
- Iriyama Anna
Happy Reading All....
~---0---~
~---0---~
Mayu tengah di dapur untuk membuatkan
susu. Gadis berambut sebahu itu, sepertinya sangat menikmati aktifitasnya.
Setelah selesai, dia langsung kembali ke ruang depan. Di sana ada Jurina dan
Paruru yang tengah bermain bersama dengan Nanami.
Mayu langsung bergabung dengan mereka,
dan tidak lupa dia memberikan Nanami susu. Ketiganya sama-sama bermain dengan
bayi mungil itu sekarang.
“Sudah hampir jam 6. Kalian masak sana”
kata Jurina menyuruh.
“Kau itu selalu saja menyuruh orang.
Bilang saja kau tidak bisa memasak” ketus Mayu.
“Aku memang tidak bisa memasak” kata
Jurina membalas.
“Sudahlah Mayu, jangan berdebat. Kita
masak saja sekarang, dan kau Jurina, kau urus Nanami” Jurina mengangguk.
Setelah Mayu dan Paruru pergi, Jurina
menggendong Nanami. Mereka pergi ke kamar Jurina. Jurina meletakkan Nanami
dengan cara tengkurap di kamarnya. Kepala Nanami mendongak melihat Jurina.
Jurina kini duduk di depannya. Nanami
hanya diam sambil melihat aktifitas gadis itu. Jurina mengambil mainan Nanami.
Dia memainkannya, hingga Nanami melihat mainannya sendiri. Dia seperti
tertarik.
“Ah!” gumamnya. Dia mencoba mangangkat
tangannya.
“Kenapa?” Tanya Jurina.
Nanami hanya melihat benda yang ada di
tangannya. Nanami sangat tertarik dengan mainannya. Jurina seolah mengiming-ngiming
mainannya itu kepadanya. Maka itu dia tertarik.
Bayi akan merasakan sesuatu yang menarik
perhatiannya, jika kedua orang tuanya akan mengiming-ngiming sesuatu kepadanya.
Apalagi, jika kedua orang tuanya memainkan benda itu ke arah kanan dan kiri.
Terkadang, kedua orang tua si bayi
melakukan hal itu, karena melatih anaknya agar supaya mengangkat kepalanya. Itu
adalah rangsangan. Bayi itu akan melihat ibunya yang tengah mengiming-ngiming
mainan kesukaannya.
Dengan cara itu pula, bayi akan
bertumbuh kembang dengan cepat. Dia juga bisa menggerakkan tangannya secara
reflek. Seperti melambai, menggenggam benda dan menggerakkan jari mungilnya.
Ada hal yang positif ketika Jurina ada
di dekat Nanami. Jurina terus menerus mengajak Nanami mengobrol. Itu adalah hal
positif yang di lakukan Jurina. Nanami akan mendengarkan ucapannya dan melihat
ekspresi wajah gadis itu.
“Kau ingin mainanmu, ya?” kata Jurina
yang seolah tahu.
“Oh!” gumam Nanami.
“Kau sangat lucu sekali! Eh? Bukankah,
sebentar lagi kau akan masuk 4 bulan? Apa jika nanti, kau sudah berumur 4 bulan
akan berbeda lagi?”
Nanami hanya diam sambil memandang wajah
Jurina. Ekspresi Jurina terlihat ingin tahu dan penasaran. Nanami hanya bisa
melihat gadis itu dalam diam.
“Kau tunggu di sini dulu, ya? Aku akan
keluar sebentar. Aku tidak akan lama!” kata Jurina.
Nanami melihat gadis itu yang langsung
keluar, setelah meletakkan mainan Nanami di depan Nanami. Tak lama setelah
kepergian Jurina, ada seorang gadis yang masuk melewati jendela kamar.
Dia melihat Nanami dan menggendong bayi
mungil itu. Gadis itu terlihat menangis melihat Nanami. Dia mencium kening,
pipi dan bibir bayi mungil itu.
“Sayang, ini mama nak!” katanya lirih.
“Ah!” gumam Nanami. Bayi mungil itu
seolah sedang membalas ucapan gadis itu.
“Iya sayang. Suatu saat, kita akan
berkumpul lagi. Tapi, tidak untuk sekarang. Mama harus mengurus sesuatu” kata
gadis itu lagi.
“Mama sangat menyayangimu, nak. Sangat
menyayangimu” ucapnya lagi.
“Mama harus pergi sekarang. Mama tidak
bisa lama-lama. Tapi, mama janji akan kemari menemuimu. Mama benar-benar sangat merindukanmu, sayang”
Gadis itu meletakkan Nanami dengan
posisi tengkurap. Lalu, dia pergi melewati jendela yang sama sekali tidak di
kunci dan dalam kondisi terbuka. Mudah saja, baginya untuk masuk ke kamar
Jurina.
Setelah itu, Jurina masuk dan menemukan
Nanami. Hanya saja, Nanami menolehkan pandangannya pada jendela yang baru saja
di masuki gadis tadi. Tak lama, Nanami menangis. Dia menangis cukup kencang,
hingga Jurina kebingungan dan kemudian, menggendongnya.
“Eh? Kenapa kau menangis?” Tanya Jurina.
Dia kemudian keluar dari kamarnya.
“Aduh… cup cup sayang. Jangan menangis,
ya?” katanya mencoba menenangkan bayi itu.
Di saat ia tiba di ruang depan, di sana
ia berpapasan dengan Rena yang sudah pulang. Tentunya, Rena langsung mengambil
alih Nanami yang menangis. Dia mencoba menenangkan bayi mungil itu.
“Kenapa, dia menangis?” Tanya Rena dan
Jurina menggeleng.
“Aku sendiri juga tidak tahu.” Kata
Jurina membalas.
“Sayang, sudah dong!” kata Rena mencoba
menenangkan bayi mungil itu.
Gadis yang tadi masuk ke dalam kamar
Jurina, memperhatikan Nanami yang tengah menangis di gendongan Rena. Dia
benar-benar sangat ingin sekali menenangkan putri kecilnya itu, tapi ia tidak
bisa.
“Sabar ya sayang, jangan menangis lagi”
ucapnya.
Nanami langsung berhenti seketika. Gadis
itu tersenyum, dan Rena serta Jurina yang ada di dalam juga tersenyum lega
karena adik kecilnya tidak lagi menangis.
“Suatu saat, mama akan menjemputmu nak.
Mama berjanji,” kata gadis itu lagi, “kau yang sabar, ya?”
Nanami yang masih ada di gendongan Rena,
kemudian di bawa ke dapur. Mereka melihat Mayu dan Paruru yang tengah memasak. Sementara
mereka memasak, Rena membuatkan susu untuk Nanami.
“Tadi, aku mendengar Nanami menangis. Kenapa
dia?” Tanya Paruru sambil memasukkan sayuran ke dalam panci.
“Mungkin lapar” balas Rena singkat
sambil memasukkan air ke dalam botol susu.
“Ini pertama kalinya dia menangis dengan
sangat kencang” komentar Mayu.
“Aku sendiri juga bingung” balas Jurina.
***
“Akhirnya selesai juga” ucap Yui yang
langsung di balas anggukan oleh Yuki.
“Ya sudah, kita pulang sekarang” Yui
mengangguk.
“Hei… kalian ingin pulang?” mereka
menoleh.
“Annin? Ah… iya, kami ingin pulang” kata
Yuki membalas.
“Baiklah! Hati-hati di jalan” Yui dan
Yuki mengangguk.
Sebelum mereka benar-benar keluar dari
area café, mereka melihat sebuah mobil yang berhenti. Itu mobil milik bos
mereka. Dua orang turun dari dalam. Yui dan Yuki melihat seorang gadis yang
kini dengan kepala tertunduk.
Wajahnya sangat suram. Yui dan Yuki
mendekati gadis itu. Gadis itu mendongak dan tersenyum kepada mereka.
“Nona, selamat malam!” mereka menyapa.
“Selamat malam Kashiwagi, Yokoyama”
balas gadis itu tersenyum.
“Wajahmu tampak murung nona, ada apa?” Tanya
Yuki memberanikan dirinya untuk bertanya. Mereka memang sudah sangat dekat
dengan pemilik café itu.
“Iya begitulah, masalah keluarga!” Yuki
dan Yui mengangguk tanda mengerti.
“Sabar saja, nona. Kami akan selalu
berdoa untukmu” gadis itu mengangguk.
“Terima kasih, ya? Kalian ingin pulang?”
Tanya gadis itu mengalihkan topik.
“Iya. Kami sudah selesai jam kerja!”
“Hati-hati di jalan”
“Hai”
***
Sampai di rumah, Yuki dan Yui langsung
masuk ke dalam rumah mereka. Mereka langsung duduk di meja makan, karena
menemukan teman mereka yang sudah duduk manis di sana. Di jendela, gadis yang
masuk ke dalam kamar Jurina tadi, masih ada di sana.
Gadis itu menangis. Dia benar-benar
merindukan putrinya, tapi ia sendiri tidak bisa untuk membawa pergi bayinya
sekarang. Ada suatu masalah yang harus dia selesaikan.
“Maafkan mama, nak” ucapnya lirih. Dadanya
sangat sakit.
Tak lama, dia harus terkejut dengan
suara ponselnya yang bergetar. Dia mengambilnya, dan kemudian mengangkat
telepon itu. Dia mendengar suara seseorang di sana.
“Iya, aku akan pulang!” katanya
langsung.
Sebelum dia pergi, dia menolehkan
pandangannya. Dia melihat Nanami yang berada di gendongan Paruru.
Mama
akan kembali nak, sabar ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar