Title : Yui X Paru (Chapter 01)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Sad, Roman, Gender Bender
Main Cast :
- Oshima Yuiichi
- Matsui Haruka
Other Cast :
- Jonishi Keiichi
- Oshima Haruna
Sory untuk Typo yang bertebaran dan cerita yang gaje Huft... Author masih bener-bener amatir
Happy Reading All......
~---0---~
Cintu
berawal dari mata, lalu turun ke dalam hati. Cinta itu akan datang dengan
sendirinya, memilih hati yang kosong untuk ia tempati. Cinta itu juga bisa
membuat kita terlihat semangat, bahkan satu kata itu bisa membuat hati kita
menjadi lebih indah. Apa kau pernah merasakan suatu cinta? Terkadang satu kata
itu bisa berubah menjadi rasa benci dan bisa juga menjadi rasa bahagia.
Tentunya, bagaimana cara kita menjaga cinta itu di dalam hati kita. Bahagia dan
hancur, itu akan kita rasakan nantinya. Jawaban cintamu sendiri, hanya dirimu
yang tahu.
***
25
tahun yang lalu
Tokyo, Tahun 1991
"Yuiichi, bangun!" suara itu membuat seorang pemuda
yang masih tidur di alam mimpinya menggeliat.
"Yuiichi! Yuiichi, bangun" perempuan paruh baya itu
menarik selimut yang menutupi tubuh putranya.
"Oshima Yuiichi, bangun!" lagi-lagi perempuan itu
berbicara dengan keras.
"Ibu, sebentar lagi, aku masih mengantuk" gumaman
pemuda itu terdengar malas.
"Jika kau tidak bangun, ibu akan menyiramu dengan
air!" ancaman ibu tiba-tiba terdengar.
"Ah... ibu! Uh.. baiklah aku bangun!" dengan malas
ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Kau selalu saja tidur seperti itu," keluh sang
ibu, "daripada tidur seperti itu, lebih baik kau mencari pekerjaan saja
Yuiichi"
"Iya, aku akan mencari pekerjaan hari ini, ibu"
kata Yuiichi membalas.
"Ya sudah, setelah ini kau mandi terus makan dan pergi
mencari pekerjaan!" pemuda itu hanya mengangguk membalasnya.
"Uhh... selalu saja seperti itu setiap pagi" keluh
Yuiichi ketika ibunya sudah keluar dari kamar.
***
~Yui
Pov~
Pagi-pagi seperti ini ibu membangunkanku. Padahal, sejujurnya
aku masih mengantuk. Bukan pagi ini saja sebenarnya, tapi setiap hari ibu
selalu saja membangunkanku. Aku memang tidak bisa bangun pagi, aku akui itu.
Setelah mandi dan tentunya sarapan, aku langsung keluar
rumah. Pekerjaan? Aku tidak tahu harus mencari pekerjaan kemana. Padahal, aku
bercita-cita menjadi seorang aktor terkenal. Itu pun kalau aku bisa.
Keiichi, dia adalah teman terbaikku dan dia juga tinggal
bersamaku. Nama lengkapnya Jonishi Kei. Aku dan dia sudah seperti kakak adik,
jadi aku dan dia benar-benar sangat akrab. Bahkan, jika aku sedang ada masalah,
dialah satu-satunya orang yang aku ajak bicara. Meneritakan keluh kesahku.
Rahasiaku ada padanya dan juga rahasianya ada padaku.
Cukup adil bukan?
Kami berjalan di sekitar daerah kami. Sebenarnya, aku tidak
tahu apa yang harus aku lakukan. Mencari pekerjaan? Sangat susah. Dulu, aku
pernah mencari pekerjaan ke sana kemari tapi, tidak juga aku menemukannya. Maka
dari itu, aku tidak lagi mencoba mencari pekerjaan. Aku lelah, kau mengerti?
"Yui, di sekitar sini ada Paru" Paru? Aku menoleh
melihat Kei.
"Honto? Di mana
dia?" tanyaku antusias.
Paru. Nama yang sebenarnya adalah Matsui Haruka. Dia adalah
seorang aktris, dan aku sangat menyukainya. Dia cantik dan sangat mempesona.
Maka dari itu, jika aku mendengarnya aku akan selalu antusias.
Kei tidak menjawab, justruh dia menarikku. Aku hanya bisa
mengikuti langkah kakinya yang berjalan cepat. Setelah tiba, aku melihat banyak
orang yang berada di depan sebuah gedung. Banyak sekali, apa karena Paru,
mereka datang? Aku rasa, iya.
Aku bergabung di antara orang-orang itu. Kei bilang, jika
Paru belum datang. Baiklah, aku cukup menunggunya saja di sini. Aku harap, dia
tidak lama-lama datangnya. Aku sangat ingin sekali, melihat wajah dan matanya
yang indah itu. Aku benar-benar merindukannya.
Aku menoleh, ketika ada sebuah mobil yang berhenti. Aku
melihat seorang yang turun dari mobil. Gadis yang selama ini aku impikan. Dia
memakai dress selutut berwarna merah muda dan itu membuatnya sangat cantik.
Apalagi, kedua matanya yang berbinar, dan menambah kecantikan yang keluar dari
dirinya. Sungguh mempesona.
Dia berjalan dengan begitu anggun, serta melambaikan
tangannya pada penggemarnya. Aku hanya bisa menatap dirinya. Aku tidak bisa
menoleh sedikit pun dari wajah cantiknya, begitu sangat anggun.
Dia menoleh kepadaku, dan itu membuatku jantungan seketika.
Tuhan, dia benar-benar sangat cantik. Senyumannya yang di perlihatkan dirinya
kepadaku, sungguh sangat menawan. Ah... Paru, kau begitu sangat cantik. Dan
mungkin, tidak ada yang secantik dirimu, di dunia ini.
Ketika dia melewatiku, justruh syal yang ia pakai tersangkut
di gelang yang aku pakai. Sepertinya, dia lupa untuk membetulkan syalnya. Ah...
bagaimana ini? Aku tertarik begitu saja, sambil melangkah di belakangnya.
Kenapa dia tidak berhenti juga? Apa dia tidak sadar? Aku rasa dia memang tidak
sadar.
Tapi, dengan ini aku bisa melihatnya dari dekat, yah... walau
hanya wajah sampinya. Tapi, itu sudah membuatku bahagia. Aku ingin sekali, bisa
menjadi kekasihnya. Tapi, siapalah aku ini? Aku hanya orang biasa, dan lagi aku
juga pengangguran. Mana mungkin, gadis secantik dirinya bisa menyukai aku? Itu,
tidak mungkin.
Dia menoleh kepadaku. Kedua wajahnya menatap heran kepadaku.
Aku hanya bisa diam, dan mengangkat tanganku. Dia tersenyum, dan kemudian
melepas syalnya yang menyangkut di gelangku. Indahnya, bisa melihat senyuman
bidadarinya.
"Maaf, aku tidak tahu" aku hanya bisa mengangguk
dan tersenyum melihatnya.
"Maaf, anda harus pergi dari sini!" aku tidak
menghiraukan siapa yang berbicara itu, aku masih fokus padanya. Pada Paru.
Aku di tarik menjauh dari Paru, namun mataku tidak bisa
menoleh ke arah mana pun. Aku masih asyik melihatnya yang melihatku dengan
senyuman lebarnya. Paru, aku harap kita bisa bertemu lagi. Kenapa, dua
bodyguard ini harus menyeretku? Sialan.
***
Aku
duduk di kursi yang tersedia di taman. Kejadian tadi, tidak bisa aku lupakan
sama sekali. Aku benar-benar merasa sangat beruntung, karena telah bisa melihat
wajahnya dari dekat. Ketika dia menyapa penggemarnya, dengan senyum lebar. Itu
benar-benar sangat membuatnya semakin cantik.
Kapan ya, kiranya aku bisa bertemu dengan dia? Aku
benar-benar ingin sekali, bertemu dan berbicara dengannya. Aku benar-benar
ingin sekali, seperti itu dengannya. Aku harap, tuhan bisa mengabulkan
doaku.
"Yui!" aku menoleh.
"Apa?" tanyaku.
"Besok, kau ikut aku ya?" katanya dengan senyum
lebarnya.
"Kemana Kei?" tanyaku heran.
"Sudah ikut saja. Aku yakin, kau pasti akan
menyukainya" aku hanya mengangguk membalasnya.
"Ayo!" dia menarikku untuk pulang.
***
Malam
ini, bintang begitu terang dan sangat indah. Benar-benar indah, dan aku sangat
ingin sekali melihat bintang, apalagi jika aku ditemani oleh Paru. Mungkin, aku
akan bahagia selalu berada di dekatnya. Sungguh.
Tapi, bila dipikir lagi. Mungkin, aku tidak akan bisa
bersamanya. Dia seorang aktris terkenal sedangkan aku? Aku hanya seorang pemuda
biasa, dan pengangguran. Sangat jauh berbeda sekali. Seperti langit dan bumi.
Langit dan bumi, tidak akan bisa bersatu bukan? Dan itulah
yang terjadi antara aku dan Paru. Kita tidak akan pernah bisa bersama. Dan jika
aku mengharapkannya, maka aku bodoh. Tapi, aku hanya bisa berdoa pada
tuhan.
Tuhan, jika seandainya Paru itu adalah jodohku, aku ingin
sekali kami bertemu lagi dan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Aku
pasti akan menjadi seorang pemuda yang sangat bahagia di dunia ini. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Aku menyukai senyumannya, menyukai wajahnya
dan semua yang ada di dalam dirinya.
Paru, kapan kiranya kita akan bertemu lagi? Aku benar-benar
ingin sekali bertemu denganmu. Aku harap, kita bisa menjalin hubungan.
Setidaknya, hanya sebatas teman. Itu sudah cukup membuatku bahagia.
"Yuiichi" aku menoleh melihat ibuku. Oshima Haruna,
namanya.
"Ibu, ada apa?" tanyaku langsung.
"Kau sedang apa duduk di jendela seperti ini?"
tanya ibuku.
"Hanya melihat bintang ibu" balasku.
"Sudah malam, sebaiknya kau tidur sekarang" aku
mengangguk.
"Baik. Ibu juga tidur, ya?" ibu mengangguk
membalasnya.
Aku sudah tidak mempunyai seorang ayah. Ayahku, telah
meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena penyakit jantungnya. Maka dari
itu, aku hanya tinggal bersama ibu dan Keiichi. Aku hanya mempunyai mereka,
tidak ada yang lain, selain mereka yang aku punya sekarang ini.
"Yui!"
"Kau mengagetkanku saja, Kei" keluhku.
"Ada Paru di TV"
"Honto?" dia
mengangguk.
Langsung saja aku melangkah ke luar dari kamar. Duduk di
depan TV dan menyalakan TV itu. Aku harap, aku tidak akan ketinggalan dirinya
di salah satu acara televisi. Tapi, ketika aku menyalakan TV, justruh acaranya
sudah selesai. Aku telat. Oh.. tidak.
"Yah... sudah habis" keluhku.
"Yui, tidur saja sekarang, sudah malam" teriak
ibuku.
"Sebentar ibu" sahutku cepat.
"Daijoubu Yui. Jangan bersedih seperti itu,
pastinya besok kita akan melihatnya lagi. Aku akan membawamu ke tempat syuting Paru"
"Memangnya kau tahu?" tanyaku.
"Tahu. Kita akan menjadi pemain pembantu di sana"
katanya membuatku melebarkan kedua mataku.
"Pemain pembantu?" tanyaku.
"Iya."
"Jadi, kita juga akan ikut syuting?"
tanyaku dan di balas anggukan olehnya. Aku tersenyum.
Aku menoleh ketika mendengar dari TV itu. Seorang laki-laki
yang mungkin seumuran denganku. Dia adalah seorang aktor terkenal. Benar-benar
tampan. Seandainya, aku bisa menjadi dirinya. Mungkin, aku akan bisa mendekati
Paru.
Tapi, sudahlah. Tidak perlu di permasalahkan, lagi. Toh...
ini memang sudah takdirku, menjadi seorang pemuda miskin. Lagi pula, aku tidak
miskin hati melainkan miskin harta. Jika, aku miskin hati, maka akan banyak
orang yang membenciku. Benar bukan?
"Kita akan
bertanya-tanya tentang aktor yang sudah lama menekuni di dunia hiburan ini,
Yokoyama Kai dan tentunya bersama istrinya. Maeda Atsuko"
Lelakinya tampan, gadisnya juga cantik. Mereka adalah
sepasang kekasih yang sudah menikah dari beberapa bulan yang lalu. Sungguh
romantis dan serasih. Andai itu aku dan Paru, mungkin aku akan bahagia.
Lagi-lagi aku mengandai. Tidak enak hanya mengandai begitu
saja, tapi mau bagaimana lagi? Uhh.... kau benar-benar sangat miris Yui. Kau
benar-benar miris. Yah.. hidupku memang sangat miris dan rumit. Aku hanya bisa
mengandai saja, bisanya. Miris bukan?
"Kai itu pemuda yang sangat beruntung ya, Yui?"
ucap Kei tiba-tiba.
"Iya, dia memang beruntung!" kataku membalas.
"Di umurnya yang waktu itu masih kecil, dia bisa menjadi
aktor cilik yang menggemaskan. Dan ketika umurnya sudah 27 tahun, dia menikah
dengan seorang gadis yang berprofesi menjadi model, seperti Maeda Atsuko.
Mengagumkan!"
Iya,
Kai memang sangat beruntung. Beda dengan aku yang hanyalah pemuda yang tidak
bisa melakukan apa-apa. Sudah jelek, pengangguran lagi. Dan jangan lupakan, aku
ini bodoh. Tidak bodoh-bodoh juga, sih.
Aku hanya lulusan SMA saja. Dan ketika aku lulus SMA,
sebenarnya aku ingin sekali kuliah. Tapi, ketika aku lulus, ayah justruh pergi
meninggalkan aku dan ibu. Maka dari itu, aku memilih untuk berhenti.
Aku hanya bisa mendoakan ayah dari sini, semoga dia bahagia.
Dan aku berjanji, akan membahagiakan ibu. Itu janjiku pada ayah dulu. Ayah,
maafkan anakmu ini yang belum bisa menepati janji. Tapi, aku akan berusaha
menepati janjiku. Aku tidak mau mengecewakanmu, ayah.
"Sudahlah, kita tidur saja dulu!" seruku.
"Baiklah. Aku juga sudah mengantuk"
Setelah mematikan televisi, aku dan Kai masuk ke dalam kamar.
Aku dan dia memang satu kamar, karena di rumahku hanya ada dua kamar. Satu
untuk ibu dan satunya aku gunakan bersama Kei. Kei sudah tidak mempunyai
siapa-siapa lagi, maka dari itu aku memintanya untuk tinggal bersamaku.
Benruntung karena ibu, mengijinkannya untuk tinggal bersama kami.
To Be Continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar