Jumat, 20 Mei 2016

Yui X Paru (Chapter 01)

Title : Yui X Paru (Chapter 01)
Author : Rena-chan
Genre : Love, Sad, Roman, Gender Bender

Main Cast :
  • Oshima Yuiichi
  • Matsui Haruka
Other Cast :
  • Jonishi Keiichi
  • Oshima Haruna

Sory untuk Typo yang bertebaran dan cerita yang gaje Huft... Author masih bener-bener amatir

Happy Reading All......




~---0---~




Cintu berawal dari mata, lalu turun ke dalam hati. Cinta itu akan datang dengan sendirinya, memilih hati yang kosong untuk ia tempati. Cinta itu juga bisa membuat kita terlihat semangat, bahkan satu kata itu bisa membuat hati kita menjadi lebih indah. Apa kau pernah merasakan suatu cinta? Terkadang satu kata itu bisa berubah menjadi rasa benci dan bisa juga menjadi rasa bahagia. Tentunya, bagaimana cara kita menjaga cinta itu di dalam hati kita. Bahagia dan hancur, itu akan kita rasakan nantinya. Jawaban cintamu sendiri, hanya dirimu yang tahu.

***

25 tahun yang lalu
Tokyo, Tahun 1991 

"Yuiichi, bangun!" suara itu membuat seorang pemuda yang masih tidur di alam mimpinya menggeliat.
"Yuiichi! Yuiichi, bangun" perempuan paruh baya itu menarik selimut yang menutupi tubuh putranya.
"Oshima Yuiichi, bangun!" lagi-lagi perempuan itu berbicara dengan keras.
"Ibu, sebentar lagi, aku masih mengantuk" gumaman pemuda itu terdengar malas.
"Jika kau tidak bangun, ibu akan menyiramu dengan air!" ancaman ibu tiba-tiba terdengar.
"Ah... ibu! Uh.. baiklah aku bangun!" dengan malas ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Kau selalu saja tidur seperti itu," keluh sang ibu, "daripada tidur seperti itu, lebih baik kau mencari pekerjaan saja Yuiichi"
"Iya, aku akan mencari pekerjaan hari ini, ibu" kata Yuiichi membalas.
"Ya sudah, setelah ini kau mandi terus makan dan pergi mencari pekerjaan!" pemuda itu hanya mengangguk membalasnya.
"Uhh... selalu saja seperti itu setiap pagi" keluh Yuiichi ketika ibunya sudah keluar dari kamar.

***

~Yui Pov~

Pagi-pagi seperti ini ibu membangunkanku. Padahal, sejujurnya aku masih mengantuk. Bukan pagi ini saja sebenarnya, tapi setiap hari ibu selalu saja membangunkanku. Aku memang tidak bisa bangun pagi, aku akui itu.
Setelah mandi dan tentunya sarapan, aku langsung keluar rumah. Pekerjaan? Aku tidak tahu harus mencari pekerjaan kemana. Padahal, aku bercita-cita menjadi seorang aktor terkenal. Itu pun kalau aku bisa.

Keiichi, dia adalah teman terbaikku dan dia juga tinggal bersamaku. Nama lengkapnya Jonishi Kei. Aku dan dia sudah seperti kakak adik, jadi aku dan dia benar-benar sangat akrab. Bahkan, jika aku sedang ada masalah, dialah satu-satunya orang yang aku ajak bicara. Meneritakan keluh kesahku. Rahasiaku ada padanya dan juga rahasianya ada padaku. 
Cukup adil bukan?
Kami berjalan di sekitar daerah kami. Sebenarnya, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Mencari pekerjaan? Sangat susah. Dulu, aku pernah mencari pekerjaan ke sana kemari tapi, tidak juga aku menemukannya. Maka dari itu, aku tidak lagi mencoba mencari pekerjaan. Aku lelah, kau mengerti?

"Yui, di sekitar sini ada Paru" Paru? Aku menoleh melihat Kei.
"Honto? Di mana dia?" tanyaku antusias.

Paru. Nama yang sebenarnya adalah Matsui Haruka. Dia adalah seorang aktris, dan aku sangat menyukainya. Dia cantik dan sangat mempesona. Maka dari itu, jika aku mendengarnya aku akan selalu antusias.

Kei tidak menjawab, justruh dia menarikku. Aku hanya bisa mengikuti langkah kakinya yang berjalan cepat. Setelah tiba, aku melihat banyak orang yang berada di depan sebuah gedung. Banyak sekali, apa karena Paru, mereka datang? Aku rasa, iya.
Aku bergabung di antara orang-orang itu. Kei bilang, jika Paru belum datang. Baiklah, aku cukup menunggunya saja di sini. Aku harap, dia tidak lama-lama datangnya. Aku sangat ingin sekali, melihat wajah dan matanya yang indah itu. Aku benar-benar merindukannya.

Aku menoleh, ketika ada sebuah mobil yang berhenti. Aku melihat seorang yang turun dari mobil. Gadis yang selama ini aku impikan. Dia memakai dress selutut berwarna merah muda dan itu membuatnya sangat cantik. Apalagi, kedua matanya yang berbinar, dan menambah kecantikan yang keluar dari dirinya. Sungguh mempesona.
Dia berjalan dengan begitu anggun, serta melambaikan tangannya pada penggemarnya. Aku hanya bisa menatap dirinya. Aku tidak bisa menoleh sedikit pun dari wajah cantiknya, begitu sangat anggun. 

Dia menoleh kepadaku, dan itu membuatku jantungan seketika. Tuhan, dia benar-benar sangat cantik. Senyumannya yang di perlihatkan dirinya kepadaku, sungguh sangat menawan. Ah... Paru, kau begitu sangat cantik. Dan mungkin, tidak ada yang secantik dirimu, di dunia ini.
Ketika dia melewatiku, justruh syal yang ia pakai tersangkut di gelang yang aku pakai. Sepertinya, dia lupa untuk membetulkan syalnya. Ah... bagaimana ini? Aku tertarik begitu saja, sambil melangkah di belakangnya. Kenapa dia tidak berhenti juga? Apa dia tidak sadar? Aku rasa dia memang tidak sadar.

Tapi, dengan ini aku bisa melihatnya dari dekat, yah... walau hanya wajah sampinya. Tapi, itu sudah membuatku bahagia. Aku ingin sekali, bisa menjadi kekasihnya. Tapi, siapalah aku ini? Aku hanya orang biasa, dan lagi aku juga pengangguran. Mana mungkin, gadis secantik dirinya bisa menyukai aku? Itu, tidak mungkin.
Dia menoleh kepadaku. Kedua wajahnya menatap heran kepadaku. Aku hanya bisa diam, dan mengangkat tanganku. Dia tersenyum, dan kemudian melepas syalnya yang menyangkut di gelangku. Indahnya, bisa melihat senyuman bidadarinya.

"Maaf, aku tidak tahu" aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum melihatnya.
"Maaf, anda harus pergi dari sini!" aku tidak menghiraukan siapa yang berbicara itu, aku masih fokus padanya. Pada Paru.

Aku di tarik menjauh dari Paru, namun mataku tidak bisa menoleh ke arah mana pun. Aku masih asyik melihatnya yang melihatku dengan senyuman lebarnya. Paru, aku harap kita bisa bertemu lagi. Kenapa, dua bodyguard ini harus menyeretku? Sialan.

***

Aku duduk di kursi yang tersedia di taman. Kejadian tadi, tidak bisa aku lupakan sama sekali. Aku benar-benar merasa sangat beruntung, karena telah bisa melihat wajahnya dari dekat. Ketika dia menyapa penggemarnya, dengan senyum lebar. Itu benar-benar sangat membuatnya semakin cantik. 
Kapan ya, kiranya aku bisa bertemu dengan dia? Aku benar-benar ingin sekali, bertemu dan berbicara dengannya. Aku benar-benar ingin sekali, seperti itu dengannya. Aku harap, tuhan bisa mengabulkan doaku. 

"Yui!" aku menoleh.
"Apa?" tanyaku.
"Besok, kau ikut aku ya?" katanya dengan senyum lebarnya.
"Kemana Kei?" tanyaku heran.
"Sudah ikut saja. Aku yakin, kau pasti akan menyukainya" aku hanya mengangguk membalasnya.
"Ayo!" dia menarikku untuk pulang.

***

Malam ini, bintang begitu terang dan sangat indah. Benar-benar indah, dan aku sangat ingin sekali melihat bintang, apalagi jika aku ditemani oleh Paru. Mungkin, aku akan bahagia selalu berada di dekatnya. Sungguh.
Tapi, bila dipikir lagi. Mungkin, aku tidak akan bisa bersamanya. Dia seorang aktris terkenal sedangkan aku? Aku hanya seorang pemuda biasa, dan pengangguran. Sangat jauh berbeda sekali. Seperti langit dan bumi.

Langit dan bumi, tidak akan bisa bersatu bukan? Dan itulah yang terjadi antara aku dan Paru. Kita tidak akan pernah bisa bersama. Dan jika aku mengharapkannya, maka aku bodoh. Tapi, aku hanya bisa berdoa pada tuhan. 

Tuhan, jika seandainya Paru itu adalah jodohku, aku ingin sekali kami bertemu lagi dan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Aku pasti akan menjadi seorang pemuda yang sangat bahagia di dunia ini. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Aku menyukai senyumannya, menyukai wajahnya dan semua yang ada di dalam dirinya.
Paru, kapan kiranya kita akan bertemu lagi? Aku benar-benar ingin sekali bertemu denganmu. Aku harap, kita bisa menjalin hubungan. Setidaknya, hanya sebatas teman. Itu sudah cukup membuatku bahagia.

"Yuiichi" aku menoleh melihat ibuku. Oshima Haruna, namanya.
"Ibu, ada apa?" tanyaku langsung.
"Kau sedang apa duduk di jendela seperti ini?" tanya ibuku.
"Hanya melihat bintang ibu" balasku.
"Sudah malam, sebaiknya kau tidur sekarang" aku mengangguk.
"Baik. Ibu juga tidur, ya?" ibu mengangguk membalasnya.

Aku sudah tidak mempunyai seorang ayah. Ayahku, telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena penyakit jantungnya. Maka dari itu, aku hanya tinggal bersama ibu dan Keiichi. Aku hanya mempunyai mereka, tidak ada yang lain, selain mereka yang aku punya sekarang ini.

"Yui!"
"Kau mengagetkanku saja, Kei" keluhku.
"Ada Paru di TV" 
"Honto?" dia mengangguk.

Langsung saja aku melangkah ke luar dari kamar. Duduk di depan TV dan menyalakan TV itu. Aku harap, aku tidak akan ketinggalan dirinya di salah satu acara televisi. Tapi, ketika aku menyalakan TV, justruh acaranya sudah selesai. Aku telat. Oh.. tidak.

"Yah... sudah habis" keluhku.
"Yui, tidur saja sekarang, sudah malam" teriak ibuku.
"Sebentar ibu" sahutku cepat.
"Daijoubu Yui. Jangan bersedih seperti itu, pastinya besok kita akan melihatnya lagi. Aku akan membawamu ke tempat syuting Paru"
"Memangnya kau tahu?" tanyaku.
"Tahu. Kita akan menjadi pemain pembantu di sana" katanya membuatku melebarkan kedua mataku.
"Pemain pembantu?" tanyaku.
"Iya."
"Jadi, kita juga akan ikut syuting?" tanyaku dan di balas anggukan olehnya. Aku tersenyum.

Aku menoleh ketika mendengar dari TV itu. Seorang laki-laki yang mungkin seumuran denganku. Dia adalah seorang aktor terkenal. Benar-benar tampan. Seandainya, aku bisa menjadi dirinya. Mungkin, aku akan bisa mendekati Paru. 
Tapi, sudahlah. Tidak perlu di permasalahkan, lagi. Toh... ini memang sudah takdirku, menjadi seorang pemuda miskin. Lagi pula, aku tidak miskin hati melainkan miskin harta. Jika, aku miskin hati, maka akan banyak orang yang membenciku. Benar bukan?

"Kita akan bertanya-tanya tentang aktor yang sudah lama menekuni di dunia hiburan ini, Yokoyama Kai dan tentunya bersama istrinya. Maeda Atsuko"

Lelakinya tampan, gadisnya juga cantik. Mereka adalah sepasang kekasih yang sudah menikah dari beberapa bulan yang lalu. Sungguh romantis dan serasih. Andai itu aku dan Paru, mungkin aku akan bahagia.
Lagi-lagi aku mengandai. Tidak enak hanya mengandai begitu saja, tapi mau bagaimana lagi? Uhh.... kau benar-benar sangat miris Yui. Kau benar-benar miris. Yah.. hidupku memang sangat miris dan rumit. Aku hanya bisa mengandai saja, bisanya. Miris bukan?

"Kai itu pemuda yang sangat beruntung ya, Yui?" ucap Kei tiba-tiba.
"Iya, dia memang beruntung!" kataku membalas.
"Di umurnya yang waktu itu masih kecil, dia bisa menjadi aktor cilik yang menggemaskan. Dan ketika umurnya sudah 27 tahun, dia menikah dengan seorang gadis yang berprofesi menjadi model, seperti Maeda Atsuko. Mengagumkan!" 

Iya, Kai memang sangat beruntung. Beda dengan aku yang hanyalah pemuda yang tidak bisa melakukan apa-apa. Sudah jelek, pengangguran lagi. Dan jangan lupakan, aku ini bodoh. Tidak bodoh-bodoh juga, sih. 
Aku hanya lulusan SMA saja. Dan ketika aku lulus SMA, sebenarnya aku ingin sekali kuliah. Tapi, ketika aku lulus, ayah justruh pergi meninggalkan aku dan ibu. Maka dari itu, aku memilih untuk berhenti. 

Aku hanya bisa mendoakan ayah dari sini, semoga dia bahagia. Dan aku berjanji, akan membahagiakan ibu. Itu janjiku pada ayah dulu. Ayah, maafkan anakmu ini yang belum bisa menepati janji. Tapi, aku akan berusaha menepati janjiku. Aku tidak mau mengecewakanmu, ayah.

"Sudahlah, kita tidur saja dulu!" seruku.
"Baiklah. Aku juga sudah mengantuk"

Setelah mematikan televisi, aku dan Kai masuk ke dalam kamar. Aku dan dia memang satu kamar, karena di rumahku hanya ada dua kamar. Satu untuk ibu dan satunya aku gunakan bersama Kei. Kei sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi, maka dari itu aku memintanya untuk tinggal bersamaku. Benruntung karena ibu, mengijinkannya untuk tinggal bersama kami.




To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar