Kamis, 19 Mei 2016

Story Of My Life (Chapter 15)

Title : Story Of My Life Chapter 15
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...





~---0---~




Sakura sampai di tempat kerjanya. Nafasnya memburu, karena dia baru saja berlari. Keningnya mengeluarkan keringat, ia benar-benar sangat lelah. Dia masuk dan kemudian mengganti bajunya dengan baju kerja yang biasa ia pakai.
Sejenak ia mengingat seorang laki-laki yang baru saja ia temui tadi. Pemuda itu sempat berteriak memanggil namanya, tapi dia tidak membalas karena dia terlalu panik untuk berangkat ke tempat kerjanya.

"Hei... siapa namamu? Aku Kodama Haruki"
"Kodama Haruki? Tampan juga dia. Aku berharap, aku bisa bertemu dengannya lagi!" ucapnya tersenyum.

Kemudian, ia keluar dan duduk di kasir seperti biasa. Dia duduk sambil tangan menopang dagu. Dia selalu seperti itu, menunggu pelanggan yang belum selesai dari berbelanja. 
Dua jam dia dia bekerja, sesekali melayani para pelangggan. Dan setelah ia selesai melayani pelanggan, seseorang datang menghampirinya.

"Sakura-san" dia mendongak.
"Nani?" tanyanya pada seorang gadis yang juga bekerja di supermarket itu.
"Tuan Jun memintamu untuk pergi ke rumah Yuki sensei sekarang juga" Sakura mengkerutkan dahi.
"Untuk apa?" tanya Sakura.
"Kakak ketigamu sudah pulang" Sakura melebarkan kedua matanya.
"Kau tidak bohong, kan?" tanya Sakura.
"Iie. Tuan sendiri yang bilang padaku. Kau pergi saja, jika kau rindu dengan kakakmu. Aku akan menggantikanmu" Sakura mengangguk.

***

Dua jam yang lalu, bersamaan Sakura sampai di tempat kerjanya. Terlihat Atsuko yang keluar dari kamarnya. Entah kenapa, hatinya menuntunnya untuk keluar dari kamarnya. 
Kau tahu? Bahkan, sampai di luar ia mondar-mandir tidak jelas, hingga Rena yang melihatnya memandangnya dengan aneh. Dia bertanya-tanya, apa kiranya yang terjadi pada Atsuko, sehingga Atsuko mondar-mandir seperti itu?

Tok... tok...

Rena menoleh, ketika ada yang mengetuk pintu rumah Yuki. Ia berjalan menuju pintu itu, dan kemudian ia membuka pintu rumahnya. Terlihat di sana ada orang yang berdiri dan menyapanya. Yuki dan Jun.

"Rena, Atsuko ada di dalam?" Rena langsung mengangguk membalasnya.
"Tapi, aku sedikit herang dengan tingkah nona Atsuko" kata Rena yang langsung membuat kerutan di dahi Yuki
"Memang dia kenapa?" tanya Jun.
"Aku sendiri juga tidak tahu. Sebaiknya, kalian lihat saja nona Atsuko" 

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Mereka menemukan Atsuko, yang tengah mondar-mandir tidak jelas. Wajah gadis itu terlihat bingung dan juga bimbang. 

"Acchan, kau kenapa?" tanya Yuki menghentikan aktifitas Atsuko langsung.
"Yuki, entah kenapa aku seperti merasakan sesuatu" kata Atsuko membalas.
"Maksudmu?" tanya Yuki bingung.
"Aku merasa akan ada orang yang datang sebentar lagi. Orang yang sangat aku rindukan selama ini, orang yang sangat aku sayangi!" balas Atsuko sambil menunduk gelisah.
"Mungkin itu hanya firasatmu saja!" kata Yuki membalas.

Tapi, entah kenapa Atsuko sangat yakin dengan firasatnya. Ada sesuatu yang ia rasakan! Dan itu membuatnya sangat yakin. Tapi, apa? Dia tidak percaya jika itu hanya firasat biasa saja. Atsuko yakin, jika firasat itu akan terjadi padanya.

Firasat apa ini? Firasat ini kuat sekali. Apa yang akan terjadi nanti? Aku bisa merasakan semua ini.

***

"Ok... kita sampai, tuan putri" kata Yui tersenyum kepada Paruru.
"Honto?" Yui mengangguk membalasnya.
"Lihat di depan, itu rumah Yuki sensei" kata Yui menunjuk sebuah rumah yang berada di depan mereka.
"Onee-chan, akhirnya kita bertemu!" ucapnya lirih dan langsung keluar dari mobil.

Yui mendahului mereka. Ia berjalan dan berhenti tepat di depan rumah itu. Yui mengetuk pintu itu. Satu kali, tidak ada balasan. Dia mengetuk kembali pintu rumah itu. Kemudian, ia mendengar suara langkah kaki dari dalam.
Ia tersenyum. Sebentar lagi. Ia sudah tidak sabar, melihat raut wajah terkejut dari wajah Atsuko, ketika melihat Paruru yang sudah sembuh total. Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang Yui kenal. Rena tersenyum menyapanya, gadis itu sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Tuan Yui, sudah pulang?" Yui mengangguk.
"Sudah. Di mana Atsuko nee-chan? Aku membawa seseorang yang sangat ingin bertemu dengannya!" kata Yui lagi sambil bertanya.
"Di dalam tuan. Ayo masuk!" Yui mengangguk.

Rena mendahului Yui masuk ke dalam, sementara Yui menoleh ke belakang. Yui melihat Paruru yang tersenyum kemudian menghampiri dirinya.

"Nee-chan, di dalam?" Yui langsung mengangguk membalasnya.
"Natsumi, Haruki, kita masuk sekarang" kedua kakak beradik itu langsung mengangguk.

Rena yang masuk terlebih dahulu tadi, sudah sampai di ruang tamu. Ia melihat Atsuko yang sedang berbicara dengan Yuki dan Jun.

"Nona, Tuan Yui ingin bertemu denganmu!" ucapnya langsung.
"Yui? Dia sudah pulang?" Rena langsung mengangguk.
"Domou Atsuko nee-chan!" sapa Yui langsung yang muncul di belakang Rena.
"Yui, kau sudah pulang ternyata!" kata Atsuko yang langsung bangkit dan tersenyum menyapa Yui.
"Coba kau tebak? Aku membawa siapa hari ini?" kata Yui yang langsung membuat Atsuko merapatkan alis matanya.
"Apa yang kau maksud? Memang kau membawa siapa?" tanya Atsuko.

Yui tidak menjawab, dia hanya menolehkan pandangannya ke arah belakang. Atsuko yang melihatnya, langsung menoleh ke belakang Yui. Dia menatap seseorang yang tengah berjalan dan di sampingnya, ada seorang gadis dan seorang pemuda yang membimbing gadis itu. Kedua matanya terbuka lebar.

Apa dia bermimpi?

Benarkah itu dia?

Tuhan, jangan bilang itu mimpi yang terjadi padanya.

Dia masih melebarkan kedua matanya. Hatinya menyebut nama seseorang, yang sangat ia rindukan selama ini. Tak lama, kedua matanya berair. 

"Paruru!" ucapnya dan secara bersamaan pula, air matanya keluar dari pelupuk matanya.
"One-chan!" lirih Paruru tersenyum. Air matanya juga menetes begitu saja.

Paruru melangkah ke depan. Langkah kakinya yang pelan, kini menjadi cepat dan ia berlari. Ia berlari, kemudian ia memeluk kakaknya dengan sangat erat. Sungguh, dia benar-benar merindukan kakak pertamanya. 

"One-chan, aku merindukanmu!" katanya menangis bahagia.
"Paru?" ucap Atsuko yang terkejut dengan keadaan Paruru yang bisa di bilang benar-benar sangat membaik. Kaki adiknya sembuh, dan bicaranya lancar. Paruru tidak lagi, berbicara dengan gagap.
"Aku merindukanmu! Aku sangat-sangat merindukanmu, nee-chan!" seru Paruru sampai mengulang perkataannya.

Atsuko melepaskan pelukannya. Ia memperhatikan adik keduanya itu, dari bawah sampai atas. Dia benar-benar tidak percaya, jika Paruru sudah sembuh.

"Kau sudah sembuh?" tanya Atsuko menatapnya dengan wajah terkejut.
"Iya, aku sudah sembuh nee-chan!" kata Paruru.
"Paru," Atsuko kembali memeluknya dengan sangat erat, "Syukurlah, kau sudah sembuh. Dan kau juga tidak kenapa-napa. Aku bahagia, kau sudah kembali kepadaku, sekarang" 
"Iya nee-chan, aku sudah kembali kepadamu! Aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu lagi, aku berjanji nee-chan!" perkataannya membuat Atsuko semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah lama mereka berpisah, akhirnya kedua kakak beradik itu berkumpul kembali. Dan ternyata inilah yang Atsuko rasakan dari tadi. Firasat baik itu, ternyata sudah terjadi. Paruru sudah kembali padanya.

"Aku bahagia karena Paru, sudah kembali" kata Yuki menatap kedua kakak beradik itu dengan terharu.
"Dan nona juga sudah sembuh sekarang!" sambung Rena yang juga bahagia dengan kedatangan Paruru.
"Yui, bagaimana bisa kau bertemu dengan Paru?" tanya Jun tidak percaya.
"Paruru selama ini dirawat oleh Natsumi dan Haruki. Mereka temanku yang tinggal di Fukuoka, Jun" jelas Yui kepada Jun.
"Soukka!"
"Ini Natsumi dan ini Haruki!" kata Yui sambil menunjuk Natsumi dan Haruki.
"Salam kenal. Aku Natsumi!" kata Natsumi sambil tersenyum.
"Aku Haruki, adiknya" kata Haruki.
"Salam kenal, aku Yuki dan ini Rena satunya Jun!" kata Yuki membalas.
"Sepertinya aku harus mengabari Sakura," kata Ju. Kemudian, ia langsung mengambil ponselnya.

Atsuko melepaskan pelukannya. Ia menatap adiknya dengan senyum, walau air matanya masih saja keluar. Itu tangisan bahagia, dari seorang kakak yang melihat adiknya kembali padanya. Atsuko mengangkat tangannya, dan ia menyentuh telinga kanan Paruru. Tak lama, ia langsung menarik telinga Paruru hingga adiknya merintih kesakitan.

"Itai! Lepas nee-chan, ini sakit!" kata Paruru merintih.
"Iie. Kau tahu? Kau benar-benar sangat nakal. Kenapa, kau tidak memperbolehkan aku untuk menjemputmu? Kau benar-benar sangat nakal, Paru" kata Atsuko yang masih mempertahankan jewerannya di telinga Paruru.
"ItaiGomennee-chan. Aku bisa menjelaskannya, tapi lepaskan dulu. Ini sakit!" kata Paruru merintih. Atsuko melepaskan jewerannya.
"Lalu, apa alasanmu?" tanya Atsuko menatapnya.
"Sakit!" keluh Paruru yang memegang telinganya.
"Ayo jelaskan!" desak Atsuko tidak sabar.
"Kau jahat sekali padaku? Baru pulang, justruh di beri hukuman seperti ini." Bukannya menjawab, justruh dia kembali mengeluh kepada kakaknya.
"Jawab saja, atau aku akan menjewermu lagi?" kata Atsuko mengancam.
"Iie. Baiklah aku akan mengatakan alasanku!" kata Paruru sedikit cemberut.
"Baiklah adikku sayang. Ayo duduk, dan jelaskan semuanya kepada kakakmu ini" Paruru mengangguk dan kemudian mereka duduk di sofa.
"Sebenarnya, aku belum sembuh waktu itu." kata Paruru mulai menceritakan alasannya.
"Belum sembuh?" Paruru mengangguk.
"Iya. Maka dari itu, aku meminta Natsumi untuk merawatku sampai sembuh terlebih dahulu, dan setelah sembuh aku kemari! Jujur, berpisah denganmu selama ini membuatku sangat rindu kepadamu. Aku ingin sekali bertemu denganmu!" kata Paruru menjelaskan.

Atsuko tersenyum mendengarnya. Setelah dia mencium kening adiknya, dia kembali memeluk tubuh Paruru dengan sangat erat.

"Ah... aku juga ingin sekali di peluk!" kata Haruki yang melihat keakraban antara Paruru dan kakaknya.
"Kau mau aku peluk?" tawar Natsumi.
"Tidak. Aku ingin di peluk gadis itu" kata Haruki yang kembali tersenyum memikirkan gadis yang baru saja ia temui tadi.
"Siapa sebenarnya gadis itu? Kau sepertinya, sangat menyukai gadis itu?" kata Natsumi heran.
"Dia cantik nee-chan. Aku yakin, kau pasti akan suka dengannya!" kata Haruki tersenyum.
"Iya terserah dirimu saja!" kata Natsumi sekilas.
"Yui nii-chan" panggilnya.
"Nani?" tanya Yui.
"Ikut aku membeli makanan ringan ya? Jika aku sendiri, aku akan tersesat nanti!" kata Haruki.
"Tuan ingin keluar? Aku juga ingin keluar, untuk membeli bahan dapur" kata Rena menengahi.
"Kau bersama Rena saja" Yui memberi saran.
"Baiklah. Ayo, kita pergi!" Rena langsung mengangguk.

***

"Kau yakin? Jika, Paruru sudah pulang?" tanya Mayu kepada Sakura.
"Yakin nii-chan." kata Sakura membalas.

Tadi, setelah mendapat kabar tentang Paruru, Sakura langsung keluar dari tempat kerjanya. Ia berlari dan kemudian, ia menuju ke tempat kerja sang kakak terlebih dahulu. Beruntung, Mayu mendapatkan ijin untuk pulang lebih awal, maka dari itu sekarang mereka berjalan menuju ke tempat tinggal Yuki.

"Kita harus cepat!" kata Sakura menarik lengan Mayu.
"Iya. Sabar saja, kau benar-benar tidak sabaran jadi anak" keluh Mayu yang harus susah payah membawa tas punggungnya.

Sakura membawa Mayu berlari. Gadis itu, sepertinya tidak sabar ingin melihat wajah kakaknya. Dia sangat ingin memeluk Paruru dan bilang, jika dia menyesal telah berbuat tidak baik kepada Paruru dulu. Mudah-mudahan, Paruru mau memaafkan kesalahannya.
Lama mereka berlari, hingga akhirnya Mayu menghentikan langkah mereka karena nafasnya sudah memburu. Sakura terlalu bersemangat untuk bertemu dengan saudara mereka itu. Sampai, dia tidak sadar jika, Mayu yang sudah terengah-engah.

"Tunggu, aku sangat lelah Sakura" kata Mayu memburu nafas.
"Sebentar lagi sampai nii-chan!" rengek Sakura.
"Iya, tapi tidak perlu berlari seperti ini. Kau terlalu bersemangat, dan aku juga sangat lelah" ucap Mayu membuat Sakura cemberut.
"Iya sudah, kita jalan saja!" Mayu mengangguk menyetujui.

Bruk..
Ketika mereka ingin melangkah, justruh mereka harus bertabrakan dengan dua orang yang membawa kantung. Semua yang berada di dalam kantung itu, tercecer di jalan. Mayu meruntuk di dalam hatinya. 
Apalagi Sakura, ia juga meruntuki kesalahan karena menabrak dua orang itu yang tengah membawa barang. 

"Gomen, aku tidak sengaja!" ucap Sakura langsung.
"Hati-hati kalau jalan!" kata pemuda yang sekarang membereskan barang-barang yang terjatuh.
"Eh? Nona Sakura? Tuan Mayu?" Sakura dan Mayu yang membantu, sekarang mendongak melihat wajah seorang gadis yang tengah memperhatikan mereka.
"Rena?" ucap Sakura bersamaan dengan Mayu.
"Untuk apa kalian di sini?" tanya Rena.
"Paruru sudah pulang?" tanya Mayu yang langsung mendapat anggukan langsung dari Rena.
"Sudah tuan. Nona, ada di rumah Yuki sensei!" Mayu dan Sakura tersenyum membalasnya.
"Kau?" mereka menoleh melihat seorang pemuda yang ada di sebelah Rena.
"Kau kan...?" pemuda itu mengangguk cepat.
"Aku Kodama Haruki, pemuda yang tadi. Siapa namamu? Kenapa, ketika aku bertanya kau malah lari?" tanya Haruki mengeluh.
"Maaf, tadi aku buru-buru. Aku Shimazaki Sakura" kata Sakura membalas.
"Shimazaki Sakura?" Sakura mengangguk heran melihat tingkah Haruki.
"Iya, memang kenapa?" tanya Sakura.
"Kau adiknya Paruru?" tanya Haruki lagi.
"Iya. Darimana, kau tahu tentang kakakku?" tanya Sakura lagi.
"Sebaiknya kita langsung ke ke rumah Yuki sensei saja, nona. Hari sudah gelap" Sakura mengangguk.
"Aku akan menceritakannya" kata Haruki tersenyum.

***

"Jadi begitu, ceritanya?" kata Sakura yang langsung mendapat anggukan dari Haruki.
"Paruru sudah sembuh ya, sekarang?" tanya Mayu.
"Iya, nii-chan. Sembuh total!" kata Haruki tersenyum.
"Syukurlah. Aku ingin sekali bertemu dengannya!" kata Mayu.
"Tuan nona, ayo masuk!" kata Rena.

Mereka masuk dan menemukan orang yang selama ini mereka rindukan, tengan berbicara dengan kakak pertama mereka dan juga yang lain. 
Mayu memperhatikan Paruru. Adiknya sudah benar-benar sembuh, Paruru sudah bisa berbicara lancar. Ia bena-benar bahagia melihat keadaan adiknya yang sudah sembuh total.

"Haruka" panggilnya. Gadis itu menoleh.
"Mayu nii-chan?" Paruru tersenyum dan kemudian bangkit dari duduknya.

Dia melangkah menghampiri sang kakak. Mayu kembali tersenyum. Paruru benar-benar sudah sembuh sekarang. Paruru tidak lagi berjalan dengan langkah tertatih. Paruru sudah normal, dia sudah bisa berjalan dengan baik.

"Paruru!" dia memeluk adiknya.
"Kau memanggilku Paruru?" Paruru terheran.
"Aku sudah tahu nama panggilanmu, dari Atsuko nee-chan. Jadi, boleh kan aku memanggilmu Paruru?" tanya Mayu.
"Tentu saja, nii-chan"
"Maafkan kesalahanku selama ini, Paru!" Paruru tersenyum.
"Tidak masalah. Aku sudah memaafkanmu!" Paruru melepaskan pelukannya dan beralih melihat adik bungsunya.
"One-chan!" Sakura langsung memeluk tubuh kakaknya.
"Sakura, apa kabarmu?" tanya Paruru.
"Aku baik. Aku senang, karena nee-chan sudah sembuh sekarang. Maafkan aku ya, nee-chan"
"Stt... jangan diungkit lagi. Aku sudah memaafkanmu, Sakura!" Paruru melepas pelukannya.
"Aku merindukanmu, nee-chan!"
"Aku juga sangat merindukanmu, Sakura!" balas Paruru.
"Nona, sebaiknya kalian duduk di sofa, aku akan membuatkan makanan"
"Hai."

Sebelum Paruru melangkah mengikuti kedua saudaranya, ia tertarik karena Haruki yang menarik lengannya. Dia mendesah dan menatap Haruki dengan kesal.

"Kenapa kau menarikku?" tanyanya ketus.
"Itu adikmu, ya? Boleh tidak, jika aku menjadikannya kekasihku?" tanya Haruki tersenyum.
"Sudah ku duga, kau akan menyukai adikku!" kata Paruru tersenyum.
"Iya, aku menyukainya. Boleh tidak?" Haruki bertanya kembali.
"Jika Sakura juga menyukaimu, kenapa tidak?" Paruru tersenyum dan langsung meninggalkannya begitu saja.
"Kalau begitu, aku hanya tinggal membuatnya menyukaiku" gumam Haruki tersenyum, kemudian ia langsung menyusul Paruru.

***

Mayu membuka pintu rumahnya. Dia dan Sakura, melangkah masuk ke dalam rumah mereka. Sang ayah sudah menunggu mereka rupanya, ayah duduk di kursi kayu. Sekarang, ayah menoleh melihat mereka dengan tajam. 
Ayah bangkit dari duduknya, dan langsung melangkah ke arah mereka. Dari raut wajah ayah mereka, mereka sangat yakin jika ayah akan memarahi mereka.

"Dari mana saja kalian? Jam segini, baru pulang" sudah mereka duga, akan seperti ini.
"Dari rumah Yuki sensei"kata Mayu membalas.
"Untuk apa?" tanya ayah lagi.
"Bertemu dengan adikku. Dia sudah ada di Tokyo lagi, sekarang" ayah mereka menatap mereka terkejut.
"Tidak mungkin" Mayu tersenyum sinis.
"Mungkin ayah. Buktinya, baru saja aku melihatnya," kata Mayu tersenyum.
"Harusnya dia tidak kembali!" kata ayah sambil berusaha menahan amarahnya.
"Dia sudah kembali pada kita ayah. Adikku sudah kembali!" 
"Nii-chan" Sakura benar-benar tidak tahan berada di kondisi seperti itu. Sangat menegangkan.
"Kau masuk saja ke kamar!" perintah Mayu yang langsung dituruti oleh Sakura.
"Mayu...."
"Ayah. Jika, ayah berani membuatnya celaka, ayah akan berhadapan langsung denganku!" ancam Mayu.
"Kau selalu saja membela gadis itu." keluh sang ayah.
"Dia adikku ayah. Harus berapa kali aku bilang pada ayah, jika dia itu adikku. Dan aku, aku harus membelanya, ketika dia sedang ada masalah"kata Mayu.
"Dia sudah mempermalukan keluarga kita, Mayu."
"Bicara tentang keadaannya. Aku punya kabar baik"
"Apa maksudmu?" tanya sang ayah tidak mengerti.
"Kondisinya, bisa di bilang sembuh total!" kata Mayu tersenyum.
"Kau pasti bohong!" gertak sang ayah.
"Tidak, aku tidak berbohong. Jika, ayah tidak percaya, ayah pergi saja ke rumah Yuki dan lihat keadaan adikku" kata Mayu tersenyum.
"Ini tidak mungkin" lirih sang ayah.

"Aku pastikan, ayah menyesal nantinya!" dia berlalu begitu saja meninggalkan ayahnya yang masih terdiam. Tapi, banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.




To Be Continue.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar