Title : Story Of My Life Chapter 15
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
Sakura
sampai di tempat kerjanya. Nafasnya memburu, karena dia baru saja berlari.
Keningnya mengeluarkan keringat, ia benar-benar sangat lelah. Dia masuk dan
kemudian mengganti bajunya dengan baju kerja yang biasa ia pakai.
Sejenak
ia mengingat seorang laki-laki yang baru saja ia temui tadi. Pemuda itu sempat
berteriak memanggil namanya, tapi dia tidak membalas karena dia terlalu panik
untuk berangkat ke tempat kerjanya.
"Hei...
siapa namamu? Aku Kodama Haruki"
"Kodama
Haruki? Tampan juga dia. Aku berharap, aku bisa bertemu dengannya lagi!"
ucapnya tersenyum.
Kemudian,
ia keluar dan duduk di kasir seperti biasa. Dia duduk sambil tangan menopang
dagu. Dia selalu seperti itu, menunggu pelanggan yang belum selesai dari
berbelanja.
Dua
jam dia dia bekerja, sesekali melayani para pelangggan. Dan setelah ia selesai
melayani pelanggan, seseorang datang menghampirinya.
"Sakura-san"
dia mendongak.
"Nani?"
tanyanya pada seorang gadis yang juga bekerja di supermarket itu.
"Tuan
Jun memintamu untuk pergi ke rumah Yuki sensei sekarang juga" Sakura
mengkerutkan dahi.
"Untuk
apa?" tanya Sakura.
"Kakak
ketigamu sudah pulang" Sakura melebarkan kedua matanya.
"Kau
tidak bohong, kan?" tanya Sakura.
"Iie.
Tuan sendiri yang bilang padaku. Kau pergi saja, jika kau rindu dengan kakakmu.
Aku akan menggantikanmu" Sakura mengangguk.
***
Dua
jam yang lalu, bersamaan Sakura sampai di tempat kerjanya. Terlihat Atsuko yang
keluar dari kamarnya. Entah kenapa, hatinya menuntunnya untuk keluar dari
kamarnya.
Kau
tahu? Bahkan, sampai di luar ia mondar-mandir tidak jelas, hingga Rena yang
melihatnya memandangnya dengan aneh. Dia bertanya-tanya, apa kiranya yang
terjadi pada Atsuko, sehingga Atsuko mondar-mandir seperti itu?
Tok...
tok...
Rena
menoleh, ketika ada yang mengetuk pintu rumah Yuki. Ia berjalan menuju pintu
itu, dan kemudian ia membuka pintu rumahnya. Terlihat di sana ada orang yang
berdiri dan menyapanya. Yuki dan Jun.
"Rena,
Atsuko ada di dalam?" Rena langsung mengangguk membalasnya.
"Tapi,
aku sedikit herang dengan tingkah nona Atsuko" kata Rena yang langsung
membuat kerutan di dahi Yuki
"Memang
dia kenapa?" tanya Jun.
"Aku
sendiri juga tidak tahu. Sebaiknya, kalian lihat saja nona Atsuko"
Mereka
melangkah masuk ke dalam rumah. Mereka menemukan Atsuko, yang tengah
mondar-mandir tidak jelas. Wajah gadis itu terlihat bingung dan juga
bimbang.
"Acchan,
kau kenapa?" tanya Yuki menghentikan aktifitas Atsuko langsung.
"Yuki,
entah kenapa aku seperti merasakan sesuatu" kata Atsuko membalas.
"Maksudmu?"
tanya Yuki bingung.
"Aku
merasa akan ada orang yang datang sebentar lagi. Orang yang sangat aku rindukan
selama ini, orang yang sangat aku sayangi!" balas Atsuko sambil menunduk
gelisah.
"Mungkin
itu hanya firasatmu saja!" kata Yuki membalas.
Tapi,
entah kenapa Atsuko sangat yakin dengan firasatnya. Ada sesuatu yang ia
rasakan! Dan itu membuatnya sangat yakin. Tapi, apa? Dia tidak percaya jika itu
hanya firasat biasa saja. Atsuko yakin, jika firasat itu akan terjadi padanya.
Firasat
apa ini? Firasat ini kuat sekali. Apa yang akan terjadi nanti? Aku bisa
merasakan semua ini.
***
"Ok...
kita sampai, tuan putri" kata Yui tersenyum kepada Paruru.
"Honto?"
Yui mengangguk membalasnya.
"Lihat
di depan, itu rumah Yuki sensei" kata Yui menunjuk sebuah rumah yang
berada di depan mereka.
"Onee-chan,
akhirnya kita bertemu!" ucapnya lirih dan langsung keluar dari mobil.
Yui
mendahului mereka. Ia berjalan dan berhenti tepat di depan rumah itu. Yui
mengetuk pintu itu. Satu kali, tidak ada balasan. Dia mengetuk kembali pintu
rumah itu. Kemudian, ia mendengar suara langkah kaki dari dalam.
Ia
tersenyum. Sebentar lagi. Ia sudah tidak sabar, melihat raut wajah
terkejut dari wajah Atsuko, ketika melihat Paruru yang sudah sembuh total.
Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang Yui kenal. Rena tersenyum
menyapanya, gadis itu sudah lama tidak bertemu dengannya.
"Tuan
Yui, sudah pulang?" Yui mengangguk.
"Sudah.
Di mana Atsuko nee-chan? Aku membawa seseorang yang sangat ingin bertemu
dengannya!" kata Yui lagi sambil bertanya.
"Di
dalam tuan. Ayo masuk!" Yui mengangguk.
Rena
mendahului Yui masuk ke dalam, sementara Yui menoleh ke belakang. Yui melihat
Paruru yang tersenyum kemudian menghampiri dirinya.
"Nee-chan,
di dalam?" Yui langsung mengangguk membalasnya.
"Natsumi,
Haruki, kita masuk sekarang" kedua kakak beradik itu langsung mengangguk.
Rena
yang masuk terlebih dahulu tadi, sudah sampai di ruang tamu. Ia melihat Atsuko
yang sedang berbicara dengan Yuki dan Jun.
"Nona,
Tuan Yui ingin bertemu denganmu!" ucapnya langsung.
"Yui?
Dia sudah pulang?" Rena langsung mengangguk.
"Domou Atsuko nee-chan!"
sapa Yui langsung yang muncul di belakang Rena.
"Yui,
kau sudah pulang ternyata!" kata Atsuko yang langsung bangkit dan
tersenyum menyapa Yui.
"Coba
kau tebak? Aku membawa siapa hari ini?" kata Yui yang langsung membuat
Atsuko merapatkan alis matanya.
"Apa
yang kau maksud? Memang kau membawa siapa?" tanya Atsuko.
Yui
tidak menjawab, dia hanya menolehkan pandangannya ke arah belakang. Atsuko yang
melihatnya, langsung menoleh ke belakang Yui. Dia menatap seseorang yang tengah
berjalan dan di sampingnya, ada seorang gadis dan seorang pemuda yang
membimbing gadis itu. Kedua matanya terbuka lebar.
Apa
dia bermimpi?
Benarkah
itu dia?
Tuhan,
jangan bilang itu mimpi yang terjadi padanya.
Dia
masih melebarkan kedua matanya. Hatinya menyebut nama seseorang, yang sangat ia
rindukan selama ini. Tak lama, kedua matanya berair.
"Paruru!"
ucapnya dan secara bersamaan pula, air matanya keluar dari pelupuk matanya.
"One-chan!"
lirih Paruru tersenyum. Air matanya juga menetes begitu saja.
Paruru
melangkah ke depan. Langkah kakinya yang pelan, kini menjadi cepat dan ia
berlari. Ia berlari, kemudian ia memeluk kakaknya dengan sangat erat. Sungguh,
dia benar-benar merindukan kakak pertamanya.
"One-chan,
aku merindukanmu!" katanya menangis bahagia.
"Paru?"
ucap Atsuko yang terkejut dengan keadaan Paruru yang bisa di bilang benar-benar
sangat membaik. Kaki adiknya sembuh, dan bicaranya lancar. Paruru tidak lagi,
berbicara dengan gagap.
"Aku
merindukanmu! Aku sangat-sangat merindukanmu, nee-chan!" seru
Paruru sampai mengulang perkataannya.
Atsuko
melepaskan pelukannya. Ia memperhatikan adik keduanya itu, dari bawah sampai
atas. Dia benar-benar tidak percaya, jika Paruru sudah sembuh.
"Kau
sudah sembuh?" tanya Atsuko menatapnya dengan wajah terkejut.
"Iya,
aku sudah sembuh nee-chan!" kata Paruru.
"Paru,"
Atsuko kembali memeluknya dengan sangat erat, "Syukurlah, kau sudah
sembuh. Dan kau juga tidak kenapa-napa. Aku bahagia, kau sudah kembali
kepadaku, sekarang"
"Iya nee-chan,
aku sudah kembali kepadamu! Aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu lagi,
aku berjanji nee-chan!" perkataannya membuat Atsuko semakin
mengeratkan pelukannya.
Setelah
lama mereka berpisah, akhirnya kedua kakak beradik itu berkumpul kembali. Dan
ternyata inilah yang Atsuko rasakan dari tadi. Firasat baik itu, ternyata sudah
terjadi. Paruru sudah kembali padanya.
"Aku
bahagia karena Paru, sudah kembali" kata Yuki menatap kedua kakak beradik
itu dengan terharu.
"Dan
nona juga sudah sembuh sekarang!" sambung Rena yang juga bahagia dengan
kedatangan Paruru.
"Yui,
bagaimana bisa kau bertemu dengan Paru?" tanya Jun tidak percaya.
"Paruru
selama ini dirawat oleh Natsumi dan Haruki. Mereka temanku yang tinggal di
Fukuoka, Jun" jelas Yui kepada Jun.
"Soukka!"
"Ini
Natsumi dan ini Haruki!" kata Yui sambil menunjuk Natsumi dan Haruki.
"Salam
kenal. Aku Natsumi!" kata Natsumi sambil tersenyum.
"Aku
Haruki, adiknya" kata Haruki.
"Salam
kenal, aku Yuki dan ini Rena satunya Jun!" kata Yuki membalas.
"Sepertinya
aku harus mengabari Sakura," kata Ju. Kemudian, ia langsung mengambil
ponselnya.
Atsuko
melepaskan pelukannya. Ia menatap adiknya dengan senyum, walau air matanya
masih saja keluar. Itu tangisan bahagia, dari seorang kakak yang melihat
adiknya kembali padanya. Atsuko mengangkat tangannya, dan ia menyentuh telinga
kanan Paruru. Tak lama, ia langsung menarik telinga Paruru hingga adiknya
merintih kesakitan.
"Itai!
Lepas nee-chan, ini sakit!" kata Paruru merintih.
"Iie.
Kau tahu? Kau benar-benar sangat nakal. Kenapa, kau tidak memperbolehkan aku
untuk menjemputmu? Kau benar-benar sangat nakal, Paru" kata Atsuko yang
masih mempertahankan jewerannya di telinga Paruru.
"Itai! Gomen, nee-chan.
Aku bisa menjelaskannya, tapi lepaskan dulu. Ini sakit!" kata Paruru
merintih. Atsuko melepaskan jewerannya.
"Lalu,
apa alasanmu?" tanya Atsuko menatapnya.
"Sakit!"
keluh Paruru yang memegang telinganya.
"Ayo
jelaskan!" desak Atsuko tidak sabar.
"Kau
jahat sekali padaku? Baru pulang, justruh di beri hukuman seperti ini."
Bukannya menjawab, justruh dia kembali mengeluh kepada kakaknya.
"Jawab
saja, atau aku akan menjewermu lagi?" kata Atsuko mengancam.
"Iie.
Baiklah aku akan mengatakan alasanku!" kata Paruru sedikit cemberut.
"Baiklah
adikku sayang. Ayo duduk, dan jelaskan semuanya kepada kakakmu ini" Paruru
mengangguk dan kemudian mereka duduk di sofa.
"Sebenarnya,
aku belum sembuh waktu itu." kata Paruru mulai menceritakan alasannya.
"Belum
sembuh?" Paruru mengangguk.
"Iya.
Maka dari itu, aku meminta Natsumi untuk merawatku sampai sembuh terlebih
dahulu, dan setelah sembuh aku kemari! Jujur, berpisah denganmu selama ini
membuatku sangat rindu kepadamu. Aku ingin sekali bertemu denganmu!" kata
Paruru menjelaskan.
Atsuko
tersenyum mendengarnya. Setelah dia mencium kening adiknya, dia kembali memeluk
tubuh Paruru dengan sangat erat.
"Ah...
aku juga ingin sekali di peluk!" kata Haruki yang melihat keakraban antara
Paruru dan kakaknya.
"Kau
mau aku peluk?" tawar Natsumi.
"Tidak.
Aku ingin di peluk gadis itu" kata Haruki yang kembali tersenyum
memikirkan gadis yang baru saja ia temui tadi.
"Siapa
sebenarnya gadis itu? Kau sepertinya, sangat menyukai gadis itu?" kata
Natsumi heran.
"Dia
cantik nee-chan. Aku yakin, kau pasti akan suka dengannya!"
kata Haruki tersenyum.
"Iya
terserah dirimu saja!" kata Natsumi sekilas.
"Yui
nii-chan" panggilnya.
"Nani?"
tanya Yui.
"Ikut
aku membeli makanan ringan ya? Jika aku sendiri, aku akan tersesat nanti!"
kata Haruki.
"Tuan
ingin keluar? Aku juga ingin keluar, untuk membeli bahan dapur" kata Rena
menengahi.
"Kau
bersama Rena saja" Yui memberi saran.
"Baiklah.
Ayo, kita pergi!" Rena langsung mengangguk.
***
"Kau
yakin? Jika, Paruru sudah pulang?" tanya Mayu kepada Sakura.
"Yakin nii-chan."
kata Sakura membalas.
Tadi,
setelah mendapat kabar tentang Paruru, Sakura langsung keluar dari tempat
kerjanya. Ia berlari dan kemudian, ia menuju ke tempat kerja sang kakak
terlebih dahulu. Beruntung, Mayu mendapatkan ijin untuk pulang lebih awal, maka
dari itu sekarang mereka berjalan menuju ke tempat tinggal Yuki.
"Kita
harus cepat!" kata Sakura menarik lengan Mayu.
"Iya.
Sabar saja, kau benar-benar tidak sabaran jadi anak" keluh Mayu yang harus
susah payah membawa tas punggungnya.
Sakura
membawa Mayu berlari. Gadis itu, sepertinya tidak sabar ingin melihat wajah
kakaknya. Dia sangat ingin memeluk Paruru dan bilang, jika dia menyesal telah
berbuat tidak baik kepada Paruru dulu. Mudah-mudahan, Paruru mau memaafkan
kesalahannya.
Lama
mereka berlari, hingga akhirnya Mayu menghentikan langkah mereka karena
nafasnya sudah memburu. Sakura terlalu bersemangat untuk bertemu dengan saudara
mereka itu. Sampai, dia tidak sadar jika, Mayu yang sudah terengah-engah.
"Tunggu,
aku sangat lelah Sakura" kata Mayu memburu nafas.
"Sebentar
lagi sampai nii-chan!" rengek Sakura.
"Iya,
tapi tidak perlu berlari seperti ini. Kau terlalu bersemangat, dan aku juga
sangat lelah" ucap Mayu membuat Sakura cemberut.
"Iya
sudah, kita jalan saja!" Mayu mengangguk menyetujui.
Bruk..
Ketika
mereka ingin melangkah, justruh mereka harus bertabrakan dengan dua orang yang
membawa kantung. Semua yang berada di dalam kantung itu, tercecer di jalan.
Mayu meruntuk di dalam hatinya.
Apalagi
Sakura, ia juga meruntuki kesalahan karena menabrak dua orang itu yang tengah
membawa barang.
"Gomen,
aku tidak sengaja!" ucap Sakura langsung.
"Hati-hati
kalau jalan!" kata pemuda yang sekarang membereskan barang-barang yang
terjatuh.
"Eh?
Nona Sakura? Tuan Mayu?" Sakura dan Mayu yang membantu, sekarang mendongak
melihat wajah seorang gadis yang tengah memperhatikan mereka.
"Rena?"
ucap Sakura bersamaan dengan Mayu.
"Untuk
apa kalian di sini?" tanya Rena.
"Paruru
sudah pulang?" tanya Mayu yang langsung mendapat anggukan langsung dari
Rena.
"Sudah
tuan. Nona, ada di rumah Yuki sensei!" Mayu dan Sakura tersenyum
membalasnya.
"Kau?"
mereka menoleh melihat seorang pemuda yang ada di sebelah Rena.
"Kau
kan...?" pemuda itu mengangguk cepat.
"Aku
Kodama Haruki, pemuda yang tadi. Siapa namamu? Kenapa, ketika aku bertanya kau
malah lari?" tanya Haruki mengeluh.
"Maaf,
tadi aku buru-buru. Aku Shimazaki Sakura" kata Sakura membalas.
"Shimazaki
Sakura?" Sakura mengangguk heran melihat tingkah Haruki.
"Iya,
memang kenapa?" tanya Sakura.
"Kau
adiknya Paruru?" tanya Haruki lagi.
"Iya.
Darimana, kau tahu tentang kakakku?" tanya Sakura lagi.
"Sebaiknya
kita langsung ke ke rumah Yuki sensei saja, nona. Hari sudah gelap" Sakura
mengangguk.
"Aku
akan menceritakannya" kata Haruki tersenyum.
***
"Jadi
begitu, ceritanya?" kata Sakura yang langsung mendapat anggukan dari
Haruki.
"Paruru
sudah sembuh ya, sekarang?" tanya Mayu.
"Iya, nii-chan.
Sembuh total!" kata Haruki tersenyum.
"Syukurlah.
Aku ingin sekali bertemu dengannya!" kata Mayu.
"Tuan
nona, ayo masuk!" kata Rena.
Mereka
masuk dan menemukan orang yang selama ini mereka rindukan, tengan berbicara
dengan kakak pertama mereka dan juga yang lain.
Mayu
memperhatikan Paruru. Adiknya sudah benar-benar sembuh, Paruru sudah bisa
berbicara lancar. Ia bena-benar bahagia melihat keadaan adiknya yang sudah
sembuh total.
"Haruka"
panggilnya. Gadis itu menoleh.
"Mayu
nii-chan?" Paruru tersenyum dan kemudian bangkit dari duduknya.
Dia
melangkah menghampiri sang kakak. Mayu kembali tersenyum. Paruru benar-benar
sudah sembuh sekarang. Paruru tidak lagi berjalan dengan langkah tertatih.
Paruru sudah normal, dia sudah bisa berjalan dengan baik.
"Paruru!"
dia memeluk adiknya.
"Kau
memanggilku Paruru?" Paruru terheran.
"Aku
sudah tahu nama panggilanmu, dari Atsuko nee-chan. Jadi, boleh kan
aku memanggilmu Paruru?" tanya Mayu.
"Tentu
saja, nii-chan"
"Maafkan
kesalahanku selama ini, Paru!" Paruru tersenyum.
"Tidak
masalah. Aku sudah memaafkanmu!" Paruru melepaskan pelukannya dan beralih
melihat adik bungsunya.
"One-chan!"
Sakura langsung memeluk tubuh kakaknya.
"Sakura,
apa kabarmu?" tanya Paruru.
"Aku
baik. Aku senang, karena nee-chan sudah sembuh sekarang.
Maafkan aku ya, nee-chan"
"Stt...
jangan diungkit lagi. Aku sudah memaafkanmu, Sakura!" Paruru melepas
pelukannya.
"Aku
merindukanmu, nee-chan!"
"Aku
juga sangat merindukanmu, Sakura!" balas Paruru.
"Nona,
sebaiknya kalian duduk di sofa, aku akan membuatkan makanan"
"Hai."
Sebelum
Paruru melangkah mengikuti kedua saudaranya, ia tertarik karena Haruki yang
menarik lengannya. Dia mendesah dan menatap Haruki dengan kesal.
"Kenapa
kau menarikku?" tanyanya ketus.
"Itu
adikmu, ya? Boleh tidak, jika aku menjadikannya kekasihku?" tanya Haruki
tersenyum.
"Sudah
ku duga, kau akan menyukai adikku!" kata Paruru tersenyum.
"Iya,
aku menyukainya. Boleh tidak?" Haruki bertanya kembali.
"Jika
Sakura juga menyukaimu, kenapa tidak?" Paruru tersenyum dan langsung
meninggalkannya begitu saja.
"Kalau
begitu, aku hanya tinggal membuatnya menyukaiku" gumam Haruki tersenyum,
kemudian ia langsung menyusul Paruru.
***
Mayu
membuka pintu rumahnya. Dia dan Sakura, melangkah masuk ke dalam rumah mereka.
Sang ayah sudah menunggu mereka rupanya, ayah duduk di kursi kayu. Sekarang,
ayah menoleh melihat mereka dengan tajam.
Ayah
bangkit dari duduknya, dan langsung melangkah ke arah mereka. Dari raut wajah
ayah mereka, mereka sangat yakin jika ayah akan memarahi mereka.
"Dari
mana saja kalian? Jam segini, baru pulang" sudah mereka duga, akan seperti
ini.
"Dari
rumah Yuki sensei"kata Mayu membalas.
"Untuk
apa?" tanya ayah lagi.
"Bertemu
dengan adikku. Dia sudah ada di Tokyo lagi, sekarang" ayah mereka menatap
mereka terkejut.
"Tidak
mungkin" Mayu tersenyum sinis.
"Mungkin
ayah. Buktinya, baru saja aku melihatnya," kata Mayu tersenyum.
"Harusnya
dia tidak kembali!" kata ayah sambil berusaha menahan amarahnya.
"Dia
sudah kembali pada kita ayah. Adikku sudah kembali!"
"Nii-chan"
Sakura benar-benar tidak tahan berada di kondisi seperti itu. Sangat
menegangkan.
"Kau
masuk saja ke kamar!" perintah Mayu yang langsung dituruti oleh Sakura.
"Mayu...."
"Ayah.
Jika, ayah berani membuatnya celaka, ayah akan berhadapan langsung
denganku!" ancam Mayu.
"Kau
selalu saja membela gadis itu." keluh sang ayah.
"Dia
adikku ayah. Harus berapa kali aku bilang pada ayah, jika dia itu adikku. Dan
aku, aku harus membelanya, ketika dia sedang ada masalah"kata Mayu.
"Dia
sudah mempermalukan keluarga kita, Mayu."
"Bicara
tentang keadaannya. Aku punya kabar baik"
"Apa
maksudmu?" tanya sang ayah tidak mengerti.
"Kondisinya,
bisa di bilang sembuh total!" kata Mayu tersenyum.
"Kau
pasti bohong!" gertak sang ayah.
"Tidak,
aku tidak berbohong. Jika, ayah tidak percaya, ayah pergi saja ke rumah Yuki
dan lihat keadaan adikku" kata Mayu tersenyum.
"Ini
tidak mungkin" lirih sang ayah.
"Aku
pastikan, ayah menyesal nantinya!" dia berlalu begitu saja meninggalkan
ayahnya yang masih terdiam. Tapi, banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
To Be Continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar