Title : Story Of My Life Chapter 14
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
Sakura
melangkah keluar dari sekolahnya. Ia langsung bergegas masuk, ke dalam sebuah
mobil yang terparkir di tepi jalan. Itu mobil Jun. Setiap pulang sekolah,
pastinya Jun akan selalu menjemputnya untuk mengantarkannya ke supermarket
milik Jun.
Mobil milik Jun berhenti, setelah beberapa menit di
perjalanan. Mereka keluar dari mobil, kemudian masuk ke supermarket. Dan
seperti biasa, sebelum bekerja Sakura mengganti pakaiannya. Kemudian, ia
langsung duduk di kasir.
"Sakura, sampai kapan kau akan terus bekerja seperti
ini?" tanya Jun.
"Entah nii-chan, aku sendiri juga tidak tahu"
balas Sakura lirih.
"Tapi, aku merasa kasihan padamu," kata Jun
memandang Sakura.
"Semua pasti akan kembali lagi seperti dulu, nii-chan"
hanya itu yang dikatakan Sakura kepada Jun. Ia tidak tahu, apa yang harus ia
katakan untuk membalas Jun.
"Ya. Ehm.... dan aku hanya bisa mendoakan keluargamu,
mudah-mudahan Paruru cepat pulang dan kembali pada kalian" timpal Jun
kemudian.
"Aku juga berharap seperti itu" balas Sakura
tersenyum simpul.
"Aku pergi dulu, ya?" Sakura mengangguk.
"Ah..." setelah Jun pergi ia mendesah. Sudah 7
hari, setelah ia tahu dari Mion bahwa kakaknya akan pulang, namun sampai
sekarang Paruru belum juga pulang.
Sakura kira, Paruru akan pulang dalam 3 atau 4 hari, namun
dia salah. 7 hari dia menunggu, Paruru belum juga kembali. Entah apa yang
dilakukan oleh Paruru, kenapa gadis itu lama sekali berada di luar kota?
"Kapan kau akan kembali nee-chan,
aku merindukanmu" lirihnya sambil menunduk.
***
"Paru,
kita harus kembali besok" kata Yui langsung kepada gadis yang kini berdiri
di hadapannya. Dia sudah menemani Paruru sampai sekarang, di rumah Natsumi dan
Haruki. Ia tidak akan kembali, jika gadis itu tidak akan kembali ke rumah.
"Kenapa kau selalu saja memaksaku, Yui?" tanya
Paruru mengeluh dengan sikap pemuda itu.
"Kau sudah sembuh, Paru. Apa kau tidak kasihan pada
kakakmu?" tanya Yui menatapnya samar.
"Aku merindukannya, Yui. Aku benar-benar
merindukannya"
Paruru melangkah ke arah kursi sofa. Dia duduk dan sekarang
menunduk. Yui hanya bisa melihat gadis itu dalam diam, dia tahu apa yang ada di
pikiran gadis itu.
"Paru" panggilnya.
"Hai?"
"Kembalilah, aku akan selalu ada untukmu" Paruru
tersenyum membalasnya.
"Kau memang sahabatku yang sangat baik, Yui. Aku sangat
beruntung, karena aku bisa bertemu dengan pemuda seperti dirimu"
"Aku juga sangat senang, karena aku bisa bertemu
denganmu. Aku harap, kita tidak akan berpisah" Yui duduk di dekatnya.
"Kita tidak akan berpisah Yui, kau tenang
saja"
"Kau mau kan?" tanya Yui.
"Mau apa?" tanya Paruru tidak mengerti.
"Tentu saja pulang bersamaku besok. Kakimu sudah sembuh
Paru, dan waktunya kau harus kembali pada Atsuko nee-chan"
Paruru mengangguk membalasnya.
"Baik, aku akan kembali pada kakakku. Aku akan pulang
bersamamu, Yui" Yui tersenyum mendengarnya.
Mereka tidak pernah sadar, jika sedari tadi ada dua orang
yang sudah mengintip mereka di balik tembok. Dan keduanya bertambah yakin, jika
Paruru dan Yui memang saling menyukai satu sama lain.
"Benar bukan? Mereka itu saling suka, nee-chan"
kata Haruki.
"Iya, mungkin kau benar" kata Natsumi membalas.
"Tapi, aku tidak pernah melihat nii-chan jatuh cinta" kata Haruki.
"Memang harus ya? Jika Yui jatuh cinta, harus
bilang-bilang dulu padamu?" kata Natsumi agak gemas dengan perkataan
adiknya.
"Hehe... tidak juga sih" Haruki membalas sambil
menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal.
"Sudahlah. Sebaiknya, kita hampiri saja mereka"
Haruki mengangguk.
Mereka melangkah mendekati kedua insan yang kini tengah duduk
di sofa sambil sesekali bercanda tawa. Sepertinya, mereka sangat merindukan
kebersamaan mereka dulu, ketika mereka masih bersama di Tokyo.
"Jadi, kalian akan kembali ke Tokyo besok?" kata
Natsumi langsung bertanya kepada Paruru dan Yui.
"Hai. Aku sudah
sangat merindukan kakakku Natsumi" balas Paruru.
"Baiklah. Ehm... apa boleh, jika aku dan Haruki ikut
bersama kalian? Aku ingin sekali kenal dengan kakakmu Paru" pinta Natsumi.
"Tentu saja." Natsumi tersenyum membalasnya.
"Arigatou."
"Seharusnya, aku yang berterima kasih, karena jika bukan
karena kau aku tidak akan sembuh total seperti ini" kata Paruru membalas.
"Iya."
"Nee... Haruki"
"Doustano Paru?" tanya Haruki menatap gadis
itu.
"Aku akan mengenalkan adikku padamu, aku yakin kau pasti
suka dengannya" kata Paruru tersenyum.
"Dari waktu itu sampai sekarang, kau selalu saja
menggodaku. Memangnya, Sakura itu seperti apa? Kau yakin sekali, jika aku akan
tertarik dengannya" kata Haruki mengeluh.
"Dia sangat cantik sekali. Tanya saja pada Yui"
kata paruru.
"Memang dia cantik, nii-chan?" tanya Haruki yang mendapat
anggukan dari Yui.
"Iya, dia cantik. Lihat saja kakaknya, cantik
bukan?" kata Yui tersenyum.
"Iya, Paruru memang cantik. Tapi, aku masih belum yakin
jika Sakura itu cantik"
"Haruki, kau tidak boleh seperti itu. Bagaimana, jika
nantinya kau jatuh hati pada adik Paruru yang bernama Sakura itu, ketika kalian
bertemu?" kata Natsumi yang sedikit tidak suka dengan perkataan adik
bungsunya itu.
"Tapi, aku memang tidak mudah untuk jatuh
cinta"
"Hei... ingat ada pepatah mengatakan jika 'mulutmu
adalah harimaumu'. Jangan sampai, kau termakan ucapanmu sendiri" kata
Natsumi mengingatkan.
"Baiklah." Haruki langsung membuang wajahnya begitu
saja.
"Nee... Paru" Paruru menoleh melihat Yui.
"Nani?" tanya
Paruru.
"Jangan pernah lagi pergi. Aku tidak mau
kehilanganmu" Yui mengangkat tangannya dan menunjukan jari kelingkingnya.
Gadis itu tersenyum dan manautkan jari kelingkingnya di jari kelingking Yui.
"Aku berjanji Yui"
***
Sakura
pulang tepat pada pukul 9 malam lebih 30 menit. Ia memang selalu pulang di jam
seperti itu, dan dia juga selalu di antar jemput oleh Jun.
Dari luar rumahnya, ia mendengar suara dari dalam. Dia
mendesah, pastinya kedua orang tuanya tengah berdebat. Atau mungkin, jika bukan
kedua orang tuanya pasti, Mayu dan kedua orang tuanya. Ia benar-benar sangat
lelah, mendengar suara keras-keras seperti itu.
Dia langsung masuk begitu saja, tanpa mengetuk pintu. Ia
melihat Mayu yang hanya duduk diam di kursi kayu, sedangkan kedua orang tua
mereka tengah berdebat.
"Selalu saja seperti itu" ketusnya kemudian ia
duduk di sebelah sang kakak.
"Kau sudah pulang?" tanya Mayu ketika menyadari
adiknya yang sudah pulang.
"Iya" dia kembali mendesah.
"Kenapa?" tanya Mayu.
"Apa kau tidak terganggu dengan mereka? Malam dan pagi
selalu saja seperti itu" kata Sakura mengeluh.
"Kau seperti tidak tahu saja, ayah dan ibu itu seperti
apa" kata Mayu membalas.
Lagi dan lagi, entah kenapa kedua orang tua mereka sangat
suka sekali bertengkar. Dan entah kenapa, kedua orang tua mereka tidak pernah
bosan.
"Sudahlah,
sekarang kau tidur saja." Sakura mengangguk.
Dia bangkit dari duduknya. Ketika, dia ingin masuk ke dalam
kamarnya, langkah kakinya tertahan karena suara ayahnya yang memanggil dirinya.
Dia mendesah, kemudian ia menolehkan pandangannya ke arah ayahnya.
"Doustano ayah?" tanyanya malas.
"Darimana kau, malam seperti ini baru pulang" tanya
ayahnya.
"Ayah lupa? Aku kan kerja di supermarket milik Jun nii-chan"
kata Sakura membalasnya dengan wajah datar.
"Seharusnya kau tidak bekerja Sakura" kata sang
ibu.
"Aku senang dengan pekerjaanku. Setidaknya, aku tidak
akan menyalahkan orang lain kenapa kita bisa berada di tempat seperti ini"
Sakura memandang ibunya dengan datar.
"Apa maksudmu?" tanya sang ibu yang mungkin
tersindir dengan ucapan putri bungsunya.
"Ibu, bukankan ibu selalu menyalahkan orang lain?
tentang semua yang terjadi pada kita? Ibu, jika kita seperti ini, bukan salah
orang lain dan bukan salah Haruka, tapi salahkan saja diri ibu dan ayah"
kata Sakura.
"Sakura..."
"Sakura benar ayah," kata Mayu yang membela Sakura,
"Aku tidak menyangka, jika ayah dan ibu masih terus menyalahkan Haruka.
Aku berfikir, jika nantinya ayah dan ibu akan menyesal, karena telah berbuat
seperti ini"
"Kalian selalu saja membela gadis itu" ayahnya meninggikan
suaranya.
"Karena dia adalah kakakku" kata Sakura kemudian ia
langsung masuk begitu saja.
"Dasar anak tidak tahu diri" keluh ayahnya.
"Tapi, aku sangat setuju dengan Sakura" kemudian,
ia menyusul sang adik yang masuk ke dalam kamar.
"Mereka benar-benar tidak pernah berubah" keluh
sang ayah.
"Itu semua karena dirimu" kata sang ibu yang
meluapkan amarahnya pada suaminya sendiri. Kemudian, ia melangkah begitu saja.
"Sial"
***
~Atsuko
Pov~
Hmmm.... pagi datang kembali. Entah kenapa, aku merasakan
firasat baik hari ini. Aku berharap, firasat itu terjadi padaku.
Aku melangkah keluar dari kamarku. Aku melihat Rena yang
sekarang menyiapkan makanan di atas meja. Aku melangkah menghampirinya dan ku
sapa dirinya. Pagi seperti ini, dia memang selalu rajin menyiapkan makanan
walau sebenarnya ini adalah rumah Yuki, tapi ia merasa itu semua adalah
kewajibannya.
"Nona, wajahmu tampak cerah hari ini" katanya
tiba-tiba.
"Aku merasakan firasat baik akan terjadi padaku,
Rena" balasku.
"Honto?" aku
mengangguk.
"Iya. Hanya saja, aku tidak tahu apa yang akan terjadi
padaku" jelasku.
"Aku akan selalu berdoa untuk nona. Jujur, aku juga
merasakan hal yang sama nona" aku tersenyum membalasnya.
"Aku harap firasat baik itu akan terjadi hari ini"
dia mengangguk antusias membalasnya.
"Nona makan dulu ya? Jangan sampai kau sakit nona"
ucapnya lagi.
"Tapi..."
"Nona, nanti kau sakit jika kau tidak makan. Kau tidak
mau mengecewakan nona Haruka, bukan?" aku mendesah.
"Baiklah, aku makan" dia tersenyum kembali.
Jika bicara tentang Paruru. Huh... sudah berhari-hari aku
menunggunya, tapi dia belum juga datang. Aku sangat ingin sekali pergi ke
Fukuoka, tapi aku teringat permintaannya. Jika aku ke sana, aku takut dia pergi
dariku.
Jujur, aku benar-benar bingung sekarang. Rasanya aku sudah
tidak tahan lagi, untuk bertemu dengannya.
Kau membuatku lama menunggu, Paru. Kau tahu itu? Aku berjanji
akan menjewer telingamu jika kau pulang nanti. Kau memang benar-benar sangat
nakal, sekarang. Awas saja nanti, aku akan benar-benar menjewer telingamu.
"Nona,
kenapa kau tersenyum seperti itu?" aku menoleh melihat Rena.
"Tidak ada. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu"
balasku.
"Memikirkan apa?" tanya Rena.
"Tidak perlu kau tahu. Lagi pula, ini tidak
penting" timpalku.
"Baiklah."
Cepat pulang Paru, aku akan memberikan hadiahku secepatnya
padamu. Aku tersenyum kembali, dan kemudian melanjutkan makan. Hmm... akan
menarik sepertinya.
***
~Paruru
Pov~
Huft... hari ini aku tengah berada di perjalanan. Aku akan
kembali ke Tokyo bersama Yui, Natsumi dan juga Haruki. Harusnya sebentar lagi
kami sampai, tapi sepertinya perjalanan sangat macet. Uhh... ayolah, aku sudah
tidak tahan lagi untuk bertemu dengan nee-chan.
Sedari tadi juga aku selalu bergumam di dalam hati. Banyak
yang aku pikirkan. Apa kiranya yang terjadi, jika aku bertemu dengan nee-chan?
Apa yang akan dia lakukan padaku? Terkejutkah dia nantinya? Aku benar-benar
tidak sabar melihat reaksinya.
"Paru" aku menoleh.
"Doustano Yui?"
tanyaku.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya padaku.
"Sedang memikirkan nee-chan." Balasku.
"Sabar. Sebentar lagi, kau pasti akan bertemu
dengannya" aku mengangguk.
Aku sedikit terkejut, ketika mobil yang kita tumpangi
mendadak berhenti. Ah... ada apa lagi ini? Kenapa, harus ada halangan? Padahal
sebentar lagi, akan sampai. Sial.
"Ada apa ini?" tanyaku pada Yui setelah ia bertanya
pada supirnya.
"Mobilnya mogok" uh... kenapa mogok?
Halangan saja sedari tadi. Kenapa, mobil ini harus mogok
seperti ini. Mau tidak mau, aku harus turun dari mobil. Aku melihat supir Yui
yang kini menghampiri Yui dan aku. Wajahnya tampak bimbang, dan mungkin
kebingungan.
"Tuan, sepertinya ban mobil bocor" huh? Apa dia
bilang? Bocor?
"Bocor?" kompakku bertanya secara bersamaan dengan
Yui.
"Iya tuan nona" uh... sialan.
"Yui, kenapa harus bocor?" keluhku.
"Bersabarlah Paru. Kau tenang ya?" aku mengangguk
lemas.
***
~Author
Pov~
Yui dan Paruru serta Natsumi dan Haruki, mau tidak mau harus
menunggu mobil Yui yang masih dalam perbaikan. Mereka duduk di tepi
jalan.
"Nee-chan, aku
beli minuman dulu ya? Aku haus" kata Haruki meminta ijin.
"Ya sudah, jangan lama-lama ya" Haruki mengangguk.
"Nee... Yui, harus berapa lama lagi kita di sini?"
tanya Paruru tidak sabar.
"Aku sedang berusaha menelpon kakakku. Kau tenang saja,
ya?" balas Yui yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Apa tidak sebaiknya, kita mencari taksi?" Natsumi
memberikan saran.
"Boleh. Tapi, setelah Haruki kembali. Aku juga akan
mencoba menghubungi kakakku" Natsumi mengangguk mengiyakan.
***
Seorang
gadis berambut panjang tengah berjalan di tepi jalan. Ia baru saja pulang dari
sekolahnya, dan berniat untuk pergi ke tempat kerjanya. Harusnya dia di jemput
oleh seseorang, namun karena orang itu tengah ada suatu urusan, mau tidak mau
dia harus berjalan.
Uang sakunya tidak cukup untuk membayar jasa angkutan umum,
maka dari itu dia memilih untuk berjalan. Yah... mungkin sangat jauh, tapi mau
bagaimana lagi? Tidak ada cara lain lagi, selain berjalan kaki.
"Arghh..." ringisnya ketika dia menyenggol seseorang.
"Gomen" kata orang itu langsung meminta maaf pada
Sakura.
"Lain kali hati-hati" ketusnya.
"Iya, sekali lagi aku minta maaf" mereka sama-sama
mendongak dan melihat satu sama lain.
Sakura memperhatikan pemuda yang ada di hadapannya, dia
merasa asing dengan wajah pemuda itu. Iya, dia memang tidak tahu siapa pemuda
itu.
"A... a-aku minta maaf" kata pemuda itu yang
terdengar agak gugup.
"Iya. Maaf, aku harus bekerja" Sakura melewati
pemuda itu begitu saja.
"Hei... siapa namamu? Aku Kodama Haruki" Sakura
tidak membalas, ia terlalu panik.
Haruki hanya memandang gadis itu dengan wajah cemberut. Gadis
itu pergi begitu saja, tanpa menghiraukan teriakannya. Padahal, ia hanya
berniat berkenalan tapi gadis itu malah semakin berlari menjauhi dirinya.
"Siapa
ya dia? Cantik sekali. sayang sekali, aku tidak tahu namanya"
Haruki berbalik dan kemudian ia kembali kepada kakaknya. Ia
melihat sang kakak yang masih duduk bersama Paruru dan juga Yui.
"Haruki, kau sudah sampai ternyata" Natsumi
bernafas lega.
"Iya" balasnya tidak semangat.
"Kau kenapa?" tanya Natsumi heran.
"Aku bertemu dengan seorang gadis tadi. Ketika aku
bertanya tentang namanya, dia justruh berlari" kata Haruki menjelaskan.
"Sudahlah, lupakan gadis itu. Sekarang, kita harus
pergi" kata Natsumi.
"Memang mobilnya sudah jadi?" tanya Haruki.
"Kita dijemput dengan supir Yui yang lain" Haruki
mengangguk mengerti mendengarnya.
"Natsumi, Haruki ayo cepat"
"Hai"
Mereka melangkah menghampiri Paruru dan Yui. Dan mereka
langsung masuk ke dalam mobil, mereka tidak ingin jika mereka akan sampai di
tempat tujuan pada malam hari.
Paruru duduk di belakang bersama Natsumi dan Haruki. Ia
menyandarkan kepalanya, sambil melamun memikirkan sang kakak. Dia tersenyum
simpul sambil menggumam dalam hati.
Kita akan bertemu,
nee-chan. Sebentar lagi.
To Be Continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar