Title : Story Of My Life Chapter 13
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
"Kau
sudah bisa berbicara lancar? Bagaimana bisa?" tanya Yui yang terkejut
dengan kondisi Paruru yang sudah bisa berbicara lancar tanpa gagap sama sekali.
"Aku.... aku...."
"Tunggu, kalian saling kenal?" Natsumi menengahi
mereka. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Yui dan Paruru saling mengenal.
"Paruru dan aku adalah teman di Tokyo" kata Yui
membalas.
"Ah... jadi, kalian sudah saling kenal ya?" Yui
mengangguk dengan pertanyaan Haruki.
"Paru, kenapa kau bisa berbicara lancar seperti ini? Dan
kenapa kau bisa berada di rumah Haruki dan Natsumi? Apa yang
terjadi?"
Paruru mendesah mendengar pertanyaan Yui, "Baik, aku
akan menceritakannya padamu."
***
"Jadi,
kau dibuang di sini?
Paruru mengangguk membalas pertanyaan Yui, "Iya, dan aku
seperti ini juga karena Natsumi yang merawatku."
Yui tersenyum mendengarnya. Akhirnya, dia bisa bertemu dengan
Paruru setelah lama gadis itu menghilang. Yui memeluk gadis itu, ia sangat
merindukan gadis itu. Ia ingin membawa gadis itu pulang kembali ke Tokyo.
"Mereka saling suka ya, nee-chan?"
tanya Haruki sambil menatap dua insan yang duduk didapannya.
"Entahlah. Kenapa, kau tidak menanyakannya pada
Yui?" tanya Natsumi juga menatap heran dua insan itu.
"Paru, kita pulang ya? Nee-chan sudah
sangat merindukanmu, dia ingin bertemu denganmu" kata Yui.
Paruru
melepaskan pelukannya. Ia menunduk sambil berkata lirih, "Tidak untuk
sekarang, Yui. Aku masih membutuhkan perawatan Natsumi. Kedua kakiku belum
sembuh total"
"Jadi, sampai kapan kau akan ada di sini? Sementara
kakakmu, dia siang malam selalu merindukanmu, dan kau tahu dia tidak pernah
makan sama sekali. Yang ada di pikirannya hanyalah dirimu" kata Yui
memberi tahu.
"Apa?" Yui mengangguk.
Paruru menunduk. Ia meruntuki kesalahannya sendiri, ia
terlalu lama berada di luar kota dan dia bahkan tidak tahu keadaan kakaknya
sendiri. Ia benar-benar bodoh, kenapa dia tidak mempercepat proses
kesembuhannya.
Tolong
bersabar nee-chan, hanya sebentar.
Satu-satunya cara dia harus mempercepat proses kesembuhannya,
ia tidak ingin melihat kakak yang sangat ia sayangi itu sakit, hanya karena
memikirkan dirinya sendiri. Dia pasti bisa melakukan semua itu, hanya kaki.
Kakinya belum sembuh total.
"Natsumi"
"Iya?" Natsumi mendongak melihat Paruru.
"Kapa kiranya aku sembuh?" tanya Paruru menatap
gadis itu dengan penuh harap.
"Tenanglah, tidak akan lama lagi kau pasti akan sembuh.
Bersabarlah Paru"
***
~Atsuko
Pov~
Ah... apa yang harus aku lakukan di sini? Apa aku hanya diam
seperti patung dan tidak melakukan apa-apa tanpa dirinya?
Biasanya, jika jam seperti ini aku akan pergi dengan Paruru.
Tapi, semenjak dia tidak ada lagi bersamaku, aku menjadi pendiam. Aku hanya
selalu duduk termenung, dan aku tidak melakukan apa-apa. Bahkan, aku tidak
pernah makan sama sekali.
Mungkin, makan tapi tidak terlalu banyak. Tubuhku juga sangat
kurus sekarang. Aku sama sekali, tidak peduli dengan kesehatanku. Seandainya,
ayah dan ibu tidak menemukanmu waktu itu, kita tidak akan berpisah seperti ini.
Tapi, aku masih belum tahu apa tujuanmu sebenarnya. Kenapa
kau tidak memperbolehkan aku untuk menjemputmu? Apa yang tengah kau lakukan di
sana Paru? Apa yang tengah kau rencanakan sekarang?
Aku sangat ingin tahu, bagaimana keadaanmu di sana? Kau sudah
makan atau belum? Atau kau masih saja sering sakit seperti dulu?
Kau sangat lemah, Paru. Maka dari itu, aku selalu ingin di
dekatmu. Aku selalu ingin menjagamu, aku tidak mau kau kenapa-napa. Kau
mengerti bukan, kenapa aku seperti ini padamu. Itu karena aku sangat
menyayangimu. Kau adalah adik yang sangat aku sayangi.
Pulanglah, aku merindukanmu. Aku seperti orang bodoh, jika
kau tidak pulang-pulang. Kapan kau akan pulang, sayang?
"Nona"
"Paru" ceplosku tanpa sadar.
"Aku Rena nona, bukan nona Haruka" aku mendesah.
"Maaf Rena, aku terlalu merindukan adikku" balasku
kemudian aku membaringkan diriku di sofa.
"Daijoubu nona. Aku mengerti dengan
perasaanmu" ucapnya kemudian ia duduk di kursi sofa yang satu.
"Kira-kira apa yang tengah dia lakukan sekarang? Kenapa,
dia tidak ingin jika aku yang menjemputnya" tanyaku kepada Rena.
"Entahlah nona, tapi aku yakin apa yang dilakukan oleh
nona Haruka sekarang, pasti itu di jalan yang baik" aku tersenyum
menanggapinya.
"Aku juga memikirkan hal yang sama" balasku.
"Bersabarlah nona, kau hanya perlu mendoakan adikmu"
aku mengangguk.
***
~Author
Pov~
Rena melangkah ke luar rumah. Ia menemukan Yuki yang sekarang
tengah berbicara dengan Jun. Ia melangkah mendekati mereka.
"Rena, apa yang tengah Acchan lakukan di dalam
sana?" tanya Yuki ketika mengetahui Rena mendekat ke arahnya dan Jun.
"Nona Atsuko masih saja mengkhawatirkan nona Haruka, sensei."
kata Rena membalas.
"Aku tahu perasaannya. Pasti, dia masih memikirkan
perkataan kita kemarin. Jujur, aku sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang
ada di pikiran Paruru, kenapa dia bisa melakukan semua itu" kata Yuki
membalas.
"Mungkin, nona Haruka tengah melakukan sesuatu di
sana" kata Rena ragu.
"Maybe" kata
Yuki membalas.
"Apa pun yang tengah Paruru lakukan di sana, aku yakin
tujuannya pasti baik. Kalian tenang saja" kata Jun menengahi percakapan
antara Rena dan Yuki.
"Iya, aku juga berharap seperti itu Jun" kata Yuki
tersenyum.
"Aku juga" balas Rena tersenyum lirih.
"Ya sudah, aku ke dalam dulu ya?" kata Yuki yang
langsung mendapat anggukan Jun dan Rena.
Yuki melangkah masuk ke dalam rumah, setelah bayang-bayang
gadis itu tidak terlihat Rena kembali menoleh melihat Jun.
"Tuan, apa kau tidak pulang? Ini sudah malam" kata
Rena.
"Ah... iya, kalau begitu aku pulang dulu. Aku pulang
dulu Rena" Rena mengangguk.
***
Sakura
melangkahkan kedua kakinya. Ia sedang berjalan di tepi jalan. Sesekali ia
menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Yah... dia ingin mencari
pekerjaan. Baru saja dia pulang dari sekolah, dan bukannya pulang justruh dia
berjalan untuk mencari pekerjaan.
Seharusnya, anak seusianya tidak pantas untuk bekerja.
Seharusnya, ia di rumah belajar dan hanya sekolah yang ia pikirkan, bukan
pekerjaan. Tapi, demi keluarganya ia rela berjalan di tepi jalan seperti itu
untuk mencari pekerjaan.
"Sakura" dia menoleh ketika ada orang yang
memanggil namanya.
"Jun nii-chan? Kau teman Atsuko nee-chan,
bukan?" kata Sakura pada pemuda yang berada di dalam mobil.
"Hai. Sedang apa
kau di sini, kemarilah masuk saja ke mobilku" Sakura mengangguk dan masuk
ke dalam mobil itu.
"Nii-chan, sudah
lama kita tidak bertemu" kata Sakura membuka percakapan.
"Iya, memang. Sekarang, katakan padaku kenapa kau
berjalan di sekitar sini, kau sedang mencari sesuatu?" tanya Jun.
"Hai. Aku tengah
mencari pekerjaan, lebih tepatnya"
"Apa? Mencari pekerjaan?" Sakura mengangguk.
"Iya"
"Untuk apa?" tanya Jun sedikit terkejut.
"Sekarang, keluargaku sedang ada masalah ekonomi, jadi
aku sebagai anak juga harus ikut membantu" kata Sakura menjelaskan.
"Kau masih kecil Sakura, tidak pantas bekerja." Kata
Jun.
"Tapi, aku tidak ingin melihat keluargaku menderita nii-chan. Tolong bantu aku, untuk mencari
pekerjaan" Sakura memohon.
"Apa?"
"Tolong nii-chan, aku janji akan melakukan pekerjaan
dengan baik" kata Sakura memelas.
"Kau yakin?" Sakura mengangguk dengan cepat.
"Yakin. Aku sangat yakin, nii-chan.
Tolong aku, please."
Sakura kembali memohon.
"Baiklah. Aku tahu, di mana kau harus bekerja"
Sakura tersenyum mendengarnya.
"Honto?"
"Hai. Aku akan
mengantarkanmu sekarang, juga" Sakura mengangguk.
***
"Di
sini, kamu akan bekerja" kata Jun kepada Sakura.
"Aku harus melakukan apa?" tanya Sakura kepada Jun.
"Kau hanya membantuku, untuk melayani pelanggan. Kau
bekerja di kasir" kata Jun lagi.
Iya, supermarket. Itu adalah milik Jun. Dia memang bertuga
seperti seorang dokter bagi Paruru, tapi dia juga memiliki supermarket. Dia
kemari, setiap ada waktu kosong. Yah... hanya melihat pegawainya bekerja.
"Aku mau nii-chan. Bekerja mulai sekarang, aku juga
siap" kata Sakura bersemangat.
"Sekarang ganti pakaianmu, ini bajunya" kata Jun
menyodorkan baju pegawai kepada gadis itu.
"Hai. Hontouni
Arigatou Gozaimasu" Jun mengangguk sambil tersenyum.
"Gadis yang sangat bersemangat, aku suka dengan
semangatnya" gumam Jun sambil melihat Sakura.
Beberapa menit kemudian, Sakura keluar dengan baju yang sudah
terganti. Ia melangkah ke arah Jun, dan Jun menyuruhnya untuk duduk di kasir.
"Bekerjalah dengan baik di sini, aku pergi dulu. Nanti,
aku akan menjemputmu" Sakura mengangguk.
"Nii-chan,
kira-kira sampai jam berapa aku bekerja?"
"Jam 9 malam" Sakura mengangguk mengerti.
***
Mayu
mendesah. Sudah beberapa kali ia bolak-balik berjalan. Ia khawatir dengan
adiknya, Sakura sejak tadi pagi belum juga pulang ke rumah. Padahal, jam sudah
menunjukan angka 8 lebih 48 menit, namun gadis itu belum juga pulang ke
rumah.
Mayu juga sudah menelponnya, tapi Sakura tidak juga
mengangkat teleponnya. Ia juga sudah pergi ke sekolah Sakura, tapi sekolahnya
sudah kosong, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali satpam. Dia benar-benar
bingung, apa yang harus dia lakukan untuk mencari adiknya?
"Kemana kau Sakura, kenapa jam segini kau belum juga
pulang?" tanya Mayu gelisah.
"Mayu" dia menoleh.
"Ayah, ada apa?" tanya Mayu.
"Kenapa kau sedari tadi gelisah seperti itu?" tanya
sang ayah menyipitkan kedua matanya.
"Sakura ayah, dia belum pulang" kata Mayu membalas.
"Kemana dia?" Mayu menggeleng tidak tahu.
"Aku sudah ke sekolahnya, tapi sekolahnya sudah kosong.
Dan aku juga berusaha menelponnya, tapi ponselnya tidak aktif. Aku benar-benar
bingung, ayah" kata Mayu menjelaskan.
Sang ayah juga tampak gelisah, mendenga penjelasannya. Dan
tak lama, ayahnya mengingat sesuatu. Lebih tepatnya perkataan Sakura kemarin.
Bukankah, putri bungsunya itu berniat mencari pekerjaan?
"Apa mungkin, dia pergi mencari pekerjaan?" Mayu
melebarkan kedua matanya. Bekerja?
"Kerja?" ayahnya mengangguk.
"Dia pernah bilang kepada ayah, jika dia ingin mencari
pekerjaan" Mayu benar-benar bertambah khawatir sekarang.
"Kenapa ayah menginjinkannya?" tanya Mayu tidak
percaya.
"Dia sendiri yang mau Mayu" kata ayahnya membela
diri.
"Setidaknya, ayah harus mencegah Sakura" kata Mayu
sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Tapi, kau tahu sendiri bukan jika Sakura sangat keras
kepala?"
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran
ayah" kata Mayu mengeluh.
"Jangan salahkan ayah, ayah juga sangat bingung
sekarang" kata ayahnya.
"Ayah, setelah ayah membuang anak ayah, dan sekarang
ayah membiarkan Sakura bekerja? Bagaimana, aku tidak menyalahkan ayah?"
"Membuang anak ayah? Siapa yang kau maksud?"tanya
sang ayah.
"Haruka" lirih Mayu.
"Mayu, dia bukan anak ayah. Kau mengerti?" Mayu
mengepalkan tangan kanannya.
"Ayah, dia anak ayah" kata Mayu.
"Bukan Mayu. Dia bukan anak ayah. Kemarin Sakura,
sekarang kau. Apa kalian sudah termakan ucapan anak itu?" tanya ayah.
"Ayah, dia darah daging ayah sendiri. Kenapa, ayah tidak
mengakui anak kandung ayah sendiri, aku kecewa dengan ayah" kata Mayu
menatap ayahnya dengan tajam.
"Mayu...."
"Ayah, buka mata ayah. Haruka, dia adalah anak kandung
ayah dan ibu, dia adikku, dia adik Atsuko nee-chan, dan dia kakak Sakura. Dia bagian
keluarga kita, ayah. Harusnya ayah sadar itu"
Plak...
Tangan sang ayah mendarat mulus di pipi kanan Mayu. Mayu
menatap ayahnya kemudian. Kedua matanya memerah, ia benar-benar tidak percaya
dengan ayahnya sendiri yang telah menamparnya. Mayu kecewa dengan ayahnya.
"Lihat, ayah sudah menamparku" kata Mayu.
"Mayu"
"Apa sebegitu bencinya ayah dengan Haruka? Sampai-sampai
aku membela Haruka, justruh ayah menamparku" kata Mayu.
"Ada apa ini?" sang ibu keluar dari kamarnya ketika
mendengar suara keributan.
Sang ibu menatap pipi Mayu yang memerah. Kemudian, ibu
menatap ayahnya yang menatap ke arah Mayu dengan pandangan bersalah. Ia sudah
melakukan kesalahan besar, ia menampar putranya sendiri.
"Ayah, kenapa ayah menampar Mayu?" tanya sang ibu.
"Lihat kelakuan seorang ayah terhadap putranya
sendiri" kata Mayu yang masih menatap ayahnya dengan tajam. Matanya
memerah dan berair.
"Mayu, maafkan ayah" kata ayahnya.
"Ayah, kenapa ayah lakukan itu pada Mayu?" tanya
sang ibu.
"Ibu, apa ibu juga masih menyalahkan Haruka?" tanya
Mayu menatap ibunya.
"Kenapa kau membawa Haruka?" tanya sang ibu tidak
mengerti.
"Ibu, selama ini kita sudah salah menelantarkan
Haruka" kata Mayu.
"Tidak Mayu, Haruka pantas mendapatkan semua itu"
"Orang tua mana yang tega menelantarkan anaknya sendiri?
Orang tua mana yang tega melihat anaknya sendiri menderita" kata Mayu
meluapkan emosinya.
"Mayu dengan ibu..."
"Tidak, harusnya ibu yang mendengar perkataan Mayu. Ibu,
Haruka adikku. Dia menderita, dia merasa kehilangan semua anggota keluarganya
ibu. Apa ibu tega melihatnya seperti itu?" kata Mayu menjelaskan.
Jujur, hatinya sangat sakit. Tenggorokannya seperti tercekit,
ia benar-benar merasa sakit sekarang. Ayah dan ibunya, sama sekali tidak pernah
melihat adiknya yang malang itu. Dia benar-benar sangat sedih. Ia ingin
mengembalikan anggota keluarganya seperti dulu. Sekarang, Mayu benar-benar
menangis di depan kedua orang tuanya.
"Ibu, aku mohon lihatlah Haruka. Dia putri ibu, dia
keluarga kita ibu. Tidak tahukah, jika selama ini Haruka sudah benar-benar
menderita. Ia menerima kelakuan kasar kita dengan hatinya yang sangat
sakit" kata Mayu.
Pintu terbuka. Sakura memandang mereka sekarang. Suasana
keluarganya sangat tegang sepertinya. Dia bertanya-tanya, apa kiranya yang
terjadi pada kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Kenapa kakanya sampai
menangis seperti itu? Jujur, Sakura tidak pernah melihat Mayu menangis.
Baru kali ini, ia melihat Mayu menangis. Apa yang sudah
terjadi pada kakaknya? Ia mendekat dan sekarang, ia melihat kakaknya. Pipi Mayu
memerah. Apa Mayu baru saja mendapat tamparan di pipinya?
"Nii-chan, kau
kenapa?"
"Sakura, darimana saja kau?" tanya Mayu.
"Gomen. Nanti, aku
akan menjelaskan pada nii-chan" kata Sakura menunduk.
"Sudahlah, sekarang kita masuk saja ke dalam kamar. Ayah
dan ibu pasti sangat sibuk, dan tidak pernah memikirkan anaknya sama
sekali" Mayu menuntun adik bungsunya masuk ke kamar meninggalkan kedua
orang tua mereka yang masih terdiam.
***
"Apa?
Kau bertengkar dengan ayah dan ibu?"Mayu mengangguk.
"Iya, aku benar-benar kecewa dengan mereka" kata
Mayu membalas.
"Sudahlah nii-chan, pastinya ibu dan ayah akan berubah
seiring berjalannya waktu" kata Sakura.
"Aku juga berharap seperti itu," kata Mayu menoleh
ke arah adiknya, "lalu kau sendiri darimana? Kenapa, jam segini baru
pulang?"
"Sebelumnya, aku minta maaf. Aku sudah bekerja
tadi"
"Kerja di mana?" tanya Mayu.
"Di tempat Jun nii-chan" balas Sakura.
"Jun?" Sakura mengangguk.
"Teman Atsuko nee-chan" kata Sakura.
"Baik. Kau boleh bekerja di sana" Sakura tersenyum
mendengarnya.
"Arigatou. Aku
janji, aku juga akan berusaha membuat ayah dan ibu menerima nee-chan,"
"Iya, tapi jangan lupakan tugasmu sebagai murid"
Sakura mengangguk.
To Be Continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar