Minggu, 15 Mei 2016

Story Of My Life (Chapter 13)

Title : Story Of My Life Chapter 13
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...



~---0---~




"Kau sudah bisa berbicara lancar? Bagaimana bisa?" tanya Yui yang terkejut dengan kondisi Paruru yang sudah bisa berbicara lancar tanpa gagap sama sekali.
"Aku.... aku...."
"Tunggu, kalian saling kenal?" Natsumi menengahi mereka. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Yui dan Paruru saling mengenal.
"Paruru dan aku adalah teman di Tokyo" kata Yui membalas.
"Ah... jadi, kalian sudah saling kenal ya?" Yui mengangguk dengan pertanyaan Haruki.
"Paru, kenapa kau bisa berbicara lancar seperti ini? Dan kenapa kau bisa berada di rumah Haruki dan Natsumi? Apa yang terjadi?" 
Paruru mendesah mendengar pertanyaan Yui, "Baik, aku akan menceritakannya padamu."

***

"Jadi, kau dibuang di sini?
Paruru mengangguk membalas pertanyaan Yui, "Iya, dan aku seperti ini juga karena Natsumi yang merawatku."

Yui tersenyum mendengarnya. Akhirnya, dia bisa bertemu dengan Paruru setelah lama gadis itu menghilang. Yui memeluk gadis itu, ia sangat merindukan gadis itu. Ia ingin membawa gadis itu pulang kembali ke Tokyo.

"Mereka saling suka ya, nee-chan?" tanya Haruki sambil menatap dua insan yang duduk didapannya.
"Entahlah. Kenapa, kau tidak menanyakannya pada Yui?" tanya Natsumi juga menatap heran dua insan itu.
"Paru, kita pulang ya? Nee-chan sudah sangat merindukanmu, dia ingin bertemu denganmu" kata Yui.
Paruru melepaskan pelukannya. Ia menunduk sambil berkata lirih, "Tidak untuk sekarang, Yui. Aku masih membutuhkan perawatan Natsumi. Kedua kakiku belum sembuh total" 
"Jadi, sampai kapan kau akan ada di sini? Sementara kakakmu, dia siang malam selalu merindukanmu, dan kau tahu dia tidak pernah makan sama sekali. Yang ada di pikirannya hanyalah dirimu" kata Yui memberi tahu.
"Apa?" Yui mengangguk. 

Paruru menunduk. Ia meruntuki kesalahannya sendiri, ia terlalu lama berada di luar kota dan dia bahkan tidak tahu keadaan kakaknya sendiri. Ia benar-benar bodoh, kenapa dia tidak mempercepat proses kesembuhannya. 
Tolong bersabar nee-chan, hanya sebentar. 
Satu-satunya cara dia harus mempercepat proses kesembuhannya, ia tidak ingin melihat kakak yang sangat ia sayangi itu sakit, hanya karena memikirkan dirinya sendiri. Dia pasti bisa melakukan semua itu, hanya kaki. Kakinya belum sembuh total. 

"Natsumi"
"Iya?" Natsumi mendongak melihat Paruru.
"Kapa kiranya aku sembuh?" tanya Paruru menatap gadis itu dengan penuh harap.
"Tenanglah, tidak akan lama lagi kau pasti akan sembuh. Bersabarlah Paru" 

***

~Atsuko Pov~

Ah... apa yang harus aku lakukan di sini? Apa aku hanya diam seperti patung dan tidak melakukan apa-apa tanpa dirinya?
Biasanya, jika jam seperti ini aku akan pergi dengan Paruru. Tapi, semenjak dia tidak ada lagi bersamaku, aku menjadi pendiam. Aku hanya selalu duduk termenung, dan aku tidak melakukan apa-apa. Bahkan, aku tidak pernah makan sama sekali. 

Mungkin, makan tapi tidak terlalu banyak. Tubuhku juga sangat kurus sekarang. Aku sama sekali, tidak peduli dengan kesehatanku. Seandainya, ayah dan ibu tidak menemukanmu waktu itu, kita tidak akan berpisah seperti ini.
Tapi, aku masih belum tahu apa tujuanmu sebenarnya. Kenapa kau tidak memperbolehkan aku untuk menjemputmu? Apa yang tengah kau lakukan di sana Paru? Apa yang tengah kau rencanakan sekarang?

Aku sangat ingin tahu, bagaimana keadaanmu di sana? Kau sudah makan atau belum? Atau kau masih saja sering sakit seperti dulu? 

Kau sangat lemah, Paru. Maka dari itu, aku selalu ingin di dekatmu. Aku selalu ingin menjagamu, aku tidak mau kau kenapa-napa. Kau mengerti bukan, kenapa aku seperti ini padamu. Itu karena aku sangat menyayangimu. Kau adalah adik yang sangat aku sayangi. 
Pulanglah, aku merindukanmu. Aku seperti orang bodoh, jika kau tidak pulang-pulang. Kapan kau akan pulang, sayang?

"Nona"
"Paru" ceplosku tanpa sadar.
"Aku Rena nona, bukan nona Haruka" aku mendesah.
"Maaf Rena, aku terlalu merindukan adikku" balasku kemudian aku membaringkan diriku di sofa.
"Daijoubu nona. Aku mengerti dengan perasaanmu" ucapnya kemudian ia duduk di kursi sofa yang satu.
"Kira-kira apa yang tengah dia lakukan sekarang? Kenapa, dia tidak ingin jika aku yang menjemputnya" tanyaku kepada Rena.
"Entahlah nona, tapi aku yakin apa yang dilakukan oleh nona Haruka sekarang, pasti itu di jalan yang baik" aku tersenyum menanggapinya.
"Aku juga memikirkan hal yang sama" balasku.
"Bersabarlah nona, kau hanya perlu mendoakan adikmu" aku mengangguk.

***

~Author Pov~

Rena melangkah ke luar rumah. Ia menemukan Yuki yang sekarang tengah berbicara dengan Jun. Ia melangkah mendekati mereka.

"Rena, apa yang tengah Acchan lakukan di dalam sana?" tanya Yuki ketika mengetahui Rena mendekat ke arahnya dan Jun.
"Nona Atsuko masih saja mengkhawatirkan nona Haruka, sensei." kata Rena membalas.
"Aku tahu perasaannya. Pasti, dia masih memikirkan perkataan kita kemarin. Jujur, aku sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Paruru, kenapa dia bisa melakukan semua itu" kata Yuki membalas.
"Mungkin, nona Haruka tengah melakukan sesuatu di sana" kata Rena ragu.
"Maybe" kata Yuki membalas.
"Apa pun yang tengah Paruru lakukan di sana, aku yakin tujuannya pasti baik. Kalian tenang saja" kata Jun menengahi percakapan antara Rena dan Yuki.
"Iya, aku juga berharap seperti itu Jun" kata Yuki tersenyum.
"Aku juga" balas Rena tersenyum lirih.
"Ya sudah, aku ke dalam dulu ya?" kata Yuki yang langsung mendapat anggukan Jun dan Rena.
Yuki melangkah masuk ke dalam rumah, setelah bayang-bayang gadis itu tidak terlihat Rena kembali menoleh melihat Jun.
"Tuan, apa kau tidak pulang? Ini sudah malam" kata Rena.
"Ah... iya, kalau begitu aku pulang dulu. Aku pulang dulu Rena" Rena mengangguk.

***

Sakura melangkahkan kedua kakinya. Ia sedang berjalan di tepi jalan. Sesekali ia menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Yah... dia ingin mencari pekerjaan. Baru saja dia pulang dari sekolah, dan bukannya pulang justruh dia berjalan untuk mencari pekerjaan. 
Seharusnya, anak seusianya tidak pantas untuk bekerja. Seharusnya, ia di rumah belajar dan hanya sekolah yang ia pikirkan, bukan pekerjaan. Tapi, demi keluarganya ia rela berjalan di tepi jalan seperti itu untuk mencari pekerjaan.

"Sakura" dia menoleh ketika ada orang yang memanggil namanya.
"Jun nii-chan? Kau teman Atsuko nee-chan, bukan?" kata Sakura pada pemuda yang berada di dalam mobil.
"Hai. Sedang apa kau di sini, kemarilah masuk saja ke mobilku" Sakura mengangguk dan masuk ke dalam mobil itu.
"Nii-chan, sudah lama kita tidak bertemu" kata Sakura membuka percakapan.
"Iya, memang. Sekarang, katakan padaku kenapa kau berjalan di sekitar sini, kau sedang mencari sesuatu?" tanya Jun.
"Hai. Aku tengah mencari pekerjaan, lebih tepatnya"
"Apa? Mencari pekerjaan?" Sakura mengangguk.
"Iya"
"Untuk apa?" tanya Jun sedikit terkejut.
"Sekarang, keluargaku sedang ada masalah ekonomi, jadi aku sebagai anak juga harus ikut membantu" kata Sakura menjelaskan.
"Kau masih kecil Sakura, tidak pantas bekerja." Kata Jun.
"Tapi, aku tidak ingin melihat keluargaku menderita nii-chan. Tolong bantu aku, untuk mencari pekerjaan" Sakura memohon.
"Apa?"
"Tolong nii-chan, aku janji akan melakukan pekerjaan dengan baik" kata Sakura memelas.
"Kau yakin?" Sakura mengangguk dengan cepat.
"Yakin. Aku sangat yakin, nii-chan. Tolong aku, please." Sakura kembali memohon.
"Baiklah. Aku tahu, di mana kau harus bekerja" Sakura tersenyum mendengarnya.
"Honto?"
"Hai. Aku akan mengantarkanmu sekarang, juga" Sakura mengangguk.

***

"Di sini, kamu akan bekerja" kata Jun kepada Sakura.
"Aku harus melakukan apa?" tanya Sakura kepada Jun.
"Kau hanya membantuku, untuk melayani pelanggan. Kau bekerja di kasir" kata Jun lagi.

Iya, supermarket. Itu adalah milik Jun. Dia memang bertuga seperti seorang dokter bagi Paruru, tapi dia juga memiliki supermarket. Dia kemari, setiap ada waktu kosong. Yah... hanya melihat pegawainya bekerja.

"Aku mau nii-chan. Bekerja mulai sekarang, aku juga siap" kata Sakura bersemangat.
"Sekarang ganti pakaianmu, ini bajunya" kata Jun menyodorkan baju pegawai kepada gadis itu.
"Hai. Hontouni Arigatou Gozaimasu" Jun mengangguk sambil tersenyum.
"Gadis yang sangat bersemangat, aku suka dengan semangatnya" gumam Jun sambil melihat Sakura.

Beberapa menit kemudian, Sakura keluar dengan baju yang sudah terganti. Ia melangkah ke arah Jun, dan Jun menyuruhnya untuk duduk di kasir.

"Bekerjalah dengan baik di sini, aku pergi dulu. Nanti, aku akan menjemputmu" Sakura mengangguk.
"Nii-chan, kira-kira sampai jam berapa aku bekerja?"
"Jam 9 malam" Sakura mengangguk mengerti.

***

Mayu mendesah. Sudah beberapa kali ia bolak-balik berjalan. Ia khawatir dengan adiknya, Sakura sejak tadi pagi belum juga pulang ke rumah. Padahal, jam sudah menunjukan angka 8 lebih 48 menit, namun gadis itu belum juga pulang ke rumah. 
Mayu juga sudah menelponnya, tapi Sakura tidak juga mengangkat teleponnya. Ia juga sudah pergi ke sekolah Sakura, tapi sekolahnya sudah kosong, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali satpam. Dia benar-benar bingung, apa yang harus dia lakukan untuk mencari adiknya?

"Kemana kau Sakura, kenapa jam segini kau belum juga pulang?" tanya Mayu gelisah.
"Mayu" dia menoleh.
"Ayah, ada apa?" tanya Mayu.
"Kenapa kau sedari tadi gelisah seperti itu?" tanya sang ayah menyipitkan kedua matanya.
"Sakura ayah, dia belum pulang" kata Mayu membalas.
"Kemana dia?" Mayu menggeleng tidak tahu.
"Aku sudah ke sekolahnya, tapi sekolahnya sudah kosong. Dan aku juga berusaha menelponnya, tapi ponselnya tidak aktif. Aku benar-benar bingung, ayah" kata Mayu menjelaskan.

Sang ayah juga tampak gelisah, mendenga penjelasannya. Dan tak lama, ayahnya mengingat sesuatu. Lebih tepatnya perkataan Sakura kemarin. Bukankah, putri bungsunya itu berniat mencari pekerjaan?

"Apa mungkin, dia pergi mencari pekerjaan?" Mayu melebarkan kedua matanya. Bekerja?
"Kerja?" ayahnya mengangguk.
"Dia pernah bilang kepada ayah, jika dia ingin mencari pekerjaan" Mayu benar-benar bertambah khawatir sekarang.
"Kenapa ayah menginjinkannya?" tanya Mayu tidak percaya.
"Dia sendiri yang mau Mayu" kata ayahnya membela diri.
"Setidaknya, ayah harus mencegah Sakura" kata Mayu sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Tapi, kau tahu sendiri bukan jika Sakura sangat keras kepala?"
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran ayah" kata Mayu mengeluh.
"Jangan salahkan ayah, ayah juga sangat bingung sekarang" kata ayahnya.
"Ayah, setelah ayah membuang anak ayah, dan sekarang ayah membiarkan Sakura bekerja? Bagaimana, aku tidak menyalahkan ayah?"
"Membuang anak ayah? Siapa yang kau maksud?"tanya sang ayah.
"Haruka" lirih Mayu.
"Mayu, dia bukan anak ayah. Kau mengerti?" Mayu mengepalkan tangan kanannya.
"Ayah, dia anak ayah" kata Mayu.
"Bukan Mayu. Dia bukan anak ayah. Kemarin Sakura, sekarang kau. Apa kalian sudah termakan ucapan anak itu?" tanya ayah.
"Ayah, dia darah daging ayah sendiri. Kenapa, ayah tidak mengakui anak kandung ayah sendiri, aku kecewa dengan ayah" kata Mayu menatap ayahnya dengan tajam.
"Mayu...."
"Ayah, buka mata ayah. Haruka, dia adalah anak kandung ayah dan ibu, dia adikku, dia adik Atsuko nee-chan, dan dia kakak Sakura. Dia bagian keluarga kita, ayah. Harusnya ayah sadar itu"

Plak...

Tangan sang ayah mendarat mulus di pipi kanan Mayu. Mayu menatap ayahnya kemudian. Kedua matanya memerah, ia benar-benar tidak percaya dengan ayahnya sendiri yang telah menamparnya. Mayu kecewa dengan ayahnya.

"Lihat, ayah sudah menamparku" kata Mayu.
"Mayu"
"Apa sebegitu bencinya ayah dengan Haruka? Sampai-sampai aku membela Haruka, justruh ayah menamparku" kata Mayu.
"Ada apa ini?" sang ibu keluar dari kamarnya ketika mendengar suara keributan.

Sang ibu menatap pipi Mayu yang memerah. Kemudian, ibu menatap ayahnya yang menatap ke arah Mayu dengan pandangan bersalah. Ia sudah melakukan kesalahan besar, ia menampar putranya sendiri.

"Ayah, kenapa ayah menampar Mayu?" tanya sang ibu.
"Lihat kelakuan seorang ayah terhadap putranya sendiri" kata Mayu yang masih menatap ayahnya dengan tajam. Matanya memerah dan berair.
"Mayu, maafkan ayah" kata ayahnya.
"Ayah, kenapa ayah lakukan itu pada Mayu?" tanya sang ibu.
"Ibu, apa ibu juga masih menyalahkan Haruka?" tanya Mayu menatap ibunya.
"Kenapa kau membawa Haruka?" tanya sang ibu tidak mengerti.
"Ibu, selama ini kita sudah salah menelantarkan Haruka" kata Mayu.
"Tidak Mayu, Haruka pantas mendapatkan semua itu"
"Orang tua mana yang tega menelantarkan anaknya sendiri? Orang tua mana yang tega melihat anaknya sendiri menderita" kata Mayu meluapkan emosinya.
"Mayu dengan ibu..."
"Tidak, harusnya ibu yang mendengar perkataan Mayu. Ibu, Haruka adikku. Dia menderita, dia merasa kehilangan semua anggota keluarganya ibu. Apa ibu tega melihatnya seperti itu?" kata Mayu menjelaskan.

Jujur, hatinya sangat sakit. Tenggorokannya seperti tercekit, ia benar-benar merasa sakit sekarang. Ayah dan ibunya, sama sekali tidak pernah melihat adiknya yang malang itu. Dia benar-benar sangat sedih. Ia ingin mengembalikan anggota keluarganya seperti dulu. Sekarang, Mayu benar-benar menangis di depan kedua orang tuanya.

"Ibu, aku mohon lihatlah Haruka. Dia putri ibu, dia keluarga kita ibu. Tidak tahukah, jika selama ini Haruka sudah benar-benar menderita. Ia menerima kelakuan kasar kita dengan hatinya yang sangat sakit" kata Mayu.

Pintu terbuka. Sakura memandang mereka sekarang. Suasana keluarganya sangat tegang sepertinya. Dia bertanya-tanya, apa kiranya yang terjadi pada kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Kenapa kakanya sampai menangis seperti itu? Jujur, Sakura tidak pernah melihat Mayu menangis.
Baru kali ini, ia melihat Mayu menangis. Apa yang sudah terjadi pada kakaknya? Ia mendekat dan sekarang, ia melihat kakaknya. Pipi Mayu memerah. Apa Mayu baru saja mendapat tamparan di pipinya?

"Nii-chan, kau kenapa?"
"Sakura, darimana saja kau?" tanya Mayu.
"Gomen. Nanti, aku akan menjelaskan pada nii-chan" kata Sakura menunduk.
"Sudahlah, sekarang kita masuk saja ke dalam kamar. Ayah dan ibu pasti sangat sibuk, dan tidak pernah memikirkan anaknya sama sekali" Mayu menuntun adik bungsunya masuk ke kamar meninggalkan kedua orang tua mereka yang masih terdiam.

***

"Apa? Kau bertengkar dengan ayah dan ibu?"Mayu mengangguk.
"Iya, aku benar-benar kecewa dengan mereka" kata Mayu membalas.
"Sudahlah nii-chan, pastinya ibu dan ayah akan berubah seiring berjalannya waktu" kata Sakura.
"Aku juga berharap seperti itu," kata Mayu menoleh ke arah adiknya, "lalu kau sendiri darimana? Kenapa, jam segini baru pulang?" 
"Sebelumnya, aku minta maaf. Aku sudah bekerja tadi" 
"Kerja di mana?" tanya Mayu.
"Di tempat Jun nii-chan" balas Sakura.
"Jun?" Sakura mengangguk.
"Teman Atsuko nee-chan" kata Sakura.
"Baik. Kau boleh bekerja di sana" Sakura tersenyum mendengarnya.
"Arigatou. Aku janji, aku juga akan berusaha membuat ayah dan ibu menerima nee-chan," 
"Iya, tapi jangan lupakan tugasmu sebagai murid" Sakura mengangguk.




To Be Continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar