Title : Story Of My Life Chapter 12
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
~Paruru
Pov~
Aku
melangkah mengikuti langkah kaki Haruki, yang berjalan di depanku. Di sampingku
Natsumi membantuku untuk berjalan. Aku hanya ingin tahu, apa benar teman dari
Haruki mengetahui aku? Padahal, aku tidak pernah mempunyai teman yang bernama
Mukaichi Mion sebelumnya, lalu dia mengenalku dari mana?
Aku
duduk di kursi sofa dan di dekatku ada Natsumi sedangkan di samping kananku ada
Haruki. Di depan kami ada seorang gadis cantik dan imut. Rambutnya panjang.
Mungkin, dia yang bernama Mion, gadis yang di maksud Haruki.
"Mion,
ini adalah Shimazaki Haruka" kata Haruki langsung kepada gadis itu.
"Aku
Mukaichi Mion, onee-chan" ucapnya langsung memperkenalkan
dirinya.
"Apa
kita pernah kenal?" tanyaku dan dia tampak melebarkan kedua matanya.
"Kau
tidak gagap?" dari mana dia tahu, jika aku pernah gagap?
"Aku
sudah sembuh dari gagapku. Sekarang, jawab pertanyaanku apa kita pernah
kenal?"tanyaku mengulang lagi.
"Mungkin
tidak. Tapi, aku mengenal Shimazaki Sakura" Sakura?
"Ada
hubungan apa kau dengan dia?" tanyaku tidak mengerti.
"Dia
temanku ketika kami masih SMP. Tapi, ketika lulus aku pindah dari tokyo dan
bersekolah di sini" jadi, dia teman Sakura?
"Lalu,
kenapa kau mencariku?" tanyanya.
"Sakura
sudah menceritakan semuanya padaku. Dia sangat merindukanmu, dia merasa telah
kehilangan kamu karena kedua orang tua kalian yang sudah membuangmu ke
sini" apa?
"Kau
bilang dia merindukanku?" ku lihat dia mengangguk.
"Pulanglah,
di saat kau pulang Sakura akan meminta maaf denganmu. Dia tidak bisa kemari, karena
pasti tidak akan di perbolehkan oleh kedua orang tua kalian. Dia sangat
menyesal dengan perlakuannya dulu padamu" katanya panjang lebar.
"Aku
akan pulang, tapi tidak untuk sekarang. Kedua kakiku masih membutuhkan
perawatan dari Natsumi," balasku lagi. "Lagi pula, aku juga sudah
merindukan kakakku. Dia yang selama ini merawatku"
"Sakura
juga ingin minta maaf denganmu, karena kesalahannya dulu padamu" aku
bersyukur karena dia sudah sadar.
"Aku
sudah memafkannya sejak dulu," balasku lagi. "Aku mohon, kau jangan
bilang padanya terlebih dahulu tentang kondisiku. Biarkan saja nanti dia
melihat kondisiku yang sudah membaik, aku ingin melihat reaksinya"
"Hai."
***
~Author
Pov~
Di
taman, Sakura dan Mayu bertemu lagi dengan Atsuko. Mereka membicarakan tentang
Haruka, mereka sangat merindukan gadis itu. Saudara kandung mereka itu, sampai
sekarang belum juga kembali. Padahal, ini sudah lewat satu bulan. Namun, Paruru
juga belum ada kabarnya.
Pernah
Atsuko ke Fukuoka, namun dia tidak pernah menemukan adiknya yang malang itu.
Sampai-sampai dia harus di paksa kembali untuk ke Tokyo. Sampai sekarang,
Atsuko tidak lagi ke Fukuoka dia hanya menunggu kabar dari Annin dan juga teman
dari Sakura bernama Mukaichi Mion, yang juga sama-sama mencari Paruru.
"Apa
temanmu sudah mengabarimu lagi?" tanya Atsuko menatap Sakura.
"Belum nee-chan"
satu jawaban itu membuat Atsuko langsung melemas.
"Bersabarlah nee-chan,
Haruka pasti tidak akan lama lagi akan kembali pada kita. Aku yakin" kata
Mayu.
"Aku
juga mengharapkan yang sama. Mudah-mudahan kau benar, Mayu" Mayu
mengangguk dan tersenyum.
Mereka
kembali terdiam. Kau tahu? Selama ini, Atsuko selalu saja meruntuki dirinya
sendiri hanya karena adiknya itu yang juga belum kembali padanya. Dia hanya
makan sedikit. Sekarang, Atsuko sudah sama seperti Paruru. Tubuhnya sangat
kurus, yang ada di pikirannya hanya Paruru. Dia hanya menginginkan adiknya itu
kembali padanya.
Hening
yang tercipta tadi, sekarang harus terbunuh hanya karena suara ponselmilik
Sakura. Sakura mengambil ponselnya dan melihat nama yang ada di layar ponsel
itu. Dia tersenyum kemudian, mengangkat teleponnya.
"Doustano,
Mion?"
"Aku
menganggu?"
"Tentu
saja tidak. Bagaimana, apa kau sudah benar-benar menemukan keberadaan
kakakku?" tanya Sakura.
"Jangan
bersedih, tidak akan lama lagi dia akan kembali padamu. Kau hanya perlu
bersabar"
"Kau
sudah bertemu dengannya?" tanya Sakura lagi.
"Tidak
perlu kau mengatahuinya. Yang terpenting, tidak akan lama lagi dia akan kembali
padamu dan juga saudaramu yang lain. Bersabar saja"
"Mion,
apa yang kau bilang itu benar?" tanya Sakura.
"Tentu
saja. Aku tidak berbohong padamu"
"Berarti
kau sudah bertemu dengannya?" tanya Sakura lagi.
"Sudah
aku bilang bukan? Jika kau tidak perlu tahu, kau cukup menunggu
kedatangannya"
"Baiklah.
Kapan dia akan kembali?" tanya Sakura.
"Tidak
akan lama. Tunggu saja, dia harus menyelesaikan sesuatu di sini dan kau tidak
perlu tahu, apa yang dia perbuat di sini. Tunggu saja dia, dan dia akan kembali
padamu. Aku tutup teleponnya, sampai disini ya?"
Telepon
tertutup. Sakura menjauhkan ponselnya dari telinganya. Kemudian, ia memasukkan
kembali ponselnya dan menatap kedua orang yang sekarang menatapnya dengan
pandangan seperti bartanya. Dia mendesah.
"Kata
Mion, tidak akan lagi nee-chan akan kembali kemari"
"Honto?"
"Hai.
Tapi, Mion tidak menjelaskan kapan nee-chan akan kembali pada
kita"
"Tapi,
Mion tidak berbohong kan jika Haruka akan pulang?"
"Tidak, nee-chan akan
pulang. Entah kapan, tapi Mion berharap kita harus bersabar menunggu
kedatangannya" kata Sakura menjelaskan.
"Aku
akan menunggu kedatangannya" kata Atsuko tersenyum. Selama ini, dia tidak
bisa tersenyum tapi ketika mendengar ucapan Sakura, senyumannya kembali ia
tunjukan.
***
~Atsuko
Pov~
Setelah
bertemu dengan Mayu dan Sakura tadi, aku langsung pulang ke rumah Yuki. Duduk
menyandarkan tubuh di sofa. Aku sangat bahagia, karena dia akan kembali.
Kembalilah secepatnya, Paruru. Aku sangat merindukanmu. Aku harap, kau
baik-baik saja di sana. Apapun yang kau lakukan, aku selalu berdoa untukmu,
agar kau selalu baik di sana.
Tak
lama, aku mendengar suara langkah kakiku. Aku menoleh, dan aku melihat Yuki
yang sekarang berjalan ke arahku bersama Rena, Jun, dan juga Kai.
"Acchan,
kau kenapa? Kau terlihat senang, hari ini" tanyanya langsung dan kemudian
ia duduk.
"Paruru
akan kembali Yuki" balasku yang memang tidak bisa menyembunyikan rasa
bahagiaku.
"Honto?"
aku mengangguk
"Dia
akan kembali padaku" aku tersenyum.
"Dari
mana kau tahu?" tanyanya.
"Mion.
Teman Sakura, dia bilang seperti itu pada Sakura" balasku lagi.
"Syukurlah
kalau begitu. Tadi, Annin juga bilang kepadaku jika dia menyuruhmu agar
bersabar untuk menunggu kedatangan Paruru"
"Hai.
Aku akan selalu sabar menunggu kedatangannya, asal dia memang benar-benar akan
kembali padaku"
"Yakinlah,
adikmu tidak pernah membohongimu bukan?" aku mengangguk menyetujui.
"Hai."
"Satu
lagi, adikmu menitip pesan kepada Annin"
"Apa?"
"Jangan
pernah kau pergi ke Fukuoka lagi, karena dia akan datang kepadamu. Jika kau
kesana, Paruru akan lari darimu, jadi aku sarankan kau menunggu kedatangannya
saja, seperti yang aku bilang tadi"
Nakal.
Dia benar-benar sangat nakal. Kenapa, dia tidak ingin jika aku yang
menjemputnya? Kenapa, harus dia yang datang sendiri padaku? Tapi, aku
menghargai kemauannya. Baiklah, jika itu memang kemauanmu adikku sayang. Aku
akan menunggu di sini dan tidak akan ke Fukuoka, aku takut kehilanganmu lagi.
"Bersabarlah
nona, nona Haruka pasti ada maksud lain kenapa dia melakukan semua ini
padamu" aku mengangguk.
Aku
juga berfikiran hal yang sama dengan Rena, mungkin saja dia ada maksud lain
kenapa dia melakukan semua ini padaku. Walau begitu, aku tetap sangat yakin
jika dia memang akan memberikanku kejutan? Mungkin saja. Aku tunggu
kedatanganmu Haruka.
***
~Author
Pov~
Sakura
keluar dari kamarnya. Ia menemukan kedua orang tuanya yang tengah ribut. Sakura
tidak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar seperti itu, baru kali ini
dia melihat pertengakaran itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang
tuanya?
Dia
mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan kedua orang tuanya. Walau
menurutnya tidak sopan, tapi rasa keingin tahuannya lebih besar dan mengalahkan
rasa takut yang ia rasakan, ketika dia ketahuan nantinya.
"Kenapa
kau tidak bisa melakukan cara yang lain ayah?" suara ibunya terdengar.
"Aku
juga berusaha melakukannya, kau bersabarlah" kata ayahnya lagi.
"Bersabar
sampai kapan? Aku sangat lelah hidup di sini, kau tahu aku menjadi perbincangan
di luar sana" kata ibu lagi.
"Kau
juga membantuku seharusnya, bukannya marah seperti ini" kata ayah lagi
membalas ucapan sang ibu.
Sakura
mengerti sekarang. Mungkin, ibunya tidak betah berada di rumah sekecil ini. Dan
dia memang pernah melihat ibunya yang di permalukan oleh teman ibunya. Dulu,
ibunya yang terhormat sekarang menjadi perbincangan di kalangan teman ibunya.
Sakura
memang mendapatkan perlakuan yang sama dari temannya, tapi dia tidak pernah
sedikit pun memasukkan perkataan temannya itu ke dalam hatinya. Mungkin, Sakura
bisa meredam rasa emosinya daripada ibunya. Pikirannya sekarang sudah mulai
dewasa, menerima sesuatu walau sebenarnya itu sangat menyakitkan untuknya.
Tapi,
karena Mayu juga lah dia seperti itu. Dia menjadi dewasa karena ucapan sang
kakak dan juga Atsuko. Kedua kakaknya itu benar-benar mengajarkan kepadanya
cara berfikiran dewasa dan menerima sesuatu dengan ikhlas.
Sakura
kembali melihat ayah dan ibunya. Ibunya seperti sangat lelah karena terus menerus
berdebat dengan ayahnya. Lalu, sang ibu pergi melangkah begitu saja. Setelah
ibunya masuk ke dalam kamar, barulah Sakura keluar dan melangkah ke arah
ayahnya.
"Ayah"
panggilanya dan ayahnya menoleh.
"Apa?
Apa kau juga akan menyalahkan ayah?" Sakura menggeleng.
"Tidak.
Aku hanya akan berbicara pada ayah dan juga aku berharap ayah menyetujui
keinginanku"
"Apa
yang kau ingin?" tanya ayahnya menatap heran dirinya.
"Aku
akan bekerja untuk membantu ekonomi keungan keluarga kita" kata Sakura.
"Apa?"
Sakura mengangguk dengan yakin.
"Aku
akan bekerja. Aku akan mecari pekerjaan besok" kata Sakura lagi meyakinkan
ayahnya.
"Kau
masih kecil Sakura, tidak pantas kau bekerja"
"Daijoubu ayah.
Ayah tidak perlu khawatir" kata Sakura lagi.
"Terserah apa katamu
saja"
Sakura tersenyum mendengarnya. Jika,
ayahnya mengatakan seperti itu. Berarti sang ayah sudah mempercayai dirinya.
Dia memang kelas satu SMA, tapi dia juga tidak ingin jika kakaknya bekerja
bersama ayahnya, dia hanya bisa sekolah tanpa melakukan apapun untuk membantu
keluarga mereka.
"Ayah"
"Apa lagi?" ayahnya
sekarang duduk di kursi kayu yang berada di rumah itu.
"Apa ayah masih membenci
Haruka?" tanya Sakura ragu.
"Kenapa kau membawa anak tidak
tahu diri itu? Gara-gara dia, kita jadi seperti ini Sakura" Sakura
benar-benar tidak percaya, jika ayahnya menyalahkan Haruka dalam hal ini.
"Ayah. Dia itu anak ayah juga,
bukan?"
"Tidak. Dia bukan anak ayah,
anak ayah itu hanya kau, Mayu dan Atsuko. Bukan dia" dan ayahnya tidak
mengakui sama sekali anak ketiganya.
"Apa salahnya sampai-sampai
ayah seperti ini, selalu menyalahkan dirinya" kata Sakura lagi yang tidak
tahu lagi dengan sifat ayahnya.
"Dia itu hanya bisa
mempermalukan keluarganya, kau mengerti? Jangan, sebut lagi gadis itu karena
ayah sudah sangat muak dengannya" setelah itu, ayahnya melangkah pergi
meninggalkannya begitu saja.
Sakura terduduk di kursi kayu
sekarang. Dia benar-benar gagal, inginnya dia akan membuat ayahnya bisa
menerima Haruka, namun ayahnya masih saja bersifat seperti itu pada Haruka. Apa
yang harus dia lakukan untuk membuat ayahnya bisa menerima keadaan Haruka?
Dia benar-benar bingung, sekarang.
***
"Nee... Paruru, kenapa
kau lakukan semua ini pada kakakmu?" tanya Annin.
"Sebenarnya, aku hanya ingin
membuat kejutan untuk kakakku setelah aku pulang nanti." Kata Paruru
menjelaskan.
"Soukka. Mungkin, dia
akan benar-benar terkejut dengan keadaanmu yang sudah sepenuhnya sembuh
total" kata Annin.
"Ah... belum, hanya kaki yang
belum Annin" kata Paruru lagi.
"Aku akan selalu merawatmu Paru,
aku yakin tidak akan lama lagi kau pasti akan sembuh" kata Natsumi yang
duduk di sebelah Annin.
"Terima kasih Natsumi. Mungkin,
jika tidak ada dirimu dan Haruki, aku tidak akan seperti ini" Natsumi
mengangguk.
"Itu, karena kita sahabat"
Paruru kembali tersenyum mendengarnya.
Paruru kembali asyik dengan
pikirannya. Jika, waktu itu Natsumi tidak mengajaknya jalan-jalan ke cafe, dia
tidak akan bertemu dengan Annin. Annin, juga menceritakan semuanya kepadanya.
Termasuk, cerita tentang permintaan Yuki kepadanya.
Annin dipinta untuk mencarinya, dan
dari itu Paruru yakin, jika itu sebenarnya adalah permintaan kakaknya yang
memang meminta bantuan Yuki. Dan dari situ, dia meminta Annin untuk menelpon
Yuki dan bilang kepada Yuki, agar Atsuko jangan terlalu mengkhawatirkan
dirinya.
Dia akan kembali pada saatnya nanti,
dia akan pulang dan berkumpul lagi dengan Atsuko jika dia sudah benar-benar
sembuh. Dia juga berpesan pada Annin pada Yuki. Atsuko tidak boleh kemari, jika
itu terjadi maka dia akan lari dari kakaknya. Dan tidak akan kembali pada
Atsuko. Biarlah dia yang menghampiri Atsuko.
***
Keesokan harinya, Haruki keluar dari
kamarnya ketika mendengar bel rumah berbunyi. Dia tahu siapa datang, pasti
kakak laki-lakinya. Lebih tepatnya teman Natsumi, yang sudah dia anggap sebagai
kakaknya. Dia memang benar-benar merindukan kakaknya, sungguh.
"Onii-chan"
rianganya ketika menyapa pemuda yang berada di hadapannya.
"Haruki, kau sudah besar
ternyata" kata pemuda itu.
"Hai, onii-chan,"
kata Haruki membalas ucapan pemuda itu. "Ayo, aku akan mengenalkanmu pada
seorang gadis yang sangat cantik. Aku yakin, kau pasti suka dengannya"
Haruki menarik pergelangan tangan
pemuda itu. Dia membawa pemuda itu menuju ke sebuah taman yang berada di
samping rumahnya. Mereka bisa melihat Natsumi yang tengah melatih Paruru. Agar
kaki gadis itu semakin membaik.
"Onee-chan"
"Haruki, ah... kau sudah datang
ternyata" Natsumi mengarahkan pandangannya ke arah pemuda itu.
"Hai."
kata pemuda itu membalas.
Paruru
yang masih berdiri membelakangi mereka, kini menolehkan pandangannya ke arah
belakang dan menemukan seorang pemuda yang asyik mengobrol dengan Natsumi dan
juga Haruki. Dia melebarkan kedua matanya ketika melihat pemuda itu.
"Yui?"
ucapnya terkejut.
Pemuda
itu langsung menolehkan pandangannya ke arah Paruru, dan dia juga melebarkan
kedua matanya ketika melihat Paruru yang berada di sini. Seakan, dia tidak
percaya jika itu adalah Paruru.
"Paruru?"
"Kenapa
kau ada di sini?" tanya Paruru terkejut.
Bukannya
menjawab, justruh Yui terkejut dengan Paruru. "Kau sudah bisa berbicara
lancar? Bagaimana bisa?"
"Aku....
aku..."
"Tunggu,
kalian saling kenal?
To Be Continue......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar