Kamis, 12 Mei 2016

Story Of My Life (Chapter 12)

Title : Story Of My Life Chapter 12
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...





~---0---~





~Paruru Pov~

Aku melangkah mengikuti langkah kaki Haruki, yang berjalan di depanku. Di sampingku Natsumi membantuku untuk berjalan. Aku hanya ingin tahu, apa benar teman dari Haruki mengetahui aku? Padahal, aku tidak pernah mempunyai teman yang bernama Mukaichi Mion sebelumnya, lalu dia mengenalku dari mana?
Aku duduk di kursi sofa dan di dekatku ada Natsumi sedangkan di samping kananku ada Haruki. Di depan kami ada seorang gadis cantik dan imut. Rambutnya panjang. Mungkin, dia yang bernama Mion, gadis yang di maksud Haruki.

"Mion, ini adalah Shimazaki Haruka" kata Haruki langsung kepada gadis itu.
"Aku Mukaichi Mion, onee-chan" ucapnya langsung memperkenalkan dirinya.
"Apa kita pernah kenal?" tanyaku dan dia tampak melebarkan kedua matanya.
"Kau tidak gagap?" dari mana dia tahu, jika aku pernah gagap?
"Aku sudah sembuh dari gagapku. Sekarang, jawab pertanyaanku apa kita pernah kenal?"tanyaku mengulang lagi.
"Mungkin tidak. Tapi, aku mengenal Shimazaki Sakura" Sakura?
"Ada hubungan apa kau dengan dia?" tanyaku tidak mengerti.
"Dia temanku ketika kami masih SMP. Tapi, ketika lulus aku pindah dari tokyo dan bersekolah di sini" jadi, dia teman Sakura?
"Lalu, kenapa kau mencariku?" tanyanya.
"Sakura sudah menceritakan semuanya padaku. Dia sangat merindukanmu, dia merasa telah kehilangan kamu karena kedua orang tua kalian yang sudah membuangmu ke sini" apa?
"Kau bilang dia merindukanku?" ku lihat dia mengangguk.
"Pulanglah, di saat kau pulang Sakura akan meminta maaf denganmu. Dia tidak bisa kemari, karena pasti tidak akan di perbolehkan oleh kedua orang tua kalian. Dia sangat menyesal dengan perlakuannya dulu padamu" katanya panjang lebar.
"Aku akan pulang, tapi tidak untuk sekarang. Kedua kakiku masih membutuhkan perawatan dari Natsumi," balasku lagi. "Lagi pula, aku juga sudah merindukan kakakku. Dia yang selama ini merawatku" 
"Sakura juga ingin minta maaf denganmu, karena kesalahannya dulu padamu" aku bersyukur karena dia sudah sadar.
"Aku sudah memafkannya sejak dulu," balasku lagi. "Aku mohon, kau jangan bilang padanya terlebih dahulu tentang kondisiku. Biarkan saja nanti dia melihat kondisiku yang sudah membaik, aku ingin melihat reaksinya" 
"Hai."

***

~Author Pov~

Di taman, Sakura dan Mayu bertemu lagi dengan Atsuko. Mereka membicarakan tentang Haruka, mereka sangat merindukan gadis itu. Saudara kandung mereka itu, sampai sekarang belum juga kembali. Padahal, ini sudah lewat satu bulan. Namun, Paruru juga belum ada kabarnya.
Pernah Atsuko ke Fukuoka, namun dia tidak pernah menemukan adiknya yang malang itu. Sampai-sampai dia harus di paksa kembali untuk ke Tokyo. Sampai sekarang, Atsuko tidak lagi ke Fukuoka dia hanya menunggu kabar dari Annin dan juga teman dari Sakura bernama Mukaichi Mion, yang juga sama-sama mencari Paruru.

"Apa temanmu sudah mengabarimu lagi?" tanya Atsuko menatap Sakura.
"Belum nee-chan" satu jawaban itu membuat Atsuko langsung melemas.
"Bersabarlah nee-chan, Haruka pasti tidak akan lama lagi akan kembali pada kita. Aku yakin" kata Mayu.
"Aku juga mengharapkan yang sama. Mudah-mudahan kau benar, Mayu" Mayu mengangguk dan tersenyum.

Mereka kembali terdiam. Kau tahu? Selama ini, Atsuko selalu saja meruntuki dirinya sendiri hanya karena adiknya itu yang juga belum kembali padanya. Dia hanya makan sedikit. Sekarang, Atsuko sudah sama seperti Paruru. Tubuhnya sangat kurus, yang ada di pikirannya hanya Paruru. Dia hanya menginginkan adiknya itu kembali padanya.
Hening yang tercipta tadi, sekarang harus terbunuh hanya karena suara ponselmilik Sakura. Sakura mengambil ponselnya dan melihat nama yang ada di layar ponsel itu. Dia tersenyum kemudian, mengangkat teleponnya.

"Doustano, Mion?"
"Aku menganggu?"
"Tentu saja tidak. Bagaimana, apa kau sudah benar-benar menemukan keberadaan kakakku?" tanya Sakura.
"Jangan bersedih, tidak akan lama lagi dia akan kembali padamu. Kau hanya perlu bersabar"
"Kau sudah bertemu dengannya?" tanya Sakura lagi.
"Tidak perlu kau mengatahuinya. Yang terpenting, tidak akan lama lagi dia akan kembali padamu dan juga saudaramu yang lain. Bersabar saja"
"Mion, apa yang kau bilang itu benar?" tanya Sakura.
"Tentu saja. Aku tidak berbohong padamu"
"Berarti kau sudah bertemu dengannya?" tanya Sakura lagi.
"Sudah aku bilang bukan? Jika kau tidak perlu tahu, kau cukup menunggu kedatangannya"
"Baiklah. Kapan dia akan kembali?" tanya Sakura.
"Tidak akan lama. Tunggu saja, dia harus menyelesaikan sesuatu di sini dan kau tidak perlu tahu, apa yang dia perbuat di sini. Tunggu saja dia, dan dia akan kembali padamu. Aku tutup teleponnya, sampai disini ya?"

Telepon tertutup. Sakura menjauhkan ponselnya dari telinganya. Kemudian, ia memasukkan kembali ponselnya dan menatap kedua orang yang sekarang menatapnya dengan pandangan seperti bartanya. Dia mendesah.

"Kata Mion, tidak akan lagi nee-chan akan kembali kemari"
"Honto?"
"Hai. Tapi, Mion tidak menjelaskan kapan nee-chan akan kembali pada kita"
"Tapi, Mion tidak berbohong kan jika Haruka akan pulang?" 
"Tidak, nee-chan akan pulang. Entah kapan, tapi Mion berharap kita harus bersabar menunggu kedatangannya" kata Sakura menjelaskan.
"Aku akan menunggu kedatangannya" kata Atsuko tersenyum. Selama ini, dia tidak bisa tersenyum tapi ketika mendengar ucapan Sakura, senyumannya kembali ia tunjukan.

***

~Atsuko Pov~

Setelah bertemu dengan Mayu dan Sakura tadi, aku langsung pulang ke rumah Yuki. Duduk menyandarkan tubuh di sofa. Aku sangat bahagia, karena dia akan kembali. Kembalilah secepatnya, Paruru. Aku sangat merindukanmu. Aku harap, kau baik-baik saja di sana. Apapun yang kau lakukan, aku selalu berdoa untukmu, agar kau selalu baik di sana.
Tak lama, aku mendengar suara langkah kakiku. Aku menoleh, dan aku melihat Yuki yang sekarang berjalan ke arahku bersama Rena, Jun, dan juga Kai.

"Acchan, kau kenapa? Kau terlihat senang, hari ini" tanyanya langsung dan kemudian ia duduk.
"Paruru akan kembali Yuki" balasku yang memang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku.
"Honto?" aku mengangguk
"Dia akan kembali padaku" aku tersenyum.
"Dari mana kau tahu?" tanyanya.
"Mion. Teman Sakura, dia bilang seperti itu pada Sakura" balasku lagi.
"Syukurlah kalau begitu. Tadi, Annin juga bilang kepadaku jika dia menyuruhmu agar bersabar untuk menunggu kedatangan Paruru" 
"Hai. Aku akan selalu sabar menunggu kedatangannya, asal dia memang benar-benar akan kembali padaku"
"Yakinlah, adikmu tidak pernah membohongimu bukan?" aku mengangguk menyetujui.
"Hai."
"Satu lagi, adikmu menitip pesan kepada Annin"
"Apa?"
"Jangan pernah kau pergi ke Fukuoka lagi, karena dia akan datang kepadamu. Jika kau kesana, Paruru akan lari darimu, jadi aku sarankan kau menunggu kedatangannya saja, seperti yang aku bilang tadi" 

Nakal. Dia benar-benar sangat nakal. Kenapa, dia tidak ingin jika aku yang menjemputnya? Kenapa, harus dia yang datang sendiri padaku? Tapi, aku menghargai kemauannya. Baiklah, jika itu memang kemauanmu adikku sayang. Aku akan menunggu di sini dan tidak akan ke Fukuoka, aku takut kehilanganmu lagi.

"Bersabarlah nona, nona Haruka pasti ada maksud lain kenapa dia melakukan semua ini padamu" aku mengangguk.

Aku juga berfikiran hal yang sama dengan Rena, mungkin saja dia ada maksud lain kenapa dia melakukan semua ini padaku. Walau begitu, aku tetap sangat yakin jika dia memang akan memberikanku kejutan? Mungkin saja. Aku tunggu kedatanganmu Haruka.

***

~Author Pov~

Sakura keluar dari kamarnya. Ia menemukan kedua orang tuanya yang tengah ribut. Sakura tidak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar seperti itu, baru kali ini dia melihat pertengakaran itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuanya?
Dia mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan kedua orang tuanya. Walau menurutnya tidak sopan, tapi rasa keingin tahuannya lebih besar dan mengalahkan rasa takut yang ia rasakan, ketika dia ketahuan nantinya.

"Kenapa kau tidak bisa melakukan cara yang lain ayah?" suara ibunya terdengar.
"Aku juga berusaha melakukannya, kau bersabarlah" kata ayahnya lagi.
"Bersabar sampai kapan? Aku sangat lelah hidup di sini, kau tahu aku menjadi perbincangan di luar sana" kata ibu lagi.
"Kau juga membantuku seharusnya, bukannya marah seperti ini" kata ayah lagi membalas ucapan sang ibu.

Sakura mengerti sekarang. Mungkin, ibunya tidak betah berada di rumah sekecil ini. Dan dia memang pernah melihat ibunya yang di permalukan oleh teman ibunya. Dulu, ibunya yang terhormat sekarang menjadi perbincangan di kalangan teman ibunya.
Sakura memang mendapatkan perlakuan yang sama dari temannya, tapi dia tidak pernah sedikit pun memasukkan perkataan temannya itu ke dalam hatinya. Mungkin, Sakura bisa meredam rasa emosinya daripada ibunya. Pikirannya sekarang sudah mulai dewasa, menerima sesuatu walau sebenarnya itu sangat menyakitkan untuknya.

Tapi, karena Mayu juga lah dia seperti itu. Dia menjadi dewasa karena ucapan sang kakak dan juga Atsuko. Kedua kakaknya itu benar-benar mengajarkan kepadanya cara berfikiran dewasa dan menerima sesuatu dengan ikhlas. 
Sakura kembali melihat ayah dan ibunya. Ibunya seperti sangat lelah karena terus menerus berdebat dengan ayahnya. Lalu, sang ibu pergi melangkah begitu saja. Setelah ibunya masuk ke dalam kamar, barulah Sakura keluar dan melangkah ke arah ayahnya.

"Ayah" panggilanya dan ayahnya menoleh.
"Apa? Apa kau juga akan menyalahkan ayah?" Sakura menggeleng.
"Tidak. Aku hanya akan berbicara pada ayah dan juga aku berharap ayah menyetujui keinginanku"
"Apa yang kau ingin?" tanya ayahnya menatap heran dirinya.
"Aku akan bekerja untuk membantu ekonomi keungan keluarga kita" kata Sakura.
"Apa?" Sakura mengangguk dengan yakin.
"Aku akan bekerja. Aku akan mecari pekerjaan besok" kata Sakura lagi meyakinkan ayahnya.
"Kau masih kecil Sakura, tidak pantas kau bekerja"
"Daijoubu ayah. Ayah tidak perlu khawatir" kata Sakura lagi.
"Terserah apa katamu saja" 

Sakura tersenyum mendengarnya. Jika, ayahnya mengatakan seperti itu. Berarti sang ayah sudah mempercayai dirinya. Dia memang kelas satu SMA, tapi dia juga tidak ingin jika kakaknya bekerja bersama ayahnya, dia hanya bisa sekolah tanpa melakukan apapun untuk membantu keluarga mereka.

"Ayah"
"Apa lagi?" ayahnya sekarang duduk di kursi kayu yang berada di rumah itu.
"Apa ayah masih membenci Haruka?" tanya Sakura ragu.
"Kenapa kau membawa anak tidak tahu diri itu? Gara-gara dia, kita jadi seperti ini Sakura" Sakura benar-benar tidak percaya, jika ayahnya menyalahkan Haruka dalam hal ini.
"Ayah. Dia itu anak ayah juga, bukan?" 
"Tidak. Dia bukan anak ayah, anak ayah itu hanya kau, Mayu dan Atsuko. Bukan dia" dan ayahnya tidak mengakui sama sekali anak ketiganya.
"Apa salahnya sampai-sampai ayah seperti ini, selalu menyalahkan dirinya" kata Sakura lagi yang tidak tahu lagi dengan sifat ayahnya.
"Dia itu hanya bisa mempermalukan keluarganya, kau mengerti? Jangan, sebut lagi gadis itu karena ayah sudah sangat muak dengannya" setelah itu, ayahnya melangkah pergi meninggalkannya begitu saja.

Sakura terduduk di kursi kayu sekarang. Dia benar-benar gagal, inginnya dia akan membuat ayahnya bisa menerima Haruka, namun ayahnya masih saja bersifat seperti itu pada Haruka. Apa yang harus dia lakukan untuk membuat ayahnya bisa menerima keadaan Haruka?

Dia benar-benar bingung, sekarang.

***

"Nee... Paruru, kenapa kau lakukan semua ini pada kakakmu?" tanya Annin.
"Sebenarnya, aku hanya ingin membuat kejutan untuk kakakku setelah aku pulang nanti." Kata Paruru menjelaskan.
"Soukka. Mungkin, dia akan benar-benar terkejut dengan keadaanmu yang sudah sepenuhnya sembuh total" kata Annin.
"Ah... belum, hanya kaki yang belum Annin" kata Paruru lagi.
"Aku akan selalu merawatmu Paru, aku yakin tidak akan lama lagi kau pasti akan sembuh" kata Natsumi yang duduk di sebelah Annin.
"Terima kasih Natsumi. Mungkin, jika tidak ada dirimu dan Haruki, aku tidak akan seperti ini" Natsumi mengangguk.
"Itu, karena kita sahabat" Paruru kembali tersenyum mendengarnya.

Paruru kembali asyik dengan pikirannya. Jika, waktu itu Natsumi tidak mengajaknya jalan-jalan ke cafe, dia tidak akan bertemu dengan Annin. Annin, juga menceritakan semuanya kepadanya. Termasuk, cerita tentang permintaan Yuki kepadanya. 

Annin dipinta untuk mencarinya, dan dari itu Paruru yakin, jika itu sebenarnya adalah permintaan kakaknya yang memang meminta bantuan Yuki. Dan dari situ, dia meminta Annin untuk menelpon Yuki dan bilang kepada Yuki, agar Atsuko jangan terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Dia akan kembali pada saatnya nanti, dia akan pulang dan berkumpul lagi dengan Atsuko jika dia sudah benar-benar sembuh. Dia juga berpesan pada Annin pada Yuki. Atsuko tidak boleh kemari, jika itu terjadi maka dia akan lari dari kakaknya. Dan tidak akan kembali pada Atsuko. Biarlah dia yang menghampiri Atsuko.

***

Keesokan harinya, Haruki keluar dari kamarnya ketika mendengar bel rumah berbunyi. Dia tahu siapa datang, pasti kakak laki-lakinya. Lebih tepatnya teman Natsumi, yang sudah dia anggap sebagai kakaknya. Dia memang benar-benar merindukan kakaknya, sungguh.

"Onii-chan" rianganya ketika menyapa pemuda yang berada di hadapannya.
"Haruki, kau sudah besar ternyata" kata pemuda itu.
"Haionii-chan," kata Haruki membalas ucapan pemuda itu. "Ayo, aku akan mengenalkanmu pada seorang gadis yang sangat cantik. Aku yakin, kau pasti suka dengannya"

Haruki menarik pergelangan tangan pemuda itu. Dia membawa pemuda itu menuju ke sebuah taman yang berada di samping rumahnya. Mereka bisa melihat Natsumi yang tengah melatih Paruru. Agar kaki gadis itu semakin membaik.

"Onee-chan"
"Haruki, ah... kau sudah datang ternyata" Natsumi mengarahkan pandangannya ke arah pemuda itu.
"Hai." kata pemuda itu membalas.

Paruru yang masih berdiri membelakangi mereka, kini menolehkan pandangannya ke arah belakang dan menemukan seorang pemuda yang asyik mengobrol dengan Natsumi dan juga Haruki. Dia melebarkan kedua matanya ketika melihat pemuda itu.
"Yui?" ucapnya terkejut.
Pemuda itu langsung menolehkan pandangannya ke arah Paruru, dan dia juga melebarkan kedua matanya ketika melihat Paruru yang berada di sini. Seakan, dia tidak percaya jika itu adalah Paruru. 

"Paruru?"
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Paruru terkejut. 
Bukannya menjawab, justruh Yui terkejut dengan Paruru. "Kau sudah bisa berbicara lancar? Bagaimana bisa?"
"Aku.... aku..."
"Tunggu, kalian saling kenal?





To Be Continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar