Title : Story Of My Life Chapter 11
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
~Paruru
Pov~
Seperti
apa yang dikatakan oleh Haruki, aku mengikutinya berjalan-jalan hari ini. Aku
memang membutuhkan refreshing. Mungkin, dengan aku ikut dengan
Haruki aku bisa membunuh kebosananku.
Dia
berhenti di lapangan basket. Benar-benar sangat luas. Jika, seandainya kedua
kakiku normal, pasti aku akan main. Aku sangat suka dengan bola besar itu, aku
hanya bisa bermain dengan kedua tanganku. Tapi, aku tidak bisa berlari dan
membawa bola itu masuk ke dalam ring. Semoga, aku bisa cepat sembuh.
Aku
duduk di tempat duduk yang tersedia. Aku melihat Haruki yang sekarang bermain
dengan 4 temannya. Aku tidak tahu siapa saja mereka. Tapi, Haruki sempat
memperkenalkanku dengan mereka. Azuma Riyu, Motu Tomi, Jonishi Keiichi, dan
satu lagi kalau tidak salah bernama Furukawa Aiji.
Ternyata
tidak ada perempuan di sini. Tapi, aku sangat suka dengan pemandangan di sini.
Daripada diam, mungkin lebih baik aku berjalan-jalan di sekitar sini.
Benar-benar indah di sini. Lapangan basketnya pun juga sangat luas dan
bersih.
Tanpa
sengaja, aku menoleh dan melihat seorang anak perempuan dengan di sampingnya
ada seorang gadis. Mungkin kakaknya. Gadis itu sangat manja dengan kakaknya.
Dan entah kenapa, aku sangat iri melihat kemesraan mereka. Aku jadi semakin
ingin bertemu dengan Atsuko nee-chan. Bagaimana dia di sana?
Mungkinkah dia masih mengkhawatirkan aku?
Aku
semakin merindukanmu, nee-chan. Mungkin, jika kejadian itu tidak
terjadi aku tidak akan ada di sini dan mungkin kita masih bersama. Aku jadi
mengingat ketika dulu, aku bermain denganmu ketika aku selesai bekerja di
tempat Yui. Dia mengajakku ke taman dan makan bersama.
***
FlashBack
"Paru,
kita duduk di sini ya?" aku mengangguk. Aku juga sedikit lelah, karena
sedari tadi berjalan.
Dia
membimbingku untuk duduk di rumput hijau di taman itu. Kemudian, ia
membimbingku untuk terbaring di pangkuannya. Ku lihat cahaya bintang dan bulan
yang sangat indah. Betapa malam ini, sangat indah untukku dan nee-chan.
Dari
dulu, aku sangat ingin sekali seperti ini dengan nee-chan. Bisa merasakan
kasih sayang dari seorang kakak, dan keinginan itu sudah terwujud. Dan dia
membelai kepalaku sekarang. Halus sekali, aku jadi ingin tidur jika seperti
ini.
"Paru"
panggilnya tiba-tiba.
"A-a-da
a-a-pa ne-nee-chan?" tanyaku melihatnya.
"Maafkan
aku ya? Aku belum bisa membuat ayah dan ibu kembali menerimamu seperti
dulu" ucapnya.
"Ti-ti-da-dak
a-a-pa-a-a-pa ne-nee-chan," balasku tersenyum dan memegang tangannya.
"A-a-ku ma-ma-si-sih bi-bi-sa ba-ba-ha-gi-gi-a ka-ka-re-re-na a-a-da ne-nee-chan"
Dia
tersenyum dan kembali membelai lembut kepalaku. Setiap malam, kami selalu
jalan-jalan. Dan malam ini, kita kembali jalan-jalan dan memilih taman yang
menjadi tujuan kami. Aku ingin bisa seperti ini kelak, bersama nii-chan,
Sakura ayah dan ibu. Dan ku harap itu semua terjadi padaku.
"Kau
senang ada di sini denganku, bukan?" tanyanya lagi.
"I-i-ya ne-nee-chan"
kembali, aku melihat langit yang dihiasi oleh bulan dan bintang. Sungguh sangat
indah bukan, apalagi aku melihat semua itu dengan di temani oleh kakak
kesayanganku. Yah... dia memang sangat sempurna menjadi seorang kakak. Dan aku
sangat bahagia memiliki kakak seperti dirinya.
Dan
aku harap, aku tidak berpisah dengannya. Aku selalu ingin berada disisinya. Aku
selalu tenang, ketika ada kakak di dekatku.
FlashBack
End
***
Tapi,
yang aku kira aku tidak akan berpisah dengannya justruh aku dan kakak berpisah.
Aku tidak tahu, bagaimana keadaannya di sana. Aku harap, dia baik-baik saja.
Dan aku juga berharap, dia selalu sehat dan tidak selalu mengkhawatirkan aku.
Maafkan
aku nee-chan, tapi aku memang belum sembuh total dari penyakitku.
Kakiku belum sembuh, dan aku juga masih gagap, walau secara perlahan
kegagapanku mulai berkurang. Tapi, tetap saja aku belum sepenuhnya sembuh. Aku
akan kembali ke sana, setelah aku benar-benar sembuh dari kegagapanku dan juga
penyakit yang berada di kedua kakiku. Aku berjanji.
Aku
hanya ingin melihat nee-chan bahagia, dia sangat ingin
melihatku sembuh. Bahkan, sebelum aku dibuang dia melakukan segala cara untuk
menyembuhkan penyakitku. Aku harap, kau bersabar nee-chan.
***
~Author
Pov~
Di
sisi yang lain, di waktu yang sama di mana Paruru dan Haruki tengah berjalan ke
lapangan basket. Natsumi, kakak dari Haruki bertemu dengan sahabatnya yang
bernama Iriyama Anna. Annin, biasanya Natsumi memanggilnya Annin. Terlihat
Natsumi memberikan sekantong berisi obat untuk Annin.
Annin
memang meminta obat kepada Natsumi, karena ibunya tengah sakit. Natsumi dulu di
SMA memang terkenal dengan gadis yang suka menolong dan ikut tergabung dengan
PMR. Maka dari itu, ketika dia besar Natsumi memilih menjadi seorang dokter.
"Arigatou,
Natsumi"
"Sama-sama.
Semoga ibumu cepat sembuh ya?" Annin mengangguk membalasnya.
"Nee...
Natsumi, aku lihat di rumahmu kemarin ada seorang gadis. Siapa dia? Aku tidak
melihat wajahnya dengan leluasa, karena terhalang adikmu" kata Annin
bertanya.
"Ah...
dia. Dia gadis malang yang di buang oleh ayah dan ibunya di kota ini, kasihan
dia. Di saat dia cacat dan memerlukan keluarganya, justruh mereka
membuangnya" kata Natsumi membalas.
"Benar-benar
tidak mempunyai perasaan" kata Annin membalas.
"Iya.
Tapi, kata gadis itu, dia masih mempunyai seorang kakak yang menyayanginya,
tapi gara-gara di buang dia berpisah dengan kakaknya, dan mungkin kakaknya
mengkhawatirkan dirinya" kata Natsumi lagi menjelaskan.
"Semoga,
dia bisa bertemu dengan kakaknya"
"Iya
kata dia, dia akan kembali setelah dia sudah sembuh dari penyakit gagapnya dan
juga penyakit yang ada di kedua kakinya" balas Natsumi.
Annin
terlihat mengangguk dan tersenyum simpul membalasnya. Hening sesaat melanda
mereka, dan tak lama Annin kembali berbicara pada gadis yang sudah sangat lama
menjadi sahabatnya itu.
"Natsumi,
bagaimana jika kita jalan-jalan sebentar?" kata Annin menawarkan.
"Boleh.
Lagi pula, aku tidak ada acara lagi setelah ini. Tadi, temanku membatalkan
janjinya" kata Natsumi.
"Good.
Ayo, sekarang" Natsumi mengangguk.
Mereka
keluar dari cafe, setelah membayar minuman mereka. Mereka hanya jalan, tanpa
menggunakan mobil ataupun kendaraan lainnya. Dari dulu, Annin maupun Natsumi
memang sangat menyukai aktifitas berjalan, daripada menggunakan mobil atau kendaraan
lainnya.
Selama
berjalan, mereka hanya mengobrol tentang mereka SMA dulu. Sepertinya, mereka
sangat ingin kembali menikmati remaja mereka. Yah... masa SMA, memang masa-masa
yang sangat diinginkan oleh para remaja, karena di masa itu banyak canda tawa
dan pikiran masing-masing sudah mulai beranjak dewasa.
Tanpa
sengaja Annin menolehkan pandangannya, dia melihat seorang gadis yang tidak
asing. Dia memicingkan kedua matanya, namun gadis itu berbalik dan kemudian
masuk ke dalam lapangan. Mungkin, lapangan basket. Karena Annin melihat
anak-anak yang tengah bermain basket di sana.
"Gadis
itu..."
"Doustano,
Annin?" tanya Natsumi heran melihat tingkah sahabatnya.
Bukan
menjawab, justruh Annin melangkah ke arah lapangan basket itu. Dia masuk ke
dalam lapangan basket, namun dia tidak melihat sosok gadis itu. Dimana dia?
Kenapa secepat itu perginya gadis itu. Dia hanya melihat beberapa anak
laki-laki yang tengah bermain basket di sana.
"Ah...
bukankah itu Haruki?" tanya Annin melihat sosok seorang laki-laki yang dia
kenal.
"Iya
itu adikku" kata Natsumi menyetujui ucapan Annin. "Lalu, kenapa kau
kemari? Ada sesuatu yang menarik perhatianmu?" tanya Natsumi.
"Iya,
tadi aku melihat seorang gadis. Tapi, entah kenapa gadis itu sangat cepat
menghilangnya" kata Annin.
"Mungkin
kau hanya salah lihat" kata Natsumi.
"Maybe.
Ya sudah, kalau begitu aku pulang saja ya?" kata Annin.
"Hati-hati.
Aku di sini saja, sekalian menunggu adikku selesai bermain" kata Natsumi.
"Hai."
Setelah
kepergian Annin, Natsumi melangkah ke arah tempat duduk yang tersedia. Dia
melihat adiknya yang sekarang serius dengan 4 temannya. Mereka sepertinya hanya
berlatih basket, dan kening mereka juga terlihat mengeluarkan keringat.
"Na-Nat-sumi"
dia menoleh dan menemukan Paruru yang berdiri di sebelahnya sekarang.
"Paruru?
Kau dari mana?" tanya Natsumi yang sedikit terkejut dengan kedatangan
Paruru.
"Ti-ti-dak,
ha-hanya ja-jalan di se-sekitar si-sini sa-saja ta-tadi" balas Paruru membuat
Natsumi mengangguk.
"Ano...
Paru, aku ada obat untukmu. Kau minum ya? Agar kau benar-benar pulih dari
gagapmu, kau hanya menjalani terapi saja dan juga latihan selama ini,"
Paruru mengangguk. "Aku jamin, dalam satu minggu ini kau akan benar-benar
pulih"
Paruru
tersenyum lebar mendengarnya. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk berbicara
dengan normal. Satu minggu? Waktu itu sangat singkat, dia harus bisa berbicara
dengan lancar dalam satu minggu ini. Dia harus bisa. Dia jauh lebih hebat dari
kegagapannya, iya itu memang benar bukan? Maka dari itu, Paruru harus lebih
giat lagi.
"A-ari-ga-tou"
"Sama-sama.
Aku senang bisa membantumu" Paruru kembali melebarkan senyumannya.
***
"Apa?
ke Fukuoka?" Atsuko mengangguk membalas ucapan Yuki.
"Aku
tidak akan tenang, selama aku berada di sini saja Yuki. Aku merindukannya, aku
merindukan adikku" balas Atsuko lagi.
Dia
benar-benar sangat ingin ke Fukuoka, bila dia berada di sini terus menerus
tanpa melakukan apapun, dia tidak akan tenang. Paruru, adiknya belum di temukan
sama sekali dan dia hanya bisa di sini menunggu kabar dari sepupu Yuki, yang
entah kapan akan mengabari mereka.
"Ok.
Jika kau memang ingin ke Fukuoka, kita ke sana. Tapi, tunggu dua hari lagi. Kau
mengerti?" kata Yuki.
"Kenapa
dua hari lagi?" tanya Atsuko.
"Jika
dua hari lagi Annin tidak mengabari kita, kita akan ke sana" kata Yuki
menjelaskan.
"Baik.
Kita tunggu kabar dari Iriyama-san" Yuki mengangguk.
Tak
lama, Rena keluar dari dapur dengan membawa 4 minuman dan meletakkan minuman
itu di atas meja. Di sana, ada juga Kai dan Jun. Semenjak Paruru hilang atau
mungkin lebih tepatnya di buang, Jun dan Kai selalu membantu Atsuko. Mereka
hanya kasihan pada gadis itu. Atsuko hanya memiliki temannya untuk membantunya,
keluarganya tidak peduli apalagi ayah dan ibunya. Mungkin, lebih tepatnya ayah
dan ibu Atsuko.
"Nona,
nona minum dulu ya? Agar nona sedikit tenang" kata Rena mengingatkan.
"Nanti
Rena." Atsuko memang sangat persis dengan Paruru, tapi kedua kakak beradik
itu juga memiliki perbedaan. Jika, Paruru tidak makan atau minum di saat gadis
itu di jauhi oleh keluarganya, maka Atsuko tidak akan makan dan minum di saat
dia kehilangan Paruru.
Setelah
terjadi keheningan di antara mereka, bunyi ponsel dari Yuki terdengar membunuh
keheningan di antara mereka. Yuki mengambil ponselnya dan melihat nama yang
tertera di layar ponselnya. Annin. Gadis itu menelpon dirinya. Segera saja dia
mengangkat telepon itu.
"Doustano, Annin?"
"Yuki,
aku tadi melihat sekilas gadis yang kau maksud. Tapi, aku kehilangan dirinya
lagi"
"Apa?
Kau serius jika itu, Paruru?" tanya Yuki. Ia berharap jika jawabannya
adalah 'iya'.
"Hai,
mungkin hanya sekilas. Tapi, aku sangat yakin itu adalah gadis yang kau
maksud"
"Tolong
usahakan secepatnya kau menemukannya. Paruru itu gagap dan jika berjalan dia
sedikit pincang, karena kedua kakinya bermasalah" kata Yuki berharap.
"Aku
berjanji, akan menemukan gadis itu. Kau tenang saja"
"Arigatou.
Aku berharap banyak padamu, Annin"
"Hai"
Setelah
itu, Yuki menutup teleponnya. Dia menoleh melihat Acchan yang menatapnya dengan
pandangannya seperti bertanya apa yang dikatakan Annin tadi padanya.
"Annin
melihat adikmu. Tapi, dia kehilangan lagi jejak Paruru. Kau tenang saja, Annin
masih berusaha"
"Baiklah.
Mudah-mudahan, dia bisa menemukan adikku" kata Atsuko.
"Tenanglah
Atsuko, kau jangan terlalu khawatir dengan adikmu. Aku yakin, dia tidak akan
kenapa-napa"
"Ku
harap juga demikian, Jun." kata Atsuko membalas tanpa sedikit pun melihat
Jun.
"Aku
juga masih berusaha Atsuko." kata Kai.
"Arigatou.
Terima kasih karena kalian sudah mau membantuku" kata Atsuko tersenyum
tipis.
"Sama-sama"
***
Sakura
berjalan di sekitar taman bersama dengan Mayu. Gadis itu setelah pindah dari
rumahnya yang dulu, menjadi sedikit berbeda. Dia menjadi semakin mandiri, dan
tidak ada kata-kata manja yang keluar lagi dari mulutnya. Bahkan, dia selalu
saja menyalahkan dirinya sendiri atas masalah Paruru. Padahal, bukan sepenuhnya
itu adalah kesalahannya.
Dan
selama ini juga, dia hanya bisa berharap pada Mion. Dia berharap sahabatnya itu
bisa membantunya. Mion pernah mengatakan, jika dia pernah melihat kakaknya
namun sekilas. Dan akhirnya Sakura memberikan ciri-ciri Paruru. Salah satunya,
kondisi kaki Paruru dan juga bicara gagap.
"Kau
masih saja seperti itu, Sakura" kata Mayu membuka pembicaraan.
"Aku
hanya khawatir dengan Haruka nee-chan, nii-chan"
dia juga sudah mengakui Haruka, dan memanggil kakaknya dengan sebutan nee-chan.
"Bersabarlah,
Haruka tidak akan kenapa-napa. Kau hanya berdoa saja." Sakura mengangguk
meng-iyakan perkataan Mayu.
Sakura
duduk di tempat yang bersedia di taman itu. Kakinya serasa sangat lelah, karena
sedari tadi dia dan Mayu berjalan-jalan saja.
Mayu,
pemuda itu sekarang juga bekerja. Hanya untuk membantu keluarganya, tapi dia
juga tidak lupa dengan kewajibannya untuk membantu kakak pertamanya mencari
keberadaan adik perempuannya yang di buang ke Fukuoka, walau hanya dengan doa.
"Mayu-kun"
mereka menoleh, ketika mendengar suara seseorang memanggil Mayu.
"Atsuko nee-chan?"
Mayu agak sedikit tidak percaya jika orang yang memanggilnya adalah kakak
pertama mereka.
"Mayu,
Sakura. Kalian di sini?" Sakura langsung memeluk tubuh Atsuko. Dia
benar-benar merindukan kakak pertamanya.
"Nee-chan,
aku rindu sekali denganmu" kata Sakura.
"Maaf,
karena nee-chan harus pergi meninggalkan kalian"
"Daijoubu
nee-chan, justruh seharusnya kita yang minta maaf. Karena, kita tidak
pernah mendengarkanmu" kata Mayu membalas.
"Lalu
kalian tinggal di mana?" tanya Atsuko lagi.
"Di
sekitar sini nee-chan, rumah kecil dan kumuh masuk ke gank
sempit" kata Sakura memberi tahu.
"Maafkan nee-chan. Tapi, nee-chan janji
jika kedua orang tua kita sudah berubah dan mulai menerima Paruru, nee-chan akan
mengembalikan keadaan kita seperti semula"
"Iya.
Kami mengerti, nee-chan"
"Mayu,
kau bukan yang mengirimkan pesan kepada Yuki, tentang keberadaan Paruru?"
tanya Atsuko.
"Hai.
Itu aku yang melakukannya"
"Ternyata
kau sudah berubah, syukurlah" Mayu tersenyum membalasnya.
"Kenapa,
kau memanggil Haruka nee-chan dengan sebutan Paruru?" tanya Sakura tidak
mengerti.
"Itu
memang nama panggilannya. Paruru hanya iseng mencari nama panggilan itu"
Sakura mengangguk mengerti.
"Nee-chan,
aku janji akan membuat kedua orang tua kita menerima Haruka lagi"
"Arigatou,
Mayu-kun" Mayu mengangguk membalasnya.
***
2
minggu kemudian
Seperti
biasa, Paruru pasti akan belajar dengan Natsumi. Dia sekarang tengah melatih
kedua kakinya, dan sepertinya kedua kakinya benar-benar akan sembuh. Natsumi
juga bilang, jika dia terus menerus melatih kedua kakinya, pasti tidak akan
lama lagi dia akan sembuh.
Hanya
menunggu, dia hanya menunggu. Dan Paruru rasa, dia tidak sabar untuk sembuh.
Dia hanya ingin sembuh dan setelah itu, dia kembali ke tokyo. Kembali kepada
kakaknya. Dan kau tahu? Paruru juga sudah mulai berbicara dengan lancar, hanya
sesekali saja dia mengulang kata-katanya dan bahkan dia lebih banyak berbicara
dengan lancar. Dia normal, seperti anak seusianya.
"Ku
rasa kakimu tidak memerlukan bantuan lagi, Paru" kata Natsumi.
"Arigatou,
Natsumi" Natsumi mengangguk.
"Kau
bahkan sudah bisa berbicara dengan lancar" kata Natsumi.
"Itu
berkat dirimu yang selalu membimbingku" kata Paruru lagi.
"Jadi,
hanya kaki saja yang belum sembuh total?" tanya Haruki menengahi perkataan
mereka.
"Sebentar
lagi juga sembuh, kau tenang saja Haruki" kata Natsumi.
"Nee-chan, nii-chan akan
datang 2 hari lagi" kata Haruki tersenyum,
"Honto?"
Haruki mengangguk.
"Nee..
Paru, aku akan mengenalkanmu pada teman nee-chan. Dia sangat
tampan, dan ku rasa kau akan menyukainya" kata Haruki menunjukan cengiran
khas-nya.
"Kau
ini ada-ada saja" kata Paruru tersenyum.
"Tidak,
aku serius. Dia sangat tampan sekali, bahkan tetanggaku saja menyukainya.
Namun, sayangnya dia tidak suka." Kata Haruki lagi.
"Dan
ku rasa, kau akan tertarik pada adikku, jika aku mengenalkannya padamu"
kata Paruru tersenyum.
"Ah...
mana mungkin" elak Haruki.
"Mau
taruhan?" tanya Paruru tersenyum.
"Boleh.
Jika aku tidak tertarik, kau menjadi pembantuku selama satu bulan,
bagaimana?"
"Boleh.
Jika aku yang menang?" tanya Paruru.
"Apa
pun yang kau mau, aku lakukan" Paruru tersenyum mendengarnya.
"Hei..
kalian ini. Tidak baik taruhan seperti itu" kata Natsumi sedikit terkejut
dengan ulah dua orang yang mempunyai nama hampir mirip itu.
"Ah...
Natsumi, aku hanya bercanda dengan adikmu" kata Paruru.
"Ku
kira" Paruru hanya membalasnya dengan senyum.
"Nee...
Paru, setelah kau benar-benar sembuh kau akan kembali ke tokyo?" Paruru
mengangguk.
"Aku
sudah merindukan kakakku, Haruki"
"Tenanglah,
aku dan nee-chan akan mengantarkanmu"
"Nee...
Paru, sepertinya ada temanku yang kenal denganmu. Dia ingin bertemu
denganmu" kata Haruki.
"Dare?"
tanya Paruru.
"Mukaichi
Mion"
To Be Continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar