Selasa, 10 Mei 2016

Story Of My Life (Chapter 11)

Title : Story Of My Life Chapter 11
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...





~---0---~




~Paruru Pov~

Seperti apa yang dikatakan oleh Haruki, aku mengikutinya berjalan-jalan hari ini. Aku memang membutuhkan refreshing. Mungkin, dengan aku ikut dengan Haruki aku bisa membunuh kebosananku. 
Dia berhenti di lapangan basket. Benar-benar sangat luas. Jika, seandainya kedua kakiku normal, pasti aku akan main. Aku sangat suka dengan bola besar itu, aku hanya bisa bermain dengan kedua tanganku. Tapi, aku tidak bisa berlari dan membawa bola itu masuk ke dalam ring. Semoga, aku bisa cepat sembuh.

Aku duduk di tempat duduk yang tersedia. Aku melihat Haruki yang sekarang bermain dengan 4 temannya. Aku tidak tahu siapa saja mereka. Tapi, Haruki sempat memperkenalkanku dengan mereka. Azuma Riyu, Motu Tomi, Jonishi Keiichi, dan satu lagi kalau tidak salah bernama Furukawa Aiji. 
Ternyata tidak ada perempuan di sini. Tapi, aku sangat suka dengan pemandangan di sini. Daripada diam, mungkin lebih baik aku berjalan-jalan di sekitar sini. Benar-benar indah di sini. Lapangan basketnya pun juga sangat luas dan bersih. 

Tanpa sengaja, aku menoleh dan melihat seorang anak perempuan dengan di sampingnya ada seorang gadis. Mungkin kakaknya. Gadis itu sangat manja dengan kakaknya. Dan entah kenapa, aku sangat iri melihat kemesraan mereka. Aku jadi semakin ingin bertemu dengan Atsuko nee-chan. Bagaimana dia di sana? Mungkinkah dia masih mengkhawatirkan aku?
Aku semakin merindukanmu, nee-chan. Mungkin, jika kejadian itu tidak terjadi aku tidak akan ada di sini dan mungkin kita masih bersama. Aku jadi mengingat ketika dulu, aku bermain denganmu ketika aku selesai bekerja di tempat Yui. Dia mengajakku ke taman dan makan bersama.

***

FlashBack

"Paru, kita duduk di sini ya?" aku mengangguk. Aku juga sedikit lelah, karena sedari tadi berjalan.

Dia membimbingku untuk duduk di rumput hijau di taman itu. Kemudian, ia membimbingku untuk terbaring di pangkuannya. Ku lihat cahaya bintang dan bulan yang sangat indah. Betapa malam ini, sangat indah untukku dan nee-chan.
Dari dulu, aku sangat ingin sekali seperti ini dengan nee-chan. Bisa merasakan kasih sayang dari seorang kakak, dan keinginan itu sudah terwujud. Dan dia membelai kepalaku sekarang. Halus sekali, aku jadi ingin tidur jika seperti ini.

"Paru" panggilnya tiba-tiba.
"A-a-da a-a-pa ne-nee-chan?" tanyaku melihatnya.
"Maafkan aku ya? Aku belum bisa membuat ayah dan ibu kembali menerimamu seperti dulu" ucapnya.
"Ti-ti-da-dak a-a-pa-a-a-pa ne-nee-chan," balasku tersenyum dan memegang tangannya. "A-a-ku ma-ma-si-sih bi-bi-sa ba-ba-ha-gi-gi-a ka-ka-re-re-na a-a-da ne-nee-chan"

Dia tersenyum dan kembali membelai lembut kepalaku. Setiap malam, kami selalu jalan-jalan. Dan malam ini, kita kembali jalan-jalan dan memilih taman yang menjadi tujuan kami. Aku ingin bisa seperti ini kelak, bersama nii-chan, Sakura ayah dan ibu. Dan ku harap itu semua terjadi padaku. 

"Kau senang ada di sini denganku, bukan?" tanyanya lagi.
"I-i-ya ne-nee-chan" kembali, aku melihat langit yang dihiasi oleh bulan dan bintang. Sungguh sangat indah bukan, apalagi aku melihat semua itu dengan di temani oleh kakak kesayanganku. Yah... dia memang sangat sempurna menjadi seorang kakak. Dan aku sangat bahagia memiliki kakak seperti dirinya.

Dan aku harap, aku tidak berpisah dengannya. Aku selalu ingin berada disisinya. Aku selalu tenang, ketika ada kakak di dekatku.

FlashBack End

***

Tapi, yang aku kira aku tidak akan berpisah dengannya justruh aku dan kakak berpisah. Aku tidak tahu, bagaimana keadaannya di sana. Aku harap, dia baik-baik saja. Dan aku juga berharap, dia selalu sehat dan tidak selalu mengkhawatirkan aku.
Maafkan aku nee-chan, tapi aku memang belum sembuh total dari penyakitku. Kakiku belum sembuh, dan aku juga masih gagap, walau secara perlahan kegagapanku mulai berkurang. Tapi, tetap saja aku belum sepenuhnya sembuh. Aku akan kembali ke sana, setelah aku benar-benar sembuh dari kegagapanku dan juga penyakit yang berada di kedua kakiku. Aku berjanji.

Aku hanya ingin melihat nee-chan bahagia, dia sangat ingin melihatku sembuh. Bahkan, sebelum aku dibuang dia melakukan segala cara untuk menyembuhkan penyakitku. Aku harap, kau bersabar nee-chan.

***

~Author Pov~

Di sisi yang lain, di waktu yang sama di mana Paruru dan Haruki tengah berjalan ke lapangan basket. Natsumi, kakak dari Haruki bertemu dengan sahabatnya yang bernama Iriyama Anna. Annin, biasanya Natsumi memanggilnya Annin. Terlihat Natsumi memberikan sekantong berisi obat untuk Annin. 
Annin memang meminta obat kepada Natsumi, karena ibunya tengah sakit. Natsumi dulu di SMA memang terkenal dengan gadis yang suka menolong dan ikut tergabung dengan PMR. Maka dari itu, ketika dia besar Natsumi memilih menjadi seorang dokter.

"Arigatou, Natsumi"
"Sama-sama. Semoga ibumu cepat sembuh ya?" Annin mengangguk membalasnya.
"Nee... Natsumi, aku lihat di rumahmu kemarin ada seorang gadis. Siapa dia? Aku tidak melihat wajahnya dengan leluasa, karena terhalang adikmu" kata Annin bertanya.
"Ah... dia. Dia gadis malang yang di buang oleh ayah dan ibunya di kota ini, kasihan dia. Di saat dia cacat dan memerlukan keluarganya, justruh mereka membuangnya" kata Natsumi membalas.
"Benar-benar tidak mempunyai perasaan" kata Annin membalas.
"Iya. Tapi, kata gadis itu, dia masih mempunyai seorang kakak yang menyayanginya, tapi gara-gara di buang dia berpisah dengan kakaknya, dan mungkin kakaknya mengkhawatirkan dirinya" kata Natsumi lagi menjelaskan.
"Semoga, dia bisa bertemu dengan kakaknya"
"Iya kata dia, dia akan kembali setelah dia sudah sembuh dari penyakit gagapnya dan juga penyakit yang ada di kedua kakinya" balas Natsumi.

Annin terlihat mengangguk dan tersenyum simpul membalasnya. Hening sesaat melanda mereka, dan tak lama Annin kembali berbicara pada gadis yang sudah sangat lama menjadi sahabatnya itu.

"Natsumi, bagaimana jika kita jalan-jalan sebentar?" kata Annin menawarkan.
"Boleh. Lagi pula, aku tidak ada acara lagi setelah ini. Tadi, temanku membatalkan janjinya" kata Natsumi.
"Good. Ayo, sekarang" Natsumi mengangguk.

Mereka keluar dari cafe, setelah membayar minuman mereka. Mereka hanya jalan, tanpa menggunakan mobil ataupun kendaraan lainnya. Dari dulu, Annin maupun Natsumi memang sangat menyukai aktifitas berjalan, daripada menggunakan mobil atau kendaraan lainnya.

Selama berjalan, mereka hanya mengobrol tentang mereka SMA dulu. Sepertinya, mereka sangat ingin kembali menikmati remaja mereka. Yah... masa SMA, memang masa-masa yang sangat diinginkan oleh para remaja, karena di masa itu banyak canda tawa dan pikiran masing-masing sudah mulai beranjak dewasa.
Tanpa sengaja Annin menolehkan pandangannya, dia melihat seorang gadis yang tidak asing. Dia memicingkan kedua matanya, namun gadis itu berbalik dan kemudian masuk ke dalam lapangan. Mungkin, lapangan basket. Karena Annin melihat anak-anak yang tengah bermain basket di sana.

"Gadis itu..."
"Doustano, Annin?" tanya Natsumi heran melihat tingkah sahabatnya.

Bukan menjawab, justruh Annin melangkah ke arah lapangan basket itu. Dia masuk ke dalam lapangan basket, namun dia tidak melihat sosok gadis itu. Dimana dia? Kenapa secepat itu perginya gadis itu. Dia hanya melihat beberapa anak laki-laki yang tengah bermain basket di sana.

"Ah... bukankah itu Haruki?" tanya Annin melihat sosok seorang laki-laki yang dia kenal.
"Iya itu adikku" kata Natsumi menyetujui ucapan Annin. "Lalu, kenapa kau kemari? Ada sesuatu yang menarik perhatianmu?" tanya Natsumi.
"Iya, tadi aku melihat seorang gadis. Tapi, entah kenapa gadis itu sangat cepat menghilangnya" kata Annin.
"Mungkin kau hanya salah lihat" kata Natsumi.
"Maybe. Ya sudah, kalau begitu aku pulang saja ya?" kata Annin.
"Hati-hati. Aku di sini saja, sekalian menunggu adikku selesai bermain" kata Natsumi.
"Hai."

Setelah kepergian Annin, Natsumi melangkah ke arah tempat duduk yang tersedia. Dia melihat adiknya yang sekarang serius dengan 4 temannya. Mereka sepertinya hanya berlatih basket, dan kening mereka juga terlihat mengeluarkan keringat.

"Na-Nat-sumi" dia menoleh dan menemukan Paruru yang berdiri di sebelahnya sekarang.
"Paruru? Kau dari mana?" tanya Natsumi yang sedikit terkejut dengan kedatangan Paruru.
"Ti-ti-dak, ha-hanya ja-jalan di se-sekitar si-sini sa-saja ta-tadi" balas Paruru membuat Natsumi mengangguk.
"Ano... Paru, aku ada obat untukmu. Kau minum ya? Agar kau benar-benar pulih dari gagapmu, kau hanya menjalani terapi saja dan juga latihan selama ini," Paruru mengangguk. "Aku jamin, dalam satu minggu ini kau akan benar-benar pulih"

Paruru tersenyum lebar mendengarnya. Dia benar-benar sudah tidak sabar untuk berbicara dengan normal. Satu minggu? Waktu itu sangat singkat, dia harus bisa berbicara dengan lancar dalam satu minggu ini. Dia harus bisa. Dia jauh lebih hebat dari kegagapannya, iya itu memang benar bukan? Maka dari itu, Paruru harus lebih giat lagi.

"A-ari-ga-tou"
"Sama-sama. Aku senang bisa membantumu" Paruru kembali melebarkan senyumannya.

***

"Apa? ke Fukuoka?" Atsuko mengangguk membalas ucapan Yuki.
"Aku tidak akan tenang, selama aku berada di sini saja Yuki. Aku merindukannya, aku merindukan adikku" balas Atsuko lagi.

Dia benar-benar sangat ingin ke Fukuoka, bila dia berada di sini terus menerus tanpa melakukan apapun, dia tidak akan tenang. Paruru, adiknya belum di temukan sama sekali dan dia hanya bisa di sini menunggu kabar dari sepupu Yuki, yang entah kapan akan mengabari mereka. 

"Ok. Jika kau memang ingin ke Fukuoka, kita ke sana. Tapi, tunggu dua hari lagi. Kau mengerti?" kata Yuki.
"Kenapa dua hari lagi?" tanya Atsuko.
"Jika dua hari lagi Annin tidak mengabari kita, kita akan ke sana" kata Yuki menjelaskan.
"Baik. Kita tunggu kabar dari Iriyama-san" Yuki mengangguk.

Tak lama, Rena keluar dari dapur dengan membawa 4 minuman dan meletakkan minuman itu di atas meja. Di sana, ada juga Kai dan Jun. Semenjak Paruru hilang atau mungkin lebih tepatnya di buang, Jun dan Kai selalu membantu Atsuko. Mereka hanya kasihan pada gadis itu. Atsuko hanya memiliki temannya untuk membantunya, keluarganya tidak peduli apalagi ayah dan ibunya. Mungkin, lebih tepatnya ayah dan ibu Atsuko.

"Nona, nona minum dulu ya? Agar nona sedikit tenang" kata Rena mengingatkan.
"Nanti Rena." Atsuko memang sangat persis dengan Paruru, tapi kedua kakak beradik itu juga memiliki perbedaan. Jika, Paruru tidak makan atau minum di saat gadis itu di jauhi oleh keluarganya, maka Atsuko tidak akan makan dan minum di saat dia kehilangan Paruru.

Setelah terjadi keheningan di antara mereka, bunyi ponsel dari Yuki terdengar membunuh keheningan di antara mereka. Yuki mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Annin. Gadis itu menelpon dirinya. Segera saja dia mengangkat telepon itu.

"Doustano, Annin?"

"Yuki, aku tadi melihat sekilas gadis yang kau maksud. Tapi, aku kehilangan dirinya lagi"

"Apa? Kau serius jika itu, Paruru?" tanya Yuki. Ia berharap jika jawabannya adalah 'iya'.

"Hai, mungkin hanya sekilas. Tapi, aku sangat yakin itu adalah gadis yang kau maksud"

"Tolong usahakan secepatnya kau menemukannya. Paruru itu gagap dan jika berjalan dia sedikit pincang, karena kedua kakinya bermasalah" kata Yuki berharap.

"Aku berjanji, akan menemukan gadis itu. Kau tenang saja"

"Arigatou. Aku berharap banyak padamu, Annin"

"Hai"

Setelah itu, Yuki menutup teleponnya. Dia menoleh melihat Acchan yang menatapnya dengan pandangannya seperti bertanya apa yang dikatakan Annin tadi padanya.

"Annin melihat adikmu. Tapi, dia kehilangan lagi jejak Paruru. Kau tenang saja, Annin masih berusaha"
"Baiklah. Mudah-mudahan, dia bisa menemukan adikku" kata Atsuko.
"Tenanglah Atsuko, kau jangan terlalu khawatir dengan adikmu. Aku yakin, dia tidak akan kenapa-napa" 
"Ku harap juga demikian, Jun." kata Atsuko membalas tanpa sedikit pun melihat Jun.
"Aku juga masih berusaha Atsuko." kata Kai.
"Arigatou. Terima kasih karena kalian sudah mau membantuku" kata Atsuko tersenyum tipis.
"Sama-sama"

***

Sakura berjalan di sekitar taman bersama dengan Mayu. Gadis itu setelah pindah dari rumahnya yang dulu, menjadi sedikit berbeda. Dia menjadi semakin mandiri, dan tidak ada kata-kata manja yang keluar lagi dari mulutnya. Bahkan, dia selalu saja menyalahkan dirinya sendiri atas masalah Paruru. Padahal, bukan sepenuhnya itu adalah kesalahannya.

Dan selama ini juga, dia hanya bisa berharap pada Mion. Dia berharap sahabatnya itu bisa membantunya. Mion pernah mengatakan, jika dia pernah melihat kakaknya namun sekilas. Dan akhirnya Sakura memberikan ciri-ciri Paruru. Salah satunya, kondisi kaki Paruru dan juga bicara gagap.

"Kau masih saja seperti itu, Sakura" kata Mayu membuka pembicaraan.
"Aku hanya khawatir dengan Haruka nee-channii-chan" dia juga sudah mengakui Haruka, dan memanggil kakaknya dengan sebutan nee-chan.
"Bersabarlah, Haruka tidak akan kenapa-napa. Kau hanya berdoa saja." Sakura mengangguk meng-iyakan perkataan Mayu.

Sakura duduk di tempat yang bersedia di taman itu. Kakinya serasa sangat lelah, karena sedari tadi dia dan Mayu berjalan-jalan saja. 
Mayu, pemuda itu sekarang juga bekerja. Hanya untuk membantu keluarganya, tapi dia juga tidak lupa dengan kewajibannya untuk membantu kakak pertamanya mencari keberadaan adik perempuannya yang di buang ke Fukuoka, walau hanya dengan doa.

"Mayu-kun" mereka menoleh, ketika mendengar suara seseorang memanggil Mayu.
"Atsuko nee-chan?" Mayu agak sedikit tidak percaya jika orang yang memanggilnya adalah kakak pertama mereka.
"Mayu, Sakura. Kalian di sini?" Sakura langsung memeluk tubuh Atsuko. Dia benar-benar merindukan kakak pertamanya.
"Nee-chan, aku rindu sekali denganmu" kata Sakura.
"Maaf, karena nee-chan harus pergi meninggalkan kalian"
"Daijoubu nee-chan, justruh seharusnya kita yang minta maaf. Karena, kita tidak pernah mendengarkanmu" kata Mayu membalas.
"Lalu kalian tinggal di mana?" tanya Atsuko lagi.
"Di sekitar sini nee-chan, rumah kecil dan kumuh masuk ke gank sempit" kata Sakura memberi tahu.
"Maafkan nee-chan. Tapi, nee-chan janji jika kedua orang tua kita sudah berubah dan mulai menerima Paruru, nee-chan akan mengembalikan keadaan kita seperti semula" 
"Iya. Kami mengerti, nee-chan"
"Mayu, kau bukan yang mengirimkan pesan kepada Yuki, tentang keberadaan Paruru?" tanya Atsuko.
"Hai. Itu aku yang melakukannya"
"Ternyata kau sudah berubah, syukurlah" Mayu tersenyum membalasnya.
"Kenapa, kau memanggil Haruka nee-chan dengan sebutan Paruru?" tanya Sakura tidak mengerti.
"Itu memang nama panggilannya. Paruru hanya iseng mencari nama panggilan itu" Sakura mengangguk mengerti.
"Nee-chan, aku janji akan membuat kedua orang tua kita menerima Haruka lagi"
"Arigatou, Mayu-kun" Mayu mengangguk membalasnya.

***

2 minggu kemudian

Seperti biasa, Paruru pasti akan belajar dengan Natsumi. Dia sekarang tengah melatih kedua kakinya, dan sepertinya kedua kakinya benar-benar akan sembuh. Natsumi juga bilang, jika dia terus menerus melatih kedua kakinya, pasti tidak akan lama lagi dia akan sembuh.
Hanya menunggu, dia hanya menunggu. Dan Paruru rasa, dia tidak sabar untuk sembuh. Dia hanya ingin sembuh dan setelah itu, dia kembali ke tokyo. Kembali kepada kakaknya. Dan kau tahu? Paruru juga sudah mulai berbicara dengan lancar, hanya sesekali saja dia mengulang kata-katanya dan bahkan dia lebih banyak berbicara dengan lancar. Dia normal, seperti anak seusianya.

"Ku rasa kakimu tidak memerlukan bantuan lagi, Paru" kata Natsumi.
"Arigatou, Natsumi" Natsumi mengangguk.
"Kau bahkan sudah bisa berbicara dengan lancar" kata Natsumi.
"Itu berkat dirimu yang selalu membimbingku" kata Paruru lagi.
"Jadi, hanya kaki saja yang belum sembuh total?" tanya Haruki menengahi perkataan mereka.
"Sebentar lagi juga sembuh, kau tenang saja Haruki" kata Natsumi.
"Nee-channii-chan akan datang 2 hari lagi" kata Haruki tersenyum,
"Honto?" Haruki mengangguk.
"Nee.. Paru, aku akan mengenalkanmu pada teman nee-chan. Dia sangat tampan, dan ku rasa kau akan menyukainya" kata Haruki menunjukan cengiran khas-nya.
"Kau ini ada-ada saja" kata Paruru tersenyum.
"Tidak, aku serius. Dia sangat tampan sekali, bahkan tetanggaku saja menyukainya. Namun, sayangnya dia tidak suka." Kata Haruki lagi.
"Dan ku rasa, kau akan tertarik pada adikku, jika aku mengenalkannya padamu" kata Paruru tersenyum.
"Ah... mana mungkin" elak Haruki.
"Mau taruhan?" tanya Paruru tersenyum.
"Boleh. Jika aku tidak tertarik, kau menjadi pembantuku selama satu bulan, bagaimana?"
"Boleh. Jika aku yang menang?" tanya Paruru.
"Apa pun yang kau mau, aku lakukan" Paruru tersenyum mendengarnya.
"Hei.. kalian ini. Tidak baik taruhan seperti itu" kata Natsumi sedikit terkejut dengan ulah dua orang yang mempunyai nama hampir mirip itu.
"Ah... Natsumi, aku hanya bercanda dengan adikmu" kata Paruru.
"Ku kira" Paruru hanya membalasnya dengan senyum.
"Nee... Paru, setelah kau benar-benar sembuh kau akan kembali ke tokyo?" Paruru mengangguk.
"Aku sudah merindukan kakakku, Haruki" 
"Tenanglah, aku dan nee-chan akan mengantarkanmu" 
"Nee... Paru, sepertinya ada temanku yang kenal denganmu. Dia ingin bertemu denganmu" kata Haruki.
"Dare?" tanya Paruru.
"Mukaichi Mion"





To Be Continue.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar