Senin, 02 Mei 2016

Story Of My Life (Chapter 10)

Title : Story Of My Life Chapter 10
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~




Paruru terduduk disofa rumah milik keluarga Kodama. Kejadian yang dialaminya ketika dia pinsan, ia sudah ketahui dari pemuda bernama Haruki tadi. 
Sungguh tega kedua orang tuanya, membuangnya keluar kota. Dia dibuang ke Fukuoka dan keluarga Haruki-lah yang menyelamatkannya. Paruru sangat beruntung, karena setidaknya ia selamat. Jika tidak ada keluarga Haruki, entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

Dia berusaha bangkit dari duduknya. Sudah lama ia terduduk seperti itu, memikirkan apa yang terjadi padanya. Dan sekarang, dia benar-benar merasa sangat sedih karena sudah berpisah dengan kakak yang sangat ia sayangi itu.

Mungkin, sekarang Atsuko sudah sangat khawatir. Dan pastinya mencarinya kemana-mana. Dan parahnya kakaknya itu tidak tahu, jika dia dibuang ke Fukuoka. Sungguh, rasanya ia ingin sekali pulang sekarang dan bertemu dengan kakak pertamanya.
Tapi, itu tidak mungkin.
Jika Paruru kembali ke tokyo sekarang, ada kemungkinan kedua orang tuanya menemukan dirinya dan dia kembali dibuang oleh kedua orang tuanya yang tidak pernah mempunyai perasaan kepadanya.
Dan sekarang, ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia bingung. Apa harus dia meminta bantuan kepada keluarga Haruki?

Disaat ia berbalik. Langkah kakinya tertahan, ketika ia melihat Haruki dan kakaknya. Paruru kenal dengan kakak Haruki, karena tadi mereka sudah memperkenalkan dirinya. Gadis itu bernama Kodama Natsumi.

"Shimazaki-san, kau ingin kemana?" kakak Haruki itu menyapanya dengan ramah.
"I-Iie" balasnya singkat.
"Shimazaki-san, bagaimana jika kau belajar dengan kakakku?" Paruru mengekerutkan dahinya.
"Ma-mak-su-sud-nya?" tanya Paruru tidak tahu.
"Tadi, aku bilang pada kakak jika kau ingin sembuh dari penyakit gagapmu dan juga penyakit yang ada di kakimu," kata Haruki menjelaskan. "maka dari itu, kakakku akan membantumu" 
"Ta-ta-pi...."
"Masalah biaya kau tidak perlu memikirkannya, Shimazaki-san. Kau tidak membayar, aku membantumu bukan karena uang" kata Natsumi membalas.
"A-a-ri-ga-ga-tou"
"Ayo, kita ke taman. Disitu aku akan mengajarimu melatih kedua kakimu terlebih dahulu" Paruru mengangguk.

***

Sakura melempar tasnya ke kursi sofa. Wajah gadis itu sangat kesal, wajahnya memerah dan mungkin dia juga terlihat marah. Sampai-sampai ia menendang meja yang ada di depannya itu. Membuat ayahnya keluar.
"Sakura, kau kenapa?" ayahnya bertanya.
Sakura tidak menjawab. Justruh, dia melipat kedua tangannya didada. Dan kemudian ia menghempaskan tubuhnya di kursi sofa. Kepalanya terdongak melihat atap-atap langit rumahnya. Membuat sang ayah bingung, dengan tingkahnya.

"Sakura, kau kenapa?" ayah mengulang lagi pertanyaannya.
"Aku kesal, ayah" balasnya kemudian mempoutkan bibirnya.
"Kesal kenapa?" ayahnya bingung.
"Atsuko nee-chan
"Memangnya kenapa dengan kakakmu itu?" tanya ayah.
"Dia tidak kembali juga sampai sekarang, dan lebih memilih anak sialan itu daripada kita" kata Sakura kesal.
"Kau tenang saja, anak itu tidak akan pernah lagi menganggu kita dan ayah yakin kakakmu tidak akan lama lagi pastinya akan kembali" ayahnya tersenyum.
"Apa maksud ayah" keluh Sakura tidak mengerti.
"Haruka sudah ayah buang" 
"APA?" Sakura terkejut.
"Ada apa?" ayahnya bertanya balik.
"Maksudku, kenapa bisa ayah membuang gadis itu? Dan kapan ayah melakukannya? Ayah tidak pernah menceritakannya padaku," Sakura bertanya. "lagi pula darimana ayah bisa menemukan gadis sial itu?"
"Ibumu tidak sengaja melihatnya kemarin dan kemudian ayah menyuruh anak buah ayah membuang Haruka" balas sang ayah tersenyum bangga.
"Baguslah jika dia sudah tidak ada dikota ini, aku sangat lega mendengarnya," kata Sakura tersenyum. "tapi, ayah membunganya kemana?"
"Ah... itu, kau ingin tahu memangnya?" ayah bertanya balik.
"Yah... aku hanya memastikan tempatnya itu jauh atau tidak" kata Sakura menampakan wajah datarnya dan kembali menghempas ke sofa.
"Kau hanya mengira-ngira jika kau sedang liburan ke Fukuoka kira-kira berapa kilo" kata sang ayah tersenyum.
"Aku malas pergi kesana. Ayah ingin membawaku kesana? Aku tidak mau" kata Sakura kesal.
"Ya sudah. Kalau begitu ayah pergi dulu" 
"Iya" 
"Jangan lupa ganti bajumu" kata sang ayah lagi.
"Hai" Sakura membalasnya dengan kesal.
Setelah sang ayah pergi. Sakura kembali duduk seperti biasa. Ia tersenyum dan kemudian memainkan ponselnya. 

***

"Fukuoka?" 
"Iya Fukuoka" Sakura mengangguk-ngangguk.
"Dari mana kau tahu?" tanya Mayu terkejut.
"Bukan Sakura namanya, jika Sakura tidak bisa berbuat apa-apa" dengan tenang Sakura membalas.

Mereka terdiam sejenak. Mayu tampak memikirkan sesuatu, setelah ia tahu dimana tempat Paruru dibuang oleh kedua orang tua mereka. 

"Nii-chan"
"Nani?" balas Mayu tanpa sedikitpun menoleh kearah adiknya.
"Apa harus kita kesana untuk menolong Haruka?" tanya Sakura.
"Jangan. Bukan kita yang kesana, tapi Atsuko nee-chan"
"Kau akan memberi tahunya pada nee-chan?" Mayu mengangguk langsung.

***

Mayu masuk ke dalam sebuah rumah sakit yang berada di kota tokyo. Pemuda itu berhenti dan berbicara pada petugas rumah sakit itu.

"Berikan ini pada Yuki sensei, jangan bilang jika itu dari aku. Apa kau mengerti?" kata Mayu.
"Mengerti tuan. Saya akan sampaikan nanti" Mayu tersenyum.

Mayu kembali berbalik dan kemudian ia pergi dari rumah sakit itu. Ia berharap jika Yuki mengetahui keberadaan kakak pertamanya. Jawaban tentang keberadaan adiknya ada di petugas itu. Dia pergi menggunakan mobilnya.

***

Mayu sampai di rumah. Ia mengkerutkan dahinya ketika tiba di sana. Ada beberaoa orang yang tengah berdebat dengan kedua orang tua mereka. Mayu tidak kenal siapa orang-orang itu dan apa yang mereka lakukan dirumahnya.
Mayu mendekat dan mencoba mendengarkan apa yang dibicarakan ayahnya kepada orang-orang itu. Ia agak sedikit terkejut, ketika orang itu membawa kata perusahaan. Sebenarnya apa yang kedua orang itu bicarakan pada kedua orang tuanya.
Lalu mereka berjalan begitu saja, setelah kedua orang itu mengancam kedua orang tua Mayu. Setelah, bayang-bayang orang itu sudah tidak terlihat. Mayu menghampiri kedua orang tuanya dan menanyakan apa yang terjadi.

"Kai, dia menyita perusahaan ayah dan rumah serta seisinya Mayu" Mayu terkejut.
"Apa??" ayahnya hanya mengangguk pasrah.
"Besok juga, kita harus pergi dari rumah Mayu" ayahnya terdengar pasrah.
"Kenapa tiba-tiba ayah?" tanya Mayu.
"Ayah lupa, ayah belum mengembalikan uang yang ayah pinjam. Seharusnya itu sudah beberapa bulan yang lalu, namun ayah melupakan semua itu dan akhirnya Kai menyita perusahaan ayah dan rumah ayah juga" 

***

"Kai nii-chan menyita perusahaan ayah dan juga rumah kita?"
"Aku rasa Kai alasannya bukan itu saja. Kemungkinan, ini ada hubungannya dengan Atsuko nee-chan, Sakura" kata Mayu membalas.
"Aku mengerti dengan apa yang kau maksud" Sakura menunduk.
"Iya, Atsuko nee-chan mungkin meminta bantuan Kai" kata Mayu membalas.
"Lalu, besok juga kita harus pergi dari rumah?" Sakura bertanya dan Mayu mengangguk.
"Iya, mau tidak mau besok kita harus pergi dari rumah" Mayu bisa mendengar sang adik mendesah.

Semua ini memang salah kedua orang tua mereka. Jika dulu, kedua orang tua mereka tidak menelantarkan Haruka, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi pada mereka. Dan keluarga mereka masih menerima Haruka.
Tapi, nyatanya kedua orang mereka menganggap Paruru itu biang masalah. Paruru hanya membuat mereka malu, dan akhirnya kejadian seperti ini terjadi pada mereka. Hanya sesal yang mereka rasakan sekarang.

***

Yuki masuk ke dalam rumah sakit. Sampai di loby rumah sakit, ada seseorang yang memanggil dirinya. Yuki menoleh, ia melihat Takayanagi. Salah satu perawat dirumah sakit tempatnya bekerja. Dan gadis itu juga adalah salah satu sahabatnya.

"Ada apa?" tanyanya pada Takayanagi.
"Ini ada surat untukmu" Takayanagi memberikan lipatan kertas kepadanya.
"Dari siapa?" tanya Yuki heran.
"Buka saja. Aku harus pergi, aku masih ada pekerjaan" kata Takayanagi padanya.
"Hai, arigatou" Takayanagi mengangguk.

Setelah gadis itu pergi. Yuki membuka lipatan kertas itu. Yuki membacanya dengan teliti setiap kalimat-kalimat yang ada dikertas itu. Tak lama, kedua matanya melebar. Sebuah tempat sekarang ada dipikirannya.
"Fukuoka?" 

***

Atsuko Pov...

Sudah 3 hari aku tidak menemukan keberadaan dirinya. Aku tidak tahu, dia ada dimana sekarang. Dan jujur, aku sangat stress sekarang. Hanya ada dia dipikiranku. Aku telah lalai menjaga dirinya. Maafkan aku, Paruru.
Tubuhku sangat lemas sekarang. Aku tidak makan selama ini, yang aku pikirkan hanyalah Paruru. Hanya dia, dia sudah menghilang selama 3 hari dan aku juga belum menemukan dirinya. Sungguh sangat payah.

"Acchan," aku menoleh dan melihat Jun. "jangan seperti itu, kau tidak boleh menyiksa dirimu sendiri" katanya dan aku hanya memandangnya dengan samar.
"Benar nona. Nona harus makan, baru setelah itu kita mencari nona Haruka" aku hanya menggeleng membalasnya.

Bagaimana bisa aku makan, sementara aku tidak tahu apa yang tengah terjadi pada adikku. Bagaimana dia disana? Atau dia sudah makan atau tidak. Aku sama sekali tidak tahu. Tidak ada kabar tentang dirinya sama sekali.

"Nona, jangan seperti itu. Jika nona Haruka tahu kau seperti ini, pasti dia akan sedih" kata Rena lagi.
"Aku tidak bisa makan Rena. Aku ingin adikku, aku ingin dia kembali padaku" aku kembali menangis.
"Bersabarlah, Kai dan juga Yui masih mencari adiknya. Kita tunggu saja kabar dari mereka" aku hanya bisa menangis membalas ucapannya.
"Paruru" lirihku dalam pelukan Rena.

***

Author Pov...

"Acchan" Atsuko menoleh ketika ada yang memanggil.
"Yuki, ada apa?" tanya Atsuko sambil menghapus air matanya.
"Kau masih saja menangis. Aku yakin, Paruru akan kembali lagi padamu. Tenanglah" kata Yuki tersenyum.
"Bagaimana aku bisa tenang, Yuki. Aku tidak tahu keberadaannya dimana sekarang, dan aku tidak tahu apa dia sudah makan atau belum" keluh Atsuko.

Yuki kembai tersenyum. Kemudian ia duduk di sebelah kiri Atsuko. Ia mengeluarkan sebuah kertas dan mengulurkannya pada Atsuko.

"Nani kore?" tanya Atsuko heran.
"Baca saja"

Menurut, Atsuko langsung membuka lipatan kertas itu. Dan kemudian, ia membaca setiap kalimat yang berada dikertas itu, hingga tak lama kemudian. Kedua matanya terbuka lebar, setelah membaca surat itu.

"Fukuoka?" dia menoleh karah Yuki.
"Iya, adikmu ada disana sekarang" Yuki tersenyum.
"Surat ini dari siapa?" tanya Atsuko lagi.
Yuki mendesan kemudian menggleng sebelum membalas pertanyaan Atsuko, "Entahlah, tidak ada namanya disana"

Atsuko kembali membaca surat itu. Ia memperhatikan baik-baik surat itu. Ada sebuah nama yang terlintas dibenaknya. Dan entah kenapa Atsuko sangat yakin, jika orang itu adalah orang yang sudah mengirim surat ini pada Yuki.
"Mayu" lirihnya.

***

"Sekarang, mau tidak mau kita harus tinggal disini" kata tuan Shimazaki kepada keluarganya.
"Disini ayah?" tuan Shimazaki mengangguk.

Didepan mereka, ada sebuah rumah kecil. Jauh berbeda dengan rumah mereka yang dulu. Rumah itu bahkan terkesan seperti rumah kecil yang sangat kumuh. Entah dari mana tuan Shimazaki menemukan rumah itu.

"Aku tidak masalah jika tinggal disini" kata Mayu lirih.
"Aku juga" sambung Sakura.
"Ya sudah, sekarang kita harus masuk" 
"Ayah, aku ingin jalan-jalan dulu disini bersama dengan Sakura" 
"Hati-hati" Mayu mengangguk.

***

Sakura mendesah, ketika ia berjalan ditepi jalan bersama dengan kakak keduanya. Ia benar-benar tidak akan menyangka, jika semua itu akan terjadi pada keluarganya. Ia tidak tahu harus menyalahkan siapa lagi.
Mungkin, jika diingat apa kata Mayu. Ia justruh kembali berfikir jika semua ini memang berawal ketika mereka dulu kecil. 

Padahal dulu Haruka masih disayang, dan dia juga dimanja seperti dirinya dan kedua saudaranya yang lain. Namun, semua itu berubah. Berubah, ketika Haruka mempermalukan keluarga mereka di depan para teman ayahnya.
Banyak yang membicarakan keluaragnya waktu itu. Dan setelah itu, Haruka diasingkan. Dan bahkan dia juga terkesan mengejek kakak ketiganya itu. Dan hingga akhirnya kakak pertamanya membela Haruka, setelah itu kejadian seperti ini terjadi pada mereka.
Semua ini memang salah keluarganya, yang terlalu tidak pernah melihat keberadaan Haruka. Dan yang sekarang dilakukan Sakura hanyalah menyesali semua yang sudah terjadi. Entah kenapa, penyesalan itu harus datang di akhir, bukan di awal.

Tapi, sudahlah. Yang terpenting sekarang, dia harus bisa membantu kakak pertamanya walau dari jauh. Itung-itung dia ingin membalas perbuatannya dulu. Dan dia juga harus bisa membuat kedua orang tuanya sadar akan keberadaan Haruka.

Tak lama, kedua matanya melebar. Ia mengingat sesuatu, kemudian ia mengambil ponsel yang berada di sakunya. Tangannya dengan lihai mengetik nomor seseorang dan sekarang ia menempelkan ponselnya di telinganya.
Mayu yang berada di sampingnya, hanya bisa memandangnya dengan aneh. Entah apa yang dilakukan oleh adiknya itu.

"Mion-chan" katanya menyapa seseorang yang berada jauh disebrang.
"Kau bisa membantuku?" tanya Sakura lagi.
"Membantu apa?"
"Ah... kau masih ada di Fukuoka bukan?" tanya Sakura.
"Tentu"
"Apa kau bisa mencari orang bernama Shimazaki Haruka? Nanti, aku akan kirimkan fotonya" kata Sakura.
"Tentu saja, aku akan membantumu"
"Arigatou" Sakura tersenyum.
"Sama-sama

Sakura menjauhkan ponsel dari telinganya. Kemudian, ia mengirimkan foto Haruka kepada gadis bernama Mion tadi. Setelah pesan itu terkirim, ia kembali tersenyum. Ia berharap Haruka bisa ditemukan secepatnya.

"Kau pintar juga" dia menoleh melihat Mayu.
"Ah... kau ini nii-chan"
"Baiklah, kita tunggu kabar dari temanmu" Sakura mengangguk.

***

"Yuki, bagaimana sudah ada kabar?" tanya Atsuko.
"Belum Acchan, sabar ya" kata Yuki membalas.

Tadi pagi, Yuki meminta bantuan saudara sepupunya yang tinggal di fukuoka untuk mencari keberadaan Paruru. Saudara sepupunya yang bernama Iriyama Anna itu melakukan kemauannya. Anna juga berjanji, jika ia sudah menemukan Haruka, dia akan mengabari Yuki.

Tadi juga, mereka sudah mengabari Yui dan Kai. Namun, sayangnya Yui tengah berada di Nagoya bersama kakaknya. Mereka tengah menjenguk salah satu keluarga mereka. Sedangkan Kai, pemuda itu masih melacak keberadaan Haruka, melalui kenalannya yang berada di Fukuoka.
"Paruru, muda-mudahan dia tidak kenapa-napa" lirih Atsuko berharap.

***

Haruki berjalan membawa nampan yang diatasnya terdapat tiga minuman. Dia melihat Paruru yang sekarang tengah mencoba berjalan tanpa alat bantu jalan.
Ini sudah hari kedelapan Paruru ada di rumahnya. Dan tampaknya, gadis itu sudah ada kemajuan yang pesat. Sedikit demi sedikit kegagapan Paruru mulai berkurang bahkan kaki gadis itu juga sudah ada kemajuan.

Pengobatan yang dilakukan oleh kakaknya terhadap Paruru, ternyata tidak sia-sia. Bahkan Paruru sekarang sudah mulai melatih suaranya, salah satunya bernyanyi. Gadis itu benar-benar mempunyai tekad yang kuat untuk sembuh.

"Bagaimana one-chan, sudah ada perkembangan lagi?" Haruki langsung bertanya sambil meletakkan nampan itu dimeja.
"Hmm.. sudah, mungkin beberapa minggu lagi Paruru akan sembuh total" kata sang kakak membalas.
"Yokatta" ucapnya singkat.
"Paruru, lebih baik kau istirahat dulu" kata Haruki.
"Ah... i-iya a-ariga-ga-tou" Haruki mengangguk.
"Sama-sama" Haruki membalasnya singkat.
"Nee... Haruki, kau ingin pergi lagi besok, kemana?" tanya Natsumi pada adiknya.
"Bermain basket dengan Riyu. Bagaimana jika nee-chan dan Paruru ikut. Sekalian melatih kaki Paruru" kata Haruki memberi saran.
"Aku sibuk besok, aku tidak bisa" kata Natsumi.
"Kalau kau Paru?" tanya Haruki berharap.
"Ah... i-itu, mu-mungkin bi-bisa" kata Paruru membalas.
"Yokay, kita liburan besok, di hari minggu" 

Natsumi hanya tersenyum melihat tingkah adiknya. Tak lama, ponselnya berdering. Ia mengambil ponselnya dan melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.
"Ada apa?" tanya langsung.
Sementara sang kakak sedang menelpon, Haruki menawarkan minuman kepada Haruka. Dan dengan senang hati pula, Haruka menerimanya.

"Dari siapa, nee-chan?" tanya Haruki ketika kakaknya selesai menelpon.
"Annin, dia ingin bertemu dengan nee-chan, seperti biasa mungkin dia ingin meminta obat untuk ibunya yang sakit" Haruki mengangguk mengerti.

Sedangkan Paruru, dia masih terdiam di samping Haruki. Jujur, 8 hari tidak bertemu dengan sang kakak membuatnya rindu. Dia ingin kembali, namun dia belum sembuh total. 

Bersabarlah nee-chan, aku pasti akan kembali padamu. Aku hanya perlu waktu untuk sembuh dari penyakitku. Setelah, aku sembuh aku pasti akan datang dan kembali kepadamu. Aku berjanji.





To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar