Title : Story Of My Life Chapter 10
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
Paruru
terduduk disofa rumah milik keluarga Kodama. Kejadian yang dialaminya ketika
dia pinsan, ia sudah ketahui dari pemuda bernama Haruki tadi.
Sungguh
tega kedua orang tuanya, membuangnya keluar kota. Dia dibuang ke Fukuoka dan
keluarga Haruki-lah yang menyelamatkannya. Paruru sangat beruntung, karena
setidaknya ia selamat. Jika tidak ada keluarga Haruki, entah apa yang akan
terjadi pada dirinya.
Dia
berusaha bangkit dari duduknya. Sudah lama ia terduduk seperti itu, memikirkan
apa yang terjadi padanya. Dan sekarang, dia benar-benar merasa sangat sedih
karena sudah berpisah dengan kakak yang sangat ia sayangi itu.
Mungkin,
sekarang Atsuko sudah sangat khawatir. Dan pastinya mencarinya kemana-mana. Dan
parahnya kakaknya itu tidak tahu, jika dia dibuang ke Fukuoka. Sungguh, rasanya
ia ingin sekali pulang sekarang dan bertemu dengan kakak pertamanya.
Tapi,
itu tidak mungkin.
Jika
Paruru kembali ke tokyo sekarang, ada kemungkinan kedua orang tuanya menemukan
dirinya dan dia kembali dibuang oleh kedua orang tuanya yang tidak pernah
mempunyai perasaan kepadanya.
Dan
sekarang, ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia bingung. Apa harus dia
meminta bantuan kepada keluarga Haruki?
Disaat
ia berbalik. Langkah kakinya tertahan, ketika ia melihat Haruki dan kakaknya.
Paruru kenal dengan kakak Haruki, karena tadi mereka sudah memperkenalkan
dirinya. Gadis itu bernama Kodama Natsumi.
"Shimazaki-san,
kau ingin kemana?" kakak Haruki itu menyapanya dengan ramah.
"I-Iie"
balasnya singkat.
"Shimazaki-san,
bagaimana jika kau belajar dengan kakakku?" Paruru mengekerutkan dahinya.
"Ma-mak-su-sud-nya?"
tanya Paruru tidak tahu.
"Tadi,
aku bilang pada kakak jika kau ingin sembuh dari penyakit gagapmu dan juga
penyakit yang ada di kakimu," kata Haruki menjelaskan. "maka dari
itu, kakakku akan membantumu"
"Ta-ta-pi...."
"Masalah
biaya kau tidak perlu memikirkannya, Shimazaki-san. Kau tidak membayar, aku
membantumu bukan karena uang" kata Natsumi membalas.
"A-a-ri-ga-ga-tou"
"Ayo,
kita ke taman. Disitu aku akan mengajarimu melatih kedua kakimu terlebih
dahulu" Paruru mengangguk.
***
Sakura
melempar tasnya ke kursi sofa. Wajah gadis itu sangat kesal, wajahnya memerah
dan mungkin dia juga terlihat marah. Sampai-sampai ia menendang meja yang ada
di depannya itu. Membuat ayahnya keluar.
"Sakura,
kau kenapa?" ayahnya bertanya.
Sakura
tidak menjawab. Justruh, dia melipat kedua tangannya didada. Dan kemudian ia
menghempaskan tubuhnya di kursi sofa. Kepalanya terdongak melihat atap-atap
langit rumahnya. Membuat sang ayah bingung, dengan tingkahnya.
"Sakura,
kau kenapa?" ayah mengulang lagi pertanyaannya.
"Aku
kesal, ayah" balasnya kemudian mempoutkan bibirnya.
"Kesal
kenapa?" ayahnya bingung.
"Atsuko nee-chan"
"Memangnya
kenapa dengan kakakmu itu?" tanya ayah.
"Dia
tidak kembali juga sampai sekarang, dan lebih memilih anak sialan itu daripada
kita" kata Sakura kesal.
"Kau
tenang saja, anak itu tidak akan pernah lagi menganggu kita dan ayah yakin
kakakmu tidak akan lama lagi pastinya akan kembali" ayahnya tersenyum.
"Apa
maksud ayah" keluh Sakura tidak mengerti.
"Haruka
sudah ayah buang"
"APA?"
Sakura terkejut.
"Ada
apa?" ayahnya bertanya balik.
"Maksudku,
kenapa bisa ayah membuang gadis itu? Dan kapan ayah melakukannya? Ayah tidak
pernah menceritakannya padaku," Sakura bertanya. "lagi pula darimana
ayah bisa menemukan gadis sial itu?"
"Ibumu
tidak sengaja melihatnya kemarin dan kemudian ayah menyuruh anak buah ayah
membuang Haruka" balas sang ayah tersenyum bangga.
"Baguslah
jika dia sudah tidak ada dikota ini, aku sangat lega mendengarnya," kata
Sakura tersenyum. "tapi, ayah membunganya kemana?"
"Ah...
itu, kau ingin tahu memangnya?" ayah bertanya balik.
"Yah...
aku hanya memastikan tempatnya itu jauh atau tidak" kata Sakura menampakan
wajah datarnya dan kembali menghempas ke sofa.
"Kau
hanya mengira-ngira jika kau sedang liburan ke Fukuoka kira-kira berapa
kilo" kata sang ayah tersenyum.
"Aku
malas pergi kesana. Ayah ingin membawaku kesana? Aku tidak mau" kata
Sakura kesal.
"Ya
sudah. Kalau begitu ayah pergi dulu"
"Iya"
"Jangan
lupa ganti bajumu" kata sang ayah lagi.
"Hai"
Sakura membalasnya dengan kesal.
Setelah
sang ayah pergi. Sakura kembali duduk seperti biasa. Ia tersenyum dan kemudian
memainkan ponselnya.
***
"Fukuoka?"
"Iya
Fukuoka" Sakura mengangguk-ngangguk.
"Dari
mana kau tahu?" tanya Mayu terkejut.
"Bukan
Sakura namanya, jika Sakura tidak bisa berbuat apa-apa" dengan tenang
Sakura membalas.
Mereka
terdiam sejenak. Mayu tampak memikirkan sesuatu, setelah ia tahu dimana tempat
Paruru dibuang oleh kedua orang tua mereka.
"Nii-chan"
"Nani?"
balas Mayu tanpa sedikitpun menoleh kearah adiknya.
"Apa
harus kita kesana untuk menolong Haruka?" tanya Sakura.
"Jangan.
Bukan kita yang kesana, tapi Atsuko nee-chan"
"Kau
akan memberi tahunya pada nee-chan?" Mayu mengangguk langsung.
***
Mayu
masuk ke dalam sebuah rumah sakit yang berada di kota tokyo. Pemuda itu
berhenti dan berbicara pada petugas rumah sakit itu.
"Berikan
ini pada Yuki sensei, jangan bilang jika itu dari aku. Apa kau mengerti?"
kata Mayu.
"Mengerti
tuan. Saya akan sampaikan nanti" Mayu tersenyum.
Mayu
kembali berbalik dan kemudian ia pergi dari rumah sakit itu. Ia berharap jika
Yuki mengetahui keberadaan kakak pertamanya. Jawaban tentang keberadaan adiknya
ada di petugas itu. Dia pergi menggunakan mobilnya.
***
Mayu
sampai di rumah. Ia mengkerutkan dahinya ketika tiba di sana. Ada beberaoa
orang yang tengah berdebat dengan kedua orang tua mereka. Mayu tidak kenal
siapa orang-orang itu dan apa yang mereka lakukan dirumahnya.
Mayu
mendekat dan mencoba mendengarkan apa yang dibicarakan ayahnya kepada
orang-orang itu. Ia agak sedikit terkejut, ketika orang itu membawa kata
perusahaan. Sebenarnya apa yang kedua orang itu bicarakan pada kedua orang
tuanya.
Lalu
mereka berjalan begitu saja, setelah kedua orang itu mengancam kedua orang tua
Mayu. Setelah, bayang-bayang orang itu sudah tidak terlihat. Mayu menghampiri
kedua orang tuanya dan menanyakan apa yang terjadi.
"Kai,
dia menyita perusahaan ayah dan rumah serta seisinya Mayu" Mayu terkejut.
"Apa??"
ayahnya hanya mengangguk pasrah.
"Besok
juga, kita harus pergi dari rumah Mayu" ayahnya terdengar pasrah.
"Kenapa
tiba-tiba ayah?" tanya Mayu.
"Ayah
lupa, ayah belum mengembalikan uang yang ayah pinjam. Seharusnya itu sudah
beberapa bulan yang lalu, namun ayah melupakan semua itu dan akhirnya Kai
menyita perusahaan ayah dan rumah ayah juga"
***
"Kai nii-chan menyita
perusahaan ayah dan juga rumah kita?"
"Aku
rasa Kai alasannya bukan itu saja. Kemungkinan, ini ada hubungannya dengan
Atsuko nee-chan, Sakura" kata Mayu membalas.
"Aku
mengerti dengan apa yang kau maksud" Sakura menunduk.
"Iya,
Atsuko nee-chan mungkin meminta bantuan Kai" kata Mayu
membalas.
"Lalu,
besok juga kita harus pergi dari rumah?" Sakura bertanya dan Mayu
mengangguk.
"Iya,
mau tidak mau besok kita harus pergi dari rumah" Mayu bisa mendengar sang
adik mendesah.
Semua
ini memang salah kedua orang tua mereka. Jika dulu, kedua orang tua mereka
tidak menelantarkan Haruka, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi
pada mereka. Dan keluarga mereka masih menerima Haruka.
Tapi,
nyatanya kedua orang mereka menganggap Paruru itu biang masalah. Paruru hanya
membuat mereka malu, dan akhirnya kejadian seperti ini terjadi pada mereka.
Hanya sesal yang mereka rasakan sekarang.
***
Yuki
masuk ke dalam rumah sakit. Sampai di loby rumah sakit, ada seseorang yang
memanggil dirinya. Yuki menoleh, ia melihat Takayanagi. Salah satu perawat
dirumah sakit tempatnya bekerja. Dan gadis itu juga adalah salah satu
sahabatnya.
"Ada
apa?" tanyanya pada Takayanagi.
"Ini
ada surat untukmu" Takayanagi memberikan lipatan kertas kepadanya.
"Dari
siapa?" tanya Yuki heran.
"Buka
saja. Aku harus pergi, aku masih ada pekerjaan" kata Takayanagi padanya.
"Hai,
arigatou" Takayanagi mengangguk.
Setelah
gadis itu pergi. Yuki membuka lipatan kertas itu. Yuki membacanya dengan teliti
setiap kalimat-kalimat yang ada dikertas itu. Tak lama, kedua matanya melebar.
Sebuah tempat sekarang ada dipikirannya.
"Fukuoka?"
***
Atsuko
Pov...
Sudah
3 hari aku tidak menemukan keberadaan dirinya. Aku tidak tahu, dia ada dimana
sekarang. Dan jujur, aku sangat stress sekarang. Hanya ada dia dipikiranku. Aku
telah lalai menjaga dirinya. Maafkan aku, Paruru.
Tubuhku
sangat lemas sekarang. Aku tidak makan selama ini, yang aku pikirkan hanyalah
Paruru. Hanya dia, dia sudah menghilang selama 3 hari dan aku juga belum
menemukan dirinya. Sungguh sangat payah.
"Acchan,"
aku menoleh dan melihat Jun. "jangan seperti itu, kau tidak boleh menyiksa
dirimu sendiri" katanya dan aku hanya memandangnya dengan samar.
"Benar
nona. Nona harus makan, baru setelah itu kita mencari nona Haruka" aku
hanya menggeleng membalasnya.
Bagaimana
bisa aku makan, sementara aku tidak tahu apa yang tengah terjadi pada adikku.
Bagaimana dia disana? Atau dia sudah makan atau tidak. Aku sama sekali tidak
tahu. Tidak ada kabar tentang dirinya sama sekali.
"Nona,
jangan seperti itu. Jika nona Haruka tahu kau seperti ini, pasti dia akan
sedih" kata Rena lagi.
"Aku
tidak bisa makan Rena. Aku ingin adikku, aku ingin dia kembali padaku" aku
kembali menangis.
"Bersabarlah,
Kai dan juga Yui masih mencari adiknya. Kita tunggu saja kabar dari
mereka" aku hanya bisa menangis membalas ucapannya.
"Paruru"
lirihku dalam pelukan Rena.
***
Author
Pov...
"Acchan"
Atsuko menoleh ketika ada yang memanggil.
"Yuki,
ada apa?" tanya Atsuko sambil menghapus air matanya.
"Kau
masih saja menangis. Aku yakin, Paruru akan kembali lagi padamu.
Tenanglah" kata Yuki tersenyum.
"Bagaimana
aku bisa tenang, Yuki. Aku tidak tahu keberadaannya dimana sekarang, dan aku
tidak tahu apa dia sudah makan atau belum" keluh Atsuko.
Yuki
kembai tersenyum. Kemudian ia duduk di sebelah kiri Atsuko. Ia mengeluarkan
sebuah kertas dan mengulurkannya pada Atsuko.
"Nani
kore?" tanya Atsuko heran.
"Baca
saja"
Menurut,
Atsuko langsung membuka lipatan kertas itu. Dan kemudian, ia membaca setiap
kalimat yang berada dikertas itu, hingga tak lama kemudian. Kedua matanya
terbuka lebar, setelah membaca surat itu.
"Fukuoka?"
dia menoleh karah Yuki.
"Iya,
adikmu ada disana sekarang" Yuki tersenyum.
"Surat
ini dari siapa?" tanya Atsuko lagi.
Yuki
mendesan kemudian menggleng sebelum membalas pertanyaan Atsuko, "Entahlah,
tidak ada namanya disana"
Atsuko
kembali membaca surat itu. Ia memperhatikan baik-baik surat itu. Ada sebuah
nama yang terlintas dibenaknya. Dan entah kenapa Atsuko sangat yakin, jika
orang itu adalah orang yang sudah mengirim surat ini pada Yuki.
"Mayu"
lirihnya.
***
"Sekarang,
mau tidak mau kita harus tinggal disini" kata tuan Shimazaki kepada
keluarganya.
"Disini
ayah?" tuan Shimazaki mengangguk.
Didepan
mereka, ada sebuah rumah kecil. Jauh berbeda dengan rumah mereka yang dulu.
Rumah itu bahkan terkesan seperti rumah kecil yang sangat kumuh. Entah dari
mana tuan Shimazaki menemukan rumah itu.
"Aku
tidak masalah jika tinggal disini" kata Mayu lirih.
"Aku
juga" sambung Sakura.
"Ya
sudah, sekarang kita harus masuk"
"Ayah,
aku ingin jalan-jalan dulu disini bersama dengan Sakura"
"Hati-hati"
Mayu mengangguk.
***
Sakura
mendesah, ketika ia berjalan ditepi jalan bersama dengan kakak keduanya. Ia
benar-benar tidak akan menyangka, jika semua itu akan terjadi pada keluarganya.
Ia tidak tahu harus menyalahkan siapa lagi.
Mungkin,
jika diingat apa kata Mayu. Ia justruh kembali berfikir jika semua ini memang
berawal ketika mereka dulu kecil.
Padahal
dulu Haruka masih disayang, dan dia juga dimanja seperti dirinya dan kedua
saudaranya yang lain. Namun, semua itu berubah. Berubah, ketika Haruka
mempermalukan keluarga mereka di depan para teman ayahnya.
Banyak
yang membicarakan keluaragnya waktu itu. Dan setelah itu, Haruka diasingkan.
Dan bahkan dia juga terkesan mengejek kakak ketiganya itu. Dan hingga akhirnya
kakak pertamanya membela Haruka, setelah itu kejadian seperti ini terjadi pada
mereka.
Semua
ini memang salah keluarganya, yang terlalu tidak pernah melihat keberadaan
Haruka. Dan yang sekarang dilakukan Sakura hanyalah menyesali semua yang sudah
terjadi. Entah kenapa, penyesalan itu harus datang di akhir, bukan di awal.
Tapi,
sudahlah. Yang terpenting sekarang, dia harus bisa membantu kakak pertamanya
walau dari jauh. Itung-itung dia ingin membalas perbuatannya dulu. Dan dia juga
harus bisa membuat kedua orang tuanya sadar akan keberadaan Haruka.
Tak
lama, kedua matanya melebar. Ia mengingat sesuatu, kemudian ia mengambil ponsel
yang berada di sakunya. Tangannya dengan lihai mengetik nomor seseorang dan
sekarang ia menempelkan ponselnya di telinganya.
Mayu
yang berada di sampingnya, hanya bisa memandangnya dengan aneh. Entah apa yang
dilakukan oleh adiknya itu.
"Mion-chan"
katanya menyapa seseorang yang berada jauh disebrang.
"Kau
bisa membantuku?" tanya Sakura lagi.
"Membantu
apa?"
"Ah...
kau masih ada di Fukuoka bukan?" tanya Sakura.
"Tentu"
"Apa
kau bisa mencari orang bernama Shimazaki Haruka? Nanti, aku akan kirimkan
fotonya" kata Sakura.
"Tentu
saja, aku akan membantumu"
"Arigatou"
Sakura tersenyum.
"Sama-sama"
Sakura
menjauhkan ponsel dari telinganya. Kemudian, ia mengirimkan foto Haruka kepada
gadis bernama Mion tadi. Setelah pesan itu terkirim, ia kembali tersenyum. Ia
berharap Haruka bisa ditemukan secepatnya.
"Kau
pintar juga" dia menoleh melihat Mayu.
"Ah...
kau ini nii-chan"
"Baiklah,
kita tunggu kabar dari temanmu" Sakura mengangguk.
***
"Yuki,
bagaimana sudah ada kabar?" tanya Atsuko.
"Belum
Acchan, sabar ya" kata Yuki membalas.
Tadi
pagi, Yuki meminta bantuan saudara sepupunya yang tinggal di fukuoka untuk
mencari keberadaan Paruru. Saudara sepupunya yang bernama Iriyama Anna itu melakukan
kemauannya. Anna juga berjanji, jika ia sudah menemukan Haruka, dia akan
mengabari Yuki.
Tadi
juga, mereka sudah mengabari Yui dan Kai. Namun, sayangnya Yui tengah berada di
Nagoya bersama kakaknya. Mereka tengah menjenguk salah satu keluarga mereka.
Sedangkan Kai, pemuda itu masih melacak keberadaan Haruka, melalui kenalannya
yang berada di Fukuoka.
"Paruru,
muda-mudahan dia tidak kenapa-napa" lirih Atsuko berharap.
***
Haruki
berjalan membawa nampan yang diatasnya terdapat tiga minuman. Dia melihat
Paruru yang sekarang tengah mencoba berjalan tanpa alat bantu jalan.
Ini
sudah hari kedelapan Paruru ada di rumahnya. Dan tampaknya, gadis itu sudah ada
kemajuan yang pesat. Sedikit demi sedikit kegagapan Paruru mulai berkurang
bahkan kaki gadis itu juga sudah ada kemajuan.
Pengobatan
yang dilakukan oleh kakaknya terhadap Paruru, ternyata tidak sia-sia. Bahkan
Paruru sekarang sudah mulai melatih suaranya, salah satunya bernyanyi. Gadis
itu benar-benar mempunyai tekad yang kuat untuk sembuh.
"Bagaimana one-chan,
sudah ada perkembangan lagi?" Haruki langsung bertanya sambil meletakkan
nampan itu dimeja.
"Hmm..
sudah, mungkin beberapa minggu lagi Paruru akan sembuh total" kata sang
kakak membalas.
"Yokatta"
ucapnya singkat.
"Paruru,
lebih baik kau istirahat dulu" kata Haruki.
"Ah...
i-iya a-ariga-ga-tou" Haruki mengangguk.
"Sama-sama"
Haruki membalasnya singkat.
"Nee...
Haruki, kau ingin pergi lagi besok, kemana?" tanya Natsumi pada adiknya.
"Bermain
basket dengan Riyu. Bagaimana jika nee-chan dan Paruru ikut. Sekalian melatih
kaki Paruru" kata Haruki memberi saran.
"Aku
sibuk besok, aku tidak bisa" kata Natsumi.
"Kalau
kau Paru?" tanya Haruki berharap.
"Ah...
i-itu, mu-mungkin bi-bisa" kata Paruru membalas.
"Yokay,
kita liburan besok, di hari minggu"
Natsumi
hanya tersenyum melihat tingkah adiknya. Tak lama, ponselnya berdering. Ia
mengambil ponselnya dan melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.
"Ada
apa?" tanya langsung.
Sementara
sang kakak sedang menelpon, Haruki menawarkan minuman kepada Haruka. Dan dengan
senang hati pula, Haruka menerimanya.
"Dari
siapa, nee-chan?" tanya Haruki ketika kakaknya selesai
menelpon.
"Annin,
dia ingin bertemu dengan nee-chan, seperti biasa mungkin dia ingin
meminta obat untuk ibunya yang sakit" Haruki mengangguk mengerti.
Sedangkan
Paruru, dia masih terdiam di samping Haruki. Jujur, 8 hari tidak bertemu dengan
sang kakak membuatnya rindu. Dia ingin kembali, namun dia belum sembuh
total.
Bersabarlah nee-chan,
aku pasti akan kembali padamu. Aku hanya perlu waktu untuk sembuh dari
penyakitku. Setelah, aku sembuh aku pasti akan datang dan kembali kepadamu. Aku
berjanji.
To Be Continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar