Author : Rena-chan
Genre : Horror and Love (gxg)
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Yokoyama Yui
Ini one-shoot aku yang pertama kali bergenre horror. Sebenarnya gak tahu juga sih, ini horror apa gak, tapi ya begitulah cerita aku hehe...
Happy Reading All....
~---0---~
Pernahkah
kau menemukan sebuah rumah kosong?. Dan jika pernah, bagaimana rumah itu? Apa
kau melihatnya dengan horror. Karena, memang suasana rumah itu terlihat horror,
ataukah kau justruh melihatnya dengan tatapan biasa saja? Tapi, apakah kau bisa
menantang dirimu untuk mendekati rumah itu? Rumah yang bisa membuat bulu kuduk
meremang, dan rumah yang bisa membuat nyalimu menciut begitu saja.
***
Aku
melangkah menyusuri jalan. Aku habis pulang dari tempatku bekerja, dan sekarang
aku harus berjalan selama kurang lebih setengah jam untuk sampai dirumah. Dan
apa kau tahu, aku juga harus melewati sebuah rumah kosong yang sangat
menyeramkan.
Rumah itu sudah lama tidak di tempati. Dan jika kau
menanyakan jarak antara rumahku dan rumah itu, kemungkinan 300 meter. Dan jika
aku melangkah melewati rumah itu, bulu kudukku selalu saja berdiri menandakan
jika aku takut.
Di depanku, di sana. Aku bisa melihat rumah itu. Sial,
dilihat dari sini saja sudah benar-benar sangat angker, apalagi jika dilihat
dari dekat.
Aku terus melangkah, dan melangkah. Dan sekarang aku sudah
berada tepat didepan rumah itu. Lagi-lagi aku merasakan bulu kudukku
berdiri.
Aku
ingin berlari, tapi aku merasakan kakiku yang lemas. Aku ketakutan, aku
benar-benar sangat takut jika berada disini. Ayolah, aku harus bisa berlari.
Kenapa lagi-lagi kakiku harus lemas seperti ini ketika berada tepat di depan
rumah itu.
Sejenak, aku mematung. Seperti ada yang memanggilku, dari
rumah itu. Rumah kosong itu, tapi siapa. Aku yakin, tidak ada siapa-siapa di
sana, kecuali ah... tidak, itu tidak mungkin. Aku akan sangat takut, jika itu
memang benar-benar apa yang aku pikirkan.
"Ahh...." aku berteriak dan kemudian aku lari
terbirit-birit.
Sial, gara-gara aku mendengar suara misterius itu aku harus
lari dan aku harus mandi keringat. Bukan hanya karena lari, namun karena aku
juga ketakutan. Sial, jantungku berdebar begitu kencang karena hal itu.
"Paruru, kau kenapa?" aku menoleh dan menemukan
Yui.
"Yuihan, aku merasakan firasat buruk tentang rumah
itu" balasku lagi.
"Rumah itu lagi?" aku mengangguk.
"Maka dari itu jangan dekat-dekat dengan rumah itu"
ucapanya.
"Sebenarnya ada apa dengan rumah itu?" tanyaku.
"Ada hantu" aku menelan ludahku sendiri.
***
Malam
tiba, dari sini blangkon kamarku sendiri. Aku tengah melihat bulan. Hari ini,
malamnya lebih berbeda dari malam-malam sebelumnya. Malam ini entah kenapa, aku
merasakan firasat buruk. Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi nantinya.
Ketika aku tanpa sengaja menunduk, justruh kedua mataku
tertuju pada rumah yang mempunyai nomor 48 itu. Malam seperti ini, rumah itu
semakin sangat menyeramkan. Aku benar-benar takut, jika aku harus kembali
berjalan di depan rumah itu.
Yah... tapi, mau bagaimana lagi. Pekerjaanku memang melewati
rumah itu dan aku memang membutuhkan pekerjaan itu. Gaji di sana sangat besar,
dan aku tidak mau kehilangan pekerjaanku. Apalagi, aku bersama dengan Yui
dirumah ini.
Ketika aku ingin berbalik, langkah kakiku tertahan ketika aku
mendengar sesuatu dari belakang. Tapi, aku berada di blangkon kamar sekarang,
dan aku yakin aku sendiri. Lalu, siapa yang berbicara di belakangku, mungkinkah
itu....
Aku berbalik, namun aku tidak melihat apa-apa. Yang aku
lihat, hanyalah sebuah rumah bernomor 48 dan itu adalah rumah anger itu. Mana
mungkin, rumah itu yang berbicara padaku? Tidak mungkin, bukan?
Dan lagi, aku mendengar dari suaranya seperti suara
perempuan. Aku menelan ludahku. Aku tidak tahu, harus percaya atau tidak dengan
pendengaranku tadi. Tapi, suara tadi sangat jelas di telingaku. Dengan takut,
aku kembali melihat rumah itu.
Ck... apa itu?
Seorang gadis, dengan wajah pucat pasi dan kedua matanya
menatapku sangat tajam. Dan lagi, bajunya ada noda warna merah. Aku tidak
yakin, tapi aku mengira itu adalah darah. Kurasakan tubuhku yang bergetar. Dan
kau tahu?
Gadis itu berada di jendela rumah kosong itu. Tak lama, ia
tersenyum. Senyum yang sangat menakutkan untukku, dan aku bertambah beku dan
bergetar. A-a-apa itu?. Aku tidak bisa kemana-mana. Aku hanya bisa diam seperti
patung di sini sambil melihat kedua matanya yang menatapku dengan tajam dan
lagi senyuman yang mengerikan itu.
Aku ingin sekali berteriak, namun sepertinya aku tidak bisa
mengeluarkan suaraku. Aku hanya bisa diam, dengan mata melebar dan aku takut.
Aku takut dengan semua yang kulihat sekarang.
"Tasukete"
Sial, lagi-lagi suara itu terdengar di telingaku. Apa yang
harus aku lakukan? Aku benar-benar sangat takut, sekarang. Aku menutup kedua
mataku dengan cepat dan ke,-
"Tasukete"
kutelan ludahku.
"Tasukete"
kenapa dia hanya berbicara hal yang sama?
"Tasukete"
lagi-lagi kata-kata yang sama.
"Datanglah ke rumah itu, aku disana. Tasukete"
ini lebih panjang perkataannya yang tadi.
Tapi, tunggu dia menyuruhku untuk datang ke rumah kosong itu?
Yang benar saja. Aku saja penakut seperti ini. Kenapa juga dia harus meminta
bantuan kepadaku? Kenapa tidak orang lain saja.
Aku membuka kedua mataku. Setelah itu, aku kembali melihat
rumah itu. Sosok gadis yang ku lihat tadi, dia sudah tidak ada. Aku bisa
bernafas lega, karena aku benar-benar sangat takut dengan rumah itu apalagi
kejadian yang baru saja menimpaku.
Tapi, apa harus aku menuruti ucapan sosok misterius yang sama
sekali tidak bisa ku lihat itu? Aku, apa aku harus ke rumah itu sekarang?
Aku kembali ke dalam, dan aku sama sekali tidak menemukan
Yui. Yui, dimana Yui? Kenapa dia tidak ada di rumah?
Apa
mungkin dia keluar?
Tidak biasanya, dia tidak ijin kepadaku. Aku menoleh. Sial,
apa harus aku ke rumah itu sekarang. Tapi, ini malam dan aku benar-benar dalam
keadaan takut. Dan ini lebih takut dari apa yang aku rasakan tadi siang.
Huft... daripada aku terus di bisiki olehnya. Lebih baik aku
ke sana saja, dan menyelesaikannya. Dan dia juga sudah memilihku untuk
membantunya. Mungkin, aku akan mempercayai film horror yang pernah kutonton.
Jika, aku membantu hantu itu, aku bisa terlepas darinya.
Aku keluar dan dengan cepat, aku melangkah ke arah rumah itu.
Sial, rumah itu gelas sekali. Aku tahu, rumah itu tidak berpenghuni tapi, tidak
adakah cahaya di sana sama sekali? Ungtung saja, aku membawa ponselku.
Aku mendekat ke arah rumah itu. Aku menelan ludahku lagi,
ketika aku sudah berada tepat di depan rumah itu. Sial, ini lebih sulit dari
apa yang aku pikirkan. Tuhan, tolong aku. Aku sudah tidak kuat lagi, tapi aku
harus menolong orang yang berbisik tadi kepadaku. Tapi, aku tidak yakin jika
itu adalah orang.
Aku kembali mendekat dan sekarang aku sudah berada di depan
pintu rumah itu. Pintu ini berwarna putih mungkin, tapi sudah rapuh dan
warnanya juga luntur. Mungkin, karena sudah bertahun-tahun lamanya tidak di
gunakan.
Kubuka perlahan pintu itu, dan sekarang aku bisa melihat
keadaan rumah yang gelap. Aku mengeluarkan ponselku dan kemudian
menghidupkannya. Rumah ini benar-benar sangat kotor, semuanya berantakan.
Aku melangkah dengan takut. Aku menoleh ke arah kanan dan
kiriku. Tapi, aku tidak melihat apa-apa. Dan aku juga tidak melihat gadis yang
kulihat tadi di blangkon kamarku. Lalu, apa yang harus aku lakukan disini?
"Disini" aku menoleh.
"Kemarilah" aku mendengar suara itu lagi.
Setelah suara itu, aku melihat sebuah pintu yang terbuka sendiri.
Lagi-lagi aku menelan ludah, apa mungkin dia yang membuka pintunya?
Dan aku melangkah dengan rasa takut pula-pula. Pelan-pelan
aku melangkah masuk ke dalam dan di sana aku kembali di perlihatkan oleh
keadaan rumah yang sangat berantakan. Lukisan tidak terpasang rapi, dan lagi
benda-benda juga terjatuh di lantai.
Dan aku juga melihat ada noda merah di sana. Sempat aku
berfikir, apa ada orang yang bertindak kriminal di sini? Dan dari itu, disini
menjadi sangat angker?
"Kemarilah, aku ada di sini" aku kembali menoleh.
"Masuklah" kenapa bisa aku di tuntun oleh sosok
yang aku sendiri tidak tahu sosok itu seperti apa.
Lagi-lagi aku melangkah mengikuti arah suara itu. Kali ini,
aku dihadapkan oleh sebuah pintu rapuh. Aku tidak tahu lagi, apa yang ada di
dalamnya. Namun, aku kembali melangkah dan membuka pintu itu kemudian masuk ke
dalam.
Kau
tahu, apa yang ada di dalam sini?
Jujur, aku melebarkan kedua mataku. Aku melihat mayat-mayat
dengan matanya yang tertutup dan ada juga yang terbuka. Jantungku berdegup dengan
sangat kencang. Apa aku tidak salah lihat? Kenapa disini banyak sekali mayat?
Apa benar jika disini, ada pembunuhan? Berbagai pertanyaan
tertumpuk sudah di pikiranku. Aku benar-benar tidak sanggup untuk melanjutkan
jalanku. Tubuhku bergetar dan aku mulutku terkatup rapat.
Aku menoleh, aku melihat seorang gadis yang tergeletak tepat di
samping dinding. Tunggu, bukankah itu gadis yang menatapku tadi dengan matanya
yang tajam? Jadi, dia juga mati di tempat terkutuk ini? Sebenarnya apa yang
terjadi?
"Tasukete" aku mendongak.
Aku melihat seorang gadis yang terduduk dengan kepala yang
memiring ke kiri. Aku kembali menelan ludahku. Siapa dia?
Aku melangkah ke arah gadis itu. Dan tiba-tiba saja dia
mendongak melihatku dengan tatapan samar. hampir saja, aku mati karena
terkejut. Ku kira dia mati, tapi ternyata tidak. Lalu, siapa suara yang ku dengar
tadi.
"Lepaskan dia, dia masih hidup" lagi-lagi aku
mendengar suara misterius itu.
"Si-siapa kau?" tanyaku takut.
"Dia akan menjawab pertanyaanmu. Sekarang lepaskan
ikatannya" suruhnya.
Dengan takut, aku melepas ikatan di tubuh gadis itu. Wajahnya
memucat, dari mulutnya keluar darah sedikit. Dan mungkin juga, dia kesakitan.
Aku tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi di rumah angker ini.
"Yokoyama-san" aku menkerutkan dahi ketika dia
menyebut nama marga seseorang.
"Kau, kenapa kau menyebut Yokoyama?" tanyaku
bingung.
"Lebih baik, kau tidak dekat-dekat dengannya. Dia sangat
berbahaya" huh?
"Maksudmu? Dan Yokoyama siapa yang kau maksud"
tanyaku sambil melepas ikatan di tubuhnya.
"Yokoyama Yui," aku terdiam ketika mendengar nama
yang ia sebut. "dia pemakan darah manusia, dia sangat jahat"
Tidak mungkin. Apa itu benar. Apa Yokoyama Yui. Diakah? Gadis
yang selama ini menjadi temanku. Aku benar-benar tidak percaya rasanya. Dan
entah kenapa, aku merasakan sakit di kepalaku. Aku masih tidak percaya dengan
semua itu.
"Dia seperti iblis atau mungkin vampire," dia
berkata kembali. "yang jelas, dia itu bukan manusia"
"Lalu siapa yang menuntunku kemari?" tanyaku.
"Mungkin kakakku. Itu dia yang berada di samping
dinding" apa?
Bukankah gadis itu yang tadi melihatku dengan wajah yang
menakutkan. Jadi, dia kakak anak ini. Dan dia justruh meminta bantuanku?
"Lalu dimana Yokoyama Yui?" tanyaku kembali.
"Aku disini" aku menelan ludahku setelah mendengar
suara itu.
Perlahan, aku membalikan tubuhku. Dan sekarang, aku bisa menatap
orang yang sangat aku kenal. Apa benar itu Yui? Yokoyama Yui, temanku yang
selama ini menemaniku. Kenapa dia seperti ini? Apa yang terjadi padanya, kenapa
dia memburu manusia?
"Yui, nande?"
"Kau sudah mengetahui semuanya, Paru" dia menatapku
tajam. Tatapan yang tidak pernah ku lihat darinya.
"Yui, kenapa kau seperti ini? Siapa sebenarnya
dirimu?" tanyaku ketakutan.
"Aku bukan manusia" aku menelan ludahku.
"Nee..." aku menoleh melihat gadis itu.
"Bunuh dia, sebelum membunuh kita," aku tidak
mungkin membunuh orang yang aku cintai. "Pakai pisau yang ada disaku
celanaku. Kelemahannya berada di perutnya"
"Aku tidak mungkin melakukan semua itu" lirihku.
"Lakukan atau kita yang akan terbunuh" aku menelan
ludahku.
Yui, dia adalah orang yang sangat aku cintai. Walau kita
sama-sama perempuan, namun perlakuannya selama ini padaku membuatku sangat
nyaman berada di sampingnya dan karena itu juga aku tidak ingin berpisah
dengannya.
"Lakukan
sekarang" ucapnya yang seperti mendesakku.
Dengan perlahan, aku mengambil pisau itu dari saku celananya.
Aku akan membunuh orang yang sangat aku cintai sendiri. Apa aku bisa melakukan
semua itu dengannya? Melihatnya yang terluka saja, aku tidak bisa apalagi
membunuhnya.
Aku berdidi tegak dan melangkah ke arahnya. Matanya tertuju
pada pisau yang berada di tanganku. Yui, aku tidak bisa membunuhmu sebenarnya.
Tapi, kenapa kau lakukan semua ini pada orang-orang yang tidak bersalah sama
sekali?
"Kau ingin membunuhku?" dia tersenyum tipis namun
menakutkan.
"Yui" lirihku.
"Bunuhlah aku jika kau bisa, Paru" aku terus
melangkah ke arahnya sambil menangis.
"Nande Yuihan?" tanyaku.
"Karena aku menginginkan darah manusia untuk membuat
awet muda. Dan dengan darah itu juga, aku bisa menjadi yang terkuat di dunia
ini Paru" katanya panjang lebar.
"Sebenarnya kau ini makhluk apa?"
"Kau bisa menyebutku iblis Paru" dia tersenyum
dengan sangat dingin.
"Apa kau tahu? Aku juga yang membunuh kedua orang
tuamu" aku melebarkan kedua mataku.
Aku menoleh, ketika dirinya menunjuk sesuatu. Aku terkejut,
mayat kedua orang tuaku?. Tuhan, mereka di bunuh oleh Yui?
Orang yang selama ini aku cintai, justruh membunuh orang
tuaku? Pantas saja, mereka tidak pernah kembali selama satu tahun yang lalu.
Jadi, mereka sudah terbunuh di tangan Yui? Kau benar-benar sangat jahat Yui.
"Kau
jahat Yui" aku menatapnya dengan wajah kesal sekaligus kecewa.
Aku melangkah ke arahnya. Dan langsung aku melayangkan
tusukan pisau itu di perutnya. Ku lihat kedua matanya yang terbuka. Dan
kemudian, aku menjauh darinya. Melihatnya yang sekarang jatuh terduduk dengan
kedua lututnya yang menjadi tumpuan.
"Paru, a-aku ju-juga me-mencintaimu" aku melebarkan
kedua mataku.
"Dengan aku mati, kakakku juga mati" kakak?
"Sebenarnya dia-lah yang sudah membunuh ke-kedua orang
tuamu" dia tersenyum.
"Y-Yui" ucapku.
"Selamat tinggal Paru. Wa-walau aku sudah tiada di
sampingmu lagi, a-aku akan te-tetap mencintaimu" aku menangis.
"Yui, maaf" balasku.
"Kau melakukan hal yang benar. Jika aku tidak terbunuh, maka
kakaku tidak akan mati" dia tersenyum.
"Y-Yui"
"Selamat ti-tinggal" ucapan terakhirnya.
Ku lihat tubuhnya yang kemudian berubah menjadi sinar
berwarna merah. Dan sinar itu melayang ke aras dan aku juga melihat satu sinar
lagi yang datang dan mereka hilang secara bersamaan. Yui, dia sudah pergi untuk
selamanya.
"Gomen ne" aku menoleh.
"Dia yang memintaku untuk berbicara seperti itu, jika
kau memang benar-benar datang kemari" kata gadis itu.
"Sebenarnya kelemahan kakaknya ada di diri Yokoyama
Yui-san. Dari itu, dia memintaku bilang seperti itu padamu"
"Yui"
"Lalu bagaimana dengan mereka?" tanyaku.
"Kedua orang tuamu, tentu saja kau yang mengurus. Jika
mereka, aku akan menjelaskannya pada orang-orang dan meminta mereka untuk
mengurus mayat-mayat itu" aku mengangguk.
***
4
bulan kemudian
Setelah kejadian itu, aku menjadi sangat sering melamun dan
merasa bersalah terhadap Yui. Bahkan, pekerjaanku saja tertunda-tunda. Dan
banyak yang belum aku selesaikan. Aku masih memikirkan Yui, dan hanya dia yang
berada di otakku sekarang ini.
"Paruru" aku menatap samar sahabatku.
"Ayo berdiri" dengan malas aku menuruti
perkataannya.
"Ada apa memangnya?" tanyaku.
"Bos baru kita datang dan dia seorang perempuan. Dia
akan mengenalkan dirinya pada kita" ucapnya panjang lebar.
Aku menghela nafas mendengarnya. Rasanya benar-benar sangat
malas. Apalagi mendengar bos baru, aku akan mendapat kemarahan jika aku tidak
melakukan pekerjaanku dengan baik.
"Perkenalkan aku Yokoyama Yui"
Aku tersentak dan kemudian aku langsung menolehkan
pandanganku kearah orang itu. Aku melebarkan kedua mataku.
"Y-Yui?"
Gak
serem ya? Gak enak ya? Feel yang gak dapet atau mungkin gaje? Gomen ne, inilah
aku aish... selamat malam semua hehe....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar