Sabtu, 30 April 2016

Story Of My Life (Chapter 09)

Title : Story Of My Life Chapter 09
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~





Paruru Pov...

Hidup seperti ini, memang sangat membuatku menderita. Sedari kecil, aku selalu saja di asingkan oleh keluargaku dan bahkan saudaraku saja gemar menyiksaku. Sedari kecil, Sakura selalu saja membuatku menangis. Apalagi, Mayu nii-chan yang selalu saja mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk menghinaku.
Dan hidupku sedikit berubah, setelah Atsuko nee-chan mulai menerimaku dan sampai sekarang, dia terkesan menjaga diriku. Dia bahkan sampai melakukan apa saja demi aku. 

Aku benar-benar sangat ingin mempercepat proses kesembuhanku. Aku ingin berbicara dengan lancar dan aku juga ingin berjalan layaknya anak lainnya yang normal. Aku tidak ingin membuat kakakku malu, karena aku.

Hari ini, adalah hari ketujuh aku di rumah Yuki sensei. Sebenarnya, aku merasa tidak enak harus tinggal disini. Walau, kakakku yang menangani semua itu. Tapi, tetap saja aku merasa aku hanya menjadi beban untuk mereka.

Masalah pekerjaanku di toko lukisan Yui?. Aku tidak lagi, bekerja disana. Karena menurut nee-chan, ayah pasti akan menemukan aku dengan mudah. Apalagi Mayu nii-chan sudah tahu, jika aku bekerja disana sebelumnya.
Aku melangkah keluar dari rumah. Aku melihat ke arah kanan dan kiri. Rupanya di sekitar sini sangat sepi. 
Ku langkahkan lagi kakiku secara pelan-pelan. Jujur, aku sangat tidak betah bila berada di rumah terus menerus. Dan tanpa ijin, aku langsung saja keluar dari rumah. 
Samar-samar aku mendengar suara seseorang. Aku mendongak, melihat seseorang yang berada agak jauh dari tempatku berdiri sekarang. Ku lihat orang itu, sepertinya aku mengenal orang itu. Tapi, siapa?.

Aku kembali melihat orang itu baik-baik. Aku Memicingkan mata untuk melihat orang itu. Dan ketika aku tahu siapa orang itu, aku melebarkan kedua mataku dengan bulat. 
Dia ibuku.
Kenapa ibu bisa ada disini?. Apa yang di lakukan olehnya?. Sedang berbicara pada siapa ibu?. Apa jangan-jangan ibu kesini untuk mencariku dan nee-chan?. Apa orang-orang itu adalah orang suruhan ibu untuk melacak keberadaan kami?.

Aku berbalik, aku tidak ingin ibu melihatku berada disini. Bisa-bisa aku akan di culik olehnya, dan aku akan terpisah dengan kakak. Aku tidak mau berpisah dengan Atsuko nee-chan. Aku sudah tidak mempunyai apa-apa, bagiku nee-chan adalah satu-satunya keluarga yang ku punya dan hanya dia yang mengakuiku sebagai keluarganya.
"Nyonya, itu anak yang di foto" ku dengar suara teriakan seseorang dari belakang.
Apa mereka melihatku?. Tidak, aku tidak ingin tertangkap oleh mereka. Gawat, jika aku tertangkap oleh ibu. Aku tidak ingin di bawa keluar kota, seperti apa yang di bilang nee-chan waktu itu.

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat. Tapi, aku hampir saja terjatuh jika saja aku tidak menahan pagar rumah orang dengan tanganku. Ku lihat belakangku, ternyata mereka mengejarku?. Tuhan, aku tidak ingin di tangkap oleh ibu.

"Haruka, berhenti" ku dengar suara ibu dari belakang.
"To-To-tolong....." aku berusaha keras untuk berteriak.

Bughh....
Ahh... Aku merasakan ada sesuatu yang mendarat dengan sempurna dikepalaku. Ini sakit. Kepalaku sangat pusing sekarang, karena hantaman benda itu. 
Tapi, aku tidak boleh pinsan disini. Aku tidak mau, di bawa oleh ibuku. Ku langkahkan kakiku lagi, tapi salah satu orang yang tadi bersama ibu, sekarang sudah berada di depanku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?.

"Ja-ja-nga-ngan ba-ba-wa a-a-ku. To-to-lo-long le-le-pa-pas-kan a-a-ku" kataku susah payah.
"Tidak akan" balasnya ketus.

Dia menggenggam dengan sangat erat, hingga aku meronta. Ku coba untuk melepaskan genggaman itu dari tangan kekarnya. Sial, dia kuat sekali.

"To-to-long" sial, gagap ini membuatku susah berteriak.
"Buat dia pinsan" tidak.

Bugh..
Ku rasakan tubuhku yang melemah. Dan sebelum aku benar-benar pinsan, aku melihat wajah ibuku. Dia tengah berbicara sesuatu pada anak buahnya. Dan setelah itu, aku tidak tahu apa yang terjadi.

***

Atsuko Pov...

Tar...

Ku tolehkan pandanganku ke arah sebuah gelas yang terjatuh dari meja. Kulangkahkan kakiku dan kemudian aku berjongkok.
"Ahh....." ringisku ketika aku tengah mengambil gelas yang pecah itu.
Aku terdiam. Aku merasa ada suatu yang buruk telah terjadi pada Paruru. Tuhan, ada apa ini? Kenapa aku mempunyai firasat buruk seperti ini? Kuharap tidak ada sesuatu yang aneh-aneh terjadi pada adikku.

"Aku harus pulang" lirihku lagi.
"Mudah-mudahan Paruru dalam keadaan baik-baik" harapku.

Ketika aku ingin melangkah keluar, langkah kakiku terhenti ketika aku mendengar suara handphoneku.

Aku mengambil handphoneku. Dan aku bisa melihat sebuah nama dilayar handphoneku sekarang. Kemudian, aku mengangkat telepon itu.
"Doustano, Rena?" tanyaku langsung.
Aku mendengar suaranya yang bergetar. Dia seperti ketakutan, dan juga aku juga mendengar darinya. Suatu kabar buruk yang menimpa adikku.

"Apa?" aku terkejut.
Ini tidak mungkin. Kulangkahkan kakiku dengan cepat. Langsung aku masuk ke dalam mobil dan kemudian mengemudikannya dengan cepat.

Paruru. Dia hilang. Tuhan, apa yang sudah terjadi dengannya? Kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa jejak?
Paruru, kau dimana?.
Sampai di rumah, langsung aku keluar dari mobil. Aku berlari dan kemudian masuk ke dalam rumah Yuki. Ku temukan Rena yang tengah berdiri bersama dengan Jun. Wajah pelayanku itu, tampak sangat khawatir.

"Rena" panggilku.
"Nona, nona Haruka menghilang" aku menggeleng tidak percaya.
"Tidak mungkin. Kemana dia, Rena?" kurasakan air mataku yang sekarang keluar membasahi pipiku.
"Entahlah nona. Nona Haruka, tadi keluar tanpa pamit kepadaku dan sampai sekarang nona tidak pulang-pulang" 

Aku menangis. Bodoh, seharusnya aku tidak meninggalkannya sendiri di rumah sendiri bersama dengan Rena. Dan sekarang, dia menghilang.
Tuhan, dimana adikku?
Kudengar suara mobil dari luar. Cepat-cepat aku berbalik dan kemudian melangkah keluar rumah Yuki. Aku menemukan Yuki yang baru saja turun dari mobil putihnya.

"Yuki" panggilku.
"Acchan, kau kenapa?" tanyanya menatapku dengan heran.
"Paruru, dia hilang Yuki" balasku padanya.
"Apa?" aku hanya mengangguk sambil menangis.
"Kemana dia?" aku menggeleng.
"Entahlah. Tapi, kata Rena dia keluar tanpa pamit" balasku di sela isak tangisku.
"Lebih baik, kita cari sama-sama Paruru" aku mengangguk menyetujui.

***

Damn. Sudah sedari tadi, aku mengeliling kota dengan mobil milik Yuki. Tapi, aku juga belum bisa menemukan adikku. Aku benar-benar merasa frustasi sekarang. Dan, aku juga merasa bersalah karena meninggalkannya tadi.

Di samping, Rena duduk sambil mencoba menenangkanku. Aku tidak akan bisa tenang, jika Paruru belum bisa ditemukan. Dan sedari tadi juga, aku terus menangis. Kedua mataku mungkin sudah bengkak, karena aku terus menangis sejak tadi. 
Yui dan Kai, yang juga sama-sama mencari. Belum juga menelponku. Mungkin, mereka belum menemukan keberadaan Paruru. Aku benar-benar merasa frustasi sekarang. Aku tidak tahu lagi, apa yang harus aku perbuat.

"Nona, tenanglah" kata Rena.
"Bagaimana bisa aku tenang, Rena. Paruru itu adikku. Dan sekarang dia hilang, dan aku tidak tahu keberadaan dia sekarang" balasku frustasi.
"Aku yakin, nona Haruka pasti akan ditemukan. Nona yang sabar ya" 

Aku menghempas ke kursi mobil bagian belakang. Di depan, Jun menyetir mobil dan Yuki berada di samping Jun. Mereka juga sama cemasnya padaku. 

***

Author Pov...

Mayu melangkah masuk ke dalam rumah bersama Sakura. Kemudian, mereka duduk di sofa. Mereka merenggangkan tubuh mereka, karena kelelahan setelah seharian melakukan aktifitas mereka.
Mayu menoleh kearah Sakura yang berada di sampingnya. Sejenak, dia mendengus. Dan kemudian, ia mengingat perkataan Yuki. Perkataan itu, sampai sekarang masih terngiang dipikirannya. 

"Sakura" panggilnya pada adik bungsunya.
"Doustano, nii-chan?" tanya Sakura.
"Apa kau membenci Haruka?" pertanyaan Mayu itu membuat kening Sakura berkerut.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Sakura.
"Hanya bertanya" balas Mayu lagi.
"Aku sangat membenci dia, nii-chan. Gara-gara dia, kakak pertama kita kabur dari rumah" balas Sakura.
"Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini aku berfikir jika perbuatan kita selama ini salah" lirih Mayu.
"Maksudmu?" tanya Sakura tidak mengerti.
"Setiap hari, kita selalu menyiksa dia" kata Mayu menatap adiknya, dan sejenak ia mendesah. "bahkan, kita juga sering menghina dan memaki dia." 
"Nii-chan, Dia memang pantas mendapatkan semua itu. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu" kata Sakura dengan jengkel.
"Coba kau pikir, jika kau berada diposisi Haruka" Mayu menatap adiknya. "Apa yang akan kau lakukan?"
"Nii-chan, apa kau juga sudah terkena bujukan gadis itu?" Sakura bertanya balik.
"Bukan begitu, Sakura" balas Mayu.
"Lalu apa?" tanya Sakura ketus.
"Kemarin, ada orang yang menunjukan sesuatu kepadaku" Mayu menatap lurus ke depan.
"Apa itu?" tanya Sakura ingin tahu.
"Ada seorang gadis. Gadis itu kedua kakinya buntung, dan dia juga bertingkah layaknya anak kecil. Padahal, usianya sudah beranjak remaja" Mayu bercerita.
"Lalu?" Sakura mulai tertarik cerita Mayu.
"Gadis itu banyak kekurangannya. Tapi, keluarganya tidak pernah malu mempunyai anak seperti dirinya. Dan kau tahu? Bahkan keluarganya menyayangi gadis itu, tanpa melihat kekurangan yang berada dalam diri gadis itu" Mayu mendesah.

Sakura terdiam. Ia mengerti, apa yang Mayu maksudkan. Pikirannya tertuju pada Haruka. Kakak ketiganya yang memiliki banyak kekurangan. Tak lama, ia mendesah. Wajahnya penuh dengan rasa kesal.

"Apa yang kau pikirkan?" Mayu bertanya.
"Entahlah" Sakura melirihkan suaranya dan kembali menghempaskan tubuhnya yang masih lelah.

***

Mayu melangkah menaiki tangga yang menuju lantai dua. Di atas, ketika dia ingin melewati kamar kedua orang tuanya langkah kakinya tertahan. Samar-samar ia mendengar percakapan kedua orang tuanya.

Mayu mendekat. Ia ingin tahu, apa yang tengah dibicarakan kedua orang tuanya malam-malam seperti ini.
"Baguslah ayah, kalau begitu Haruka tidak akan pernah menganggu kita lagi" suara ibunya terdengar.

"Kalau boleh tahu, ayah membuang Haruka kemana?" Mayu terbelalak mendengarnya.
"Itu tidak penting, yang terpenting gadis itu tidak akan lagi menganggu kita. Dia berada di luar kota dan tidak akan mungkin bisa kemari lagi" tuan Shimazaki membalas.

Mayu menjauh. Ia berjalan kearah kamarnya sambil berfikir. Haruka, adiknya sudah tidak ada lagi di kota tokyo. Haruka, sudah dibuang oleh kedua orang tua mereka. Dan Mayu, tidak tahu di kota mana Haruka dibuang.
Apa yang harus dia lakukan, sekarang?.
Rasanya, ia tidak bisa menerima semua itu. Adiknya dibuang begitu saja, tanpa sepengetahuan dia dan saudaranya yang lain. Dan hatinya, sangat sakit ketika mendengar semua itu. Ia merasa, ia baru saja telah kehilangan orang yang berharga di dalam hidupnya.

***

"Apa?" suara cempreng yang keluar dari mulut Sakura, langsung membuat Mayu menutup mulutnya.
"Bisa diam tidak?" Sakura mengangguk.

Mayu mendesah. Ia melepas tangannya dari mulut Sakura. Baru saja, ia menceritakan apa yang dia dengar tadi dikamar kedua orang tuanya kepada Sakura. Dan Sakura juga sangat terkejut mendengar hal itu.

"Lalu, dimana Haruka dibuang?" Sakura bertanya.
"Itu yang sedang aku pikirkan" kata Mayu kemudian ia menyandarkan tubuhnya dikamar milik Sakura. "ayah, tidak menyebut tempatnya tadi"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Sakura lagi.
"Menurutmu?" Mayu balik bertanya.
"Apa harus, kita memberi tahu one-chan?" lirih Sakura bertanya sambil melirik kakak lelakinya itu.
"Apa kau sudah mulai berubah?" Mayu menatap sang adik heran.
"Ehm... mungkin, gara-gara perkataanmu tadi siang" kata Sakura lirih.
"Tapi, kita belum tahu tempatnya Sakura" kata Mayu.

Sakura mendesah. Apa yang dibilang Mayu, memang ada benarnya. Jika, mereka memberi tahu pada Atsuko, ada kemungkinan juga Atsuko akan bertanya di mana Haruka dibuang. Dan mereka, belum tahu Haruka dibuang kemana, oleh kedua orang tua mereka.
Sejanak, Sakura menopang dagu dengan kanannya. Pikirannya sibuk, memikirkan cara bagaimana agar mereka tahu, di mana keberadaan Haruka. Ia melirik Mayu, dan kakak lelakinya sepertinya juga tengah berfikir keras.

"Nii-chan" panggilnya.
"Nani?" Mayu bertanya tanpa menoleh sedikitpun.
"Apa harus kita bertanya kepada ayah?" tanya Sakura.
"Apa kau bodoh? Bagaimana jika ayah curiga kepada kita?" Sakura mendesah. Lagi-lagi Mayu benar.
"Ck... lalu bagaimana?" tanya Sakura frustasi.
"Entahlah" kata Mayu mendesah.

***

Atsuko terduduk disofa. Kedua matanya memerah, ia terus saja menangis memikirkan adik keduanya yang entah ada dimana keberadaannya sekarang.

Rena dan Yuki yang berada di sampingnya, terus mencoba menenangkannya. Mereka juga khawatir dengan keadaan Paruru. Dan mereka juga tidak akan menyangka, kejadian seperti ini akan terjadi pada Paruru.
Di depan mereka, Kai dan Jun juga terduduk. Mereka juga sama-sama kasihan pada Atsuko. Mereka sudah mencari, tapi sampai malam tiba seperti ini mereka belum juga menemukan keberadaan Paruru. 

"Nii-chan" Kai menoleh.
"Yui, dari mana saja kau?" Kai menatap Yui yang sekarang duduk di sampingnya.
"Tentu saja mencari keberadaan Paruru" kata Yui membalas.
"Lalu apa kau sudah menemukannya?" Yui menggeleng dengan pertanyaan itu.
"Tapi, tadi aku bertanya pada tetangga rumah Yuki yang baru saja ku temui tadi" kata Yui lagi. "dia bilang, jika dia melihat Paruru"
"Apa? Lalu apa yang dia bilang padamu?" Atsuko langsung bertanya.
"Dia bilang Paruru dibawa oleh beberapa orang menggunakan mobil." Yui membalas.
"Apa?" Atsuko terkejut.

Tangan Atsuko mengepal, dia mengingat sesuatu hal. Kedua orang tuanya. Entah kenapa ia merasa sangat yakin, jika Paruru diculik oleh kedua orang tua mereka.
Apa yang mereka lakukan pada adiknya?
Atsuko menghapus air matanya yang sudah membasahi kedua pipi mulusnya. Kemudian, ia menatap langsung kearah Kai. 

"Kai"  panggilnya.
"Ada apa?" tanya pemuda itu.
"Lakukan apa yang pernah aku bicarakan waktu itu padamu, secepatnya" Atsuko menatap Kai dengan wajah serius.
"Baiklah" 

***

Seorang gadis terbangun dari tidurnya. Ia memegang kepalanya yang sangat sakit. Ia meringis menahan rasa sakit di kepalanya.
Gadis itu mengitarakan pandangannya. Ia seperti berada disebuah kamar. Ia menatap kamar itu. Sangat luas. Ada juga meja yang di atasnya terdapat buku-buku, seperti buku novel, komik dan buku pelajaran.

"A-a-ku a-a-da di ma-ma-na?" desisnya sambil menahan rasa sakit di kepalanya.
"Sa-sa-ki-kit se-se-ka-li" ringisnya.

Tak lama, ia mendengar suara pintu terbuka. Gadis itu mendongak. Ia melihat seorang pemuda yang melangkah kearahnya. 
Pemuda itu tidak terlalu tinggi, rambutnya berwarna hitam. Pemuda itu melihatnya dengan tersenyum, kemudian pemuda itu berteriak memberi tahu kepada seseorang, membuatnya harus kebingungan dengan tingkah pemuda itu.

"One-chan, dia sudah sadar" pemuda berteriak.
"Kau sudah sadar?" pemuda itu tersenyum senang.
"Di ma-ma-na a-a-ku?" tanya gadis itu.
"Kau ada di rumahku." Kata pemuda itu tersenyum.
"Si-si-a-pa ka-kau?" tanya gadis itu lagi.
"Kodama Haruki, siapa namamu?" pemuda itu bertanya balik.
"Shi-shi-ma-za-za-ki Ha-ha-ru-ru-ka"




To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar