Title : May, I Love You ? Chapter 08
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman
Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jun
Support Cast :
- Shimazaki Haruka
- Matsui Yui
Happy Reading All.......
~---0---~
~---0---~
Hidup
itu terkadang memang tidak pernah adil. Ketika, kita akan mencapai kebahagiaan,
pasti cobaan akan selalu datang kepada kita. Mungkin, tuhan bermaksud lain.
Kita di uji, sampai di mana kiranya kita bisa bertahan melewati ujian itu.
Terkadang juga, tuhan akan mengambil sesuatu yang berharga untuk kita. Tapi,
itu bukanlah akhir, melainkan awal untuk kita menciptakan sebuah senyuman di
bibir. Kekecewaan dan juga kesedihan kita, akan terbayarkan oleh senyuman kita
di suatu saat nanti.
***
Mobil
hitam itu berhenti di suatu tempat yang sepi. Seseorang turun dari mobil itu
dan kemudian, ia membuka pintu mobil yang memperlihatkan seorang anak kecil
yang sangat tampan dan sangat manis. Wajahnya ketakutan.
"Turun!" Anak laki-laki tampan itu ketakutan,
dengan suara keras yang ia dengar dari suara pemuda yang sekarang menatap tajam
kepadanya.
"Paman ingin membawaku kemana?" tanya anak itu
ketakutan.
Mata kecilnya menangkap pemandangan di sekitarnya. Sepi,
tidak ada kendaraan lain di sana kecuali, kendaraan pemuda itu. Sebenarnya, di
mana dia berada sekarang? Yui sama sekali tidak mengenali tempat itu.
Aiji menurunkan Yui dengan paksa, ia menggendong anak itu dan
menurunkan Yui di tepi jalan. Ia tersenyum licik, melihat ketakutan Yui.
"Tolong...." ia berteriak yang membuat Aiji
menertawakannya.
"Berteriaklah sesukamu. Tidak akan ada yang menolongmu,
anak manis" Aiji kembali tertawa.
"Paman ingin melakukan apa kepadaku?" tanya Yui
takut. Tubuhnya bergetar hebat. Takut, adalah hal yang tidak pernah Yui sukai
sama sekali. Tidak pernah.
"Ehm... pertanyaan yang bagus. Jika, aku membuangmu di
tempat ini, pastinya tidak akan ada orang yang bisa menemukanmu"
"Jangan paman" Yui menangis.
"Atau aku akan membuatmu mati di jurang?" Aiji
kembali tertawa dan membuat Yui semakin menangis.
"Ja-jangan paman" kata Yui lagi sambil menangis.
Aiji tersenyum. Sebelum ia menyentuh Yui, ponselnya
berdering. Ia meringis, dan kemudian ia mengambil ponselnya. Ia melihat sebuah
nama yang tertera di layar ponselnya. Ia tersenyum sinis, kemudian ia
mengangkat teleponnya.
"Ada apa Rena?" tanyanya langsung.
"Kau ada di
mana?"
"Aku
ada di suatu tempat yang indah, sayang"
"Berhenti memanggilku,
sayang. Di mana Yui? Jangan berani menyentuhnya, Aiji"
Aiji tersenyum mendengarnya. Senyuman licik. Dia tahu, Rena
pasti sangat khawatir dengan Yui, yang sekarang ada di tangannya.
"Sensei, tolong
Yui" Yui berteriak yang membuat Aiji langsung membekap mulutnya.
"Itu Yui. Aiji, kau
apakan dia?"
"Aku tidak melakukan apa-apa padanya. Tapi, jika kau mau
dia selamat. Aku akan memberi tahu kan tempatnya padamu" kata Aiji lagi.
"Katakan di mana
kalian berada sekarang? Jangan macam-macam dengan Yui, dia masih
kecil."
"Baiklah..." kemudian, Aiji memberi tahu kan
tempatnya berada sekarang kepada Rena.
***
Jun
menyetir mobilnya dengan wajah gelisah. Ia melihat ke arah kanan dan kiri
jalan, bermaksud untuk mencari Yui. Namun, sedari tadi dia menolehkan
pandangannya, ia tidak juga melihat keberadaan Yui.
Jun meruntuki kesalahannya sendiri, dia tidak akan menyangka,
jika kejadian seperti ini akan terjadi pada adiknya. Kenapa, Aiji harus
menculik adiknya? Apa alasan pemuda itu, menculik Yui sebenarnya?
"Jun-kun" panggil Rena di sebelahnya yang tengah
memangku Haruka. Wajahnya juga sama khawatir seperti Jun.
"Nani?" tanya
Jun tanpa melihat sedikit pun ke arah gadis itu.
"Aku akan mencoba menghubungi Aiji. Aku tidak akan
tenang, jika kita mencarinya dengan seperti ini. Aku takut, Aiji melakukan hal
bodoh kepada Yui. Aku takut, Jun"
"Ya sudah sayang. Coba saja" Rena mengangguk.
Rena mengambil ponselnya dan kemudian, mengetik nomor ponsel
Aiji. Ia menempelkan teleponnya di telinga. Menunggu, pemuda itu mengangkat
telepon darinya.
"Kau ada di mana?" tanya Rena langsung ketika Aiji
sudah mengangkat teleponnya.
"Aku ada di suatu
tempat yang indah, sayang"
"Berhenti memanggilku, sayang. Di mana Yui? Jangan
berani menyentuhnya, Aiji" kata Rena membentak Aiji. Dia benar-benar
kesal dengan pemuda itu.
"Sensei,
tolong Yui"
Rena terperanjat ketika mendengar suara anak yang ia yakini,
itu adalah suara Yui. Adik Jun. Anak itu berteriak ketakutan, meminta
bantuannya. Ada apa dengan anak itu?
"Itu
Yui. Aiji, kau apakan dia?" kata Rena panik. Pikirannya benar-benar tidak
tenang.
"Aku tidak melakukan
apa-apa padanya. Tapi, jika kau mau dia selamat. Aku akan memberi tahu kan
tempatnya padamu"
"Katakan di mana kalian berada sekarang? Jangan
macam-macam dengan Yui, dia masih kecil." kata Rena cepat-cepat.
Rena mendengarkan suara Aiji, yang memberitahukan tempat
keberadaan pemuda itu dan calon adik iparnya.
Rena menjauhkan ponsel itu dari telinganya, ketika dia sudah
mengetahui tempat keberadaan pemuda itu dan Yui. Dia menoleh melihat Jun dan
menyuruh Jun untuk mengikuti arah yang akan ia tunjukan kepada Jun. Jun
menurut.
***
Di
samping itu, Yui masih ketakutan dalam bekapan Aiji. Aiji menggendong Yui dan
berjalan lurus mengikuti jalan itu. Ia berhenti, ia melihat ke arah kanan dan
kirinya. Sepi. Benar-benar menguntungkan.
Tempat ini memang sangat sepi, jika ada kendaraan pun, mungkin
hanya satu atau dua kendaraan yang lewat. Di kanan kirinya, tumbuh banyak
pohon. Dan jika kau berjalan di antara pohon-pohon itu, mungkin kau akan
menemukan sebuah hutan di sana.
Aiji menurunkan Yui, tapi dia tidak melepaskan Yui. Ia
memegang erat tangan Yui, sehingga anak kecil itu merontah karenanya. Air
matanya terus saja mengalir tanpa henti, ia benar-benar sangat takut kepada
pemuda yang berdiri di sebelahnya. Ia hanya bisa berteriak meminta tolong
kepada kakaknya, dalam hati.
Berharap, Jun akan datang kepadanya dan membantu terlepas
dari Aiji. Dia tidak akan menyangka, jika Aiji akan berhasil membawanya.
Tak lama, sebuah mobil datang. Mobil itu berhenti, dan 3
orang turun dari mobil itu. Mereka melihat Yui yang memasang wajah takut dan
menangis. Dan mereka juga melihat Aiji, yang tersenyum sinis melihat kedatangan
mereka.
"Lepaskan adikku. Dasar pengecut!" umpat Jun
langsung meluapkan amarahnya.
"Tidak semudah itu" kata Aiji tersenyum sinis.
"Apa yang kau mau, sebenarnya? Kenapa, kau menculik
adikku?" tanya Jun lagi.
"Sebenarnya, aku hanya berniat balas dendam kepada
adikmu, karena dulu dia sudah pernah mengerjaiku. Tapi...." Aiji
menghentikan perkataannya dengan sengaja.
"Tapi apa?" gertak Jun menatapnya tajam.
"Tapi, dengan ini aku akan menjadikan adikmu
jaminan" kata pemuda itu lagi.
"Apa maksudmu? Jangan bertele-tele, katakan yang
sebenarnya" kata Jun membentak.
"Jika kau menginginkan adikmu, berikan Rena kepadaku.
Aku juga mencintainya, Matsui Jun!" kata pemuda itu membuat Jun
terperanjat.
"Tidak, aku tidak akan menyerahkan Rena, kepadamu. Aku
mencintainya, begitu pula dengan Rena yang juga mencintaiku. Jangan
bercanda!"
"Aku tidak bercanda!" tegas Aiji.
"Jangan nii-chan. aku tidak ingin nii-chan melepaskan Matsui sensei,
hanya karena aku"
"Diam, atau aku akan membunuhmu. Ini urusanku dan
Jun" kata Aiji membentak Yui.
"Jangan nii-chan." Yui tidak mempedulikan
ucapan Aiji sama sekali.
"DIAM" ia berteriak. Ia tidak bisa menahan
emosinya.
Yui menatap pemuda itu dengan geram. Aiji benar-benar sangat
licik, karena sudah menjadikannya jaminan. Ia menyuruh Jun untuk menyerahkan
Rena kepadanya, dan membiarkan Yui selamat. Licik bukan?
Yui menarik tangan Aiji yang masih memegang tangannya, tanpa
basa-basi ia menggigit tangan pemuda itu, hingga Aiji merintih kesakitan.
"Argghhhh.....
sialan" umpat Aiji yang kemudian ia mendorong Yui.
Yui melempar batu yang ada di sebelahnya kepada pemuda itu,
hingga Aiji kembali meringis kesakitan. Aiji benar-benar tidak tahan, dengan
kelakuan anak itu. Dia mencoba mendekati Yui, namun Yui masih saja melempar
batu yang ia temukan di tepi jalan itu.
"Yui!" kata Jun panik melihat adiknya yang sekarang
bisa dikatakan melawan Aiji sendiri.
Karena tidak tahan dengan ulah anak kecil itu, Aiji
mengeluarkan sebuah benda dari sakunya. Dan benda itu, mampu membuat Rena dan
Jun terkejut.
"Aiji jangan!" teriak Rena, ketika ia melihat Aiji
mulai menembak.
Dor! Dor! Dor!
3 peluru keluar begitu saja, dari pistol milik Aiji. Kau tahu
keadaan Yui sekarang? Tertekan? Iya, dia tertekan. 3 kali mendengar suara itu
membuatnya takut, tapi ia masih selamat. Kenapa? Karena dia terus menerus
menghindar dari tembakan itu, walau ia takut.
"Aiji berhenti!" kata Rena panik melihat kejadian
itu. Haruka yang berada dalam gendongannya saja, juga ketakutan. Ia memilih
menyembunyikan wajahnya, dan menutup telinganya karena takut.
Dor!
"Arghh..."
"Yui!" teriak Jun melihat adiknya yang sekarang
mulai mengeluarkan darah dari pundaknya. Peluru itu melesat dan mengenai pundak
Yui.
Jun geram, ia melihat Aiji dengan tajam. Kedua tangannya
mengepal. Ketika ia ingin menghampiri Aiji untuk membalas dendam, langkah
kakinya tertahan karena mendengar suara kendaraan. Ia menoleh dan melihat
sebuah kendaraan yang melintas.
Aiji, dia yang memang berada di tengah jalan, juga menoleh
melihat kendaraan tersebut. Ia melebarkan kedua matanya.
Brakkk
Kendaraan itu mengenai tubuh Aiji dan membuatnya terlempar.
Aiji mengeluarkan darahnya dari mulutnya.
"Jun-kun, Yui" Jun menoleh. Ia melihat Rena yang
sekarang tengah menggendong Yui, Haruka berada di sebelah gadis itu.
"Nii-chan,
sakit!" rintih Yui lemah dan menangis.
"Sabar ya Yui, kau tahan ya? Kita akan membawamu ke
rumah sakit" kata Jun.
"Rena, tolong kau gendong Yui selama perjalanan. Haruka,
biar aku yang memangkunya sambil menyetir" kata Jun dan membuat Rena
mengangguk.
Haruka, gadis kecil itu juga ketakutan. Maka dari itu, Jun
berniat memangku Haruka. Mungkin saja, Haruka syok mendengar suara tadi,
apalagi ketika dia melihat Yui yang sekarang lemah dan berada di gendongan ibu
angkatnya.
Mobil yang menabrak Aiji tadi, memilih untuk membantu Aiji.
Orang itu juga mengikuti Jun dari belakang.
***
~Jun
Pov~
Aku terus melihatnya yang merintih kesakitan, dan secara
perlahan ia menutup kedua matanya. Yui, bertahanlah, sebentar lagi kita sampai.
Kau sabar ya?
"Yui, tahan ya?" kataku khawatir.
"Sakit nii-chan" aku menangis mendengar
rintihannya.
Aku tidak pernah melihatnya merintih kesakitan seperti itu.
Biasanya, dia terlihat ceria, namun senyum yang ada di bibirnya sekarang
berubah menjadi rintihan kesakitan yang membuatku sakit. Jujur, aku benar-benar
bodoh, karena tidak bisa menjaganya tadi.
"Jun, cepat Jun" aku mengangguk.
"Iya Rena, sebentar lagi kita sampai!" balasku.
Sampai di rumah sakit, aku melihat Yui yang sekarang sudah
tidak sadarkan diri. Aku panik, aku segera berteriak meminta tolong kepada para
perawat di rumah sakit ini.
Aku tidak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan itu. Aku hanya
bisa duduk sekarang, menunggunya dan mendoakan dirinya, agar dia tidak
kenapa-napa. Tuhan, tolong jangan ambil Yui dariku. Aku menyayanginya.
"Papa" aku menoleh dan melihat Haruka. Aku
menggendongnya dan aku menaruhnya di pangkuanku.
"Sayang" aku tersenyum sambil mengelusnya.
"Yui nii-chan" ucapnya menangis.
"Dia akan sembuh dan kembali pada kita, sayang. Sabar
ya? Kau berdoa saja untuk dirinya" dia mengangguk sambil terus menangis.
"Sayang. Sabar ya, nak" aku menoleh melihat Rena
yang sekarang mengelus kepala putrinya.
"Maaf, apa kalian keluarga dari saudara Aiji?" aku
mendongak.
"Tidak. Memang dia kenapa?" tanyaku.
"Maaf, dia tidak bisa di selamatkan. Dia meninggal, di
perjalan"
"Apa?"ucapku tidak percaya.
"Iya, maafkan kami!" aku melihatnya yang menunduk
sesal.
"Rena?"
"Sudahlah Jun, itu bukan urusan kita. Aku akan mengabari
keluarganya, untuk mengurus Aiji" aku mengangguk.
Dan aku berharap, Yui bisa selamat. Yui, kau tahu bukan?
Jika, aku sangat menyayangimu, jadi jangan pergi meninggalkanku. Aku mohon,
Yui.
To Be Continue.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar