Selasa, 24 Mei 2016

May, I Love You ? (Chapter 08)

Title : May, I Love You ? Chapter 08
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman

Cast :
  • Matsui Rena
  • Matsui Jun
Support Cast :
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Yui

Happy Reading All.......



~---0---~



Hidup itu terkadang memang tidak pernah adil. Ketika, kita akan mencapai kebahagiaan, pasti cobaan akan selalu datang kepada kita. Mungkin, tuhan bermaksud lain. Kita di uji, sampai di mana kiranya kita bisa bertahan melewati ujian itu. Terkadang juga, tuhan akan mengambil sesuatu yang berharga untuk kita. Tapi, itu bukanlah akhir, melainkan awal untuk kita menciptakan sebuah senyuman di bibir. Kekecewaan dan juga kesedihan kita, akan terbayarkan oleh senyuman kita di suatu saat nanti.

***

Mobil hitam itu berhenti di suatu tempat yang sepi. Seseorang turun dari mobil itu dan kemudian, ia membuka pintu mobil yang memperlihatkan seorang anak kecil yang sangat tampan dan sangat manis. Wajahnya ketakutan.

"Turun!" Anak laki-laki tampan itu ketakutan, dengan suara keras yang ia dengar dari suara pemuda yang sekarang menatap tajam kepadanya.
"Paman ingin membawaku kemana?" tanya anak itu ketakutan.

Mata kecilnya menangkap pemandangan di sekitarnya. Sepi, tidak ada kendaraan lain di sana kecuali, kendaraan pemuda itu. Sebenarnya, di mana dia berada sekarang? Yui sama sekali tidak mengenali tempat itu. 
Aiji menurunkan Yui dengan paksa, ia menggendong anak itu dan menurunkan Yui di tepi jalan. Ia tersenyum licik, melihat ketakutan Yui. 

"Tolong...." ia berteriak yang membuat Aiji menertawakannya.
"Berteriaklah sesukamu. Tidak akan ada yang menolongmu, anak manis" Aiji kembali tertawa.
"Paman ingin melakukan apa kepadaku?" tanya Yui takut. Tubuhnya bergetar hebat. Takut, adalah hal yang tidak pernah Yui sukai sama sekali. Tidak pernah.
"Ehm... pertanyaan yang bagus. Jika, aku membuangmu di tempat ini, pastinya tidak akan ada orang yang bisa menemukanmu"
"Jangan paman" Yui menangis. 
"Atau aku akan membuatmu mati di jurang?" Aiji kembali tertawa dan membuat Yui semakin menangis.
"Ja-jangan paman" kata Yui lagi sambil menangis.

Aiji tersenyum. Sebelum ia menyentuh Yui, ponselnya berdering. Ia meringis, dan kemudian ia mengambil ponselnya. Ia melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya. Ia tersenyum sinis, kemudian ia mengangkat teleponnya.

"Ada apa Rena?" tanyanya langsung.

"Kau ada di mana?"

"Aku ada di suatu tempat yang indah, sayang"

"Berhenti memanggilku, sayang. Di mana Yui? Jangan berani menyentuhnya, Aiji" 

Aiji tersenyum mendengarnya. Senyuman licik. Dia tahu, Rena pasti sangat khawatir dengan Yui, yang sekarang ada di tangannya.

"Sensei, tolong Yui" Yui berteriak yang membuat Aiji langsung membekap mulutnya.

"Itu Yui. Aiji, kau apakan dia?"

"Aku tidak melakukan apa-apa padanya. Tapi, jika kau mau dia selamat. Aku akan memberi tahu kan tempatnya padamu" kata Aiji lagi.

"Katakan di mana kalian berada sekarang? Jangan macam-macam dengan Yui, dia masih kecil." 

"Baiklah..." kemudian, Aiji memberi tahu kan tempatnya berada sekarang kepada Rena.

***

Jun menyetir mobilnya dengan wajah gelisah. Ia melihat ke arah kanan dan kiri jalan, bermaksud untuk mencari Yui. Namun, sedari tadi dia menolehkan pandangannya, ia tidak juga melihat keberadaan Yui. 
Jun meruntuki kesalahannya sendiri, dia tidak akan menyangka, jika kejadian seperti ini akan terjadi pada adiknya. Kenapa, Aiji harus menculik adiknya? Apa alasan pemuda itu, menculik Yui sebenarnya? 

"Jun-kun" panggil Rena di sebelahnya yang tengah memangku Haruka. Wajahnya juga sama khawatir seperti Jun.
"Nani?" tanya Jun tanpa melihat sedikit pun ke arah gadis itu.
"Aku akan mencoba menghubungi Aiji. Aku tidak akan tenang, jika kita mencarinya dengan seperti ini. Aku takut, Aiji melakukan hal bodoh kepada Yui. Aku takut, Jun"
"Ya sudah sayang. Coba saja" Rena mengangguk.

Rena mengambil ponselnya dan kemudian, mengetik nomor ponsel Aiji. Ia menempelkan teleponnya di telinga. Menunggu, pemuda itu mengangkat telepon darinya.

"Kau ada di mana?" tanya Rena langsung ketika Aiji sudah mengangkat teleponnya.

"Aku ada di suatu tempat yang indah, sayang"

"Berhenti memanggilku, sayang. Di mana Yui? Jangan berani menyentuhnya, Aiji"  kata Rena membentak Aiji. Dia benar-benar kesal dengan pemuda itu.

"Sensei, tolong Yui"  

Rena terperanjat ketika mendengar suara anak yang ia yakini, itu adalah suara Yui. Adik Jun. Anak itu berteriak ketakutan, meminta bantuannya. Ada apa dengan anak itu?

"Itu Yui. Aiji, kau apakan dia?" kata Rena panik. Pikirannya benar-benar tidak tenang.

"Aku tidak melakukan apa-apa padanya. Tapi, jika kau mau dia selamat. Aku akan memberi tahu kan tempatnya padamu"

"Katakan di mana kalian berada sekarang? Jangan macam-macam dengan Yui, dia masih kecil." kata Rena cepat-cepat.

Rena mendengarkan suara Aiji, yang memberitahukan tempat keberadaan pemuda itu dan calon adik iparnya. 
Rena menjauhkan ponsel itu dari telinganya, ketika dia sudah mengetahui tempat keberadaan pemuda itu dan Yui. Dia menoleh melihat Jun dan menyuruh Jun untuk mengikuti arah yang akan ia tunjukan kepada Jun. Jun menurut.

***

Di samping itu, Yui masih ketakutan dalam bekapan Aiji. Aiji menggendong Yui dan berjalan lurus mengikuti jalan itu. Ia berhenti, ia melihat ke arah kanan dan kirinya. Sepi. Benar-benar menguntungkan.
Tempat ini memang sangat sepi, jika ada kendaraan pun, mungkin hanya satu atau dua kendaraan yang lewat. Di kanan kirinya, tumbuh banyak pohon. Dan jika kau berjalan di antara pohon-pohon itu, mungkin kau akan menemukan sebuah hutan di sana.

Aiji menurunkan Yui, tapi dia tidak melepaskan Yui. Ia memegang erat tangan Yui, sehingga anak kecil itu merontah karenanya. Air matanya terus saja mengalir tanpa henti, ia benar-benar sangat takut kepada pemuda yang berdiri di sebelahnya. Ia hanya bisa berteriak meminta tolong kepada kakaknya, dalam hati.
Berharap, Jun akan datang kepadanya dan membantu terlepas dari Aiji. Dia tidak akan menyangka, jika Aiji akan berhasil membawanya. 

Tak lama, sebuah mobil datang. Mobil itu berhenti, dan 3 orang turun dari mobil itu. Mereka melihat Yui yang memasang wajah takut dan menangis. Dan mereka juga melihat Aiji, yang tersenyum sinis melihat kedatangan mereka.

"Lepaskan adikku. Dasar pengecut!" umpat Jun langsung meluapkan amarahnya.
"Tidak semudah itu" kata Aiji tersenyum sinis.
"Apa yang kau mau, sebenarnya? Kenapa, kau menculik adikku?" tanya Jun lagi.
"Sebenarnya, aku hanya berniat balas dendam kepada adikmu, karena dulu dia sudah pernah mengerjaiku. Tapi...." Aiji menghentikan perkataannya dengan sengaja.
"Tapi apa?" gertak Jun menatapnya tajam.
"Tapi, dengan ini aku akan menjadikan adikmu jaminan" kata pemuda itu lagi.
"Apa maksudmu? Jangan bertele-tele, katakan yang sebenarnya" kata Jun membentak.
"Jika kau menginginkan adikmu, berikan Rena kepadaku. Aku juga mencintainya, Matsui Jun!" kata pemuda itu membuat Jun terperanjat.
"Tidak, aku tidak akan menyerahkan Rena, kepadamu. Aku mencintainya, begitu pula dengan Rena yang juga mencintaiku. Jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda!" tegas Aiji.
"Jangan nii-chan. aku tidak ingin nii-chan melepaskan Matsui sensei, hanya karena aku"
"Diam, atau aku akan membunuhmu. Ini urusanku dan Jun" kata Aiji membentak Yui.
"Jangan nii-chan." Yui tidak mempedulikan ucapan Aiji sama sekali.
"DIAM" ia berteriak. Ia tidak bisa menahan emosinya.

Yui menatap pemuda itu dengan geram. Aiji benar-benar sangat licik, karena sudah menjadikannya jaminan. Ia menyuruh Jun untuk menyerahkan Rena kepadanya, dan membiarkan Yui selamat. Licik bukan?

Yui menarik tangan Aiji yang masih memegang tangannya, tanpa basa-basi ia menggigit tangan pemuda itu, hingga Aiji merintih kesakitan. 
"Argghhhh..... sialan" umpat Aiji yang kemudian ia mendorong Yui.
Yui melempar batu yang ada di sebelahnya kepada pemuda itu, hingga Aiji kembali meringis kesakitan. Aiji benar-benar tidak tahan, dengan kelakuan anak itu. Dia mencoba mendekati Yui, namun Yui masih saja melempar batu yang ia temukan di tepi jalan itu.

"Yui!" kata Jun panik melihat adiknya yang sekarang bisa dikatakan melawan Aiji sendiri.
Karena tidak tahan dengan ulah anak kecil itu, Aiji mengeluarkan sebuah benda dari sakunya. Dan benda itu, mampu membuat Rena dan Jun terkejut.

"Aiji jangan!" teriak Rena, ketika ia melihat Aiji mulai menembak.
Dor! Dor! Dor!

3 peluru keluar begitu saja, dari pistol milik Aiji. Kau tahu keadaan Yui sekarang? Tertekan? Iya, dia tertekan. 3 kali mendengar suara itu membuatnya takut, tapi ia masih selamat. Kenapa? Karena dia terus menerus menghindar dari tembakan itu, walau ia takut.
"Aiji berhenti!" kata Rena panik melihat kejadian itu. Haruka yang berada dalam gendongannya saja, juga ketakutan. Ia memilih menyembunyikan wajahnya, dan menutup telinganya karena takut.

Dor!
"Arghh..."
"Yui!" teriak Jun melihat adiknya yang sekarang mulai mengeluarkan darah dari pundaknya. Peluru itu melesat dan mengenai pundak Yui.

Jun geram, ia melihat Aiji dengan tajam. Kedua tangannya mengepal. Ketika ia ingin menghampiri Aiji untuk membalas dendam, langkah kakinya tertahan karena mendengar suara kendaraan. Ia menoleh dan melihat sebuah kendaraan yang melintas.
Aiji, dia yang memang berada di tengah jalan, juga menoleh melihat kendaraan tersebut. Ia melebarkan kedua matanya.

Brakkk

Kendaraan itu mengenai tubuh Aiji dan membuatnya terlempar. Aiji mengeluarkan darahnya dari mulutnya. 

"Jun-kun, Yui" Jun menoleh. Ia melihat Rena yang sekarang tengah menggendong Yui, Haruka berada di sebelah gadis itu.
"Nii-chan, sakit!" rintih Yui lemah dan menangis.
"Sabar ya Yui, kau tahan ya? Kita akan membawamu ke rumah sakit" kata Jun.
"Rena, tolong kau gendong Yui selama perjalanan. Haruka, biar aku yang memangkunya sambil menyetir" kata Jun dan membuat Rena mengangguk.

Haruka, gadis kecil itu juga ketakutan. Maka dari itu, Jun berniat memangku Haruka. Mungkin saja, Haruka syok mendengar suara tadi, apalagi ketika dia melihat Yui yang sekarang lemah dan berada di gendongan ibu angkatnya.
Mobil yang menabrak Aiji tadi, memilih untuk membantu Aiji. Orang itu juga mengikuti Jun dari belakang. 

***

~Jun Pov~

Aku terus melihatnya yang merintih kesakitan, dan secara perlahan ia menutup kedua matanya. Yui, bertahanlah, sebentar lagi kita sampai. Kau sabar ya?

"Yui, tahan ya?" kataku khawatir.
"Sakit nii-chan" aku menangis mendengar rintihannya.

Aku tidak pernah melihatnya merintih kesakitan seperti itu. Biasanya, dia terlihat ceria, namun senyum yang ada di bibirnya sekarang berubah menjadi rintihan kesakitan yang membuatku sakit. Jujur, aku benar-benar bodoh, karena tidak bisa menjaganya tadi.

"Jun, cepat Jun" aku mengangguk.
"Iya Rena, sebentar lagi kita sampai!" balasku.

Sampai di rumah sakit, aku melihat Yui yang sekarang sudah tidak sadarkan diri. Aku panik, aku segera berteriak meminta tolong kepada para perawat di rumah sakit ini. 
Aku tidak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan itu. Aku hanya bisa duduk sekarang, menunggunya dan mendoakan dirinya, agar dia tidak kenapa-napa. Tuhan, tolong jangan ambil Yui dariku. Aku menyayanginya.

"Papa" aku menoleh dan melihat Haruka. Aku menggendongnya dan aku menaruhnya di pangkuanku.
"Sayang" aku tersenyum sambil mengelusnya.
"Yui nii-chan" ucapnya menangis.
"Dia akan sembuh dan kembali pada kita, sayang. Sabar ya? Kau berdoa saja untuk dirinya" dia mengangguk sambil terus menangis.
"Sayang. Sabar ya, nak" aku menoleh melihat Rena yang sekarang mengelus kepala putrinya.
"Maaf, apa kalian keluarga dari saudara Aiji?" aku mendongak.
"Tidak. Memang dia kenapa?" tanyaku.
"Maaf, dia tidak bisa di selamatkan. Dia meninggal, di perjalan"
"Apa?"ucapku tidak percaya.
"Iya, maafkan kami!" aku melihatnya yang menunduk sesal.
"Rena?"
"Sudahlah Jun, itu bukan urusan kita. Aku akan mengabari keluarganya, untuk mengurus Aiji" aku mengangguk.


Dan aku berharap, Yui bisa selamat. Yui, kau tahu bukan? Jika, aku sangat menyayangimu, jadi jangan pergi meninggalkanku. Aku mohon, Yui.




To Be Continue.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar