Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg
Main cast :
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- Iriyama Anna
Happy Reading All....
~---0---~
~Author
Pov~
Terkadang suatu perasaan itu, tidak mudah untuk diungkapkan.
Apalagi, jika perasaan itu sangat lama dipendam. Susah rasa yang terlalu lama
dipendam, terkadang jika ada kesempatan, kita tidak bisa mengungkapkannya.
Harus ada kepercayaan dalam hati untuk mengungkapkan semua itu.
Tapi, bagaimana bila ada seorang perempuan yang mempunyai
perasaan pada seseorang yang selama ini menemaninya. Dan parahnya, orang itu juga
perempuan. Pastinya, akan merasa dilema bukan? Antara memendam atau
diungkapkan.
Jika dipendam, pasti akan sangat menyakitkan untuk kita.
Tapi, bila diungkapkan, mungkin akan membawa suasana terburuk bagi kita. Entah
orang itu yang akan marah pada kita, karena dia sama sekali tidak menginginkan
kejadian ini terjadi atau bahkan mungkin saja, dia akan meninggalkan kita dan
tidak mau melihat kita lagi.
Seperti Jurina, dia memendam perasaan itu sudah sangat lama.
Tapi, dia sama sekali belum pernah mengungkapkannya. Ia benar-benar merasa
dilema sekarang. Jika dia mengungkapkan perasaan itu, ia takut jika orang yang
ia cintai itu, justruh pergi meninggalkannya.
Jurina masih memeluk Rena dengan erat. Bahkan, ia tidak
sadar, jika kedua matanya bening. Sepertinya, air matanya akan keluar sebentar
lagi. Banyak yang ia pikirkan beberapa hari ini, bahkan mungkin beberapa bulan
ini. Dia merasa, hatinya benar-benar sakit. Dia tidak mau kehilangan Rena.
Sudah berapa kali ia memikirkan sebuah cara, tapi ia sama sekali tidak
menemukannya.
Dia bingung sekarang. Tapi, mungkin lebih baik, jika dia
memendam perasaannya saja. Jurina juga yakin, jika Rena tidak akan menerima
perasaannya yang datang dari hatinya itu.
Rena melepas pelukannya, ia menatap adik kecilnya itu yang
kedua matanya sudah bening. Ia mengkerutkan dahinya. Ia berfikir, kenapa Jurina
ingin menangis? Padahal, dia sudah berjanji, jika ada sesuatu yang terjadi pada
mereka suatu saat, pasti Rena tidak akan meninggalkannya.
"Hei... kenapa kedua matamu bening? Kau ingin
menangis?" tanya Rena.
"Tapi, Rena-chan janji
kan? Tidak akan meninggalkan aku?" tanya Jurina lagi.
"Sudah aku bilang, kan? Jika, aku tidak akan
meninggalkan kamu?" Jurina kembali memeluknya.
"Aku sayang Rena-chan" kata Jurina memeluknya erat.
"Aku juga sangat menyayangi Jurina" kata Rena
membalas pelukannya.
***
~Jurina
Pov~
Aku keluar dari kelas, aku langsung menuju ke arah kelas
Rena. Sebenarnya, aku akan sangat lama nanti, karena ada acara yang harus aku
hadiri bersama dengan Yui. Tapi, Rena tidak bisa ikut. Dia akan pergi bersama
dengan kedua orang tuanya.
Aku melihatnya yang baru keluar dari kelas, aku langsung
memanggilnya. Dia menoleh, dan tersenyum kepadaku. Lalu, dia melangkah ke
arahku dan kemudian, seperti biasa. Dia mengusap kepalaku.
"Ada apa?" tanyanya.
"Rena-chan, nanti
aku akan pergi bersama dengan Yui. Jadi, kau tidak perlu menunggu aku"
kataku langsung.
"Ya sudah, hati-hati ya? Jangan malam-malam
pulangnya" aku mengangguk sambil tersenyum.
"Rena-chan, kalau
begitu, aku akan pergi sekarang juga"
"Hati-hati adik kecilku yang manis" adik? Lagi-lagi
adik.
"Dah Rena-chan"
Kami berpisah. Dan kemudian, aku langsung berjalan menuju
lapangan. Aku dan Yui memang sudah berjanji akan bertemu di sana. Aku melihat
Yui yang tengah duduk di tempat duduk yang tersedia, aku langsung
menghampirinya.
"Yui-chan"
sapaku langsung.
"Jurina-chan. Ayo,
kita harus pergi sekarang" aku mengangguk.
Aku mengikutinya dari belakang. Kemudian, aku dan dia
langsung masuk ke dalam mobilnya. Kata Yui, dia akan mengajakku ke tempat ulang
tahun salah satu temannya. Karena dia tidak ada teman, maka dari itu aku mau
saja menemaninya.
Lagi pula, aku di bolehkan dengan Rena. Terkadang, aku memang
harus meminta ijin kepadanya. Karena, kalau tidak ia akan mengkhawatirkan aku.
Dan menelponku berkali-kali, sampai aku mengangkat telepon darinya.
Sebelum itu, Yui mengajakku ke rumahnya. Aku sudah menyiapkan
pakaian dari rumah, maka dari itu, aku langsung saja ikut bersamanya.
Setelah itu, dia mengajakku untuk makan bersama. Iya, dia
memang sangat baik denganku. Sudah berapa kali aku kemari, dia pastinya selalu
membuatku nyaman berada di rumahnya. Yah... aku benar-benar beruntung memiliki
sahabat seperti dirinya.
Saat aku ingin melangkah mengikutinya ke arah meja makan,
langkah kakiku tertahan, karena aku melihat sesuatu yang menarik perhatianku.
Aku menoleh. Aku menemukan sebuah foto. Dua orang gadis. Aku tahu gadis yang
satu itu adalah Yui, namun aku tidak tahu gadis yang satu. Wajahnya polos dan
juga cantik.
"Yui, siapa gadis yang ada di foto itu?" tanyaku
menunjuk foto yang berada di atas meja itu.
"Ah... itu Shimazaki Haruka. Teman masa kecilku"
aku mengangguk mengerti.
"Kau tidak pernah menceritakan kepadaku, tentang dirinya"
kataku lagi.
"Dia sudah pergi ke luar kota beberapa tahun yang lalu,
dan aku tidak tahu ada di mana dia sekarang. Dan seperti dirimu kepada Rena.
Aku sangat mencintainya"
Apa? Yui juga sama seperti aku? Mencintai sesama perempuan?
Wow.... aku kira, aku saja di dunia ini yang tidak normal. Ternyata, Yui juga
merasakan hal yang sama seperti aku. Dan sekarang, aku mempunyai teman.
Aku melihat wajahnya yang tampak murung. Aku menghampirinya
saja. Mungkin, dia membutuhkan temannya untuk menceritakan apa isi hatinya.
Setelah makan, barulah aku tahu siapa sebenarnya Shimazaki
Haruka itu. Ternyata, dia adalah teman kecil Yui. Mereka selalu bersama. Dan
sama seperti aku, dia menyembunyikan perasaannya dari ponkotsunya itu. Entah
kenapa dia memanggil Haruka itu ponkotsu. Aku sendiri juga belum mengerti.
Tapi, setelah aku bertanya, dia mengatakan jika Haruka,
memang disebut Ponkotsu dari dulu. Karena, gadis itu yang sama sekali tidak
bisa melakukan apa-apa. Tapi, satu yang ia bisa lakukan. Kau tahu, itu? Gadis
itu bisa membuat Yui jatuh hati padanya. Tapi, ketika mereka beranjak SMP kelas
2, justruh Haruka harus di bawa keluar kota.
Menyedihkan. Karena, Yui belum pernah mengungkapkan perasaan
yang sebenarnya terhadap Ponkotsunya itu. Mungkin, suatu saat kau akan bertemu
dengan Haruka, Yui. Percayalah, takdir bisa saja berbuat seperti itu.
Mempertemukan dirimu dengan gadismu itu. Aku selalu berdoa untukmu, sahabat
baikku.
***
~Author
Pov~
Yui dan Jurina masuk ke dalam acara pesta teman Yui. Pesta
itu sangat meriah, banyak yang hadir dalam pesta itu. Sebuah pesta ulang tahun.
Jurina hanya diam sambil mengikuti Yui. Dia juga sesekali, mengedarkan
pandangannya ke arah kanan dan kiri.
Jurina berhenti, ketika Yui juga berhenti. Mereka menatap
seorang gadis yang berdiri di depan mereka sekarang. Yui mengenalkan gadis itu
pada Jurina.
"Iriyama Anna" kata gadis itu tersenyum.
"Matsui Jurina. Salam kenal, Iriyama-san"
gadis itu tersenyum sangat manis kepada Jurina.
Anna meminta ijin untuk membawa Yui, sementara itu Jurina
hanya menatap ke sekitarnya. Benar-benar sangat ramai. Daripada diam, dia
melangkah menghampiri gadis-gadis yang ada di pesta itu. Ternyata, gadis itu
sangat ramah kepada Jurina.
Dan itu membuat Jurina sangat nyaman berada di pesta itu. Dia
benar-benar mendapatkan teman baru di dalam pesta itu.
"Jurina" ia menoleh.
"Yui-chan"
sapanya riang.
"Annin ingin bicara denganmu" kata Yui.
"Bicara apa?" tanya Jurina mengkerutkan dahi.
"Tidak tahu," kata Yui menggeleng, "tapi, aku
rasa dia menyukaimu." tentu saja itu membuat Jurina terkejut.
"Tenanglah, kau bisa menolak. Lagi pula, aku tahu kau
menyukai Rena senpai, bukan?" Jurina mengangguk.
"Temui saja, dia dulu"
Jurina menurut. Ia melangkah mendekati Anna. Anna tersenyum
menyapanya. Gadis itu, benar-benar ramah dengannya. Tapi, setelah dia mendengar
ucapan Yui tadi, entah kenapa dia menjadi agak risih dengan gadis itu.
Annin membawa Jurina jalan-jalan, sebelum pesta ulang tahun
dimulai. Jurina benar-benar tidak tenang, dengan perasaannya. Dia benar-benar
tidak tahu apa yang harus dia lakukan nanti, jika gadis itu bertanya yang
tidak-tidak tentang dirinya.
"Jurina-san"
kata Anna memecah keheningan diantara keduanya.
"Nani?" tanya
Jurina melihatnya samar.
Anna tersenyum kepadanya, dia menatap Jurina dengan senyuman
manisnya. Tapi, itu seperti mimpi buruk bagi Jurina. Apa yang akan Anna lakukan
kepadanya?
Anna mendekati Jurina. Semakin dekat, membuat Jurina harus
terkunci di tembok. Anna mengunci tubuhnya dengan kedua tangan Anna. Dua
tangannya memegang erat pinggang Jurina. Benar-benar gadis agresif. Baru kenal,
Anna berani melakukan hal ini kepadanya.
Dia menahan tubuh Anna dengan cara memegang kedua pundak
gadis itu, ia menatap Anna yang sekarang menatapnya dengan kening berkerut.
Jurina menggeleng, ia memberi isyarat kepada gadis itu. Ini
tidak boleh terjadi. Mungkin, itu yang ada di pikiran Jurina sekarang.
"Kita tidak bisa melakukan ini, Iriyama-san.
Lagi pula, kita ini baru kenal" kata Jurina berusaha melepaskan cengkraman
Anna.
"Maaf, aku tidak bermaksud" kata Anna menunduk.
"Iya. Tidak masalah"
***
Sementara
di dalam pesta, Yui duduk sambil menunggu Jurina. Ia benar-benar tidak tenang.
Dia merasa bersalah, karena membiarkan Jurina pergi bersama Anna. Tapi, mau
bagaimana lagi, jika dia menolak keinginan Anna, maka dari itu, dia harus siap
menanggung malu di pesta ulang tahun gadis itu.
Sedari tadi juga, dia benar-benar sangat resah. Inginnya, dia
menyusul Jurina, tapi itu tidak mungkin. Anna, gadis itu tidak suka jika ada
orang yang menganggunya. Apalagi, ketika Anna berbicara serius dengan orang
yang dia suka.
Yui bangkit dari duduknya. Kemudian, ia menoleh ke pintu.
Berharap, Jurina sudah selesai berbicara dengan Anna. Tapi, dia belum juga
melihat Jurina yang masuk. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, itu membuat
Yui sangat cemas.
"Yui?"
dia menoleh ketika ada yang memanggil namanya.
Dia mantap seorang gadis yang sekarang berdiri di depannya.
Kedua matanya terbuka lebar, dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia
lihat sekarang ini.
"P-Paruru?" katanya tidak percaya.
"Yui, ini kau?" kata gadis itu lagi. Yui
mengangguk. Kemudian, ia memeluk gadis itu.
"Ah... syukurlah, aku bisa bertemu denganmu lagi"
Yui lega.
Gadis itu membalas pelukan Yui. Shimazaki Haruka. Gadis yang
menjadi teman masa kecilnya itu, ternyata ada di sini dan akhirnya mereka
bertemu kembali, setelah lama mereka berpisah. Ini benar-benar mengejutkan
untuk Yui.
"Kenapa kau tidak bilang? Jika, kau sudah ada di
Tokyo?" tanya Yui melepas pelukannya.
"Maaf. Aku baru tiba satu minggu yang lalu di sini, dan
aku di sini karena aku ikut dengan temanku" kata Paruru membalas.
"Begitu ya? Lalu, kau sekolah di mana?" tanya Yui
lagi.
"Aku belum menemukan tempat untuk sekolah, Yui"
"Kalau begitu, sekolah saja di sekolahku. Kita bisa satu
kelas nantinya" Kata Yui mengusulkan.
"Boleh. Aku juga rindu denganmu, Yui-chan"
Yui tersenyum mendengarnya. Akhirnya, dia bisa bertemu
kembali dengan gadis itu. Gadis yang selama ini mengisi hatinya. Gadis itu juga
selalu menemani harinya. Dan lagi, gadis itu juga memberinya semangat hidup.
Karena, selama ini Yui hanya hidup seorang diri. Ayahnya
meninggal ketika dia berusia 4 tahun, sedangkan ibunya, pergi meninggalkannya
begitu saja. Maka dari itu, Yui hidup sendiri di apartemennya.
Dan selama ini, hanya Paruru yang menjadi temannya. Dan pernah
juga, orang tua Paruru membiayai sekolahnya. Tapi, setelah Yui mendapatkan
beasiswa dan juga bisa bekerja mencukupi kebutuhannya sendiri, Yui tidak lagi
membebani kedua orang tua Paruru. Yui menjadi gadis yang mandiri sekarang.
Benar-benar mandiri.
"Yui" dia menoleh menemukan Jurina yang melangkah
kearahnya dan Paruru.
"Jurina" Jurina menatap Paruru.
"Eh? Bukankah dia......??" kata Jurina menunjuk
Paruru. Yui mengangguk.
"Iya, dia Paruru. Ternyata, dia sudah ada di sini satu
minggu yang lalu" kata Yui lagi.
"Woah... aku Matsui Jurina salam kenal"
"Shimazaki Haruka"
"Bagaimana tadi?" bisik Yui.
"Tidak perlu dikhawatirkan. Aku bisa menanganinya"
Yui tersenyum mendengarnya.
***
~Rena
Pov~
Sudah sedari tadi, aku menunggunya. Kenapa, dia belum datang?
Selama itu kah dia pergi? Padahal, jam sudah menunjukan angka 9 malam dan lagi
hujan pula. Aku benar-benar khawatir dengannya. Jurina, kau di mana sebenarnya?
Tak lama, aku mendengar suara mobil. Aku langsung keluar dari
rumah, dan melihat Jurina yang turun dari mobil itu. Aku mengambil payung, dan
langsung menghampirinya. Sekilas, aku melihat Yui yang ada di mobil itu.
"Yui-chan, terima
kasih karena sudah membawa Jurina pulang" seruku.
"Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi dulu" aku
mengangguk.
Setelah mobil itu pergi, aku membawa Jurina masuk ke dalam
rumahnya. Tubuhnya menggigil. Apa dia kedinginan?
Aku membaringkannya di kamarnya, dan kemudian aku langsung
membuka sepatunya dan menyelimuti tubuhnya. Wajahnya pucat sekali. Aku yakin,
dia tidak membawa jaket tadi. Benar-benar ceroboh.
"Rena-chan, tolong
ambilkan bajuku" rengeknya.
"Iya, tunggu ya?"
Aku melangkah ke arah lemari pakaiannya. Kemudian, aku
membukanya dan mengambil salah satu baju untuk dipakainya.
Aku kembali kepadanya dengan baju itu. Lebih tepatnya, ini
baju tidur. Jurina, kenapa kau bisa seperti ini? Aku membantunya untuk duduk.
Dan kemudian mengusap wajahnya yang basah. Mungkin, karena hujan tadi.
"Rena-chan, tolong buka bajuku ya?"
pintanya kembali.
Aku menurutinya. Tapi, ketika aku hendak membuka pakaiannya,
entah kenapa aku sangat malu melakukannya. Padahal, aku pernah melihat tubuhnya
dan itu pun sering. Yah... walau pun itu aku lakukan ketika kami kecil dulu.
Aku membukanya pelan-pelan. Oh... tuhan, jantungku kenapa
berdetak secepat ini? Darahku berdesir hebat. Apa yang terjadi padaku? Kenapa,
aku bisa seperti ini?
Setelah selesai, aku terdiam. Aku benar-benar malu rasanya,
karena tadi baru saja membantunya berganti baju. Benar-benar membuatku malu,
dan mungkin kedua pipiku memerah. Jantungku, masih saja berdetak hebat. Tidak
seperti biasanya.
Aku terkejut, ketika tubuhku tertarik. Aku merasakan tangan
Jurina yang sekarang mendekapku sangat erat. Dan dia membenamkan kepalanya di
dadaku. Ke-Kenapa bisa seperti ini? Tubuhku benar-benar bergetar dengan hebat.
"Rena-chan, tolong
temani aku" rengekkannya terdengar.
"I-iya, Jurina" aku mengangkat tanganku untuk
membalas pelukannya.
Ini beda. Ini benar-benar sangat berbeda. Perasaan apa ini?
Perasaan ini muncul begitu saja, ketika Jurina mendekapku. Aku tidak tahu apa
yang terjadi padaku. Dan aku juga tidak mengerti, dengan perasaanku ini.
Tapi yang jelas, aku sangat tenang berada di dalam
pelukannya. Aku terbaring di kamarnya, membiarkannya tertidur dalam pelukanku.
Mungkin, dia membutuhkan kehangatan dariku. Tidurlah, supaya besok kau membaik,
gadis kecilku. Selamat malam dan bermimpilah yang indah.
To Be Continue..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar