Senin, 30 Mei 2016

Fantastic Girls - Nyanyian Arwah

Title : Fantastic Girls (Nyanyian Arwah)
Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, Fantasi, Supranatural

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Jurina
  • Matsui Rena
Other Cast :
  • Kizaki Yuria


Sori ya kalau gaje dan agak gimana gitu. ini baru permulaan saja sih, dan masih ada kok lanjutannya so... tungguin saja ya kedua entah kapan, aku sendiri belum tahu hihi...
sori for typo...

Happy Reading All....




~---0---~




Nada itu kembali terdengar. Suaranya benar-benar menyedihkan, dan entah dari mana datangnya suara itu. Tidak ada yang mengetahuinya sama sekali. Rumah itu yang kini hanya sebuah bangunan kosong tanpa penghuni sama sekali, menjadi terkesan angker. 
Dan tak ada yang tahu, apa yang dulu terjadi pada rumah itu. Yang jelas, setiap malam, rumah itu selalu terdengar suara. Lebih tepatnya orang yang tengah bernyanyi. Namun, mereka yakin, jika suara itu bukanlah dari seseorang, melainkan sesosok makhluk halus. 

***

Seorang gadis berambut sebahu, dengan adanya alat rekam yang tergantung di lehernya. Kedua mata hitamnya, menoleh ke arah kanan dan kiri. Dia tengah berada di sekolahnya sekarang. Dia termasuk murid pindahan di sana. 

Karena kedua kakinya sudah lelah, ia memutuskan untuk beristirahat dan menunggu seseorang. Dia sudah berjanji dengan seseorang akan bertemu langsung di sekolah. Namun, orang itu tidak memberi tahunya tempat di mana pertemuan yang pasti.
"Menyebalkan" desisnya.
Mulutnya masih asyik dengan permen karet yang ia makan. Wajahnya juga sangat membosankan. Bosan, karena menunggu seseorang. Dia memang benci dalam hal menunggu. Itu memang sudah menjadi sifatnya. Tapi, semua orang akan benci dengan apa yang namanya menunggu, bukan? Jadi, itu wajar saja.

Tap!

Dari belakang, tanpa menoleh sedikit pun. Gadis berambut sebahu itu, sangat tahu jika ada orang yang mendekatinya. Telinganya benar-benar sangat tajam, padahal suara langkah kaki itu sangat pelan. 
Tap!
Lagi-lagi. Dia tersenyum, pasti itu temannya yang akan mengerjainya. Dia berpura-pura tidak tahu, dan sampai pada akhirnya, temannya itu mulai semakin dekat dengannya. Semakin sangat dekat dan hingga orang itu benar-benar ada di belakangnya.

Dia menoleh.

"Dor!" dia tertawa terbahak-bahak ketika melihat temannya yang kaget karena dirinya.
"Ah... kau ini Yui, mengagetkanku saja" kata temannya memegang dadanya. Sementara Yui, dia masih terus tertawa melihat temannya.
"Padahal, tadi aku yang ingin mengerjaimu, kenapa justruh kau yang mengagetkanku?" tanya gadis itu heran.
Yui menghentikan tawanya, "Kau lupa? Pendengaranku ini sangat tajam. Bahkan, hanya daun yang jatuh saja, aku bisa mendengarnya"
Gadis itu menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal, "Iya, juga ya!"
"Sudah. Kita ke ruang guru atau langsung ke kelas? Tapi, aku belum tahu di mana kelasnya" kata Yui lagi.
"Aku sudah tahu. Sekarang, ayo ikut aku"

***

"Hei Jurina, kita tinggal di mana nantinya?" tanya Yui ketika dia dan Jurina tengah makan bersama di kantin sekolah mereka.
"Kita akan tinggal di sebuah rumah kuno yang sangat dekat dengan sekolah kita. Agar, nanti jika kita sekolah, tidak perlu terlalu kejauhan" Yui mengangguk mengerti.
"Hanya berdua?" tanya Yui lagi.
"Tentu saja tidak. Nanti, aku akan mengenalkanmu, pada kakak sepupuku yang bernama Shimazaki Haruka. Dia juga akan tinggal di sana bersama temannya."
"Jadi, 4 orang?" Jurina mengangguk.

***

Seorang gadis berambut panjang, tengah berjalan masuk ke sebuah rumah yang terkesan kuno namun mewah. Rumah itu, jika di lihat dari jauh biasa saja, namun setelah dekat, entah kenapa gadis itu merasakan aura negatif.

Dia membuka gerbang rumah itu, perlahan. Ia masuk sambil menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Ia memperhatikan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar rumah. Cukup rindang. Hanya saja, aura yang ia rasakan semakin kuat.
"Hei... apa kau melihat sesuatu?" katanya bertanya pada sesosok makhluk halus yang berdiri di dekatnya.
Hantu? Iya, yang berdiri di dekat gadis itu adalah Hantu. Hantu itu memiliki wajah cantik, namun sangat pucat. Sesosok makhluk yang di anggap arwah oleh gadis itu, mengitarakan pandangannya ke sekitar rumah.

Hantu cantik itu, juga merasakan aura yang sama dengan gadis cantik berwajah polos itu. Mungkin, di saat siang hari seperti ini, belum terlihat. Tapi, mungkin saja di malam hari terlihat. Siapa tahu saja, hantu bersembunyi di siang hari.
Tapi, jika arwah itu. Sepertinya, pengecualian. Dia muncul pada siang dan malam, dan kerjaannya hanya mengikuti gadis yang memiliki wajah polos dan manis itu. Gadis itu juga, sudah menganggap arwah itu sebagai 'teman'. Iya, teman. Karena, arwah itu selalu membantunya.

"Belum terlihat Paru, aku sendiri juga bingung. Tapi, aku yakin di sini ada hantu." kata arwah itu pada gadis yang ia sebut 'Paru' itu.
"Sudah ku duga" lirih gadis itu yang mempunyai nama lengkap Shimazaki Haruka. Kalian, bisa memanggilnya Haruka atau Paruru.

Gadis itu kembali berjalan dengan di ikuti arwah cantik itu dari belakang. Entah kenapa, arwah itu sepertinya tidak bosan dan bahkan terkesan sangat setia dengan Paruru. Mungkin, Paruru adalah teman pertamanya. 
Selama hidup, arwah cantik itu tidak memiliki teman. Dan justruh, setelah dia mati, dia bertemu dengan Paruru dan selalu saja mengikuti Paruru.

Pertama mereka bertemu, ketika Paruru tidak sengaja lewat dalam jalan yang sebelumnya adalah tempat kejadian di mana dia meninggal. Dan semenjak itu lah, dia mengikuti Paruru. Walau awalnya risih, tapi akhirnya Paruru bisa menerimanya. Dia benar-benar bahagia dan semenjak saat itu, dia berjanji akan membantu dan menolong Paruru.

"Rumah ini benar-benar besar, tapi menyeramkan" komentar Paruru setelah masuk ke dalam rumah itu.
"Kau takut?" Paruru menatap tajam ke arah arwah itu. Hingga membuat arwah itu menunduk. Entah kenapa, arwah itu justruh takut dengan Paruru. 

Tidak ada kata takut kepada manusia, untuk hantu bukan? Tapi, ini memang nyata. Hantu itu takut kepada Paruru. Mungkin, karena Paruru sudah tahu kelemahannya. Mungkin.

"Ok... aku minta maaf" kata hantu itu lagi dengan lirih.
"Aku tidak takut, kau mengerti hantu bodoh?" kata Paruru menggeram.
"Iya!" Paruru pergi meninggalkannya untuk masuk ke dalam rumah.
"Huft... selalu saja seperti itu. Sok pemberani, padahal kalau ada apa-apa dia pasti takut" gerutu hantu perempuan itu.

Paruru memutar gagang pintu itu. Sebuah kamar lebih tepatnya. Ketika dia membuka, dia harus dikejutkan oleh kedatangan sosok hantu yang menemaninya tadi. Hantu itu memang cepat mendahuluinya. 
Terkadang, dia memarahi hantu itu, karena selalu saja muncul tiba-tiba. Dia juga pernah menggerutu, kenapa dia mau saja menerima pertemanan dari hantu itu. Tapi, sudahlah. Lagi pula, itu tidak perlu disesali lagi. Semuanya sudah lewat. Kau mengerti bukan?

"Kau selalu saja mengagetkan aku" kata Paruru menggerutu.
"Maaf! Kau tahu sendiri, jika aku selalu begitu orangnya"
"Ha? Orang? Kau hantu, mengerti?" kata Paruru setelah itu dia melewati hantu itu.

Paruru melihat ke sekitar ruangan itu. Kamar itu cukup besar, namun tidak ada apa-apa, kecuali tempat tidur dan lemari pakaian serta ada meja rias. Mungkin, karena terlalu lama tidak ada yang menempati.

"Sepertinya, aku butuh Rena" lirihnya lagi.
"Rena-chan? Gadis cantik berwajah polos dengan kulit putih pucat temanmu itu? Dan satu lagi, dia juga mempunyai kelebihan bisa melihat masa lalu, bukan?" 

Paruru menggeretakkan giginya, ketika dia mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari arwah itu. Dia benar-benar ingin sekali memukul wajah arwah itu, namun ia tidak bisa. Kau tahu sendiri? Mana mungkin, manusia bisa menyentuh hantu. Ini dunia fanfic, jadi semua cerita bebas direncanakan oleh Authornya, ok? (Ok.. ini gaje. Skip saja)

"Kau bisa diam tidak? Jika kau sudah tahu siapa Rena, lebih baik kau diam hantu manis" kata Paruru geram.
"Kau bilang aku manis? Woah... ini pertama kali, dalam hidupmu Paruru. Memuji seseorang"
"Kau hantu, kau mengerti? Orang dari mana, coba? Kaki saja tidak menyentuh lantai" kata Paruru menunjuk kaki hantu itu, yang memang sama sekali tidak menyentuh lantai.
"Iya. Aku Hantu" hantu itu mengembungkan pipinya kesal.
"Dasar hantu."
"PARURU!" ia menoleh ketika ada yang berteriak memanggil namanya.
"Rena-chan, dia sudah datang ternyata" katanya tersenyum manis.

Melihat Paruru yang pergi, hantu cantik itu juga pergi mengiukuti Paruru dari belakang. Dia melayang, bukan berjalan. Kalian bisa membayangkannya, bukan? Secara, kakinya saja tidak menyentuh lantai.
Paruru menemukan seorang gadis yang sekarang tersenyum kepadanya. Gadis itu berambut panjang dan rambutnya ia kucir, sedangkan dia memakai baju sekolah. Sepertinya, dia baru saja pulang dari sekolahnya.

Paruru menyapa gadis itu dengan ramah dan memeluk sahabatnya itu. Sudah hampir 8 tahun, mereka menjadi seorang sahabat. Dan setiap kali juga, Paruru akan menceritakan keluh kesahnya kepada sahabatnya, yang mempunyai nama lengkap Matsui Rena itu.

"Sebentar lagi, adik sepupuku akan datang bersama dengan temannya. Jadi, kau tidak keberatan, bukan? Jika, kita tinggal berempat di rumah ini?" kata Paruru panjang lebar.
"Tentu saja, Paruru-chan"

Tak lama, mereka kembali mendengar suara dari luar. Paruru tersenyum, ia sudah menebak jika itu adalah saudaranya. Adik kecilnya yang sangat ia sayangi. Matsui Jurina. Nama yang sama dengan nama Matsui Rena. Hanya marganya saja.

"Kau datang juga, Jurina-chan" sapa Paruru tersenyum.
"Tentu saja, Paruru onee-chan" kata Jurina tersenyum. 

Paruru melihat seorang gadis yang berdiri di belakang Jurina. Gadis itu berambut sebahu, dan di lehernya terdapat alat rekam yang tergantung. Dia menatap gadis itu sambil menebak, jika itu adalah teman adik sepupunya.
Tapi, entah kenapa, gadis itu sedikit menarik perhatiannya. Dan hatinya, entah kenapa berdetak sangat kencang, seperti dia baru saja mendapat serangan listrik.

"Itu temanku, nee-chan." Kata Jurina membuyarkan lamunan Paruru.
"Yokoyama Yui, salam kenal onee-chan" kata Yui membungkuk.
"Shimazaki Haruka, gadis manis" kata Paruru tersenyum.

Arwah yang berdiri sedari tadi di sebelah Paruru, kini mendekati Paruru lebih dekat. Sepertinya, arwah itu tahu, jika Paruru tertarik pada gadis bernama Yui itu.

"Kau menyukainya?" Paruru melirik tajam ke arah arwah itu. Dia memberi isyarat, agar arwah itu diam.
"Lalu, di mana kamar kami?" tanya Jurina. Dan Paruru kembali menoleh melihat Jurina.
"Kau sekamar dengan Rena, aku dan Yui" kata Paruru.
"Modus nih!" lagi-lagi Paruru memberi tatapan tajam ke arah arwah itu.
"Ok... aku tidak akan lagi menggodamu"

***

"Aku.... rindu.... teriakan... uhuhu....." 

Suara itu membuat Yui harus bangun dari terbaringnya. Ia langsung membuka jendela kamar, tapi ia tidak melihat apa-apa. Apa yang tadi dia dengar? Dia tidak mungkin salah dengar. Karena, Yui memiliki pendengaran sangat tajam.
Yui akhirnya menjauh dari jendela, dan kemudian ia langsung melangkah ke arah luar. Paruru yang tahu, segera mengejar Yui. Dia memandang gadis itu dengan aneh. Ada apa dengan gadis itu? Sampai-sampai keluar dari kamar seperti ini?

"Aku mendengar suara tadi, Paru. Mungkin, dia juga mendengarnya" kata arwah itu. Seolah, dia tahu apa yang ada di pikiran Paruru.
"Baiklah! Kita harus segera mengejarnya" arwah itu mengangguk.

Sementara itu,

Rena yang berada di dapur, tengah membuat minuman untuknya. Dia haus, maka dari itu dia keluar dari kamar dan membuat minuman. Jus jeruk, lebih tepatnya. 
Tak sengaja ia menyentuh sebuah guci yang di taruh di samping pintu dapur. Tubuhnya mengejang, dan kedua matanya tertutup. Ia seperti melihat sesuatu.

"Tolong, jangan bunuh aku"
"Ayah, aku mohon!"

Arrgh...... gadis itu kini mengeluarkan darah dari perutnya. Seorang pria paruh baya yang berdiri di depannya itu, sekarang mengangkat sebuah guci dan memasukkan daging gadis yang ia bunuh itu. Kemudian, ia menyeret tubuh gadis itu dan menguburnya di suatu ruangan.

Sementara, daging gadis itu ia buang dan justruh di makan oleh anjing liar. Benar-benar tragis, kenapa ia bisa melakukan semua itu pada putrinya sendiri. Sebelum, ia pergi ia menatap anjing-anjing itu dan berkata lirih.

"Maafkan ayah. Tapi, jika kau tidak di bunuh, semua orang akan menghina ayah karena kau hamil di luar nikah"

Rena tersadar, ia melepaskan tangannya dari guci itu. Kedua matanya terbuka lebar. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia lihat tadi. Seolah itu muncul di pikirannya begitu saja.

“Siapa sebenarnya orang itu? Kenapa, dia tega membunuh putrinya sendiri?” Tanya Rena tidak mengerti.

Tak lama, ia langsung berjalan begitu saja. Tapi, langkah kakinya tertahan, karena ia mendengar suara. Suara nyanyian yang begitu menyedihkan, apalagi dia juga menyanyikan sambil menangis.

“Apa itu?” pikiranya benar-benar tertuju pada suara itu sekarang.
Rena-chan” dia menoleh dan menemukan Jurina yang menghampirinya.
“Ada apa?” Tanya Rena langsung.
“Kau mendengar suara tangisan? Atau mungkin, lebih tepatnya itu adalah suara nyanyian yang menyedihkan?” kata Jurina bertanya.
“Aku mendengarnya” kata Rena membalas.
“Suara apa itu, sebenarnya?” Tanya Jurina yang kemudian dibalas gelengan kepala oleh Rena.

Rena menatap sebuah benda yang ada di tangan Jurina. Entah benda apa itu, dan bagaimana juga Jurina mendapatkan benda itu.

“Benda apa itu?” Tanya Rena. Jurina melihat benda yang di maksud Jurina.
“Ah… ini sebuah pisau lipat. Aku tidak sengaja, menemukannya di meja tadi” kata Jurina menjelaskan.
“Boleh aku pegang?” Tanya Rena.

Entah kenapa, Rena mempunyai suatu firasat pada benda tajam itu. Jurina menurut. Dia memberikan benda itu kepada Rena.
Ketika Rena memegang benda itu, tubuhnya kembali mengejang dan ia menutup kedua matanya dan membuat Jurina terkejut dengan sikapnya.

“Maaf ayah, aku hamil” kata seorang gadis cantik berambut panjang itu.
“Yuria-chan, kau benar-benar keterlaluan” kata sang ayah pada gadis itu.
“Maaf ayah, aku khilaf. Aku tidak akan lagi melakukannya. Tolong, maafkan aku!”

Sang ayah menaruh sebuah pisau lipat di meja dan kemudian menyeret sang putri. Dia dengan teganya, membunuh putrinya sendiri dengan benda tajam berupa silet dan juga pisau.
Sampai-sampai dia mengeluarkan isi perut putrinya sendiri. Mungkin, itu adalah janin yang berada di kandungan gadis itu. Sebenarnya, ia tidak ingin membunuh putrinya, namun ia terlalu malu jika nantinya menanggung malu.

Benar-benar sungguh seorang ayah yang tega. Hanya karena alas an seperti itu, dia justruh membunuh putri kandungnya sendiri.

“Aku tidak akan membiarkan seseorang tahu kematianmu. Maka dari itu, aku akan menguburmu di gudang. Dan aku akan menutup celah yang ada. Aku akan pergi dari rumah ini”

Setelah mengubur putrinya atau lebih tepatnya menyimpan jasad putrinya sendiri. Pria itu pergi begitu saja, dan meninggalkan rumah itu.

Rena tersada, ia melepas pisau itu dengan kasar. Membuat Jurina, mengekerutkan keningnya heran.

“Ada apa?” Tanya Jurina.
“Di mana Paruru?” bukan menjawab justruh dia bertanya balik.
“Tadi, dia keluar dari sini mengikuti Yui” kata Jurina membalas.
“Kita harus menyusul mereka.” Jurina mengangguk menyetujui.

***

Yui kembali mendengar suara itu. Suaranya benar-benar menyedihkan, tapi tidak membuat Yui menciut nyalinya. Dia juga menggunakan alat rekamnya yang tergantung di lehernya.
“Pasti ada sesuatu” gumamnya tersenyum.
Sementara Paruru, dia berada di belakang Yui. Dia berlari dan setelah itu berhenti di sebelah Yui. Yui menoleh melihat Paruru yang sekarang mengatur nafasnya.

“Kenapa kau mengikutiku?” Tanya Yui heran.
“Bodoh. Aku khawatir denganmu. Jika kau berjalan sendiri, bagaimana jika ada sesuatu yang terjadi padamu?” kata Paruru kesal.
“Aku mendengar suara tadi, aku rasa tidak jauh dari rumah ini. Lebih tepatnya, di gudang itu”

Paruru menolehkan pandangannya kearah gudang yang di tunjuk Yui. Ia melebarkan kedua matanya, ketika ia melihat sesosok makhluk halus dengan wajahnya yang penuh dengan darah.
Apa itu?
Paruru benar-benar tidak tahu makhluk apa itu. Tapi, yang jelas dia perempuan. Ia tersenyum melihat Paruru yang melihatnya. Senyum yang menakutkan.

“Tenang Paru, ada aku” kata arwah yang ada di sampingnya.
“Apa itu Rina? Apa itu hantu?” Tanya Paruru lirih.
“Hantu?” Paruru menoleh melihat Yui.
“Ada hantu di sini. Lebih tepatnya, di gudang itu,” kata Paruru menunjuk gudang itu, “tepat di depan pintu gudang”

Yui segera mengarahkan kameranya ke arah gudang itu. Dia menemukan sesosok makhluk yang di maksud oleh Paruru.

“Apa itu? Hantu?” kata Yui.
“Iya, itu hantu”

Tap! Tap!
Suara langkah kaki terdengar. Mereka menoleh dan menemukan seorang pria paruh baya yang sekarang masuk ke dalam gudang itu. Langkah kaki orang itu benar-benar terlihat terburu-buru.

“Kita ikuti saja” kata Paruru.
“Jangan, aku bisa mendengarnya dari sini, jika dia berbicara”
“Apa maksudmu?”
“Aku mempunyai pendengaran yang sangat tajam. Kira-kira 500 meter” Paruru melebarkan kedua matanya tidak percaya.

Yui tidak menghiraukan gadis itu. Ia mulai memasang telinga baik-baik. Siapa tahu orang itu tengah berbicara dengan seseorang.

“Maafkan ayah, karena ayah telah membunuhmu”

Tentu saja, itu membuat Yui terkejut. Benar-benar tega. Yui kembali memasang pendengarannya lagi.

“Setiap malam, ayah selalu kemari, karena ayah merasa bersalah. Ayah hanya tidak mau menanggung malu waktu itu, Yuria-chan”

Yui benar-benar menggeram mendengar ucapan itu. Seorang ayah, tega membunuh putrinya sendiri? Tidak ada yang percaya.

“Maka dari itu, ayah membuat lubang untuk mengunjungimu kemari. Hanya ini, yang ayah bisa lakukan untukmu putriku” kata orang itu lagi.

Yui benar-benar tidak tahan dengan ucapan orang itu. Dia benar-benar ingin sekali menghajar orang itu.

“Kita harus tangkap orang itu”
“Eh? Nande?”
“Dia pembunuh. Ayah mana yang tega membunuh anaknya sendiri?” tentu saja itu membuat Paruru terkejut mendengarnya.
“Bagaimana caranya?” Tanya Paruru.
“Ikut aku”

Yui menarik lengan gadis itu. Sial, lagi-lagi Paruru harus merasakan darahnya berdesir hebat. Tapi, ia menghiraukan itu dan mengikuti Yui.
Yui berhenti dan sejenak ia menelpon seseorang. Setelah itu, ia menyuruh orang itu untuk datang ke gudang itu.

Yui mengambil kayu yang dia temukan di dekat gudang itu. Dia bersiap untuk menggunakan kayu itu, untuk memukul orang itu agar tidak kabur.
Tap! Tap!
Dia tersenyum. Sebentar lagi, dia akan menangkap seorang penjahat. Itu benar-benar hal yang sangat ia sukai.

Sementara di sampingnya, Paruru menolehkan pandangannya. Dia melihat gadis hantu yang ia lihat tadi di depan gudang. Kini, gadis itu justruh tengah duduk sedih melihat ke arah gudang.

“Paru, jangan kemana-mana. Ini cukup berbahaya” kata Yui yang menyadari Paruru akan pergi.
“Baiklah!” kata Paruru.

Klek!
Buggh!

Tepat ketika pintu terbuka, Yui langsung memukul orang itu. Paruru sedikit terkejut sebenarnya, dan ia melihat seorang yang merintih karena Yui yang memukul orang itu tadi.
“Yui” mereka menoleh.
Rena dan Jurina datang. Mereka menoleh melihat seorang pria yang terkapar di lantai gudang.

“Pria itu yang tadi aku lihat di masa lalu” kata Rena yang sudah mengenali.
“Masa lalu?” Tanya Yui tidak mengerti.
“Sudahlah. Nanti, kita akan menjelaskan kepadamu. Sekarang, apa yang harus kita lakukan pada orang ini?” Tanya Paruru.
“Kita harus membawanya ke kantor polisi dan lagi, ada mayat di dalam gudang ini” kata Rena lagi.
“Benarkah?” Rena mengangguk yakin.
“Ayo… kita lihat” Yui mengangguk.

Tepat, ketika mereka masuk, mereka mencium bau yang sangat menusuk hidung. Mereka menutup hidung mereka masing-masing. Mereka tidak kuat dengan bau busuk semacam itu.

“Apa itu?” Tanya Jurina yang menemukan sebuah peti di gudang itu.
“Tidak salah lagi. Itu adalah peti yang aku lihat tadi di masa lalu” kata Rena menjelaskan.
“Peti untuk apa?” Tanya Jurina tidak mengerti.
“Untuk menyembunyikan mayat dari anak laki-laki tadi. Dia membunuh putrinya sendiri” kata Rena membuat Yui, Paruru dan Jurina terkejut.
“Kau yakin?” kata Jurina bertanya.
“Aku yakin. Dan aku tidak pernah meragukan kemampuanku”
“Baiklah, kita urus saja mereka. Kebetulan, tadi aku menelpon kakak sepupuku yang bekerja di kepolisian, mungkin dia akan datang sebentar lagi dan mengurus semua ini” jelas Yui panjang lebar.

***

Mereka tidak akan pernah menduga, jika nama-nama mereka di sebut di Koran-koran atau bahkan di artikel lainnya seperti majalah dan bahkan televisi.
Iya, semenjak kejadian itu, ayah dari Kizaki Yuria di tangkap dan arwah yang selama ini menghantui rumah itu sudah tidak ada lagi. Mungkin, dia sudah tenang.

Dan di sini, di meja makan. Yui memberitahukan kelebihannya kepada dua sahabat barunya. Dan begitu juga sebaliknya. Mereka saling menceritakan satu sama lain.

“Jadi, kau bisa mendengar suara 500 meter ya?” kata Rena yang langsung di angguki oleh Yui.
“Dan kau Paru. Ternyata, kau bisa melihat arwah?” Paruru mengangguk.
“Kau dengar tadi malam, ketika aku menyebut hantu?” Yui mengangguk.
“Itu, karena aku tengah berbicara dengan hantu”
“Dan kau Jurina, kau malah mempunyai kelebihan lari yang cepat. Pantas ya, tadi malam larimu sangat cepat” Jurina hanya menunjukan cengirannya membalas ucapa Rena.
“Lalu, apa kita akan tetap tinggal di sini?” Tanya Jurina.
“Aku ikut kalian saja” kata Rena santai.
“Baiklah. Sebaiknya, kita pindah ke apartemen saja. Apartemen yang ada di dekat sekolah, bagaimana?” Tanya Paruru.
“Boleh lah. Aku ikut saja dengan kalian” kata Yui membalas.

Setelah beberapa hari, semenjak kejadian itu. Mereka pindah dari rumah itu. Padahal, masih satu malam. Tapi, mereka sudah pindah. Mungkin, karena mereka kurang nyaman berada di rumah itu.


Fantastic Girls * Nyanyian Arwah.
End

1 komentar: