Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg, Fantasi, Supranatural
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Kizaki Yuria
Sori
ya kalau gaje dan agak gimana gitu. ini baru permulaan saja sih, dan masih ada
kok lanjutannya so... tungguin saja ya kedua entah kapan, aku sendiri belum
tahu hihi...
sori
for typo...
Nada
itu kembali terdengar. Suaranya benar-benar menyedihkan, dan entah dari mana
datangnya suara itu. Tidak ada yang mengetahuinya sama sekali. Rumah itu yang
kini hanya sebuah bangunan kosong tanpa penghuni sama sekali, menjadi terkesan
angker.
Dan tak ada yang tahu, apa yang dulu terjadi pada rumah itu.
Yang jelas, setiap malam, rumah itu selalu terdengar suara. Lebih tepatnya
orang yang tengah bernyanyi. Namun, mereka yakin, jika suara itu bukanlah dari
seseorang, melainkan sesosok makhluk halus.
***
Seorang
gadis berambut sebahu, dengan adanya alat rekam yang tergantung di lehernya.
Kedua mata hitamnya, menoleh ke arah kanan dan kiri. Dia tengah berada di
sekolahnya sekarang. Dia termasuk murid pindahan di sana.
Karena kedua kakinya sudah lelah, ia memutuskan untuk
beristirahat dan menunggu seseorang. Dia sudah berjanji dengan seseorang akan
bertemu langsung di sekolah. Namun, orang itu tidak memberi tahunya tempat di
mana pertemuan yang pasti.
"Menyebalkan" desisnya.
Mulutnya masih asyik dengan permen karet yang ia makan.
Wajahnya juga sangat membosankan. Bosan, karena menunggu seseorang. Dia memang
benci dalam hal menunggu. Itu memang sudah menjadi sifatnya. Tapi, semua orang
akan benci dengan apa yang namanya menunggu, bukan? Jadi, itu wajar saja.
Tap!
Dari belakang, tanpa menoleh sedikit pun. Gadis berambut
sebahu itu, sangat tahu jika ada orang yang mendekatinya. Telinganya
benar-benar sangat tajam, padahal suara langkah kaki itu sangat pelan.
Tap!
Lagi-lagi. Dia tersenyum, pasti itu temannya yang akan
mengerjainya. Dia berpura-pura tidak tahu, dan sampai pada akhirnya, temannya
itu mulai semakin dekat dengannya. Semakin sangat dekat dan hingga orang itu
benar-benar ada di belakangnya.
Dia menoleh.
"Dor!" dia tertawa terbahak-bahak ketika melihat
temannya yang kaget karena dirinya.
"Ah... kau ini Yui, mengagetkanku saja" kata
temannya memegang dadanya. Sementara Yui, dia masih terus tertawa melihat
temannya.
"Padahal, tadi aku yang ingin mengerjaimu, kenapa
justruh kau yang mengagetkanku?" tanya gadis itu heran.
Yui
menghentikan tawanya, "Kau lupa? Pendengaranku ini sangat tajam. Bahkan,
hanya daun yang jatuh saja, aku bisa mendengarnya"
Gadis itu menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal,
"Iya, juga ya!"
"Sudah. Kita ke ruang guru atau langsung ke kelas? Tapi,
aku belum tahu di mana kelasnya" kata Yui lagi.
"Aku sudah tahu. Sekarang, ayo ikut aku"
***
"Hei
Jurina, kita tinggal di mana nantinya?" tanya Yui ketika dia dan Jurina
tengah makan bersama di kantin sekolah mereka.
"Kita akan tinggal di sebuah rumah kuno yang sangat
dekat dengan sekolah kita. Agar, nanti jika kita sekolah, tidak perlu terlalu
kejauhan" Yui mengangguk mengerti.
"Hanya berdua?" tanya Yui lagi.
"Tentu saja tidak. Nanti, aku akan mengenalkanmu, pada
kakak sepupuku yang bernama Shimazaki Haruka. Dia juga akan tinggal di sana
bersama temannya."
"Jadi, 4 orang?" Jurina mengangguk.
***
Seorang
gadis berambut panjang, tengah berjalan masuk ke sebuah rumah yang terkesan
kuno namun mewah. Rumah itu, jika di lihat dari jauh biasa saja, namun setelah
dekat, entah kenapa gadis itu merasakan aura negatif.
Dia membuka gerbang rumah itu, perlahan. Ia masuk sambil
menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Ia memperhatikan pohon-pohon
yang tumbuh di sekitar rumah. Cukup rindang. Hanya saja, aura yang ia rasakan
semakin kuat.
"Hei...
apa kau melihat sesuatu?" katanya bertanya pada sesosok makhluk halus yang
berdiri di dekatnya.
Hantu? Iya, yang berdiri di dekat gadis itu adalah Hantu.
Hantu itu memiliki wajah cantik, namun sangat pucat. Sesosok makhluk yang di
anggap arwah oleh gadis itu, mengitarakan pandangannya ke sekitar rumah.
Hantu cantik itu, juga merasakan aura yang sama dengan gadis
cantik berwajah polos itu. Mungkin, di saat siang hari seperti ini, belum
terlihat. Tapi, mungkin saja di malam hari terlihat. Siapa tahu saja, hantu
bersembunyi di siang hari.
Tapi, jika arwah itu. Sepertinya, pengecualian. Dia muncul
pada siang dan malam, dan kerjaannya hanya mengikuti gadis yang memiliki wajah
polos dan manis itu. Gadis itu juga, sudah menganggap arwah itu sebagai
'teman'. Iya, teman. Karena, arwah itu selalu membantunya.
"Belum terlihat Paru, aku sendiri juga bingung. Tapi,
aku yakin di sini ada hantu." kata arwah itu pada gadis yang ia sebut
'Paru' itu.
"Sudah ku duga" lirih gadis itu yang mempunyai nama
lengkap Shimazaki Haruka. Kalian, bisa memanggilnya Haruka atau Paruru.
Gadis itu kembali berjalan dengan di ikuti arwah cantik itu
dari belakang. Entah kenapa, arwah itu sepertinya tidak bosan dan bahkan
terkesan sangat setia dengan Paruru. Mungkin, Paruru adalah teman
pertamanya.
Selama hidup, arwah cantik itu tidak memiliki teman. Dan
justruh, setelah dia mati, dia bertemu dengan Paruru dan selalu saja mengikuti
Paruru.
Pertama mereka bertemu, ketika Paruru tidak sengaja lewat
dalam jalan yang sebelumnya adalah tempat kejadian di mana dia meninggal. Dan
semenjak itu lah, dia mengikuti Paruru. Walau awalnya risih, tapi akhirnya
Paruru bisa menerimanya. Dia benar-benar bahagia dan semenjak saat itu, dia
berjanji akan membantu dan menolong Paruru.
"Rumah ini benar-benar besar, tapi menyeramkan"
komentar Paruru setelah masuk ke dalam rumah itu.
"Kau takut?" Paruru menatap tajam ke arah arwah
itu. Hingga membuat arwah itu menunduk. Entah kenapa, arwah itu justruh takut
dengan Paruru.
Tidak ada kata takut kepada manusia, untuk hantu bukan? Tapi,
ini memang nyata. Hantu itu takut kepada Paruru. Mungkin, karena Paruru sudah
tahu kelemahannya. Mungkin.
"Ok... aku minta maaf" kata hantu itu lagi dengan
lirih.
"Aku tidak takut, kau mengerti hantu bodoh?" kata
Paruru menggeram.
"Iya!" Paruru pergi meninggalkannya untuk masuk ke
dalam rumah.
"Huft... selalu saja seperti itu. Sok pemberani, padahal
kalau ada apa-apa dia pasti takut" gerutu hantu perempuan itu.
Paruru memutar gagang pintu itu. Sebuah kamar lebih tepatnya.
Ketika dia membuka, dia harus dikejutkan oleh kedatangan sosok hantu yang
menemaninya tadi. Hantu itu memang cepat mendahuluinya.
Terkadang, dia memarahi hantu itu, karena selalu saja muncul
tiba-tiba. Dia juga pernah menggerutu, kenapa dia mau saja menerima pertemanan
dari hantu itu. Tapi, sudahlah. Lagi pula, itu tidak perlu disesali lagi.
Semuanya sudah lewat. Kau mengerti bukan?
"Kau selalu saja mengagetkan aku" kata Paruru
menggerutu.
"Maaf! Kau tahu sendiri, jika aku selalu begitu
orangnya"
"Ha? Orang? Kau hantu, mengerti?" kata Paruru
setelah itu dia melewati hantu itu.
Paruru melihat ke sekitar ruangan itu. Kamar itu cukup besar,
namun tidak ada apa-apa, kecuali tempat tidur dan lemari pakaian serta ada meja
rias. Mungkin, karena terlalu lama tidak ada yang menempati.
"Sepertinya, aku butuh Rena" lirihnya lagi.
"Rena-chan? Gadis
cantik berwajah polos dengan kulit putih pucat temanmu itu? Dan satu lagi, dia
juga mempunyai kelebihan bisa melihat masa lalu, bukan?"
Paruru menggeretakkan giginya, ketika dia mendengar
pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari arwah itu. Dia benar-benar ingin sekali
memukul wajah arwah itu, namun ia tidak bisa. Kau tahu sendiri? Mana mungkin,
manusia bisa menyentuh hantu. Ini dunia fanfic, jadi semua cerita bebas
direncanakan oleh Authornya, ok? (Ok.. ini gaje. Skip saja)
"Kau bisa diam tidak? Jika kau sudah tahu siapa Rena,
lebih baik kau diam hantu manis" kata Paruru geram.
"Kau bilang aku manis? Woah... ini pertama kali, dalam
hidupmu Paruru. Memuji seseorang"
"Kau hantu, kau mengerti? Orang dari mana, coba? Kaki
saja tidak menyentuh lantai" kata Paruru menunjuk kaki hantu itu, yang
memang sama sekali tidak menyentuh lantai.
"Iya. Aku Hantu" hantu itu mengembungkan pipinya
kesal.
"Dasar hantu."
"PARURU!" ia menoleh ketika ada yang berteriak
memanggil namanya.
"Rena-chan, dia
sudah datang ternyata" katanya tersenyum manis.
Melihat Paruru yang pergi, hantu cantik itu juga pergi
mengiukuti Paruru dari belakang. Dia melayang, bukan berjalan. Kalian bisa
membayangkannya, bukan? Secara, kakinya saja tidak menyentuh lantai.
Paruru menemukan seorang gadis yang sekarang tersenyum
kepadanya. Gadis itu berambut panjang dan rambutnya ia kucir, sedangkan dia
memakai baju sekolah. Sepertinya, dia baru saja pulang dari sekolahnya.
Paruru menyapa gadis itu dengan ramah dan memeluk sahabatnya
itu. Sudah hampir 8 tahun, mereka menjadi seorang sahabat. Dan setiap kali
juga, Paruru akan menceritakan keluh kesahnya kepada sahabatnya, yang mempunyai
nama lengkap Matsui Rena itu.
"Sebentar lagi, adik sepupuku akan datang bersama dengan
temannya. Jadi, kau tidak keberatan, bukan? Jika, kita tinggal berempat di
rumah ini?" kata Paruru panjang lebar.
"Tentu saja, Paruru-chan"
Tak lama, mereka kembali mendengar suara dari luar. Paruru
tersenyum, ia sudah menebak jika itu adalah saudaranya. Adik kecilnya yang
sangat ia sayangi. Matsui Jurina. Nama yang sama dengan nama Matsui Rena. Hanya
marganya saja.
"Kau datang juga, Jurina-chan" sapa Paruru tersenyum.
"Tentu saja, Paruru onee-chan" kata Jurina tersenyum.
Paruru melihat seorang gadis yang berdiri di belakang Jurina.
Gadis itu berambut sebahu, dan di lehernya terdapat alat rekam yang tergantung.
Dia menatap gadis itu sambil menebak, jika itu adalah teman adik sepupunya.
Tapi, entah kenapa, gadis itu sedikit menarik perhatiannya.
Dan hatinya, entah kenapa berdetak sangat kencang, seperti dia baru saja
mendapat serangan listrik.
"Itu temanku, nee-chan." Kata Jurina membuyarkan
lamunan Paruru.
"Yokoyama Yui, salam kenal onee-chan"
kata Yui membungkuk.
"Shimazaki Haruka, gadis manis" kata Paruru
tersenyum.
Arwah yang berdiri sedari tadi di sebelah Paruru, kini
mendekati Paruru lebih dekat. Sepertinya, arwah itu tahu, jika Paruru tertarik
pada gadis bernama Yui itu.
"Kau menyukainya?" Paruru melirik tajam ke arah
arwah itu. Dia memberi isyarat, agar arwah itu diam.
"Lalu, di mana kamar kami?" tanya Jurina. Dan
Paruru kembali menoleh melihat Jurina.
"Kau sekamar dengan Rena, aku dan Yui" kata Paruru.
"Modus nih!" lagi-lagi Paruru memberi tatapan tajam
ke arah arwah itu.
"Ok... aku tidak akan lagi menggodamu"
***
"Aku....
rindu.... teriakan... uhuhu....."
Suara itu membuat Yui harus bangun dari terbaringnya. Ia
langsung membuka jendela kamar, tapi ia tidak melihat apa-apa. Apa yang tadi
dia dengar? Dia tidak mungkin salah dengar. Karena, Yui memiliki pendengaran
sangat tajam.
Yui akhirnya menjauh dari jendela, dan kemudian ia langsung
melangkah ke arah luar. Paruru yang tahu, segera mengejar Yui. Dia memandang
gadis itu dengan aneh. Ada apa dengan gadis itu? Sampai-sampai keluar dari
kamar seperti ini?
"Aku mendengar suara tadi, Paru. Mungkin, dia juga
mendengarnya" kata arwah itu. Seolah, dia tahu apa yang ada di pikiran
Paruru.
"Baiklah! Kita harus segera mengejarnya" arwah itu
mengangguk.
Sementara itu,
Rena yang berada di dapur, tengah membuat minuman untuknya.
Dia haus, maka dari itu dia keluar dari kamar dan membuat minuman. Jus jeruk,
lebih tepatnya.
Tak sengaja ia menyentuh sebuah guci yang di taruh di samping
pintu dapur. Tubuhnya mengejang, dan kedua matanya tertutup. Ia seperti melihat
sesuatu.
"Tolong, jangan bunuh
aku"
"Ayah, aku
mohon!"
Arrgh...... gadis itu kini
mengeluarkan darah dari perutnya. Seorang pria paruh baya yang berdiri di
depannya itu, sekarang mengangkat sebuah guci dan memasukkan daging gadis yang
ia bunuh itu. Kemudian, ia menyeret tubuh gadis itu dan menguburnya di suatu
ruangan.
Sementara, daging gadis itu
ia buang dan justruh di makan oleh anjing liar. Benar-benar tragis, kenapa ia
bisa melakukan semua itu pada putrinya sendiri. Sebelum, ia pergi ia menatap
anjing-anjing itu dan berkata lirih.
"Maafkan
ayah. Tapi, jika kau tidak di bunuh, semua orang akan menghina ayah karena kau
hamil di luar nikah"
Rena
tersadar, ia melepaskan tangannya dari guci itu. Kedua matanya terbuka lebar.
Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia lihat tadi. Seolah itu muncul
di pikirannya begitu saja.
“Siapa
sebenarnya orang itu? Kenapa, dia tega membunuh putrinya sendiri?” Tanya Rena
tidak mengerti.
Tak
lama, ia langsung berjalan begitu saja. Tapi, langkah kakinya tertahan, karena
ia mendengar suara. Suara nyanyian yang begitu menyedihkan, apalagi dia juga
menyanyikan sambil menangis.
“Apa
itu?” pikiranya benar-benar tertuju pada suara itu sekarang.
“Rena-chan” dia menoleh dan menemukan
Jurina yang menghampirinya.
“Ada
apa?” Tanya Rena langsung.
“Kau
mendengar suara tangisan? Atau mungkin, lebih tepatnya itu adalah suara
nyanyian yang menyedihkan?” kata Jurina bertanya.
“Aku
mendengarnya” kata Rena membalas.
“Suara
apa itu, sebenarnya?” Tanya Jurina yang kemudian dibalas gelengan kepala oleh
Rena.
Rena
menatap sebuah benda yang ada di tangan Jurina. Entah benda apa itu, dan
bagaimana juga Jurina mendapatkan benda itu.
“Benda
apa itu?” Tanya Rena. Jurina melihat benda yang di maksud Jurina.
“Ah…
ini sebuah pisau lipat. Aku tidak sengaja, menemukannya di meja tadi” kata
Jurina menjelaskan.
“Boleh
aku pegang?” Tanya Rena.
Entah
kenapa, Rena mempunyai suatu firasat pada benda tajam itu. Jurina menurut. Dia memberikan
benda itu kepada Rena.
Ketika
Rena memegang benda itu, tubuhnya kembali mengejang dan ia menutup kedua
matanya dan membuat Jurina terkejut dengan sikapnya.
“Maaf ayah, aku hamil” kata seorang gadis
cantik berambut panjang itu.
“Yuria-chan, kau benar-benar keterlaluan”
kata sang ayah pada gadis itu.
“Maaf ayah, aku khilaf. Aku tidak akan lagi
melakukannya. Tolong, maafkan aku!”
Sang ayah menaruh sebuah pisau lipat di meja
dan kemudian menyeret sang putri. Dia dengan teganya, membunuh putrinya sendiri
dengan benda tajam berupa silet dan juga pisau.
Sampai-sampai dia mengeluarkan isi perut
putrinya sendiri. Mungkin, itu adalah janin yang berada di kandungan gadis itu.
Sebenarnya, ia tidak ingin membunuh putrinya, namun ia terlalu malu jika
nantinya menanggung malu.
Benar-benar sungguh seorang ayah yang tega. Hanya
karena alas an seperti itu, dia justruh membunuh putri kandungnya sendiri.
“Aku tidak akan membiarkan seseorang tahu
kematianmu. Maka dari itu, aku akan menguburmu di gudang. Dan aku akan menutup
celah yang ada. Aku akan pergi dari rumah ini”
Setelah mengubur putrinya atau lebih
tepatnya menyimpan jasad putrinya sendiri. Pria itu pergi begitu saja, dan
meninggalkan rumah itu.
Rena
tersada, ia melepas pisau itu dengan kasar. Membuat Jurina, mengekerutkan
keningnya heran.
“Ada
apa?” Tanya Jurina.
“Di
mana Paruru?” bukan menjawab justruh dia bertanya balik.
“Tadi,
dia keluar dari sini mengikuti Yui” kata Jurina membalas.
“Kita
harus menyusul mereka.” Jurina mengangguk menyetujui.
***
Yui
kembali mendengar suara itu. Suaranya benar-benar menyedihkan, tapi tidak
membuat Yui menciut nyalinya. Dia juga menggunakan alat rekamnya yang
tergantung di lehernya.
“Pasti
ada sesuatu” gumamnya tersenyum.
Sementara
Paruru, dia berada di belakang Yui. Dia berlari dan setelah itu berhenti di
sebelah Yui. Yui menoleh melihat Paruru yang sekarang mengatur nafasnya.
“Kenapa
kau mengikutiku?” Tanya Yui heran.
“Bodoh.
Aku khawatir denganmu. Jika kau berjalan sendiri, bagaimana jika ada sesuatu
yang terjadi padamu?” kata Paruru kesal.
“Aku
mendengar suara tadi, aku rasa tidak jauh dari rumah ini. Lebih tepatnya, di
gudang itu”
Paruru
menolehkan pandangannya kearah gudang yang di tunjuk Yui. Ia melebarkan kedua
matanya, ketika ia melihat sesosok makhluk halus dengan wajahnya yang penuh
dengan darah.
Apa
itu?
Paruru
benar-benar tidak tahu makhluk apa itu. Tapi, yang jelas dia perempuan. Ia tersenyum
melihat Paruru yang melihatnya. Senyum yang menakutkan.
“Tenang
Paru, ada aku” kata arwah yang ada di sampingnya.
“Apa
itu Rina? Apa itu hantu?” Tanya Paruru lirih.
“Hantu?”
Paruru menoleh melihat Yui.
“Ada
hantu di sini. Lebih tepatnya, di gudang itu,” kata Paruru menunjuk gudang itu,
“tepat di depan pintu gudang”
Yui
segera mengarahkan kameranya ke arah gudang itu. Dia menemukan sesosok makhluk
yang di maksud oleh Paruru.
“Apa
itu? Hantu?” kata Yui.
“Iya,
itu hantu”
Tap!
Tap!
Suara
langkah kaki terdengar. Mereka menoleh dan menemukan seorang pria paruh baya
yang sekarang masuk ke dalam gudang itu. Langkah kaki orang itu benar-benar
terlihat terburu-buru.
“Kita
ikuti saja” kata Paruru.
“Jangan,
aku bisa mendengarnya dari sini, jika dia berbicara”
“Apa
maksudmu?”
“Aku
mempunyai pendengaran yang sangat tajam. Kira-kira 500 meter” Paruru melebarkan
kedua matanya tidak percaya.
Yui
tidak menghiraukan gadis itu. Ia mulai memasang telinga baik-baik. Siapa tahu
orang itu tengah berbicara dengan seseorang.
“Maafkan ayah, karena ayah telah membunuhmu”
Tentu
saja, itu membuat Yui terkejut. Benar-benar tega. Yui kembali memasang
pendengarannya lagi.
“Setiap malam, ayah selalu kemari, karena
ayah merasa bersalah. Ayah hanya tidak mau menanggung malu waktu itu,
Yuria-chan”
Yui
benar-benar menggeram mendengar ucapan itu. Seorang ayah, tega membunuh
putrinya sendiri? Tidak ada yang percaya.
“Maka dari itu, ayah membuat lubang untuk
mengunjungimu kemari. Hanya ini, yang ayah bisa lakukan untukmu putriku” kata
orang itu lagi.
Yui
benar-benar tidak tahan dengan ucapan orang itu. Dia benar-benar ingin sekali
menghajar orang itu.
“Kita
harus tangkap orang itu”
“Eh?
Nande?”
“Dia
pembunuh. Ayah mana yang tega membunuh anaknya sendiri?” tentu saja itu membuat
Paruru terkejut mendengarnya.
“Bagaimana
caranya?” Tanya Paruru.
“Ikut
aku”
Yui
menarik lengan gadis itu. Sial, lagi-lagi Paruru harus merasakan darahnya
berdesir hebat. Tapi, ia menghiraukan itu dan mengikuti Yui.
Yui
berhenti dan sejenak ia menelpon seseorang. Setelah itu, ia menyuruh orang itu
untuk datang ke gudang itu.
Yui
mengambil kayu yang dia temukan di dekat gudang itu. Dia bersiap untuk
menggunakan kayu itu, untuk memukul orang itu agar tidak kabur.
Tap!
Tap!
Dia
tersenyum. Sebentar lagi, dia akan menangkap seorang penjahat. Itu benar-benar
hal yang sangat ia sukai.
Sementara
di sampingnya, Paruru menolehkan pandangannya. Dia melihat gadis hantu yang ia
lihat tadi di depan gudang. Kini, gadis itu justruh tengah duduk sedih melihat ke
arah gudang.
“Paru,
jangan kemana-mana. Ini cukup berbahaya” kata Yui yang menyadari Paruru akan
pergi.
“Baiklah!”
kata Paruru.
Klek!
Buggh!
Tepat
ketika pintu terbuka, Yui langsung memukul orang itu. Paruru sedikit terkejut
sebenarnya, dan ia melihat seorang yang merintih karena Yui yang memukul orang
itu tadi.
“Yui”
mereka menoleh.
Rena
dan Jurina datang. Mereka menoleh melihat seorang pria yang terkapar di lantai
gudang.
“Pria
itu yang tadi aku lihat di masa lalu” kata Rena yang sudah mengenali.
“Masa
lalu?” Tanya Yui tidak mengerti.
“Sudahlah.
Nanti, kita akan menjelaskan kepadamu. Sekarang, apa yang harus kita lakukan
pada orang ini?” Tanya Paruru.
“Kita
harus membawanya ke kantor polisi dan lagi, ada mayat di dalam gudang ini” kata
Rena lagi.
“Benarkah?”
Rena mengangguk yakin.
“Ayo…
kita lihat” Yui mengangguk.
Tepat,
ketika mereka masuk, mereka mencium bau yang sangat menusuk hidung. Mereka menutup
hidung mereka masing-masing. Mereka tidak kuat dengan bau busuk semacam itu.
“Apa
itu?” Tanya Jurina yang menemukan sebuah peti di gudang itu.
“Tidak
salah lagi. Itu adalah peti yang aku lihat tadi di masa lalu” kata Rena
menjelaskan.
“Peti
untuk apa?” Tanya Jurina tidak mengerti.
“Untuk
menyembunyikan mayat dari anak laki-laki tadi. Dia membunuh putrinya sendiri”
kata Rena membuat Yui, Paruru dan Jurina terkejut.
“Kau
yakin?” kata Jurina bertanya.
“Aku
yakin. Dan aku tidak pernah meragukan kemampuanku”
“Baiklah,
kita urus saja mereka. Kebetulan, tadi aku menelpon kakak sepupuku yang bekerja
di kepolisian, mungkin dia akan datang sebentar lagi dan mengurus semua ini”
jelas Yui panjang lebar.
***
Mereka
tidak akan pernah menduga, jika nama-nama mereka di sebut di Koran-koran atau
bahkan di artikel lainnya seperti majalah dan bahkan televisi.
Iya,
semenjak kejadian itu, ayah dari Kizaki Yuria di tangkap dan arwah yang selama
ini menghantui rumah itu sudah tidak ada lagi. Mungkin, dia sudah tenang.
Dan
di sini, di meja makan. Yui memberitahukan kelebihannya kepada dua sahabat
barunya. Dan begitu juga sebaliknya. Mereka saling menceritakan satu sama lain.
“Jadi,
kau bisa mendengar suara 500 meter ya?” kata Rena yang langsung di angguki oleh
Yui.
“Dan
kau Paru. Ternyata, kau bisa melihat arwah?” Paruru mengangguk.
“Kau
dengar tadi malam, ketika aku menyebut hantu?” Yui mengangguk.
“Itu,
karena aku tengah berbicara dengan hantu”
“Dan
kau Jurina, kau malah mempunyai kelebihan lari yang cepat. Pantas ya, tadi
malam larimu sangat cepat” Jurina hanya menunjukan cengirannya membalas ucapa
Rena.
“Lalu,
apa kita akan tetap tinggal di sini?” Tanya Jurina.
“Aku
ikut kalian saja” kata Rena santai.
“Baiklah.
Sebaiknya, kita pindah ke apartemen saja. Apartemen yang ada di dekat sekolah,
bagaimana?” Tanya Paruru.
“Boleh
lah. Aku ikut saja dengan kalian” kata Yui membalas.
Setelah
beberapa hari, semenjak kejadian itu. Mereka pindah dari rumah itu. Padahal,
masih satu malam. Tapi, mereka sudah pindah. Mungkin, karena mereka kurang
nyaman berada di rumah itu.
Fantastic
Girls * Nyanyian Arwah.
End
Lanjutin dong thor 😄
BalasHapus