Author : Rena-chan
Genre : Love, gxg
Main cast :
- Matsui Jurina
- Matsui Rena
Other Cast :
- Yokoyama Yui
Ada bagian cerita yang nantinya ada unsur 'itu' lho.... jadi, kalau ada yang gak suka, kalian gak usah baca ya? heheh..... Gak tahu bagian berapa nantinya hehe....
Happy Reading All....
~---0---~
~---0---~
~Author
Pov~
Rena bangun dari tidurnya. Ia melihat cahaya mentari pagi
yang masuk melalui jendela kamarnya. Rena turun dari kamarnya. Dan kemudian, ia
mendekati jendela. Membuka jendela kamarnya.
"Jurina"
serunya memanggil nama seseorang yang tinggal di sebelah rumahnya.
Rumah antara Rena dan Jurina sangat dekat, bahkan kamar
mereka juga sangat dekat. Terkadang, Rena dan Jurina bisa berkomunikasi lewat
jendela kamar mereka masing-masing. Terkadang juga, Rena akan memanggil Jurina,
untuk membangunkan gadis itu.
"Jurina, ini sudah pagi" kata Rena lagi dan tak
lama, jendela kamar itu terbuka.
"Selamat pagi" sapa Jurina. Kedua matanya,
sepertinya masih berat untuk di buka.
"Jurina, ini sudah pagi. Sekarang, kau mandi dan
bersiaplah untuk sekolah" kata Rena menyuruh.
"Iya Rena-chan" kata Jurina kemudian ia
melangkah pergi.
***
~Rena
Pov~
Setelah selesai merapikan diri, aku keluar dari kamar. Aku
melihat ayah dan ibu yang tengah duduk di meja makan. Aku melangkah mendekati
mereka dan duduk di meja makan. Menyantap makanan yang sudah disediakan oleh
ibu.
Pagi-pagi pastinya, aku akan selalu makan bersama ayah dan
ibu. Aku anak kelas 3 SMA, dan gadis yang aku bangunkan tadi, dia masih kelas 1
SMA. Walau begitu, dia mempunyai tubuh tinggi. Dia sangat berbeda denganku.
Sungguh.
Aku tipe gadis yang sama seperti kebanyakan gadis. Kalem,
feminim dan juga sangat penurut dengan kedua orang tuanya. Dan lagi, aku ini
bisa di bilang primadona sekolah. Tapi, aku tidak menginginkan seperti itu,
sebenarnya. Hanya mereka saja yang terlalu melebih-lebihkan hal itu. Dan itu,
terkadang membuatku bosan mendengarnya.
Setelah selesai makan, aku pamit pada kedua orang tuaku. Aku
melangkah keluar, dan menemukan adik kecilku. Ah... maksudku Jurina. Dia dan
aku sudah sangat akrab seperti seorang kakak dan adik. Dia selalu saja
menjemputku, ketika kami akan berangkat sekolah.
"Rena-chan"
sapanya dan kemudian, ia menunjukan senyum puppy eyesnya. Dasar.
"Ayo, kita harus berangkat" aku menggenggam
tangannya dan menariknya.
Selama di perjalanan, Jurina pasti akan selalu menceritakan
kegiatan eskulnya kepadaku. Entah itu bermain basket dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan olahraga. Berbanding terbalik denganku, yang lebih menyukai
pelajaran. Kalau pun eskul, aku akan lebih memilih untuk belajar drama.
Dia menyerocos saja sedari tadi. Tapi, aku memang sangat
menyukainya, jika dia seperti itu. Bagiku, dia sangat lucu. Maka dari itu, aku
selalu mencoba melindunginya. Yah... walau pun pada kenyataannya, dia lebih
kuat daripada aku.
Sampai di sekolah, kami langsung masuk ke dalam sekolah. Aku
berhenti ketika kami sampai di lorong kelas. Masih ingat bukan? Aku di atas
umurnya, jadi dia tidak mungkin mengikuti aku. Aku memberikan bekalnya, karena
tadi dia merengek untuk menyuruhku membawakan bekalnya. Dia memang manja,
terkadang.
"Kau masuk ya? Belajar yang rajin, dan ingat jangan
nakal!" pesanku padanya.
"Iya. Rena-chan, nanti ke kelasku kan?"
tanyanya dan aku langsung menangguk.
"Iya. Sudah sana masuk, nanti kau telat" aku
mengusap kepalanya dengan lembut.
Kami berpisah, aku menuju ke ruangan kelasku sendiri. Setiap
hari, dia memang sangat manja kepadaku. Entah itu menyuruhku ini itu, sampai
aku selalu ke ruang kelasnya ketika istirahat. Dan kemudian, kami pergi ke
belakang sekolah dan memakan bekal bersama.
Itu memang menjadi rutinitas kami, ketika kami satu sekolah.
Jurina, dia memang sangat pandai di bidang olahraga, dan nilainya pun selalu
tinggi. Tapi, dia sedikit bodoh, ketika harus berhadapan pelajaran biasa.
Dasarnya, dia memang lebih menyukai olahraga, daripada pelajaran di kelas.
***
~Author
Pov~
Bel berbunyi. Istirahat tiba, dan membuat semua murid lega.
Karena setidaknya, dengan bel itu, mereka terbebas dari pelajaran yang sangat
membosankan. Apalagi, di tambah dengan adanya guru killer, yang sewaktu-waktu
bisa saja membuat nyali mereka menciut.
Walau hanya sebentar, istirahat biasanya di gunakan untuk
bersantai. Melepas semua beban yang ada di pikiran mereka, setelah otak mereka
lelah bekerja karena terlalu di gunakan untuk menyerap semua materi yang di
ajarkan guru mereka.
Dan salah satu contohnya adalah Rena. Biasanya, dia akan
berjalan menuju ke arah kelas Jurina. Di perjalanan, banyak pasang mata yang
menatapnya. Apalagi, laki-laki yang menatapnya dengan senyum aneh mereka.
Namun, Rena tidak terlalu menghiraukan semua itu. Dia hanya terus berjalan,
sampai akhirnya, ia berada di depan kelas Jurina.
"Jurina" panggilnya dan gadis itu langsung
menghampirinya.
"Rena-chan"
sapanya riang melihat Rena yang datang kepadanya.
"Kau sudah memakan bekalmu?" tanya Rena yang
kemudian dibalas gelengan kepala dengan Jurina.
"Ya sudah, kau makan dulu ya? Jangan sampai kau
sakit"
"Di tempat biasa, ya?" kata Jurina merengek.
"Iya"
Rena menarik lengan gadis yang bermur 2 tahun lebih muda
darinya itu. Sedangkan Jurina, ia hanya mengikuti langkah kaki Rena. Ia sangat
senang, karena setiap hari, Rena selalu menuruti perkataannya.
Dia juga sadar, bahwa dia terlalu manja kepda Rena. Tapi,
dengan dia manja, dia bisa tahu jika Rena benar-benar sangat menyayanginya.
Buktinya, Rena tidak pernah mengeluh ketika dia merengek kepada gadis itu.
Mereka duduk di belakang sekolah, dan kemudian, Rena menyuruh
Jurina untuk mengeluarkan bekalnya. Jurina menurut.
"Suapin aku" rengek Jurina membuat Rena mencubit
pipinya gemas.
"Dasar manja!" kata Rena tersenyum.
"Mau kan?" Rena mengangguk.
Rena tidak pernah menolak sama sekali, justruh dia sangat
senang melakukan kemauan Jurina. Terkadang, Jurina juga usil kepadanya, namun
dia tidak pernah marah sama sekali. Lebih tepatnya, dia tidak bisa marah kepada
gadis itu. Entah kenapa, itu bisa terjadi padanya. Rena sendiri juga tidak
tahu.
Mungkin saja, Rena terlalu sangat menyayangi Jurina. Mereka
sangat dekat dari kecil, dan bahkan ketika kecil, Rena selalu ada untuk Jurina.
Melindungi Jurina, dan selalu berusaha menjadi seseorang yang selalu siap untuk
membantu Jurina.
Sambil makan, Jurina juga bercerita tentang kegitannya tadi
di sekolah. Rena agak kesal, karena ketika Jurina makan, justruh gadis itu
harus berbicara, hingga terkadang ia harus mengingatkan Jurina. Itu salah satu
sifat Jurina, yang sama sekali tidak Rena sukai.
"Jurina, jika sedang makan, lebih baik kau diam."
Kata Rena mengingatkan.
"Tapi, kau harus mendengar ceritaku, Rena-chan"
kata Jurina mengeluh.
"Iya, tapi tidak ketika kau sedang makan.
Mengerti?" Jurina hanya mengangguk dengan tampang sedihnya.
Walau tomboy, Jurina juga sangat manja. Selain kepada ibu
kandungnya, Jurina juga bersifat manja kepada Rena. Mungkin, itu terjadi ketika
mereka kecil. Rena yang selalu menuruti perkataan Jurina, membuat Jurina manja
kepadanya.
Walau begitu, Rena sangat menyukainya. Jika Jurina tidak
manja sama sekali, dia akan merasa aneh. Tapi, berjalannya waktu, Rena tidak
pernah sadar, jika Jurina memiliki suatu perasaan terpendam kepadanya. Sudah
sangat lama. Tapi, entah kapan Jurina akan mengungkapkannya.
Hanya seperti ini, dia bisa akrab denga Rena. Dia tidak mau
kehilangan gadis itu. Maka dari itu, dia membiarkan perasaannya itu. Yang
terpenting sekarang, dia bisa akrab dengan Rena.
"Nanti eskul?" tanya Rena ketika selesai menyuapi
Jurina. Jurina mengangguk.
"Tunggu aku ya?" Jurina kembali merengek.
"Iya. Aku akan menunggumu" Jurina tersenyum lebar
dan memeluk Rena.
"Arigatou"
***
~Jurina
Pov~
Pulang sekolah, pastinya aku akan selalu eskul. Tapi,
terkadang aku juga akan bermain eskul ketika istirahat. Tapi, aku lebih memilih
untuk bersama dengan Rena. Aku memang manja kepadanya, aku akui itu. Tapi, aku
senang, karena dia tidak pernah mengeluh sedikit pun kepadaku.
Bermain bola basket adalah kesukaanku. Bola basket putri
lebih tepatnya. Tapi, aku pernah mengalahkan kakak kelasku. Karena, waktu itu
dia terlalu meremehkan aku. Maka dari itu, aku menantangnya dan aku yang
menang.
Semenjak itu, aku bergabung dalam bola basket. Dan terkadang
juga, aku menyuruh Rena untuk menunggu aku. Aku tahu pasti bosan, tapi dia
tidak pernah mengeluh sama sekali.
"Jurina" aku menoleh melihat seseorang yang
memanggilku.
"Yui,
ada apa?" tanyaku.
Yui. Yokoyama Yui, itu nama lengkapnya. Dia adalah kapten
basket putri dan dia kelas dua. Satu tahun lebih tua dari aku. Dan dia tahu,
jika aku memendam suatu perasaan yang aneh kepada Rena. Yah.. aku selalu
menyebut perasaan ini aneh.
Seharusnya, ini tidak terjadi. Tapi, perasaan ini timbul
begitu saja, tanpa aku memintanya. Dan baru saat itu, aku menyadari jika itu
adalah cinta. Bukan cinta pada adiknya, tapi melainkan rasa cinta, yang aku
sendiri mengartikan, seperti sepasang kekasih.
"Dia selalu menunggumu. Sangat setia" aku tersenyum
mendengarnya.
"Tentu saja. Aku juga sangat suka dengan kelakuannya
kepadaku" balasku.
"Tidak baik memendam perasaan yang sangat lama, lebih
baik kau bilang kepadanya" sarannya terdengar.
Aku menghela nafas. Aku ingin, tapi aku juga sangat takut.
Aku tahu, pastinya Rena-chan itu
gadis normal yang ingin mencintai seorang laki-laki, bukan perempuan sepertiku.
Tapi, melihatnya yang dekat dengan pria lain, hatiku sangat sakit. Walau itu
hanya sebatas mengobrol. Tapi, aku sakit melihatnya. Sungguh.
"Aku belum bisa melakukannya, Yui" balasku
menunduk.
"Aku tahu perasaanmu. Tapi, jika kau tidak melakukannya,
itu hanya akan menyiksa batinmu sendiri" aku kembali mendesah.
Iya, itu memang benar. Jika, aku tidak mengatakannya pada
Rena, aku akan menyiksa diriku sendiri. Entah sampai kapan aku seperti ini.
Tapi, aku sangat takut untuk melakukan hal itu. Mengungkapkan perasaanku yang
sesungguhnya kepadanya.
Bagaimana jika dia marah? Aku takut, dia akan menjauhiku. Dan
kita, tidak akan bisa seperti dulu lagi. Aku sungguh takut.
"Jurina" aku menoleh.
"Rena-chan"
aku tersenyum.
"Kau kenapa? Kelihatannya, kau sedang memikirkan
sesuatu? Wajahmu sangat kusut sekali" katanya lagi.
"Aku hanya sedikit lelah" bohongku padanya.
"Kau sakit? Kita pulang saja, ya?" wajahnya sangat
khawatir. Dan aku sangat menyukai kekhawatirannya kepadaku.
"Yui, aku bawa Jurina pulang dulu ya? Kelihatannya dia
sedang sakit" ucap Rena.
"Baiklah. Beristirahatlah terlebih dahulu, Jurina"
aku mengangguk dan tersenyum.
"Terima kasih"
Aku melihat Rena yang membawa tas sekolahku, dan kemudian ia
membimbingku untuk keluar dari sekolah. Aku menaruh kepalaku di pundaknya.
Biarlah dia menganggapku sakit, aku memang sangat ingin seperti ini dengannya.
Dan biasanya, jika aku sakit, dia akan menginap di rumahku.
Menjagaku setiap malam. Apalagi, ketika kedua orang tuaku tengah pergi keluar
negeri. Mereka mengurus pekerjaan. Dan itu juga, salah satu alasan kenapa aku
bersikap manja kepada Rena.
"Nanti istirahat ya, jika di rumah?" ucapnya dan
langsung aku balas dengan anggukan kepala.
Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Aku sangat senang,
karena aku bisa dekat dengannya seperti ini. Dan aku harap, kedekatan ini tidak
berakhir, hanya karena perasaanku kepadanya.
To Be Continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar