Rabu, 27 April 2016

My Name Is Paruru (Chapter 02 - I'm Paruru)

Title : My Name Is Paruru Chapter 02 - I'm Paruru
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Yokoyama Yui
  • Yokoyama Kai
Support Cast :
  • Yokoyama Minami
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena

Happy Reading All.....




~---0---~




Sebuah pertemanan akan terjalin begitu sangat lama, begitu juga dengan cinta. Asal, kita bisa menjaganya. Bisa selalu merawatnya. Menumbuhkan rasa percaya diri di dalam hati kita, untuk melakukan semua itu. Pastinya, apa yang kita dapat akan bisa terkabulkan. 

***

Paruru Pov...

"Aku tidak menyangka, jika di dalam hutan ada rumah" kata pemuda itu padaku.
"Iya, dulu ini di buat oleh pamanku. Tapi, dia sudah meninggalkanku untuk selamanya" balasku.

Ku lihat dia yang sekarang asyik memandangi isi rumahku. Pemuda itu, dia benar-benar sangat tampan. Dan entah kenapa, dia bisa membuatku jantungan ketika pertama kali kami bertemu. Jujur, selama di hutan, aku tidak pernah bertemu dengan seorang pun, baru pertama kali aku bertemu dengannya. Dan dia juga sangat baik, kepadaku. 
Dan entah kenapa, aku justruh mengakui namaku dengan Paruru. Tapi, aku sangat suka nama itu. Dulu, ketika paman masih hidup. Dia selalu memanggilku, Haruka. Namun, sekarang aku merubah nama panggilanku menjadi Paruru.

Tapi, aku masih mengakui namaku yang sebenarnya padanya. Hanya saja, aku menyuruhnya untuk memanggilku Paruru. Yah.. karena aku sangat senang saja dengan nama itu. 

"Nee... Paru, kau tinggal di hutan sendiri apa tidak takut?" aku mendongak melihatnya.
"Tidak, aku sudah sangat senang berada disini" balasku.
"Sudah sedari kecil kau hidup disini?" aku mengangguk membalasnya.
"Bagaimana, jika kau ikut aku ke kota?" kota?.
"Tidak, aku tidak mau" balasku cepat.
"Memangnya kenapa?" dia terlihat terkejut mendengar jawabanku. 

Aku menggigit bibir bawahku, seraya berfikir. Apa harus aku mengatakannya kepada Yui, tentang kehidupanku dulu padanya. Sepertinya harus, lagi pula aku merasa aku sudah mempercayainya dan juga menyukainya.
Ku ceritakan saja kepadanya. Kehidupanku dulu dari aku sejak kecil, sebelum bertemu dengan ibu angkatku dan bagaimana bisa aku bertemu dengan ibu, sampai aku di didik oleh ibu dan bagaimana ibu memperlakukan seperti seorang pembantu dan akhirnya, aku di bawa kabur oleh paman Eisuke.

Dan setelah itu, aku juga menceritakan kepadanya. Aku tidak ingin lagi, ke luar dari hutan karena aku sangat takut, jika aku bertemu dengan orang yang sama seperti ibu. Itu seperti mendapat mimpi buruk, aku benar-benar tidak menyangka jika aku mempunyai kehidupanku.
Setelah selesai aku bercerita, ku lihat wajahnya yang mungkin terlihat kasihan denganku. Dia mendekat dan kemudian memegang kedua tanganku dengan lembut. Jujur, itu membuat hatikui berdebar kencang. Apalagi tatapan matanya yang sangat membuatku tenang.

"Nee... Paru" ucapnya.
"Ikutlah denganku ke kota, aku akan selalu berada di dekatmu. Aku berjanji, aku tidak akan membiarkanmu menjalani kehidupan yang seperti kau alami dulu" sambungnya panjang lebar.
"T-Tapi,-"
"Tenanglah, aku ada bersamamu. Kau tenang saja" dia memelukku dengan erat.
"Ikutlah bersamaku Paru. Dan aku berjanji, akan membantumu mencari kakakmu" katanya lagi.
"Honto?" ku lihat dia mengangguk.
"Hai. Aku berjanji, dan aku tidak akan menghianatinya Paru" aku tersenyum mendengarnya.
"Arigatou, Yui-kun" dia mengangguk lagi.

***

Dan aku masuk ke sebuah kendaraan yang tadi di bilang Yui adalah mobil. Seumur hidupku, aku tidak pernah masuk ke dalam mobil seperti ini. Dan tempat duduknya juga sangat nyaman, apalagi di sampingku ada Yui.
Ada dua orang lagi yang ada di depan kami, kata Yui mereka itu adalah dua bawahannya. Kata Yui juga, aku akan tinggal di rumahnya. Dia mempunyai kakak kembar, bernama Yokoyama Kai dan Yokoyama Minami. Mereka laki-laki dan perempuan.

Tak lama, aku mendengar suara. Aku menoleh, ku lihat Yui mengeluarkan sebuah benda. Warna benda itu hitam, dan juga bercahaya. Entah apa itu, aku tidak tahu. Aku tidak pernah memegangnya sama sekali, melihatnya saja juga tidak.

"Yui, itu apa?" tanyaku.
"Kau tidak tahu?" aku menggeleng.
"Ini ponsel namanya, alat ini bisa di gunakan komunikasi dalam jarak jauh" ah... begitu ya?. 
"Selama tinggal di hutan, aku tidak pernah melihat benda-benda seperti itu. Apalagi mobil seperti ini" dia tersenyum.
"Nanti kau juga akan tahu, Paru. Tenang saja" aku mengangguk.
"Iya, aku akan memberi tahu alat-alat modern yang mungkin belum kau ketahui" dia tersenyum dan mengelus kepalaku.
"Arigatou Yui" dia mengangguk.

Setelah itu, kami terdiam. Entah kenapa, lama di dalam kendaraan ini aku menjadi mengantuk. Mataku sangat berat, dan akhirnya aku tertidur. Yah... di dalam kendaraan seperti ini, ternyata bisa membuat orang mengantuk.

***

"Paru" samar-samar aku bisa mendengar orang.
"Paruru, kita sudah sampai" aku mengerjapkan kedua mataku.
"Hei, bangun. Kita sudah sampai, di rumahku" aku mengangguk.
"Maaf, aku ketiduran" balasku.
"Daijoubu, tidak masalah. Ayo kita harus keluar sekarang" aku kembali mengangguk. 

Ku ikuti dia yang sudah turun dari mobil. Dan sekarang, aku bisa melihat sebuah rumah, mungkin. Wow... ini sangat besar, sungguh. Mungkin, ini bisa di bilang seperti sebuah istana. Iya, seperti istana. Rumahku yang berada di hutan saja, seperti gubuk. 
Dan di bandingkan dengan rumah ini, sangat jauh. Ini sangat besar, dan apa benar ya, ini rumah milik Yui dan kedua kakak kembarnya. 

"Paru, ayo kita masuk" aku mengangguk.
"Ini rumahmu, Yui-kun?" tanyaku dan dia mengangguk.

Sungguh, aku benar-benar tidak percaya jika ada rumah sebesar ini. Di dalam, tepatnya ketika kami baru masuk. Aku melihat sebuah tempat duduk. Kata Yui, ini ruang depan dan tempat duduk itu bernama sofa. 
Ku ikuti lagi dia, dan didalam aku kembali takjub. Semua yang berada di dalam sini, benar-benar sangat rapi. Ada juga benda yang terbuat dari, mungkin kaca. Dan di sini juga aku melihat sebuah tangga. Tangga yang menuju ke atas, lantai dua.

Kata Yui, aku akan tidur di lantai dua. Dekat dengan kamarnya. Ini sungguh mengagumkan, bahkan aku tidak pernah membayangkan jika aku akan tinggal di rumah sebesar ini. Aku memang sangat beruntung bisa bertemu dengannya. Dengan Yokoyama Yui.
Sebelum kami melangkah ke atas, aku bisa mendengar suara langkah kaki yang berasal dari belakang. Aku melihat dua orang yang datang, mereka laku-laki dan perempuan. Dan juga, wajah mereka serupa. Kembar?.

Apa mungkin, itu kakak Yui?. Kata Yui, dia mempunyai kakak kembar. Mungkin saja, itu kedua kakak kembarnya. Ku lihat Yui tersenyum menyapa mereka. Dan memanggil mereka nee-chan dan nii-chan. Dan benar dugaanku, jika mereka adalah kakak kembar Yui.
Aku hanya diam disini, di dekat tangga. Dan mereka seperti berbicara sesuatu, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi, setelah itu mereka melihatku dan menghampiriku. Sungguh, ini benar-benar membuatku gugup.

"Shimazaki Haruka, Paruru?" aku mengangguk dan tersenyum.
"Perkenalkan aku Yokoyama Minami dan ini saudara kembarku, Yokoyama Kai. Kami kakak dari Yui" benar, mereka kakak Yui.
"Salam kenal, nee-san nii-san" ku lihat mereka tersenyum dan mengangguk.
"Nee-chan, Paruru bisa tinggal bersama kami kan disini?" tanya Yui pada kakak kembarnya.
"Baiklah, dia boleh tinggal disini" syukurlah, aku kira mereka tidak akan mengijinkanku tinggal disini.
"Yui, antar saja dia ke kamarnya" Yui mengangguk.
"Ayo Paru" aku mengangguk.

Ku ikuti langkah Yui yang mulai menaiki tangga. Sampai di atas, kami masuk dan di dalam sana aku bisa melihat sebuah kamar yang sangat luas. Wow... ini benar-benar sangat besar, berbeda sekali dengan kamarku.
Ku lihat disini ada sebuah meja dan terdapat buku. Ku langkahkan saja kakiku kesana, dan melihat buku tersebut. Aku memang suka membaca. Dulu, ketika paman masih hidup dia membawakan buku apa saja dari kota dan mengajariku banyak hal dari buku yang di bawanya.

Tapi, ini buku apa?. Kenapa buku ini, mengarah ke sebuah kehidupan. Apa mungkin, ini buku dongeng atau buku apa?. Tapi, jika dongeng aku tidak menemukan cerita yang pernah di ceritakan paman, seperti dongeng cinderella dan juga peri. 
Justruh yang ku baca ini, seperti sebuah kehidupan nyata yang di alami oleh seorang disana. Dan aku juga membaca dari buku ini, didalamnya ada seorang yang mencoba kabur dari rumah karena masalah. Hanya masalah cinta yang tidak di restui.

"Yui, ini buku apa?" dia menoleh dan melihat buku yang ku pegang.
"Itu novel Paru" katanya.
"Novel?" dia mengangguk. 
"Novel itu hanya sebuah karya fiksi. Isinya ya tentang kehidupan sehari-hari tokohnya" aku mengangguk-angguk membalasnya.
"Dulu aku pernah di ceritakan dongeng dengan paman" ku dengar dia tertawa kecil.
"Jika dongeng kebanyakan untuk anak kecil, ketika mereka akan tidur. Jika orang yang sudah seperti seumuranku, yah kami membaca seperti itu" aku mengangguk tanda mengerti.
"Yui, apa disini ada buku lain? Tentang pengetahuan misalnya, aku sangat suka membaca" kataku lagi bertanya.
"Nanti aku akan mengajakmu ke perpustakaan yang ada di rumahku, disana ada banyak bukukau bisa membaca buku apapun yang kau suka" aku mengangguk.

Ku lihat ada sebuah kamar di belakang Yui. Wow... kamarnya bagus, tidak seperti kamarku yang mungkin tidak sebanding dengan kamar ini. 
Aku duduk di kamar ini. Eh? Empuk?. Wow... kamar ini benar-benar sangat empuk, tidak seperti kamarku yang keras. Ini sangat empuk dan ada juga bantal guling disini. Ah.... senangnya aku bisa tinggal disini.

"Yui, ini benar kamarku?" tanyaku tidak percaya.
"Tentu saja, ini kamarmu Paru" aku tersenyum mendengarnya.
"Kau suka dengan kamar ini?" aku mengangguk antusias.
"Hai. Aku sangat menyukainya, Yui." dia tersenyum.
"Ayo, aku tunjukan kamar mandinya" aku kembali mengangguk.

Aku beranjak dari dudukku dan kemudian mengikutinya. Masuk ke dalam sebuah ruangan. Mungkin, kamar mandi. Seperti yang Yui bilang.
Dia juga menjelaskan bagaimana caranya memakai semua yang ada di kamar mandi. Aku hanya bisa mengangguk dan mendengarkannya. Sesekali, aku melihat kamar mandi ini. Luas juga ternyata, aku benar-benar tidak percaya. 

Kenapa semua yang ada di rumah ini luas. Dari mulai ruang depan, ruang makan, dapur dan juga kamar dan bahkan kamar mandi. Ku rasa, akan sangat menyenangkan bila menjadi Yui. Hidup di rumah seperti ini, pastinya akan sangat menyenangkan bukan?.

***

Author Pov...

Belaian angin di sore hari, menerpa tubuh Paruru. Gadis itu sepertinya menikmati angin sore. Dia tersenyum lebar. Dia merasa, dia masih seperti mimpi berada di rumah yang sangat mewah itu. Dia benar-benar sangat bersyukur dengan tuhan, karena telah mengirimkan Yui.
Tak lama, dia mendengar suara. Ia menoleh, ia melihat sebuah mobil berwarna merah. Mobil itu berhenti di depan rumah Yui. Dua orang turun dari mobil berwarna merah itu. Seorang perempuan dan seorang laki-laki. Paruru, tidak kenal dengan mereka.

Mereka menoleh melihat Paruru. Paruru hanya bisa diam, ketika mendapat tatapan heran dari mereka. Sejujurnya, mereka tidak mengenal Paruru begitu pun juga dengan Paruru yang tidak mengenal mereka.

"Kau siapa?" tanya laki-laki itu pada Paruru.
"Paruru" balasnya.
"Kau pembantu baru kah disini?" Paruru mengkerutkan dahinya heran.
"Bukan, aku teman Yui-kun" balasnya.
"Ah... begitu ya?. Aku Matsui Jun, teman dari Yui juga" kata pemuda itu lagi.
"Yui ada di rumah?" Paruru mengangguk.

Setelah itu mereka mendengar suara langkah kaki, mereka menoleh dan melihat Yui yang keluar dari rumahnya. Pemuda itu mendongak melihat pemuda bernama Jun tadi. 

"Domou Jun, kau datang ternyata" Jun mengangguk.
"Bagaimana hasil buruanmu?" kata Jun bertanya.
"Aku tidak mendapatkannya. Tapi, mungkin lain kali aku akan mencobanya lagi" balas Yui.
"Kau benar-benar bodoh, Yui" Yui hanya tersenyum mendengarnya.
"Sudahlah ayo masuk. Paru, ayo masuk" Paruru mengangguk.

Paruru hanya diam mengikuti Yui dan pemuda bernama Jun tadi. Sedangkan gadis yang ikut bersama Jun memilih diam dan mengikuti di belakang kedua pemuda itu. Tidak ada kata-kata antara Paruru dan gadis itu.
Mereka duduk di sofa ruang tamu. Yui memanggil pelayannya untuk membuatkan minuman. Sambil menunggu, mereka bercerita.

"Nee... Yui, siapa gadis itu? Kekasihmu?" Jun menunjuk Paruru.
"Bukan, ini temanku namanya Shimazaki Haruka, hanya saja dia nama panggilannya Paruru" Jun mengangguk-angguk membalasnya.
"Bagaimana kabarmu nee-san" Yui bertanya kepada gadis itu.
"Aku baik Yui. Dimana Kai dan Minami?" tanya gadis itu.
"Mereka di dalam nee-san. Kau ingin bertemu dengan Kai nii-chan atau Minami nee-chan?" goda Yui membuat pipi gadis itu memerah.
"Kau ini, Yui. Hobi sekali menggodaku" Yui terkikik mendengarnya.
"Ah... nee-san, ini kenalkan dia Shimazaki Haruka, Paruru" gadis itu menoleh ke arah Paruru yang masih terdiam.
"Aku Shimazaki Atsuko, salam kenal" Paruru menatap gadis itu, sepertinya dia pernah mendengar nama itu.
"Nama marga kalian sama, ya" Jun tersenyum.
"Ah... iya, aku juga tidak menyangka" balas Atsuko sambil menatap Paruru.

Paruru. Dia masih terdiam di tempatnya. Ia seperti mengenal gadis itu, namun ia merasa tidak pernah bertemu dengan gadis itu. Dan lagi, Paruru merasa sangat dekat dengan gadis itu. Tapi, siapa dan di mana ia bertemu dengan gadis itu. Kenapa rasanya seperti sangat familiar.
Apa mungkin, itu hanya firasat Paruru?. Tapi, kenapa rasanya tidak biasa. Ada yang spesial dari gadis bernama Atsuko. Ia merasa, ia pernah bertemu dengan gadis itu. Tapi, entahlah ia tidak ingat apa-apa tentang gadis itu.

"Selamat sore" mereka menoleh dan melihat seorang gadis yang datang.
"Ah... Rena, kau datang juga ternyata" gadis itu mengangguk.
"Tentu saja. Aku ingin menagih janjimu Yui" kata gadis itu.
"Gomen ne? Aku tidak mendapat hewan buruan, besok jika aku kembali ke hutan aku pastikan akan mendapatkannya" gadis itu menunjukan wajah cemberutnya.
"Payah kau ini" gerutu gadis itu.
"Gomen" kata Yui.
"Eh... siapa dia?" Rena menunjuk Paruru.
"Shimazaki Haruka, Paruru" kata Yui mengenalkan gadis itu.
"Ah... sokka" gadis itu duduk di dekat Atsuko.

Paruru kembali asyik menatap gadis bernama Atsuko. Entah kenapa gadis itu bisa membuatnya penasaran. Tapi, nyatanya gadis itu sangat dekat dengan Rena. Rupanya, mereka sudah sangat kenal lama. Dan itu membuat Paruru iri.
Entah kenapa dia merasa iri. Apa mungkin, ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang kakak?. Bahkan, kakaknya saja dulu menghilang. Padahal dulu, kakaknya sangat menyayanginya. Namun, kini ia merasa kehilangan kasih sayang itu, setelah sang kakak menghilang.

Dimana sebenarnya kau berada, nee-chan?. Aku sangat merindukanmu. Aku benar-benar sangat ingin sekali bertemu dengan gadis itu. Semoga kita bisa bertemu lagi.





To Be Continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar