Minggu, 17 April 2016

Story Of My Life (Chapter 07)

Title : Story Of My Life Chapter 07
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~





Paruru Pov...

Aku mencoba berdiri dari tempatku duduk. Kenapa tubuhku sangat lelah seperti ini, setelah aku mendapat mimpi itu?. Benar-benar sial. Kenapa aku harus seperti ini, tuhan. Sudahlah, mungkin dengan aku makan, aku bisa sedikit membaik dan tubuhku tidak bergetar seperti ini.
Setelah sampai di pintu, aku membuka pintu itu. Ketika aku ingin melangkah, justruh langkah kakiku tertahan. Aku melihat seorang disana. Yah... itu ibuku. Ibu kandungku. Tapi, aku takut dengan tatapan matanya. Dia menatapku sangat tajam dan itu membuatku benar-benar sangat takut. Aku tidak ingin melihat mata itu, lebih baik aku menunduk.

Sejenak, aku mendengar ibu menghela nafas. Ada apa dengan ibu? Apa aku melakukan kesalahan lagi?. Tapi, apa? Apa jangan-jangan ada hubungannya dengan kemarin?. 

"Apa yang kau lakukan pada putriku, Atsuko?" sial, ternyata benar.
"Kenapa dia bisa sampai membelamu daripada aku dan ayahnya, apa yang kau lakukan?" kepalaku terdongak, karena ibuku memegang daguku.

Ku tatap matanya yang tajam. Aku takut, tubuhku bergetar. Tapi, aku tidak bisa lepas dari ibu. Apa yang harus aku lakukan?. Aku tidak pernah melakukan apa-apa terhadap nee-chan.

"Apa yang kau lakukan?" ibu membentakku. Ini pertama kalinya, setelah sekian lama aku tidak pernah berbicara dengannya.
"Apa kau bisu? Sampai kau tidak membalas ucapanku?" mulutku bergetar. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Menjawab seperti apa, aku juga tidak tahu.
"JAWAB" tuhan, aku tidak kuat. Aku takut. Kenapa aku harus mendapat bentakan seperti ini?. Dan sekarang, kepalaku sangat sakit.
"Kenapa kau hanya diam seperti itu?" aku tidak kuat ibu. Ibu tidak tahukah kau, aku sudah bergetar seperti ini. Apa ibu tidak merasakan jika putrimu ini sedang ketakutan?.
"Jawab Haruka" ku tahan air mataku agar tidak keluar.
"A-a-ku ti-ti-da-dak me-me-la-la-ku-ku-ka-kan a-a-pa-a-a-pa pa-pa-da ne-nee-chan" balasku dengan susah payah.
"Dan aku harus percaya percaya begitu saja padamu? Tidak akan pernah, Haruka" lolos. Air mataku lolos begitu saja, keluar dari kedua mataku.
"Pe-per-cu-cu-ma a-a-ku me-men-ja-ja-wa-wab-nya, ji-ji-ka i-i-bu ti-ti-da-dak per-ca-ca-ya pa-pa-da-da-ku" tuhan, nafasku sudah sangat sesak.
"Kau sudah berani melawanku?" aku mengambil nafas terlebih dahulu.
"I-Iie" singkatku.
"Lal,-"
"Okasan" ibu melepas tangannya dari daguku.
Aku menoleh. Melihat seorang gadis yang tidak lain dan tidak bukan, adalah kakakku sendiri. Dia berjalan dan langsung memegang kedua pundakku. 
"Apa yang ibu lakukan pada adikku?" aku mendongak melihat wajah kakakku yang datar.
"Hah.... Atsuko, tidak bisakah jika kau tidak membela gadis ini?" tunjuk ibuku tepat di wajahku.
"Ibu, Haruka itu adalah adikku. Jadi, aku berhak membelanya" nee-chan memelukku. 
"Atsuko, ibu yakin kau masih ingat kata-kata ayahmu dulu tentang dia untuk menjauhi gadis ini" mata ibu semakin tajam menatap nee-chan. 
"Kata-kata yang mana? Aku tidak ingat, ibu. Yang aku pedulikan sekarang hanya adikku, yang sangat ku sayangi. Aku tidak bisa meninggalkannya larut dalam kesedihan sendiri" suasana menjadi tegang seketika.
"Haruka" aku kembali melihat kakak.
"Lebih baik, kau mandi dulu sana. Nanti, nee-chan akan mengantarmu ke tempat kerjamu, seperti biasa ne?" aku mengangguk.

Langsung ku tinggalkan mereka untuk menuju kamar mandi yang berada di belakang. Aku memang selalu memakai kamar mandi itu. 

***

Atsuko Pov....

Aku melihatnya yang melangkah tertatih menuju kamar mandi. Setelah bayang-bayang adikku sudah tida terlihat. Aku menoleh melihat ibu yang menatapku tajam. Aku hanya memasang wajah datar pada ibu. Aku tidak suka, jika adikku harus merasa tertekan atau ketakutan.

"Ibu, aku harap ibu tidak menganggu Haruka lagi" aku langsung berbicara.
"Kau lebih membela gadis tidak tahu diri itu di bandingkan ibumu sendiri, Atsuko?" aku tersenyum sinis melihatnya.
"Ibu, apa ibu bisa di anggap seorang ibu? Jika, ibu saja masih memperlakukan anak yang ketiga ibu seperti itu" aku membalasnya saja dengan cara menekan pertakaanku. Tidak peduli juga, dia ibuku. 

Aku hanya tidak suka dengan sifat ibu. Ibu seperti tidak pernah mengakui Haruka, dan sering kali juga Sakura dan Mayu mengusili Haruka. Aku tidak ingin semua itu terjadi lagi.

"Dia bukan anak ibu, kau mengerti Atsuko" lihat, dia sama sekali tidak mengakui anaknya sendiri.
"Wow.... ada juga ya ternyata, seorang ibu tidak mengakui putrinya sendiri. Aku tidak menyangka" ucapku di iringi tawa kecil.
"Lalu, jika dia bukan anak ibu, kenapa delapan belas tahun yang lalu, dia lahir dari rahim ibu. Dan aku menjadi saksi atas lahirnya Haruka, di kamar ibu aku melihat semua itu. Walau dari balik pintu sekaligus. Ibu masih ingat bukan?" sial, rasanya sakit sekali. Sesak juga nafasku.
"Silahkan pergi dari kamar adikku, sekarang. Aku tidak ingin melihat adikku menderita gara-gara ibunya sendiri. Biar aku saja yang merawatnya" ku kepalkan kedua tanganku untuk meredam emosiku yang hampir saja meluap.
"Ingat Atsuko, dia akan mendapat akibanya lihat saja nanti" sial, justruh ibu mengancamku.
"Lakukan saja. Aku pastikan, jika aku akan menjaganya. Aku akan melakukan apapun untuk adikku" kembali aku memasang wajah datarku.
"Lihat saja, dia akan pergi dari kehidupan kita Atsuko. Kau akan menyesal nantinya" aku menggeleng.
"Aku tidak akan pernah menyesal, karena di pihak adikku sendiri, okasan" balasku kemudian.

Aku tahu ini sudah kelewatan. Aku melawan ibuku sendiri. Tapi, ibu juga yang salah. Dia yang terlebih dahulu, tidak mengakui anaknya sendiri. Ibu mana yang tega melakukan hal seperti itu. Aku benar-benar tidak percaya, dengan jalan pikiran ibu.

"Baik, ibu akan pastikan itu Atsuko. Lihat permainan akan segera di mulai, kalian berdua, sedangkan ibu bersama ayahmu dan kedua adikmu Mayu dan Sakura" aku tersenyum meremehkan.
"Siapa juga yang berdua ibu, aku masih ada temanku yang lain. Teman setia yang menerima adikku di banding keluarganya sendiri" ku tatap kedua tangannya yang mengepal.
Kemudian ia pergi begitu saja, tanpa meninggalkan kata-kata lagi kepadaku. Sial, jika bukan karena Haruka aku tidak akan seperti ini. 

Tak lama setelah kepergian ibu, ku lihat Rena yang datang menghampiriku. Dia menoleh sejenak ke arah belakang dan kemudian melanjutkan langkahnya dan berhenti tepat di depanku.

"Kau kenapa, Rena?" tingkahnya membuatku bingung.
"Jujur nona, aku tadi mendengar ucapan kalian" dia menguping. Tidak masalah juga, sih.
"Maaf jika aku sudah lancang. Namun, setelah aku mendengar semuanya. Aku merasa mendapat firasat buruk, nona" aku menatapnya dengan mata membulat.
"Maksudmu?" tanyaku memastikan.
"Seperti yang nona tahu, keluarga nona tidak menganggap nona Haruka sama sekali. Aku takut, jika tuan besar dan nyonya akan melakukan tindakan hal yang nekat" katanya menjelaskan.
"Memisahkan nona dengan nona Haruka" aku menggeleng. Aku tidak ingin berpisah dengannya.
"Aku tidak ingin dia pergi dariku, Rena" balasku.
"Aku punya rencana" aku tersenyum dan menatapnya.
"Apa?" aku mendekat dan berbisik ketelinganya.
"Mengerti?" dia mengangguk.

***

Author Pov...
Paruru masuk ke dalam toko lukisan itu. Dia menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri, ia tidak menemukan Yui sama sekali. Dan dia hanya melihat Fuuko dan Natsumi yang tengah bekerja di sana.

"Oy... Haruka" dia menoleh dan menemukan Fuuko yang memanggilnya.
"Na-na-ni?" tanyanya sambil tertatih mendekati gadis itu.
"Kau kerja sini, daripada kau diam seperti itu" Fuuko menatap gadis itu tajam.
"Fuuko, ku rasa kau masih ingat dengan perkataan tuan Yui" mereka menoleh melihat Natsumi.
"Cih... kau selalu saja menjadi sok pahlawan" Fuuko berkata dengan ketus.
"Nona Haruka, lebih baik kau menunggu tuan Yui di dalam ruangannya. Tuan sedang berada di perjalanan, dia telat hari ini" Haruka mengangguk mengerti.
"Tidak, dia harus bekerja menggantikanku" Fuuko masih saja keras kepala.
"IIe. Apa kau mau, jika aku memberi tahu semua kelakuanmu pada tuan Yui dan kakaknya? Ku rasa mereka akan memecatmu" Fuuko mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar perkataan teman kerjanya itu.
"Kau selamat" Fuuko menatap datar Haruka.
"Shimazaki Haruka" mereka menoleh dan menemukan seorang pemuda yang sekarang melangkah menghampiri mereka. Lebih tepatnya Paruru.
"J-Jun-k-kun" Paruru tersenyum menyapa pemuda itu.
"Dimana Yui?" tanya Jun langsung.
"Tuan sedang berada di perjalanan, mungkin sebentar lagi dia akan sampai" balas Natsumi.
Tepat ketika pertanyaan Jun yang di jawab Natsumi, Yui masuk ke dalam tokonya. Ia mendekat dan menyapa Paruru, Jun serta kedua bawahannya.
"Jun, kau sudah datang?" pemuda itu mengangguk.
"Nee... Paruru, ayo kita ke dalam" Paruru mengangguk.

Dengan bantuan Yui, gadis itu berjalan masuk ke dalam ruangan Yui. Di belakang Jun mengekor. Mereka duduk di tempat biasa.

"Nee... Haruka, apa kau sudah bisa melakukan apa yang aku pinta kemarin?" gadis itu menggeleng lemah.
"Baiklah, jangan bersedih masih banyak waktu, ne?" gadis itu mengangguk.
"Ta-ta-pi ku-ku-ra-ra-sa a-a-ku me-mem-pu-pu-nya-nyai ma-ma-sa-sa-lah" kata Paruru.
"Masalah apa?" Yui langsung bertanya setelah Paruru mengatakan seperti itu.
"J-Jun-k-kun, pe-per-nah bi-bi-la-lang, ji-ji-ka ga-ga-gap bi-bi-sa sa-sa-ja ka-ka-re-re-na tra-tra-uma" Jun mengangguk.
"Iya memang, apa karena trauma kau gagap Haruka?" Jun kemudian bertanya.
"Ke-ke-mu-mung-ki-ki-na-nan" balasnya singkat.
"Apa yang terjadi, apa kau memang mempunyai trauma di masa lalumu?" Paruru mengangguk dengan pertanyaan Yui.
"Trauma apa itu?" tanya Yui lagi.

Paruru menghela nafasnya sejenak. Ia kembali mengingat kejadian tadi pagi, lebih tepatnya mimpi yang mendatanginya tadi pagi. Seperti sebuah jawaban, kenapa dia menjadi gagap seperti itu. Ketakutan. Kondisi yang paling tidak pernah ia sukai.

"Ke-ke-ta-ta-ku-ku-ta-tan" Paruru berkata singkat.
"A-a-ku tra-tra-u-ma de-de-ngan ke-ke-ta-ta-ku-ku-tan" kata Paruru lagi.
"Takut ya?" Paruru mengangguk.
"Lebih tepatnya ketakutan atau trauma?" Paruru kembali berfikir.
"Mu-mung-ki-kin du-dua-du-dua-nya" kata Paruru membalas.
"Jika kau ingin, aku akan memberimu obat dan berterapi. Lebih tepatnya terapi berbicara, bagaimana?" Paruru menunduk. Terapi? Obat? Biayanya dia dari mana?
"Tenanglah, Atsuko sudah menanggung semua biayamu padaku" Paruru kembali mendongak. 
"Tapi, aku tekankan kau selalu mengingat masa lalumu. Dan selalu berbicara jangan jadi pendiam, dan selalu percaya diri. Bagaimana?" Paruru mengangguk.

***

Rena meletakkan beberapa gelas di tempatnya. Ia baru saja selesai mencuci piring dan gelas yang tadi di pakai untuk makan malam. Ia melihat jam, pukul 8 malam. Biasanya, jika bukan jam seperti ini, Atsuko dan Paruru pasti pulang jam 9 malam. Entah apa yang kedua kakak adik itu lakukan di luar sana. Namun, Rena yakin mereka pasti baik-baik saja dan melakukan hal yang positif.
"Iya kita harus melakukannya" samar-samar ia mendengar suara.
Rena menoleh. Ia melihat dari pintu dapur. Tuan Shimazaki dan istrinya. Mereka tengah berbicara sesuatu ternyata. Rena memasang kuping baik-baik. Tapi, sayangnya ia melihat kedua sepasang suami istri itu masuk ke dalam ruangan. 

Rena melangkah dan berhenti tepat di pintu ruangan itu. Ia ingin tahu apa yang tengah di bicarakan oleh suami istri itu. Entah kenapa, ia sangat yakin jika mereka tengah membicarakan masalah keluarga mereka. Haruka, lebih tepatnya.

"Lalu, kapan kiranya kita melakukan itu?" tanya sang istri.
"Nanti malam, ketika anak-anak kita terutama Atsuko sudah tertidur lelap. Dan kita suruh bodyguard kita untuk menculik Haruka dan membuangnya ke luar kota" Rena terbelalak. Ia menutup mulutnya tidak percaya.

Ia kembali. Itu sudah cukup untuk ia dengar. Dan setelah ia berada di dapur, ia mendengar suara mobil. Atsuko, tidak salah lagi pasti gadis itu. Ia berjalan dengan langkah santai, agar tidak ada yang curiga dengannya. 
Ia membuka pintu dan menemukan Atsuko tengah berjalan sambil membimbing adiknya. Rena menoleh, ia memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. 

"Nona" Atsuko mendongak.
"Rena, ada apa?" tanyanya tersenyum.

Rena mendekat dan berbisik di telinga gadis itu. Tak lama, setelah Rena berbisik. Wajah Atsuko terlihat marah, kedua tangannya mengepal. Keterlaluan. Dia berbisik dalam hati. 

"Kita harus melakukan sesuatu nona" Atsuko mengangguk.
"Kau benar" kata Atsuko menyetujui.
"Siapkan barang-barangmu dan Haruka, aku akan mengambil tas di kamar tanpa sepengetahuan ayah dan ibu. Malam ini juga, kita pergi" Rena mengangguk mendengarnya.
"Baik nona" kata Rena.
"Paruru, kau sembunyi di mobil ya?" kata Atsuko menyuruh.
"A-a-da a-a-pa ne-nee-chan?" tanya Paruru bingung.
"Nanti, akan aku ceritakan. Sekarang, kau masuk dulu ke mobil dan bersembunyi jangan sampai ada yang melihatmu di mobilku" Paruru mengangguk.

***

Atsuko Pov...

Sial, sial, sial, sial. Benar-benar sangat sial. Aku mengambil bajuku dan memasukkannya ke tas koperku. Aku tidak menyangka jika ibu dan ayah akan benar-benar melakukan hal seperti itu. Sial. Sudah berapa kali, aku mengatakan sial karena masalah ini. 
Setelah selesai, aku langsung keluar dan menoleh memastikan ke arah kanan dan kiri. Aman. Syukurlah. Ku langkahkan kakiku dan membawa serta koperku. Aku tahu, jika jam seperti ini pasti semua akan di kamar. 

Aku tahu mereka masih belum tidur, mungkin menungguku agar aku tidur. Tapi, aku akan membuat mereka terbengong. Oh... ayolah ayah ibu, kita akan bermain-main seperti apa kata ibu. Benar bukan?. Aku tidak akan membiarkan kalian membuang adikku.
Sampai di bawah, aku menemukan Rena dan menyuruhnya langsung keluar. Aku keluar setelah aku memastikan tidak ada orang yang melihatku dan Rena. Semua aman. Ku tutup pintu itu, kemudian aku dan Rena melangkah dan masuk ke mobil.

"Haruka" panggilku dan dia menampakan wajahnya.
"Syukurlah sayang, kau masih ada disini. Kita pergi dari sini, ya?" dia mengangguk.

Ku masukkan koperku dan kemudian, aku dan Rena masuk ke dalam mobil. Waktunya untuk kabur dari rumah. Sial, belum pernah aku melakukan hal ini. Tapi, tidak apalah demi adikku. Ku nyalakan mesin mobil dan dengan pelan keluar dari area halaman rumah.
Hah.... syukurlah, aku bisa lepas juga dari rumah yang di penuhi seperti neraka itu. Ku tolehkan pandanganku menatap Haruka yang duduk di sampingku. Aku tersenyum melihatnya. Ku ambil ponsel dan mengetik nomer seseorang.

"Yuki, kau di rumah?" tanyaku langsung.
"Baik, aku kesana ya. Nanti aku ceritakan semuanya yang terjadi" lanjutku.
"Terima kasih" balasku singkat.

***

Dan kini aku dan Haruka serta Rena berada di rumah Yuki. Aku sudah menceritakan semuanya pada Yuki. Dan dia terlihat kesal mendengarnya. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang akan di lakukan keluargaku.
Disini pun ada Kai dan juga Yui, aku meminta mereka untuk kemari. Aku meminta mereka juga, untuk merahasiakan semua ini pada keluargaku. Masalah Jun, aku sudah menelponnya. Dan dia akan selalu sering ke rumah Yuki, untuk mendatangi adikku.

"Baiklah, mulai sekarang kalian bisa tinggal bersamaku. Lagi pula, aku sendiri disini" ku dengar Yuki yang membalas ucapanku.
"Arigatou" dia mengangguk.
"Aku tidak menyangka jika keluargamu akan melakukan hal seperti itu, Acchan" aku mengangguk membenarkannya.
"Aku juga Yuki, aku benar-benar pusing dengan masalah ini" balasku lagi.
"Jangan khawatir, aku juga akan menjaga Haruka, Acchan" aku tersenyum mendengar ucapan Kai.
"Aku juga nee-chan" aku kembali tersenyum mendengar ucapan Yui.
"Arigatou Kai, Yui" mereka mengangguk.

***

Author Pov...

Seorang lelaki membuka pintu yang menghubungan sebuah kamar kecil. Ia melangkah dan menemukan sosok yang tertutup oleh selimut.

"Cepat bawa dia" kata orang itu menyuruh.
Mereka membuka selimut itu. Namun, bukan orang yang mereka lihat namun sebuah kayu panjang dan itu berhasil membuat orang itu geram.
"Sial kemana gadis itu?" geram orang itu.
"Apa mungkin mereka kabur, tuan?" kata salah satu anak buahnya.
"Kurang ajar. Awas saja kau, kau tidak akan lepas dari tanganku" kata orang itu.
"Ayah" mereka menoleh.
"Atsuko dan juga Rena tidak ada di kamar" orang itu mengepalkan tangannya.
"Sial, mereka pasti sudah tahu. Kemana kau Atsuko? Ayah akan mengejarmu" wajahnya merah padam dan tangannya semakin mengepal.





To Be Continue........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar