Sabtu, 16 April 2016

Pangeran Cupu (Epilog)

Title : Pangeran Cupu Epilog
Author : Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Love, T

Main Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
Support Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
  • Yamamoto Sayaka
  • Watanabe Miyuki
  • And Other
Happy Reading All.....



Epilog



Yui, Paruru, dan teman mereka yang lain kembali ke kota mereka sendiri. Akhirnya, setelah lama mereka ada berlibur, mereka bisa kembali lagi ke kota mereka. Sungguh, itu yang sangat Yui rindukan selama ini. Ia memang sangat rindu dengan kota ini dan kedua orang tuanya.

"Ya sudah, kita berpisah sampai disini saja. Aku akan mengantar Paruru pulang ke rumah" kata Yui kepada temannya.
"Baiklah, kami pulang dulu Yui. Hati-hati di jalan" Yui mengangguk.
"Kalian juga"

Yui dan Paruru masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di samping jalan. Itu adalah mobil keluarga Yui. Dan Yui sudah mengabari kedua orag tuanya sejak awal, jika dia dan Paruru  akan pulang. Maka dari itu ayahnya menyuruh supir pribadi mereka untuk menjemputnya dan juga Paruru.

"Tuan muda, tuan besar dan nyonya ada di rumah nona Haruka" kata supir memberi tahu.
"Ah... baiklah, kita kesana" supir itu mengangguk.

Mobil itu terus berjalan, dan akhirnya berhenti di sebuah rumah mewah bertingkat. Yui dan Paruru turun dari mobil hitam milik keluarga Yui. Mereka masuk ke dalam rumah Paruru.
Dan didalam sana, mereka sudah disambut antusias oleh kedua orang tua mereka. Sepertinya orang tua mereka sudah merindukan mereka. Yah... karena Yui dan Paruru memang lama berada di pulau Kyushu bersama teman mereka. 

"Yui" kata Yuuji menyapa sang putra.
"Ayah" Yui memeluk tubuh sang ayah.
"Akhirnya kau sudah pulang nak" kata sang ayah.
"Iya ayah, dan aku sangat merindukanmu dan juga ibu" kata Yui melepas pelukan dan beralih ke ibunya.
"Ibu, aku merindukan ibu" Yui memeluk ibunya.
"Ibu juga nak, kau sangat lama sekali berada di pulau Kyushu itu" Yui tersenyum membalasnya.

Tak berbeda dari Paruru. Paruru juga melakukan hal yang sama, melepas rindu dengan kedua orang tuanya. Ia benar-benar merindukan orang tuanya, karena lama sekali berada di luar tokyo. Dan rasa rindunya itu, kini sudah terobati.

"Bagaimana disana, kau bilang Mayu menikah?" tanya Kai pada putri kesayangannya itu.
"Hai ayah, dia sudah menikah dengan pelayannya sendiri. Kashiwagi Yuki" kata Paruru memberi tahu.
"Syukurlah. Dan ayah juga bahagia, karena kau sudah sampai dirumah dengan selamat" Paruru tersenyum.
"Ibu, aku sangat merindukan ibu" kini gadis itu beralih kepada ibunya.
"Ibu juga nak. Kau tidak kenapa-napa bukan, selama berada di sana?" tanya sang ibu memeluknya.
"Iie. Pangeran selalu menjagaku, ibu" kata Paruru.
"Pangeran?" Paruru mengangguk.
"Ternyata Yuu-kun itu adalah pangeran ibu. Pangeran waktu kecil yang menemaniku" kata Paruru lagi.
"Honto?" Paruru mengangguk.
"Iya ibu, ne pangeran?" Yui mengangguk.

Sang ibu tersenyum. Ia tidak menyangka, jika selama ini pangeran adalah Yui. Dan ia juga bersyukur, karena Paruru mendapatkan orang yang tepat. 

"Kau tahu, selama ini Paruru selalu saja mengeluhkanmu" kata Atsuko kepada Yui.
"Ibu, jangan memberi tahunya" kata Paruru mengeluh.
"Ah... bibi, aku juga melakukan hal yang sama" kata Yui membalas.
"Tidak ku sangka, jika selama ini Haruka adalah teman kecilmu Yui" kata Yuuji menengahi.
"Ah... iya ayah, aku juga tidak menyangka jika selama ini dia adalah gadis kecilku" kata Yui tersenyum.
"Baiklah, berarti kalian memang sudah siap untuk di tunangkan" kata Kai.
"Ayah, kenapa di tunangkan? Aku ingin secepatnya menikah dengan pangeran" keluh Paruru.
"Ah... anak ibu ternyata sudah tidak sabar untuk menikah ya?" goda ibunya.
"Ibu..." kata Paruru yang sekarang pipinya sudah memerah.
"Baiklah, ayah akan menikahkan kalian" Paruru tersenyum lebar.
"Tentunya saat kalian sudah lulus, bagaimana?" Paruru mengangguk.
"Jaga putriku dengan baik, Yui" Yui mengangguk membalasnya.

***

Yui berjalan di sekitar sungai. Disampingnya Paruru bergelayut dengan mesra. Gadis itu seperti menyukai keadaan sore ini, dan juga menyukai tingkahnya yang begitu manja pada pemuda yang sangat ia sayangi. Dia benar-benar bahagia, karena sekarang statusnya buka lagi sebagai pacar, melainkan sebagai istri dari seorang Yokoyama Yui. Dan itulah keinginannya dari dulu.
Didepan mereka, terlihat dua anak yang saling bercanda tawa dan sesekali melihat dan memainkan air. Kedua wajah anak itu sangat mirip dengan Yui dan Paruru. Dua anak itu adalah Yuria dan Natsuo. Dua anak mereka yang berbeda 2 tahun. Natsuo berumur 8 tahun, sedangkan Yuria masih berumur 6 tahun.

"Ayah ibu, lihatlah aku membuat kapal" kata Natsuo memperlihatkan lipatan kertas berbentuk kapal.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Yui mendekat dan mensejajarkan dirinya pada putranya itu.
"Aku akan meletakkan kapal ini di sungai, dan ia akan berlayar seperti layaknya kapal pada umumnya" kata Natsuo kemudian meletakan kapal itu di atas air dan kapal itu bergerak mengikuti aliran air sungai.
"Suatu saat aku ingin berada di kapal, melihat laut dari dekat ayah" kata Natsuo.
"Hmm... tidak akan lama lagi, kau akan bisa melihat laut yang indah itu, karena ayah akan membawamu liburan ke suatu tempat yang indah" kata Yui.
"Honto?" Yui mengangguk.
"Arigatou, ayah memang sangat baik" Yui tersenyum mendengarnya.

Natsuo kembali melihat air dan memainkannya. Sedangkan Yuria, ia tengah sibuk bersama dengan ibunya. Memainkan air sungai itu. Dan sesekali melempar batu kecil ke sungai dan itu membuatnya kegirangan. Paruru hanya tersenyum melihat tingkah putri bungsunya itu.

"Sayang, jangan terlalu dekat dengan sungai, nanti kau jatuh" kata Paruru yang melihat tingkah putrinya.
"Hai" Paruru bisa mendengar jawaban singkat dari putrinya.
"Ne... ibu, aku ingin mahkota daun" rengek putrinya ketika dia sudah berada di dekat sang ibu.
"Baik, besok kita buat ne?" Yuria terlihat mengangguk membalas ucannya.

***

Malam kembali tiba, Yui terlihat sudah ada di kamar dan tertidur lelap bersama sang istri. Namun tidak dengan Natsuo. Ia merasa gelisah, ia sudah merubah posisi tidurnya namun, tetap ia tidak bisa tidur. Dia memang memiliki kebiasaan buruk. Jika malam tiba dan terbangun di tengah malam, pastinya ia tidak bisa tidur lagi. Benar-benar menjengkelkan. Ia memiliki kebiasaan yang sama seperti Yui, ketika dulu pemuda itu masih berusia sepertinya.
Natsuo bangun dari tidurnya. Ia melangkahkan kaki kecilnya untuk keluar dan menemukan sang adik tengah berjalan dan di tangan sang adik terdapat air minum. 

"Kau dari mana malam-malam seperti ini keluar kamar?" Natsuo agak heran.
"Aku haus, maka dari itu aku mengambil minuman nii-chan" balas gadis kecil itu polos. 
"Kau sendiri kenapa kau keluar dari kamar? Apa kebiasaan burukmu itu kembali?" tanya sang adik.
"Kau sudah tahu jawabannya. Aku tidak bisa tidur, Yuria" keluh Natsuo.
"Kebiasaan" ketus sang adik membalas.
"Lalu, kau akan memanggil ayah dan ibu lagi, yang mungkin masih tidur?" Natsuo mengangguk.
"Hah.... tidak bisakah kau kasihan terhadap ayah dan ibu? Ayah baru saja pulang sejak satu jam yang lalu, sedangkan ibu tentunya pasti juga lelah karena mengurus kita" kata Yuria yang berlagak seperti orang dewasa.
"Pastinya, mereka pasti mengeluh dengan sikapmu nii-chan" kata Yuria lagi menjelaskan.
"Tapi, aku tidak akan bisa tidur Yuria" keluh Natsuo.
"Kau harus bisa menghilangkan kebiasaan burukmu itu" kata Yuria sedikit mengeluh.

Natsuo diam. Ia menampakan wajah kesalnya. Ia juga meruntuki dirinya, karena ia memiliki kebiasaan buruk seperti itu. Tapi, jika kebiasaannya itu muncul selalu saja ia pergi ke kamar kedua orang tuanya. Dan itu terlalu sering ia lakukan. 
Yui juga menyadari sikap putranya itu. Ia sedikit mengeluh, namun ia tahu jika Natsuo pasti akan sulit tidur, jika saja ia dan Paruru tidak menemani putra pertamanya itu untuk tidur.

"Huwa... lalu aku bagaimana?" tanya Natsuo frustasi.
"Kau bisa tidur denganku" kata Yuria.
"Kau tidak bisa menimangku, Yuria. Bagaimana mungkin, aku bisa tidur denganmu" keluh Natsuo.
"Lalu bagaimana?" kata Yuria menampakan wajah kesalnya pada sang kakak.
"Aku ingin tidur bersama ayah dan ibu" kata Natsuo tetap pada pendiriannya.
"Kau ini, rewel sekali" keluh Yuria.
"Tapi, aku sangat ingin. Aku tidak bisa tidur, Yuria mou...." kata sang kakak kembali mengeluh dan mempoutkan bibirnya.

Mendengar suara keributan, Yui dan Paruru terbangun dari tidur mereka. Mereka saling bertanya sejenak, siapa kiranya yang tengah berdebat di luar sana. Kemudian, mereka turun dan keluar dari kamar. Menemukan dua anak mereka yang tengah berbicara.

"Sayang, kenapa kalian belum tidur juga?" Paruru mendekat dan menggendong putri kecilnya.
"Natsuo, wajahmu kusut sekali" Yui juga melakukan hal yang sama pada Natsuo. Ia menggendong putranya.
"Aku tidak bisa tidur ayah" kata Natsuo cemberut.
"Lihatlah, gara-gara kau ayah dan ibu terbangun" kata Yuria menyalahkannya.
"Mou... tapi aku tidak bisa tidur Yuria, kau ini tega sekali padaku" Natsuo membalasnya dengan wajah cemberut.
"Ya sudah, kau tidur bersama ayah dan ibu ya?" Natsuo mengangguk.
"Mou... aku juga ingin ayah, ayah selalu saja mengajak nii-chan sedangkan aku tidak" keluh Yuria.
"Baiklah. Malam ini, kalian tidur bersama ayah dan ibu, ne?" mereka berdua mengangguk.

***

Rutinitas pagi ini, Paruru pasti melakukan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu. Memasak makanan dan sekaligus membantu suami dan dua anaknya. 
Terlihat dari atas, Natsuo berlari ke bawah menuruni anak tangga bersama Yuria. Pagi hari, pastinya Natsuo selalu menjahili sang adik. Dan itu, ia lakukan setiap pagi sebelum mereka makan bersama atau sesudah makan bersama. Dan di dalam mobil, mereka masih saja seperti itu.

"Natsuo, Yuria jangan berlari" Paruru menghentikan tingkah dua anaknya.
"Mou... ibu, nii-chan mengambil bandoku" keluh Yuria.
"Natsuo, kembalikan" kata Paruru.
"Hai. Ini, kau selalu saja mengadu" keluh sang kakak pada adik bungsunya itu.
"Daripada kau, penakut" kata Yuria mengejek balik.
"Aku bukan penakut" elak Natsuo.
"Sudah-sudah, kalian makan dulu sini" mereka menurut dan duduk di meja makan.

Selesai makan, Natsuo kembali berulah. Ia kembali mengganggu sang adik. Dan kejar-kejaran pun terjadi antara mereka. Sering sekali, Yui dan Paruru mengeluh namun sepertinya anak pertamanya itu, tidak pernah berhenti untuk menganggu adiknya.

"Mou.... ibu ayah, nii-chan nakal" kata Yuria mengeluh.
"Natsuo, jangan menganggu adikmu" Paruru berteriak dari dapur.
"Kau selalu saja seperti itu" kata Natsuo mengeluh.
"Itu salahmu" kata Yuria.

Didapur, terlihat Yui yang masuk dan menghampiri istrinya itu yang melakukan tugasnya. Paruru yang menyadari akan kehadiran sang suami, menoleh ke arah pemuda itu. Ia tersenyum sangat manis dan pemuda itu membalas senyuman manisnya.

"Aku berangkat dulu ya?" gadis itu mengangguk.
"Hati-hati di jalan" Yui tersenyum dan mencium bibirnya.

Natsuo dan Yuria yang tidak sengaja melintas, melihat kedua orang tuanya. Dengan cepat ia menutupi kedua mata adiknya dan membalikan tubuhnya. 

"Kenapa kau menutup mataku dan memutar badanku?" tanya Yuria.
"Kau tidak boleh melihatnya" kata Natsuo.
"Tapi, kau melihatnya" ketus sang adik.
"Tidak, aku membalikan tubuhku" kata sang kakak.
"Kau memang benar-benar, huft... lepaskan" kata sang adik.
"Nanti, setelah ibu dan ayah sudah selesai" kata Natsuo.
"Memang kapan selesainya?" tanya Yuria kesal.
"Sudah, ayo kita keluar dan menunggu ayah di mobil" kata Natsuo menarik adiknya membawa gadis itu keluar dari rumah.
"Ayah, ayo berangkat" Natsuo berteriak.
"Hai" balas Yui singkat.
"Aku berangkat" Paruru mengangguk.





END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar