Title : Pangeran Cupu Epilog
Author : Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Love, T
Main Cast :
- Yokoyama Yui
- Shimazaki Haruka
Support Cast :
- Matsui Jun
- Matsui Rena
- Yamamoto Sayaka
- Watanabe Miyuki
- And Other
Happy Reading All.....
Epilog
Yui, Paruru, dan teman mereka yang
lain kembali ke kota mereka sendiri. Akhirnya, setelah lama mereka ada
berlibur, mereka bisa kembali lagi ke kota mereka. Sungguh, itu yang sangat Yui
rindukan selama ini. Ia memang sangat rindu dengan kota ini dan kedua orang
tuanya.
"Ya sudah, kita berpisah sampai
disini saja. Aku akan mengantar Paruru pulang ke rumah" kata Yui kepada
temannya.
"Baiklah, kami pulang dulu Yui.
Hati-hati di jalan" Yui mengangguk.
"Kalian juga"
Yui dan Paruru masuk ke dalam mobil
hitam yang terparkir di samping jalan. Itu adalah mobil keluarga Yui. Dan Yui
sudah mengabari kedua orag tuanya sejak awal, jika dia dan Paruru akan
pulang. Maka dari itu ayahnya menyuruh supir pribadi mereka untuk menjemputnya
dan juga Paruru.
"Tuan muda, tuan besar dan nyonya
ada di rumah nona Haruka" kata supir memberi tahu.
"Ah... baiklah, kita
kesana" supir itu mengangguk.
Mobil itu terus berjalan, dan
akhirnya berhenti di sebuah rumah mewah bertingkat. Yui dan Paruru turun dari
mobil hitam milik keluarga Yui. Mereka masuk ke dalam rumah Paruru.
Dan didalam sana, mereka sudah
disambut antusias oleh kedua orang tua mereka. Sepertinya orang tua mereka
sudah merindukan mereka. Yah... karena Yui dan Paruru memang lama berada di
pulau Kyushu bersama teman mereka.
"Yui" kata Yuuji menyapa
sang putra.
"Ayah" Yui memeluk tubuh
sang ayah.
"Akhirnya kau sudah pulang
nak" kata sang ayah.
"Iya ayah, dan aku sangat
merindukanmu dan juga ibu" kata Yui melepas pelukan dan beralih ke ibunya.
"Ibu, aku merindukan ibu"
Yui memeluk ibunya.
"Ibu juga nak, kau sangat lama
sekali berada di pulau Kyushu itu" Yui tersenyum membalasnya.
Tak berbeda dari Paruru. Paruru juga
melakukan hal yang sama, melepas rindu dengan kedua orang tuanya. Ia
benar-benar merindukan orang tuanya, karena lama sekali berada di luar tokyo.
Dan rasa rindunya itu, kini sudah terobati.
"Bagaimana disana, kau bilang
Mayu menikah?" tanya Kai pada putri kesayangannya itu.
"Hai ayah, dia sudah menikah
dengan pelayannya sendiri. Kashiwagi Yuki" kata Paruru memberi tahu.
"Syukurlah. Dan ayah juga
bahagia, karena kau sudah sampai dirumah dengan selamat" Paruru tersenyum.
"Ibu, aku sangat merindukan
ibu" kini gadis itu beralih kepada ibunya.
"Ibu juga nak. Kau tidak
kenapa-napa bukan, selama berada di sana?" tanya sang ibu memeluknya.
"Iie. Pangeran selalu
menjagaku, ibu" kata Paruru.
"Pangeran?" Paruru
mengangguk.
"Ternyata Yuu-kun itu adalah
pangeran ibu. Pangeran waktu kecil yang menemaniku" kata Paruru lagi.
"Honto?" Paruru
mengangguk.
"Iya ibu, ne pangeran?"
Yui mengangguk.
Sang ibu tersenyum. Ia tidak
menyangka, jika selama ini pangeran adalah Yui. Dan ia juga bersyukur, karena
Paruru mendapatkan orang yang tepat.
"Kau tahu, selama ini Paruru
selalu saja mengeluhkanmu" kata Atsuko kepada Yui.
"Ibu, jangan memberi
tahunya" kata Paruru mengeluh.
"Ah... bibi, aku juga melakukan
hal yang sama" kata Yui membalas.
"Tidak ku sangka, jika selama
ini Haruka adalah teman kecilmu Yui" kata Yuuji menengahi.
"Ah... iya ayah, aku juga tidak
menyangka jika selama ini dia adalah gadis kecilku" kata Yui tersenyum.
"Baiklah, berarti kalian memang
sudah siap untuk di tunangkan" kata Kai.
"Ayah, kenapa di tunangkan? Aku
ingin secepatnya menikah dengan pangeran" keluh Paruru.
"Ah... anak ibu ternyata sudah
tidak sabar untuk menikah ya?" goda ibunya.
"Ibu..." kata Paruru yang
sekarang pipinya sudah memerah.
"Baiklah, ayah akan menikahkan
kalian" Paruru tersenyum lebar.
"Tentunya saat kalian sudah
lulus, bagaimana?" Paruru mengangguk.
"Jaga putriku dengan baik,
Yui" Yui mengangguk membalasnya.
***
Yui berjalan di sekitar sungai.
Disampingnya Paruru bergelayut dengan mesra. Gadis itu seperti menyukai keadaan
sore ini, dan juga menyukai tingkahnya yang begitu manja pada pemuda yang
sangat ia sayangi. Dia benar-benar bahagia, karena sekarang statusnya buka lagi
sebagai pacar, melainkan sebagai istri dari seorang Yokoyama Yui. Dan itulah
keinginannya dari dulu.
Didepan mereka, terlihat dua anak
yang saling bercanda tawa dan sesekali melihat dan memainkan air. Kedua wajah
anak itu sangat mirip dengan Yui dan Paruru. Dua anak itu adalah Yuria dan
Natsuo. Dua anak mereka yang berbeda 2 tahun. Natsuo berumur 8 tahun, sedangkan
Yuria masih berumur 6 tahun.
"Ayah ibu, lihatlah aku membuat
kapal" kata Natsuo memperlihatkan lipatan kertas berbentuk kapal.
"Lalu apa yang akan kau
lakukan?" Yui mendekat dan mensejajarkan dirinya pada putranya itu.
"Aku akan meletakkan kapal ini
di sungai, dan ia akan berlayar seperti layaknya kapal pada umumnya" kata
Natsuo kemudian meletakan kapal itu di atas air dan kapal itu bergerak
mengikuti aliran air sungai.
"Suatu saat aku ingin berada di
kapal, melihat laut dari dekat ayah" kata Natsuo.
"Hmm... tidak akan lama lagi,
kau akan bisa melihat laut yang indah itu, karena ayah akan membawamu liburan
ke suatu tempat yang indah" kata Yui.
"Honto?" Yui mengangguk.
"Arigatou, ayah memang sangat
baik" Yui tersenyum mendengarnya.
Natsuo kembali melihat air dan
memainkannya. Sedangkan Yuria, ia tengah sibuk bersama dengan ibunya. Memainkan
air sungai itu. Dan sesekali melempar batu kecil ke sungai dan itu membuatnya
kegirangan. Paruru hanya tersenyum melihat tingkah putri bungsunya itu.
"Sayang, jangan terlalu dekat
dengan sungai, nanti kau jatuh" kata Paruru yang melihat tingkah putrinya.
"Hai" Paruru bisa
mendengar jawaban singkat dari putrinya.
"Ne... ibu, aku ingin mahkota
daun" rengek putrinya ketika dia sudah berada di dekat sang ibu.
"Baik, besok kita buat
ne?" Yuria terlihat mengangguk membalas ucannya.
***
Malam kembali tiba, Yui terlihat
sudah ada di kamar dan tertidur lelap bersama sang istri. Namun tidak dengan
Natsuo. Ia merasa gelisah, ia sudah merubah posisi tidurnya namun, tetap ia
tidak bisa tidur. Dia memang memiliki kebiasaan buruk. Jika malam tiba dan
terbangun di tengah malam, pastinya ia tidak bisa tidur lagi. Benar-benar
menjengkelkan. Ia memiliki kebiasaan yang sama seperti Yui, ketika dulu pemuda
itu masih berusia sepertinya.
Natsuo bangun dari tidurnya. Ia
melangkahkan kaki kecilnya untuk keluar dan menemukan sang adik tengah berjalan
dan di tangan sang adik terdapat air minum.
"Kau dari mana malam-malam
seperti ini keluar kamar?" Natsuo agak heran.
"Aku haus, maka dari itu aku
mengambil minuman nii-chan" balas gadis kecil itu polos.
"Kau sendiri kenapa kau keluar
dari kamar? Apa kebiasaan burukmu itu kembali?" tanya sang adik.
"Kau sudah tahu jawabannya. Aku
tidak bisa tidur, Yuria" keluh Natsuo.
"Kebiasaan" ketus sang
adik membalas.
"Lalu, kau akan memanggil ayah
dan ibu lagi, yang mungkin masih tidur?" Natsuo mengangguk.
"Hah.... tidak bisakah kau
kasihan terhadap ayah dan ibu? Ayah baru saja pulang sejak satu jam yang lalu,
sedangkan ibu tentunya pasti juga lelah karena mengurus kita" kata Yuria
yang berlagak seperti orang dewasa.
"Pastinya, mereka pasti
mengeluh dengan sikapmu nii-chan" kata Yuria lagi menjelaskan.
"Tapi, aku tidak akan bisa
tidur Yuria" keluh Natsuo.
"Kau harus bisa menghilangkan kebiasaan
burukmu itu" kata Yuria sedikit mengeluh.
Natsuo diam. Ia menampakan wajah
kesalnya. Ia juga meruntuki dirinya, karena ia memiliki kebiasaan buruk seperti
itu. Tapi, jika kebiasaannya itu muncul selalu saja ia pergi ke kamar kedua
orang tuanya. Dan itu terlalu sering ia lakukan.
Yui juga menyadari sikap putranya
itu. Ia sedikit mengeluh, namun ia tahu jika Natsuo pasti akan sulit tidur,
jika saja ia dan Paruru tidak menemani putra pertamanya itu untuk tidur.
"Huwa... lalu aku
bagaimana?" tanya Natsuo frustasi.
"Kau bisa tidur denganku"
kata Yuria.
"Kau tidak bisa menimangku,
Yuria. Bagaimana mungkin, aku bisa tidur denganmu" keluh Natsuo.
"Lalu bagaimana?" kata
Yuria menampakan wajah kesalnya pada sang kakak.
"Aku ingin tidur bersama ayah
dan ibu" kata Natsuo tetap pada pendiriannya.
"Kau ini, rewel sekali"
keluh Yuria.
"Tapi, aku sangat ingin. Aku
tidak bisa tidur, Yuria mou...." kata sang kakak kembali mengeluh dan
mempoutkan bibirnya.
Mendengar suara keributan, Yui dan
Paruru terbangun dari tidur mereka. Mereka saling bertanya sejenak, siapa
kiranya yang tengah berdebat di luar sana. Kemudian, mereka turun dan keluar
dari kamar. Menemukan dua anak mereka yang tengah berbicara.
"Sayang, kenapa kalian belum
tidur juga?" Paruru mendekat dan menggendong putri kecilnya.
"Natsuo, wajahmu kusut
sekali" Yui juga melakukan hal yang sama pada Natsuo. Ia menggendong
putranya.
"Aku tidak bisa tidur
ayah" kata Natsuo cemberut.
"Lihatlah, gara-gara kau ayah
dan ibu terbangun" kata Yuria menyalahkannya.
"Mou... tapi aku tidak bisa
tidur Yuria, kau ini tega sekali padaku" Natsuo membalasnya dengan wajah
cemberut.
"Ya sudah, kau tidur bersama
ayah dan ibu ya?" Natsuo mengangguk.
"Mou... aku juga ingin ayah,
ayah selalu saja mengajak nii-chan sedangkan aku tidak" keluh Yuria.
"Baiklah. Malam ini, kalian
tidur bersama ayah dan ibu, ne?" mereka berdua mengangguk.
***
Rutinitas pagi ini, Paruru pasti
melakukan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu. Memasak makanan
dan sekaligus membantu suami dan dua anaknya.
Terlihat dari atas, Natsuo berlari
ke bawah menuruni anak tangga bersama Yuria. Pagi hari, pastinya Natsuo selalu
menjahili sang adik. Dan itu, ia lakukan setiap pagi sebelum mereka makan
bersama atau sesudah makan bersama. Dan di dalam mobil, mereka masih saja
seperti itu.
"Natsuo, Yuria jangan
berlari" Paruru menghentikan tingkah dua anaknya.
"Mou... ibu, nii-chan mengambil
bandoku" keluh Yuria.
"Natsuo, kembalikan" kata
Paruru.
"Hai. Ini, kau selalu saja
mengadu" keluh sang kakak pada adik bungsunya itu.
"Daripada kau, penakut"
kata Yuria mengejek balik.
"Aku bukan penakut" elak
Natsuo.
"Sudah-sudah, kalian makan dulu
sini" mereka menurut dan duduk di meja makan.
Selesai makan, Natsuo kembali
berulah. Ia kembali mengganggu sang adik. Dan kejar-kejaran pun terjadi antara
mereka. Sering sekali, Yui dan Paruru mengeluh namun sepertinya anak pertamanya
itu, tidak pernah berhenti untuk menganggu adiknya.
"Mou.... ibu ayah, nii-chan
nakal" kata Yuria mengeluh.
"Natsuo, jangan menganggu
adikmu" Paruru berteriak dari dapur.
"Kau selalu saja seperti
itu" kata Natsuo mengeluh.
"Itu salahmu" kata Yuria.
Didapur, terlihat Yui yang masuk dan
menghampiri istrinya itu yang melakukan tugasnya. Paruru yang menyadari akan
kehadiran sang suami, menoleh ke arah pemuda itu. Ia tersenyum sangat manis dan
pemuda itu membalas senyuman manisnya.
"Aku berangkat dulu ya?"
gadis itu mengangguk.
"Hati-hati di jalan" Yui
tersenyum dan mencium bibirnya.
Natsuo dan Yuria yang tidak sengaja
melintas, melihat kedua orang tuanya. Dengan cepat ia menutupi kedua mata
adiknya dan membalikan tubuhnya.
"Kenapa kau menutup mataku dan
memutar badanku?" tanya Yuria.
"Kau tidak boleh
melihatnya" kata Natsuo.
"Tapi, kau melihatnya"
ketus sang adik.
"Tidak, aku membalikan
tubuhku" kata sang kakak.
"Kau memang benar-benar,
huft... lepaskan" kata sang adik.
"Nanti, setelah ibu dan ayah
sudah selesai" kata Natsuo.
"Memang kapan selesainya?"
tanya Yuria kesal.
"Sudah, ayo kita keluar dan
menunggu ayah di mobil" kata Natsuo menarik adiknya membawa gadis itu
keluar dari rumah.
"Ayah, ayo berangkat"
Natsuo berteriak.
"Hai" balas Yui singkat.
"Aku berangkat" Paruru
mengangguk.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar