Title : My Name Is Paruru Chapter 01 - Pergi Dari Rumah
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Yokoyama Yui
- Yokoyama Kai
Aku kembali lagi dengan ff baru nih guys, semoga kalian suka ya. Aku juga post di wattpad aku kok... kalian bisa cek di wattpad aku nantinya...
Happy Reading All.....
~---0---~
Pernahkah
kau untuk mencoba kabur dari rumah? Dan apa penyebab kamu kabur dari rumah?
Masalah?. Alasan yang memang sering di gunakan untuk seseorang ketika kabur
dari rumah. Sebuah masalah keluarga bisa jadi. Masalah memang selalu bisa
membuat orang berpikiran seperti itu. Mungkin jika dengan kita kabur dari
rumah, itu adalah salah satu cara menyelesaikan masalah.
***
Perlahan,
langkah kaki gadis itu membawanya ke sebuah rumah yang terbilang cukup kecil,
bagi seukuran rumah pada umumnya. Gadis kecil itu membawa sebuah ember berisi
air. Keningnya bercucuran keringat. Ia benar-benar sangat lelah rupanya.
Bekerja setiap hari, dari pagi sampai sore dan malam ia hanya tidur selama 5
jam.
Ia mengambil air hari ini. Beruntung karena jarak yang begitu
dekat. Ia tidak terlalu repot-repot berjalan jauh. Sungguh malang nasibnya,
harus hidup seperti itu. Menanggung semua beban hidup di usianya yang masih
terbilang dini. Kasihan.
"Haruka, cepat" dia tersentak ketika mendengar
suara itu.
"I-iya ibu" gadis kecil yang di panggil Haruka itu
langsung mempercepat langkah kakinya.
"Setelah itu langsung bersihkan halaman belakang"
kata suara itu lagi terdengar.
"Hai" balas gadis itu singkat.
Setelah gadis itu mengambil air, gadis kecil itu membersihkan
halaman belakang. Cukup lelah rasanya, tubuhnya seperti remuk. Seharian
melakukan pekerjaan orang dewasa. Padahal dia masih berumur 6 tahun, namun ibu
angkatnya justruh memperlakuannya dengan buruk.
Sering kali gadis kecil itu di siksa. Di pukuli, di hina dan
di perlakukan lebih kasar lagi oleh ibunya. Sampai-sampai membuat sebuah luka
di bagian punggungnya. Luka itu membekas dan ukuranya kecil. Luka yang
didapatkannya satu tahun yang lalu. Dengan teganya ibu angkatnya mengambil
sebuah tongkat bambu kecil dan memukul punggungnya.
Waktu itu ia berteriak sangat nyaring sekali. Mungkin,
teriakannya itu terdengar oleh tetangganya yang tinggal agak jauh dari rumahnya
itu. Ia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya bisa pasrah dan menjerit
serta menangis.
Ada seorang yang mengetahui perbuatan buruk ibu angkatnya.
Orang itu bermaksud untuk membebaskannya dari siksaan ibunya. Orang itu tahu
betul bahkan orang itu pernah melihat bagaimana menderitanya dia setelah di
rawat oleh ibu angkatnya.
Dan bagaimana bisa ia di rawat oleh ibu angkatnya. Waktu ia
berumur 3 tahun, ia dan kakaknya pergi keluar rumah berniat untuk mencari
keberadaan kedua orang tua mereka yang tidak kunjung pulang. Namun, justruh
mereka harus bertemu dengan ibu angkat mereka dan setelah itu tinggal bersama
ibu angkat mereka.
Sayangnya, sang kakak satu tahun kemudiannya harus menghilang
entah kemana. Saat ia dan ibu angkatnya berjalan ke pasar, justruh sang kakak
terpisah dengan mereka. Kakaknya mungkin saja tersesat. Dan sampai sekarang,
kakaknya tidak pernah kembali lagi. Dan sekarang, ia hanya bisa menderita
tinggal bersama ibunya. Sungguh malang nasibnya.
***
"Haruka"
gadis itu mengerjapkan kedua matanya ketika mendengar suara seseorang.
"Haruka, ini aku paman Eisuke" gadis kecil itu
membuka kedua matanya yang masih berat.
"Paman" lirihnya ketika mendapati pria paruh baya
yang bisa masuk ke dalam kamarnya dengan mudah.
"Kenapa paman bisa masuk?" kata Haruka bertanya.
"Jangan banyak bertanya. Kau sudah mengemasi
barangmu?" gadis kecil itu mengangguk.
"Ayo kita pergi sekarang, sebelum ibu angkatmu
tahu" Haruka kembali mengangguk.
Gadis kecil itu mengambil barangnya yang ia simpan di dalam
lemari kecilnya. Setelah itu ia di gendong dan kemudian mereka keluar melewati
pintu belakang rumah. Malam-malam seperti ini, mereka harus melewati jalanan
yang tidak layak untuk di gunakan berlari.
Namun, sepertinya lelaki itu dengan hati-hati menggendongnya
dan membawany pergi entah kemana.
***
Mereka
tiba di sebuah hutan. Lebih tepatnya itu sudah masuk ke dalam hutan. Haruka
turun dari gendongan Eisuke.
"Kenapa kita pergi ke hutan paman?" tanya Haruka
dengan polos.
"Haruka, mulai sekarang kita tinggal disini. Disini kau
tidak akan pernah lagi bertemu dengan ibu angkatmu yang kejam itu" Haruka
hanya diam kemudian menolehkan pandangannya.
Satu yang di tangkap oleh penglihatannya, yang menarik untuk
di lihatnya. Sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Rumah itu dari depan sangat
rapi. Entah kenapa Haruka tertarik dengan rumah itu. Tapi, ia juga
bertanya-tanya kenapa ada rumah didalam hutan seperti itu.
"Kenapa ada rumah di hutan paman?" Eisuke tersenyum
mendengarnya.
"Itu paman yang buat bersama teman paman. Namun, sejak 5
tahun yang lalu kita tidak pernah kemari lagi" kata Eisuke menjelaskan.
"Dulu, paman sering sekali kemari bersama teman paman
dan kita membuat rumah itu disini, hanya untuk menyimpan alat perburuan, namun
sejak 5 tahun yang lalu itu kita tidak pernah kemari lagi" kata Eisuke
menyambung.
"Kenapa paman?" tanya Haruka ingin tahu.
"Karena paman dan teman paman sudah memiliki aktifitas
sendiri" kata Eisuke membalas.
"Lalu apa yang kita makan disini paman?" tanya
Haruka lagi.
"Didalam ada persediaan beras. Sangat banyak sekali,
jika habis paman akan ke kota dan membeli beras lagi untuk kita makan"
Haruka tersenyum dan mengangguk.
***
Haruka
berjalan di sekitar hutan itu. Ia sudah sangat akrab dengan hewan-hewan yang
ada di dalam hutan itu. Setiap hari, ia berteman dengan hewan seperti kelinci
dan burung, serta kuda. Jika kau bertanya tentang hewan buas. Hmm.... hewan
buas yang ada di dalam hutan itu sangat langka. Kenapa? Karena menjadi buruan
dan pemburu itu selalu membunuh hewan malang itu.
Kini Haruka berumur 12 tahun, ia mempunyai paras yang sangat
cantik. Dia juga sangat menyayangi binatang dan berbagai hewan lainnya yang ada
di hutan itu. Dia hanya bermain di sekitar hutan. Ia tidak pernah keluar dari
hutan tersebut.
Alasannya? Alasannya karena dia takut. Dia sangat takut, jika
nantinya ia bertemu dengan orang yang memiliki sifat yang sama persis seperti
ibu angkatnya. Maka dari itu, ia memilih bermain di hutan itu. Dia sudah sangat
bahagia hidup di sekitar hutan itu.
"Ah... kelinci yang sangat manis" pujinya dengan
mengelus kelinci yang sekarang berada di gendongannya.
"Kau tahu, aku sangat senang berada di sini bersama
kalian" katanya lagi.
"Wah..... sungguh lucu" girangnya mengelus tubuh
kelinci itu.
Haruka melepas kelinci itu. Ia berdiri dan kemudian berlari.
Ia melihat sebuah pohon apel. Ia tertarik, ia memanjat pohon itu dan memetik
apel. Ia duduk di pohonnya dan makan apel itu dengan girangnya.
Berada di dalam hutan seperti ini, itu sungguh membuatnya
sangat senang. Ia tidak menyesal dulu telah menyetujui ucapan Eisuke
untuk mengajaknya kemari. Ia sangat tenang, hidupnya tidak pernah menderita
lagi.
Tentram, itulah yang ia rasakan sekarang. Benar-benar
membuatnya sangat tenang. Inilah yang ia harapkan. Tidak ada yang menganggunya
lagi, tidak ada yang pernah berbuat tidak baik kepadanya lagi. Ia benar-benar
merasa bahagia.
Yah... walau temannya adalah seekor binatang sekalipun. Ia
tidak peduli, tapi ia sungguh sangat menyukainya. Dia bersyukur kepada tuhan
yang maha esa.
***
"Paman"
teriaknya ketika ia melihat pamannya yang selama ini menemaninya berada dalam
keadaan buruk. Antara hidup dan juga mati.
"Haruka, jaga dirimu baik-baik ya?" ucap Eisuke dan
setelah itu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
"Paman......."
Haruka terbangun dari mimpi buruknya. Lagi-lagi ia bermimpi
Esiuke. 5 tahun yang lalu lelaki paruh bayu itu meninggalkannya untuk
selamanya. Padahal, Haruka belum bisa membalas semua yang pernah lelaki itu
lakukan padanya.
Haruka tumbuh menjadi gadis yang tegar. Wajahnya sangat
cantik. Umurnya sekarang 19 tahun. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan rambutnya
telah panjang sekarang. Karena dulu hanya panjang sebahu.
Haruka bangkit dari tidurnya. Ia keluar dari rumah kayu itu
dan melihat cahaya mentari pagi yang sudah menyinari hutan itu. Beruntung sinar
itu tertutupi oleh pohon-pohon tinggi, sehingga sinar itu tidak menyilaukan
kedua matanya.
"Pagi sudah datang" ucapanya riang.
"Huah..... aku sangat bahagia disini" ucapnya
tersenyum lebar.
"Uwah... kelinci manisku kau kemari" kata Haruka
yang melihat seekor kelinci tengah berjalan.
Gadis itu menggendong kelinci itu. Ia tersenyum dan mengelus
tubuh kelinci itu yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Ia tersenyum girang dan
melangkah menyusuri hutan itu.
"Ah...
aku sangat lapar" keluhnya.
Tepat, ketika ia mendongak. Ia melihat sebuah pohon. Pohon
apel. Ia tersenyum dan melepas kelinci yang berada di gendongannya. Perutnya
sudah berteriak meminta jatah makanan. Ia benar-benar sangat lapar sekarang
ini.
"Wah... manisnya" ia tersenyum girang ketika sudah
berada di pohon itu. Duduk di pohon dan menikmati apel.
"Um... sangat lezat" girangnya.
***
Disisi
lain, masih berada di dalam hutan. Seorang pemuda tengah berlari. Sesekali ia
melihat ke arah belakangnya. Sepertinya ia tengah di kejar oleh
seseorang.
"Sial, mereka masih saja mengejarku" gumam pemuda
itu kesal.
"Tuan Yui, jangan berlari" pemuda itu menghentikan
langkahnya.
"Tuan, akhirnya tuan berhenti juga" kata salah satu
orang yang mengikutinya.
"Tunggu disini, aku ingin mencari hewan buruan"
kata pemuda yang di panggil dengan sebutan 'Yui' itu.
"Tapi tuan,-"
"Tidak ada kata tapi-tapian, kalian ingin di
pecat?" kedua lelaki itu menggeleng.
"Maka dari itu diam dan tunggu saja disini, aku akan
kembali tidak akan kabur kalian mengerti?" mereka berdua kembali
mengangguk.
"Bagus. Tunggu disini, aku pergi dulu" pemuda itu
kembali melanjutkan langkah kakinya.
***
Yui
menolehkan pandangannya, berniat mencari hewan yang ia inginkan. Kali ini ia
harus bisa mendapatkan hewan buruan.
"Aha.... itu ada burung, aku bisa makan daging burung
disini" gumamnya tersenyum.
Ia bersiap untuk menembak burung itu. Sayang sial. Ia ingin
menembak justruh burung itu terbang. Ia menggerutu dan mencoba mengikuti burung
tersebut. Ia tidak boleh sampai gagal, ia harus mendapatkannya.
"Kemana lagi kau akan pergi burung cantik?" Yui
menatap burung itu yang kini berhenti dan berada di ranting sebuah pohon.
"Aku tidak akan membiarkanmu lari" ia bersiap
menggunakan pistolnya.
"Aku pasti bisa menangkapmu" lirihnya tersenyum.
Dor....
satu tembakan yang berbunyi. Peluru itu tidak mengenai burung
itu namun burung itu kembali terbang. Lagi-lagi Yui gagal.
"Cih... sial" geramnya.
"Aku akan mengejarnya, jika tidak berhasil aku mencari
buruan lain" ucapnya.
Dia kembali melangkah mengikuti burung itu. Burung itu
berhenti lagi, namun kali ini ia berhenti di sebuah pohon yang lebih pendek.
Yui tersenyum, ia kembali mengangkat pistolnya. Membidiknya tepat kearah tubuh
burung itu.
Dor....
"Hah...." suara siapa itu?.
Yui tersentak ketika mendengar suara itu. Ia yakin, jika
dirinya berada di hutan itu sendiri. Namun, suara apa yang membuatnya terkejut
setengah mati itu. Hantu? Tidak-tidak, Yui tidak percaya dengan semua itu.
Tak
lama ia melihat sesosok gadis yang muncul dari balik pohon. Ia terpaku menatap
gadis itu. Wajah gadis itu sangat cantik, seperti bidadari.
"Cantiknya" gumamnya memuji kecantikan gadis itu.
"Dan dia juga sangat manis" ia tersenyum melihat
gadis itu.
Gadis itu menoleh ke arahnya. Tatapa mereka bertemu, entah
kenapa jantungnya serasa ingin melompat dari tempatnya, ketika tatapan mereka
bertemu.
Gadis itu sedikit terkejut dengan kedatangannya. Yui
tersenyum, ia mencoba mendekati gadis itu yang masih diam di tempatnya.
Sekarang posisi mereka saling berhadapan. Yui mengagumi kecantikan gadis itu.
Gadis itu masih diam. Ia memandang wajah tampan seorang
pemuda yang berdiri di depannya. Ia tidak pernah melihat orang lain di hutan
ini, baru pertama kalinya ia melihat seorang laki-laki yang sangat tampan
seperti Yui.
Haruka. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang melihat
tatapan kedua pemuda itu. Ia tersenyum malu membalas senyuman pemuda itu. Entah
kenapa ia bisa malu seperti itu. Mungkin, baru pertama kalinya ia bertemu
dengan seorang pemuda bernama Yui.
"Domou...." Yui menyapa gadis itu.
"Domou...." Haruka membalasnya dengan senyum malu.
Entah kenapa dua insan itu saling tersenyum satu sama lain.
Yui mengulurkan tangannya kepada Haruka. Walau sempat ragu, Haruka membalas
uluran tangan pemuda itu.
"Aku Yokoyama Yui, salam kenal" kata Yui tersenyum.
"Semoga kita bisa menjadi teman" kata Yui lagi
tersenyum tulus.
"Siapa namamu?" tanya Yui.
"Eh... nama?" Yui mengangguk.
"Aku....." Haruka tampak ragu untuk mengenalkan
dirinya pada pemuda yang baru saja ia kenal itu.
"Kenapa kau tampak ragu" kata Yui heran.
"Ehm... tidak. Hanya saja, aku sedikit malu dengan
pertemuan ini. Aku baru melihatmu di hutan ini" kata Haruka lagi.
"Ah... itu karena aku baru datang ke hutan ini"
kata Yui membalas.
"Suara tadi itu apa? Suara itu membuatku kaget"
kata Haruka yang justruh bertanya.
"Suara pistolku ini, maaf aku membuatmu kaget" kata
Yui kembali tersenyum.
Senyuman itu sangat manis. Dan entah kenapa, Haruka sangat
tenang jika berada di dekat pemuda itu. Tapi, ia juga merasa malu dengan
pertemuan mereka.
"Ah.... siapa namamu? Kau belum memberi tahu
namamu" kata Yui lagi.
"Namaku..." Yui menunggu dengan sabar.
"Paruru. Itu namaku" kata Haruka cepat-cepat.
"Kau panggil saja aku Paruru" kata Haruka lagi.
To Be Continue.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar