Title : Story Of My Life Chapter 06
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
Paruru
Pov...
Aku keluar dari mobil dengan bantuan nee-chan, tentu saja. Ku
lihat pemandangan di sekitar sejenak, tak lama aku menemukan sosok yang ku
kenal. Ia tersenyum menyapaku dan ku balas saja senyumannya itu.
"Nee-chan pergi dulu, ya? Nanti akan ada orang yang
bertemu denganmu, namanya Matsui Jun dia teman nee-chan ne?" aku
mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou ne-ne-chan" dia mengangguk dan
tersenyum.
"Sudah sana masuk, nanti nee-chan akan menjemputmu"
aku kembali mengangguk.
Ku langkahkan kakiku pelan-pelan, dan menuju orang yang
tersenyum kepadaku tadi. Ku lihat dia mendekat kearahku dan membimbingku untuk
masuk ke dalam toko lukisannya.
Kami duduk di tempat biasa yang kami gunakan untuk melukis.
Kertas kosong yang berada di depan kami pun, sepertinya siap untuk kami gunakan
hari ini.
"Nee... Paruru, aku ada berita bagus" ku tolehkan
pandanganku ke arah Yui dengan cepat.
"A-a-pa?" tanyaku ingin tahu. Dari wajahnya, aku
yakin dia sedang bahagia.
"Lukisan yang ku kirim dalam pameran kemarin, ternyata
banyak yang suka dan ada yang ingin membeli lukisanku dengan harga yang sangat
tinggi, mengagumkan" aku tersenyum menyambut ucapan bahagianya.
"Syu-syu-kur-la-lah" dia mengangguk.
"Ma-ma-af, ka-ka-re-re-na a-a-ku ti-ti-dak bi-bi-sa
me-me-ne-ma-ma-ni-ni-mu" sambungku lagi.
"Aku mengerti, kau sakit bukan kemarin? Jadi, itu tidak
masalah untukku. Kondisimu lebih pentih Paru" aku kembali tersenyum
mendengar ucapannya. Dia memang sangat baik dan pengertian kepadaku.
***
Aku
keluar dari ruangan Yui, melihat lukisan yang terpajang di dinding. Semua
lukisan itu membuatku kagum. Aku sangat senang bisa berada disini, aku
benar-benar bahagia bisa bertemu dengan Yui. Setidaknya, disini juga aku bisa
merasakan apa itu mempunyai seorang teman, seperti Yui.
Bugh...
Arghh.... aku terjatuh, ketika ada yang menyenggolku. Aku
mendongak melihat orang yang sudah menyenggolku tadi. Ku tatap orang itu dengan
tampang terkejut. Tuhan, kenapa dia berada disini?. Ku tolehkan pandanganku ke
arah depan dan belakang. Dimana Yui?.
"Kau sedang apa disini?" ku tatap lagi orang itu
dengan takut.
"A-a-ku be-be-ke-ker-ja di-di-si-si-ni" balasku
padanya.
Aku mencoba untuk bangkit dari jatuhku. Tuhan, sakit sekali
kakiku ini. Ku tatap lagi orang itu. Kedua matanya sangat tajam menatap kedua
mataku. Aku menunduk. Aku sangat takut melihat tatapan matanya yang tajam
seperti siap untuk menerkamku.
"Bekerja? Memangnya apa yang kau bisa lakukan"
kalimat ejekan terdengar dari mulutnya.
"Kaki seperti itu, kau juga gagap dan juga bodoh. Apa
yang kau bisa lakukan disini? Aku yakin, kau hanya bisa merepotkan Yui" ku
tundukan kepalaku lagi.
"Mungkin aku harus berbicara dengan Yui, agar dia
memecatmu" ku pandang dia kemudian menggeleng.
"Ja-ja-ngan Ma-Ma-yu ni-nii-chan" balasku.
"A-a-ku sa-sa-ngat me-mem-bu-bu-tu-tuh-ka-kan
pe-pe-ker-ja-ja-an i-i-ni" jelasku sebisa mungkin.
"Oh benarkah? Tapi, ku rasa kau hanya bisa menyusahkan
temanku itu" dia tersenyum sinis.
Aku hanya bisa menunduk merespon ucapannya itu. Kenapa dia
harus kemari. Aku tidak tahu, jika Yui adalah temannya. Apa yang harus aku
lakukan, sekarang?.
"Benar bukan kau hanya menyusahkannya, saja?" aku
diam. Aku tidak bisa membalas ucapannya.
"Kenapa diam?. Berarti itu benar? Kau memang tidak
berguna sama sekali, Haruka" dia kembali mengejekku.
Tuhan, kenapa kau selalu memberiku cobaan seperti ini?. Dan
kenapa aku bisa selemah ini menghadapi orang, apalagi orang itu adalah salah
satu saudaraku. Kakak kandungku sendiri. Tapi, ku rasa dia tidak akan
mengakuiku sebagai adiknya. Hanya Atsuko nee-chan yang mengakuiku, dia tidak
begitu juga dengan Sakura.
"Kenapa diam lagi?. Kau tidak bisa menjawab
pertanyaanku, Haruka?. Kau benar-benar bodoh dan sangat lemah" ku tahan
air mataku agar tidak menetes.
Kenapa
kau selalu senang mengejekku dan mencaci makiku nii-chan?. Tidak tahukah kau,
jika hati ini sangat sakit mendengarnya? Kenapa kau selalu tertawa diatas
penderitaanku. Kau benar-benar tidak pernah mengerti kondisi adikmu seperti
apa. Aku benar-benar tidak menyangka, dengan sifatmu kepadaku.
"Mayu" aku menoleh. Ku lihat Yui, yang berjalan ke
arah kami.
"Yui. Apa dia bekerja disini?" ku lihat Yui yang
mengangguk membalas pertanyaan nii-chan.
"Memangnya kenapa?" dari suaranya dia terdengar
sangat santai.
"Lihat kakinya tidak bisa berjalan dengan baik, dan lagi
dia gagap dan juga bodoh. Kenapa kau mau saja, mempekerjakannya?" aku
hanya menunduk mendengar ucapan nii-chan.
"Karena dia mempunyai semangat yang tinggi, itu yang ku
suka dari Paruru" dia membalas pertanyaan nii-chan.
"Paruru? Nama apa itu?" oh sial, aku belum memberi
tahu Yui untuk tentang masalah nama panggilan Paruru.
"Panggilan sayangku untuknya" eh? Kenapa Yui
menjawab seperti itu?.
"Panggilan sayang? Kau menyukainya?" ku lihat Yui
yang sekarang menunjukan tampang datarnya.
"Bukan urusanmu" kenapa dia menjadi seperti itu?
Wajahnya benar-benar sangat datar. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu.
"Untuk apa kau kemari?" kemudian dia bertanya.
"Hanya untuk melihat lukisanmu saja, sekaligus untuk
membeli lukisanmu jika aku tertarik" kenapa suasana menjadi tegang seperti
ini.
"Tapi, setelah aku melihat gadis ini. Ku rasa, aku tidak
jadi. Melihatnya, aku benar-benar ingin muntah" ku tundukan kepalaku lagi
mendengar jawaban nii-chan.
"Baik, aku pergi dulu sekarang" dia tersenyum
kepada Yui.
Aku hanya melihat punggungnya yang semakin lama, semakin
jauh. Dan kemudian menghilang di balik pintu itu. Ku tolehkan pandanganku ke
arah Yui. Ku lihat dia masih menatap pintu, kemudian tak lama ia mendesah dan
menolah ke arahku.
"Paru" lirihnya.
"Maaf ya?" untuk apa dia meminta maaf?.
"U-un-tuk?" dia kembali mendesah sebelum menjawab
pertanyaanku.
"Tadi, aku keceplosan. Kata Atsuko nee-chan, nama
panggilan Paruru hanya dia dan pembantu kalian yang tahu jika di rumah, tapi
aku malah keceplosan" jelasnya dengan wajah sesal. Aku mengangguk
membalasnya.
"Oh iya, ada tamu. Dia ingin bertemu denganmu"
tamu?.
"Da-da-re?" tanyaku.
"Matsui Jun namanya. Lebih baik kau temui saja dia
dulu" aku mengangguk.
Ku ikuti dia dari belakang. Lalu kemudian masuk ke dalam
ruangannya. Disana, aku bisa melihat seorang pemuda yang aku sendiri tidak tahu
siapa dia. Tapi, mungkin dia adalah orang yang di maksud oleh nee-chan tadi
pagi.
"Shimazaki haruka" aku mengangguk.
"Kemarilah, aku ingin berbicara padamu" ku
langkahkan kakiku dan sekarang aku duduk di depannya.
"Aku Matsui Jun, teman kakakmu, Atsuko" ah... jadi,
dia teman nee-chan.
"Kata Atsuko, kau gagap?" aku mengangguk.
"I-i-ya" ku balas dengan bicara gagap.
"Kau bisa saja sembuh dari gagapmu, Haruka" katanya
lagi.
"Ca-ca-ra-ra-nya?" tanyaku.
"Sebelum itu, aku ingin bertanya kepadamu. Apa yang
menyebabkanmu bicara gagap?" tanyanya.
Aku mencoba mengingatnya. Gagap? Aku gagap semenjak kecil.
Tapi, aku tidak tahu apa yang menyebabkanku bicara gagap seperti ini. Karena
setahuku, aku hanya ingat waktu kecil. Dan aku gagap, setelah itu masalah
datang kepadaku dan masalah itu hingga sekarang tidak pernah berhenti.
"A-a-ku ti-ti-dak ta-ta-hu" balasku kemudian
setelah sejenak aku berfikir.
"Apa dulu kakek atau bahkan orang tua kakekmu mempunyai
masalah sepertimu, gagap?" ku pikir lagi.
Ayah dan ibu tidak. Kakek dan nenek, juga tidak. Dan jika
kedua orang tua kakek dan nenekku. Mana ku tahu, aku lahir saja mereka sudah
meninggal.
"En-en-tah, a-a-ku ti-ti-da-dak ta-ta-hu" balasku
lagi.
"Baiklah, apa kau pernah stress?" aku mengangguk.
"Begini..." dia diam sejenak.
"Gagap, penyakit itu bisa timbul karena faktor
keturunan, akibat stress yang terlalu berat, trauma masa lalu, dan juga
ketakutan" jelasnya kemudian.
"Ke-ke-ta-ta-ku-ku-tan?" dia mengangguk.
"Iya takut. Misalnya jika orang itu berada dalam kondisi
terancam, sehingga pikirannya tidak tenang" aku mengangguk tanda mengerti.
Bila ku ingat lagi, aku pernah merasa ketakutan dulu. Tapi,
aku tidak tahu pasti itu terjadi karena apa. Takut? Apa mungkin, aku gagap
karena ketakutan. Ku rasa tidak. Apa mungkin karena stress. Iya ku akui, selama
ini aku banyak memikirkan sesuatu dan membuatku sedikit stress.
"Apa karena takut, kau gagap?" aku mendongak dan
kemudian menggeleng pelan.
"Jika kau ketakutan karena sesuatu, kau harus bisa
mengatasi rasa ketekutan itu. Hadapi dan tantanglah, kau pasti akan menang
melawannya. Hanya saja kau harus percaya diri" aku mengangguk
mendengarnya.
"Tenangkan pikiranmu, jangan sampai kau merasa
takut" aku kembali mengangguk.
"Dan jika kau ingin bisa berbicara seperti orang normal,
kau harus bisa berpikir positif. Kau harus bisa berfikiran positif, yakinlah
dan tingkatkan semangatmu untuk memperolah kesembuhan" jadi, salah satunya
berfikiran positif.
"Dan biasanya, orang gagap itu pendiam" dia
tersenyum.
Pendiam?. Aku memang pendiam, ku akui itu. Apa itu penyebab
masalahnya?. Apa aku harus banyak bicara, untuk menghilangkan penyakit gagap
yang ada di diriku ini?.
"Apa kau pendiam?" aku mengangguk.
"Jangan jadi pendiam, lebih baik kau banyak bicara"
dia kembali menjelaskan.
"A-a-kan ku co-co-ba" dia mengangguk.
"Begini saja, jika kau sedang beristirahat. Kau latihan
saja berbicara. Rangkailah kata-kata terlebih dahulu, nah jika sudah kau
tinggal ungkapkan kata-kata yang ada di pikiranmu" bisa ku coba, aku pasti
bisa.
"Dan banyak berlatihlah menyanyi" menyanyi?.
"Itu salah satu metode mengatasi gagap. Dengan mengikuti
lirik lagu, tidak perlu banyak berpikir. Dengan bernyanyi, tempo bicaramu akan
menjadi lebih baik" hanya saja yang menjadi pertanyaan, apa aku bisa
bernyanyi?.
"Bisa kita coba?" ku angkat kepalaku untuk
melihatnya.
***
Author
Pov...
Atsuko keluar dari cafe miliknya. Ia melihat seorang gadis
yang tersenyum ke arahnya. Dia membalasnya, kemudian menghampiri gadis itu.
"Yuki, ada apa?" tanya Atsuko langsung.
"Kau ingin menjemput adikmu?" Atsuko mengangguk.
"Jun tadi mengabariku, jika dia bertemu dengan
adikmu" kata Yuki memberi tahu.
"Lalu bagaimana dengan Paruru sendiri, apa dia sudah
mendapat pengarahan dari Jun?" Yuki mengangguk.
"Hanya saja, Paruru masih kesulitan sepertinya. Tenang
saja, aku yakin tidak akan lama lagi pastinya Paruru akan sembuh dari
kegagapannya" Atsuko mengangguk mendengarnya.
"Hmm.... apa Paruru juga melatih kakinya?" tanya
Yuki lagi.
"Belum Yuki, sepertinya Paruru masih kesulitan untuk
berjalan. Dia tidak percaya diri, ketika melakukannya, maka dari itu dia sering
jatuh ketika dia sedang berjalan" kata Atsuko
"Mungkin itu salah satu penyebabnya, Acchan. Tumbuhkan
rasa percaya diri di dalam diri adikmu, itu akan sangat membantu" kata
Yuki lagi.
"Hai, aku akan melakukannya. Aku juga ingin melihatnya
sembuh" kata Atsuko lagi membalas.
"Acchan, boleh aku bertanya?" Atsuko mengangguk.
"Sebenarnya, kenapa adikmu bisa gagap?" pertanyaan
itu, berhasil membuat Atsuko berfikir.
"Dia gagap sejak kecil, Yuki. Aku sendiri juga tidak
tahu kenapa dia gagap, padahal semua keluarga kami tidak ada yang gagap, hanya
dia yang gagap" kata Atsuko setelah berfikir sejenak.
"Apa adikmu pernah ketakutan?" Atsuko kembali
berfikir.
"Takut ya? Ehm... sepertinya, eh... tunggu takut?"
sepertinya Atsuko mengingat sesuatu.
"Apa ada yang kau ingat?" Yuki kembali bertanya.
"Setahuku dulu dia pernah tersesat dan pulang dalam
keadaan takut, dan semenjak itu dia gagap. Padahal, dulu ketika dia lahir dia
hanya mempunyai masalah pada kakinya" kata Atsuko lagi.
"Apa dia gagap karena ketakutan?" tanya Yuki lagi.
"Sepertinya bukan hanya takut Yuki, tapi dia gagap juga
karena selama ini dia sangat stress dan selalu diam. Dia selalu saja jadi anak
pendiam, dia tidak pernah melakukan komunikasi kecuali dengan Rena, pelayan
kami" kata Atsuko lagi menjelaskan.
"Mungkin, itu salah satu alasan kenapa adikmu bisa
gagap" terlihat Atsuko yang mengangguk menyetujui ucapnnya.
***
Hari
minggu. Hari ini, Atsuko tidak kemana-mana. Walau cafe buka, tapi ia ingin
dirumah menemani adik keduanya. Karena Paruru hanya libur pada hari minggu.
Yui-lah yang memberi kebijakan itu pada Paruru, agar Paruru bisa beristirahat
di rumah.
Dan sekarang dengan di temani Rena, Atsuko melatih adiknya
berjalan. Paruru yang masih ada di depannya, mencoba berjalan menuju kakaknya.
Kakinya bergetar, keringat dingin keluar. Sepertinya gadis itu masih belum
percaya diri.
"Ne-nee-chan" lirihnya.
"Ayo Paru, kau pasti bisa. Kemarilah, ayo raih
tanganku" kata Atsuko memberi semangat.
Dia kembali menjalan kedua kakinya dengan pelan. Dia terus
berjalan, hingga ia melihat tangan sang kakak yang hampir dekat dengannya. Ia
tersenyum, ia mengangkat tangannya untuk meraih tangan sang kakak.
"Paru" belum juga sempat ia memegang tangan
kakaknya, ia akan terjatuh jika saja Atsuko tidak menangkapnya.
"Sudah sekarang kita istirahat ya? Sepertinya kau sangat
lelah sekali" kata Atsuko membantunya berdiri seperti semula.
"Rena, kau sudah siapkan minuman untuknya?" Rena
mengangguk.
"Ayo, kau duduk dulu ya?" Paruru mengangguk.
Paruru duduk di kursi yang tersedia di samping rumah mereka,
dan Atsuko duduk di sebelahnya. Ia membersihkan kening Paruru yang mengeluarkan
keringat.
"Ne-nee-chan, a-a-ku be-be-lu-lum bi-bi-sa
me-me-la-ku-ka-kan-nya" kata Paruru dengan lesu.
"Sabar, nanti juga kau pasti akan bisa Paruru. Kau harus
sabar ya" Paruru mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya.
"Bagaimana juga dengan latihan bberbicaramu, apa sudah ada
perkembangan?" Paruru menggeleng.
"A-a-ku be-be-lum bi-bi-sa, ne-nee-chan" Atsuko
tersenyum dan mengelus kepalanya dengan lembut.
"Sabar ya, pastinya kau akan sembuh dari gagapmu, banyak
berlatih ne?" Paruru mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou ne-nee-chan" kata Paruru lagi.
"Untuk adikku, apapun akan aku lakukan Paru" Paruru
melebarkan senyumannya.
"Ayo kau minum dulu" Paruru kembali mengangguk.
***
Paruru
Pov...
Aku terbaring di kamar, menatap langit atap kamar. Aku
kembali terbayang kata-kata pemuda bernama Jun itu. Merangkai kata-kata? Jujur,
aku belum bisa melakukannya. Kenapa semua itu sangat sulit, untuk ku lakukan
ya?. Aku tidak boleh mengeluh seperti ini, aku tidak ingin lagi membuat
nee-chan repot karena aku.
Hmm.... aku menghela nafas sejenak. Kemudian menutup kedua
mataku, membayangkan jika aku nantinya bisa berbicara dengan lancar, tanpa
penyakit gagap yang ku derita ini. Pasti sangat menyenangkan, jika aku bisa
seperti anak normal lainnya.
Sial, kenapa belum bisa ku lakukan?. Ayo Paru, kau pasti bisa.
Kau lebih hebat daripada penyakit gagapmu, kau lebih hebat kau mengerti.
Percaya diri, Paru. Itu salah satu kuncinya. Ayo, tumbuhkan rasa percaya
dirimu, kau pasti bisa.
"A-a-aku..." aku menghela nafas, ternyata aku belum
bisa. Ini lebih membuatku sengsara.
***
Aku
terbangun dari tidurku dengan keringat yang bercucuran membasahi keningku. Apa
tadi, kenapa aku bermimpi seperti itu?. Itu benar-benar membuatku takut. Ku
lihat di mimpiku, aku melihat beberapa orang yang berlarian mengejarku.
Lalu, mereka mengepungku dan mengancamku. Setelah itu, aku
hanya ketakutan dan berbiacara seperti orang gagap. Tapi, aku memang gagap.
Lalu apa hubungannya dengan mimpi itu?. Tidak, ini tidak mungkin. Aku seperti
melihat masa laluku. Tapi, pernahkan aku seperti itu?. Ku rasa tidak, dan itu
tidak mungkin.
Tuhan, kenapa mimpi buruk itu mendatangiku begitu saja? Apa
ini semua ada hubungannya?. Tunggu, aku gagap. Aku takut, gagap? Jangan-jangan
aku gagap karena aku takut. Sial, jadi karena itu aku gagap. Takut, iya keadaan
yang tidak pernah ku sukai.
Ku tenangkan diriku sejenak, menghembuskan nafasku
berkali-kali. Aku tidak ingin membayangkan mimpi buruk itu, bagitu itu lebih
menakutkan. Ku hembuskan lagi nafasku, sambil menutup kedua mataku.
Setelah tenang, aku membuka kedua mataku. Tunggu, mimpi itu?.
Tuhan, kenapa aku baru ingat?. Iya, itu seperti sebuah jawaban. Jawaban, kenapa
aku bisa gagap seperti ini. Ku ingat-ingat kembali masa laluku. Ketika aku
kecil dulu, kemudian aku berjalan-jalan sendiri dan... dan... dan.... Ah...
itukah yang selama ini membuatku gagap?.
To Be Continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar