Selasa, 12 April 2016

Story Of My Life (Chapter 06)

Title : Story Of My Life Chapter 06
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~




Paruru Pov...

Aku keluar dari mobil dengan bantuan nee-chan, tentu saja. Ku lihat pemandangan di sekitar sejenak, tak lama aku menemukan sosok yang ku kenal. Ia tersenyum menyapaku dan ku balas saja senyumannya itu.

"Nee-chan pergi dulu, ya? Nanti akan ada orang yang bertemu denganmu, namanya Matsui Jun dia teman nee-chan ne?" aku mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou ne-ne-chan" dia mengangguk dan tersenyum.
"Sudah sana masuk, nanti nee-chan akan menjemputmu" aku kembali mengangguk.

Ku langkahkan kakiku pelan-pelan, dan menuju orang yang tersenyum kepadaku tadi. Ku lihat dia mendekat kearahku dan membimbingku untuk masuk ke dalam toko lukisannya. 
Kami duduk di tempat biasa yang kami gunakan untuk melukis. Kertas kosong yang berada di depan kami pun, sepertinya siap untuk kami gunakan hari ini. 

"Nee... Paruru, aku ada berita bagus" ku tolehkan pandanganku ke arah Yui dengan cepat.
"A-a-pa?" tanyaku ingin tahu. Dari wajahnya, aku yakin dia sedang bahagia.
"Lukisan yang ku kirim dalam pameran kemarin, ternyata banyak yang suka dan ada yang ingin membeli lukisanku dengan harga yang sangat tinggi, mengagumkan" aku tersenyum menyambut ucapan bahagianya.
"Syu-syu-kur-la-lah" dia mengangguk.
"Ma-ma-af, ka-ka-re-re-na a-a-ku ti-ti-dak bi-bi-sa me-me-ne-ma-ma-ni-ni-mu" sambungku lagi.
"Aku mengerti, kau sakit bukan kemarin? Jadi, itu tidak masalah untukku. Kondisimu lebih pentih Paru" aku kembali tersenyum mendengar ucapannya. Dia memang sangat baik dan pengertian kepadaku. 

***

Aku keluar dari ruangan Yui, melihat lukisan yang terpajang di dinding. Semua lukisan itu membuatku kagum. Aku sangat senang bisa berada disini, aku benar-benar bahagia bisa bertemu dengan Yui. Setidaknya, disini juga aku bisa merasakan apa itu mempunyai seorang teman, seperti Yui. 
Bugh...
Arghh.... aku terjatuh, ketika ada yang menyenggolku. Aku mendongak melihat orang yang sudah menyenggolku tadi. Ku tatap orang itu dengan tampang terkejut. Tuhan, kenapa dia berada disini?. Ku tolehkan pandanganku ke arah depan dan belakang. Dimana Yui?.

"Kau sedang apa disini?" ku tatap lagi orang itu dengan takut.
"A-a-ku be-be-ke-ker-ja di-di-si-si-ni" balasku padanya.

Aku mencoba untuk bangkit dari jatuhku. Tuhan, sakit sekali kakiku ini. Ku tatap lagi orang itu. Kedua matanya sangat tajam menatap kedua mataku. Aku menunduk. Aku sangat takut melihat tatapan matanya yang tajam seperti siap untuk menerkamku.

"Bekerja? Memangnya apa yang kau bisa lakukan" kalimat ejekan terdengar dari mulutnya. 
"Kaki seperti itu, kau juga gagap dan juga bodoh. Apa yang kau bisa lakukan disini? Aku yakin, kau hanya bisa merepotkan Yui" ku tundukan kepalaku lagi. 
"Mungkin aku harus berbicara dengan Yui, agar dia memecatmu" ku pandang dia kemudian menggeleng.
"Ja-ja-ngan Ma-Ma-yu ni-nii-chan" balasku.
"A-a-ku sa-sa-ngat me-mem-bu-bu-tu-tuh-ka-kan pe-pe-ker-ja-ja-an i-i-ni" jelasku sebisa mungkin.
"Oh benarkah? Tapi, ku rasa kau hanya bisa menyusahkan temanku itu" dia tersenyum sinis.
Aku hanya bisa menunduk merespon ucapannya itu. Kenapa dia harus kemari. Aku tidak tahu, jika Yui adalah temannya. Apa yang harus aku lakukan, sekarang?.
"Benar bukan kau hanya menyusahkannya, saja?" aku diam. Aku tidak bisa membalas ucapannya.
"Kenapa diam?. Berarti itu benar? Kau memang tidak berguna sama sekali, Haruka" dia kembali mengejekku.

Tuhan, kenapa kau selalu memberiku cobaan seperti ini?. Dan kenapa aku bisa selemah ini menghadapi orang, apalagi orang itu adalah salah satu saudaraku. Kakak kandungku sendiri. Tapi, ku rasa dia tidak akan mengakuiku sebagai adiknya. Hanya Atsuko nee-chan yang mengakuiku, dia tidak begitu juga dengan Sakura.
"Kenapa diam lagi?. Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, Haruka?. Kau benar-benar bodoh dan sangat lemah" ku tahan air mataku agar tidak menetes.
Kenapa kau selalu senang mengejekku dan mencaci makiku nii-chan?. Tidak tahukah kau, jika hati ini sangat sakit mendengarnya? Kenapa kau selalu tertawa diatas penderitaanku. Kau benar-benar tidak pernah mengerti kondisi adikmu seperti apa. Aku benar-benar tidak menyangka, dengan sifatmu kepadaku.

"Mayu" aku menoleh. Ku lihat Yui, yang berjalan ke arah kami.
"Yui. Apa dia bekerja disini?" ku lihat Yui yang mengangguk membalas pertanyaan nii-chan.
"Memangnya kenapa?" dari suaranya dia terdengar sangat santai.
"Lihat kakinya tidak bisa berjalan dengan baik, dan lagi dia gagap dan juga bodoh. Kenapa kau mau saja, mempekerjakannya?" aku hanya menunduk mendengar ucapan nii-chan.
"Karena dia mempunyai semangat yang tinggi, itu yang ku suka dari Paruru" dia membalas pertanyaan nii-chan.
"Paruru? Nama apa itu?" oh sial, aku belum memberi tahu Yui untuk tentang masalah nama panggilan Paruru.
"Panggilan sayangku untuknya" eh? Kenapa Yui menjawab seperti itu?.
"Panggilan sayang? Kau menyukainya?" ku lihat Yui yang sekarang menunjukan tampang datarnya.
"Bukan urusanmu" kenapa dia menjadi seperti itu? Wajahnya benar-benar sangat datar. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu.
"Untuk apa kau kemari?" kemudian dia bertanya.
"Hanya untuk melihat lukisanmu saja, sekaligus untuk membeli lukisanmu jika aku tertarik" kenapa suasana menjadi tegang seperti ini.
"Tapi, setelah aku melihat gadis ini. Ku rasa, aku tidak jadi. Melihatnya, aku benar-benar ingin muntah" ku tundukan kepalaku lagi mendengar jawaban nii-chan.
"Baik, aku pergi dulu sekarang" dia tersenyum kepada Yui.

Aku hanya melihat punggungnya yang semakin lama, semakin jauh. Dan kemudian menghilang di balik pintu itu. Ku tolehkan pandanganku ke arah Yui. Ku lihat dia masih menatap pintu, kemudian tak lama ia mendesah dan menolah ke arahku.

"Paru" lirihnya.
"Maaf ya?" untuk apa dia meminta maaf?.
"U-un-tuk?" dia kembali mendesah sebelum menjawab pertanyaanku.
"Tadi, aku keceplosan. Kata Atsuko nee-chan, nama panggilan Paruru hanya dia dan pembantu kalian yang tahu jika di rumah, tapi aku malah keceplosan" jelasnya dengan wajah sesal. Aku mengangguk membalasnya.
"Oh iya, ada tamu. Dia ingin bertemu denganmu" tamu?.
"Da-da-re?" tanyaku.
"Matsui Jun namanya. Lebih baik kau temui saja dia dulu" aku mengangguk.
Ku ikuti dia dari belakang. Lalu kemudian masuk ke dalam ruangannya. Disana, aku bisa melihat seorang pemuda yang aku sendiri tidak tahu siapa dia. Tapi, mungkin dia adalah orang yang di maksud oleh nee-chan tadi pagi.

"Shimazaki haruka" aku mengangguk.
"Kemarilah, aku ingin berbicara padamu" ku langkahkan kakiku dan sekarang aku duduk di depannya.
"Aku Matsui Jun, teman kakakmu, Atsuko" ah... jadi, dia teman nee-chan.
"Kata Atsuko, kau gagap?" aku mengangguk.
"I-i-ya" ku balas dengan bicara gagap.
"Kau bisa saja sembuh dari gagapmu, Haruka" katanya lagi.
"Ca-ca-ra-ra-nya?" tanyaku.
"Sebelum itu, aku ingin bertanya kepadamu. Apa yang menyebabkanmu bicara gagap?" tanyanya.

Aku mencoba mengingatnya. Gagap? Aku gagap semenjak kecil. Tapi, aku tidak tahu apa yang menyebabkanku bicara gagap seperti ini. Karena setahuku, aku hanya ingat waktu kecil. Dan aku gagap, setelah itu masalah datang kepadaku dan masalah itu hingga sekarang tidak pernah berhenti.

"A-a-ku ti-ti-dak ta-ta-hu" balasku kemudian setelah sejenak aku berfikir.
"Apa dulu kakek atau bahkan orang tua kakekmu mempunyai masalah sepertimu, gagap?" ku pikir lagi.

Ayah dan ibu tidak. Kakek dan nenek, juga tidak. Dan jika kedua orang tua kakek dan nenekku. Mana ku tahu, aku lahir saja mereka sudah meninggal. 

"En-en-tah, a-a-ku ti-ti-da-dak ta-ta-hu" balasku lagi.
"Baiklah, apa kau pernah stress?" aku mengangguk.
"Begini..." dia diam sejenak.
"Gagap, penyakit itu bisa timbul karena faktor keturunan, akibat stress yang terlalu berat, trauma masa lalu, dan juga ketakutan" jelasnya kemudian.
"Ke-ke-ta-ta-ku-ku-tan?" dia mengangguk.
"Iya takut. Misalnya jika orang itu berada dalam kondisi terancam, sehingga pikirannya tidak tenang" aku mengangguk tanda mengerti.
Bila ku ingat lagi, aku pernah merasa ketakutan dulu. Tapi, aku tidak tahu pasti itu terjadi karena apa. Takut? Apa mungkin, aku gagap karena ketakutan. Ku rasa tidak. Apa mungkin karena stress. Iya ku akui, selama ini aku banyak memikirkan sesuatu dan membuatku sedikit stress.

"Apa karena takut, kau gagap?" aku mendongak dan kemudian menggeleng pelan.
"Jika kau ketakutan karena sesuatu, kau harus bisa mengatasi rasa ketekutan itu. Hadapi dan tantanglah, kau pasti akan menang melawannya. Hanya saja kau harus percaya diri" aku mengangguk mendengarnya.
"Tenangkan pikiranmu, jangan sampai kau merasa takut" aku kembali mengangguk.
"Dan jika kau ingin bisa berbicara seperti orang normal, kau harus bisa berpikir positif. Kau harus bisa berfikiran positif, yakinlah dan tingkatkan semangatmu untuk memperolah kesembuhan" jadi, salah satunya berfikiran positif.
"Dan biasanya, orang gagap itu pendiam" dia tersenyum.

Pendiam?. Aku memang pendiam, ku akui itu. Apa itu penyebab masalahnya?. Apa aku harus banyak bicara, untuk menghilangkan penyakit gagap yang ada di diriku ini?.

"Apa kau pendiam?" aku mengangguk.
"Jangan jadi pendiam, lebih baik kau banyak bicara" dia kembali menjelaskan.
"A-a-kan ku co-co-ba" dia mengangguk.
"Begini saja, jika kau sedang beristirahat. Kau latihan saja berbicara. Rangkailah kata-kata terlebih dahulu, nah jika sudah kau tinggal ungkapkan kata-kata yang ada di pikiranmu" bisa ku coba, aku pasti bisa.
"Dan banyak berlatihlah menyanyi" menyanyi?.
"Itu salah satu metode mengatasi gagap. Dengan mengikuti lirik lagu, tidak perlu banyak berpikir. Dengan bernyanyi, tempo bicaramu akan menjadi lebih baik" hanya saja yang menjadi pertanyaan, apa aku bisa bernyanyi?.
"Bisa kita coba?" ku angkat kepalaku untuk melihatnya. 

***

Author Pov...

Atsuko keluar dari cafe miliknya. Ia melihat seorang gadis yang tersenyum ke arahnya. Dia membalasnya, kemudian menghampiri gadis itu.

"Yuki, ada apa?" tanya Atsuko langsung.
"Kau ingin menjemput adikmu?" Atsuko mengangguk.
"Jun tadi mengabariku, jika dia bertemu dengan adikmu" kata Yuki memberi tahu.
"Lalu bagaimana dengan Paruru sendiri, apa dia sudah mendapat pengarahan dari Jun?" Yuki mengangguk.
"Hanya saja, Paruru masih kesulitan sepertinya. Tenang saja, aku yakin tidak akan lama lagi pastinya Paruru akan sembuh dari kegagapannya" Atsuko mengangguk mendengarnya.
"Hmm.... apa Paruru juga melatih kakinya?" tanya Yuki lagi.
"Belum Yuki, sepertinya Paruru masih kesulitan untuk berjalan. Dia tidak percaya diri, ketika melakukannya, maka dari itu dia sering jatuh ketika dia sedang berjalan" kata Atsuko 
"Mungkin itu salah satu penyebabnya, Acchan. Tumbuhkan rasa percaya diri di dalam diri adikmu, itu akan sangat membantu" kata Yuki lagi.
"Hai, aku akan melakukannya. Aku juga ingin melihatnya sembuh" kata Atsuko lagi membalas.
"Acchan, boleh aku bertanya?" Atsuko mengangguk.
"Sebenarnya, kenapa adikmu bisa gagap?" pertanyaan itu, berhasil membuat Atsuko berfikir.
"Dia gagap sejak kecil, Yuki. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa dia gagap, padahal semua keluarga kami tidak ada yang gagap, hanya dia yang gagap" kata Atsuko setelah berfikir sejenak.
"Apa adikmu pernah ketakutan?" Atsuko kembali berfikir.
"Takut ya? Ehm... sepertinya, eh... tunggu takut?" sepertinya Atsuko mengingat sesuatu.
"Apa ada yang kau ingat?" Yuki kembali bertanya.
"Setahuku dulu dia pernah tersesat dan pulang dalam keadaan takut, dan semenjak itu dia gagap. Padahal, dulu ketika dia lahir dia hanya mempunyai masalah pada kakinya" kata Atsuko lagi.
"Apa dia gagap karena ketakutan?" tanya Yuki lagi.
"Sepertinya bukan hanya takut Yuki, tapi dia gagap juga karena selama ini dia sangat stress dan selalu diam. Dia selalu saja jadi anak pendiam, dia tidak pernah melakukan komunikasi kecuali dengan Rena, pelayan kami" kata Atsuko lagi menjelaskan.
"Mungkin, itu salah satu alasan kenapa adikmu bisa gagap" terlihat Atsuko yang mengangguk menyetujui ucapnnya.

***

Hari minggu. Hari ini, Atsuko tidak kemana-mana. Walau cafe buka, tapi ia ingin dirumah menemani adik keduanya. Karena Paruru hanya libur pada hari minggu. Yui-lah yang memberi kebijakan itu pada Paruru, agar Paruru bisa beristirahat di rumah.
Dan sekarang dengan di temani Rena, Atsuko melatih adiknya berjalan. Paruru yang masih ada di depannya, mencoba berjalan menuju kakaknya. Kakinya bergetar, keringat dingin keluar. Sepertinya gadis itu masih belum percaya diri.

"Ne-nee-chan" lirihnya.
"Ayo Paru, kau pasti bisa. Kemarilah, ayo raih tanganku" kata Atsuko memberi semangat.
Dia kembali menjalan kedua kakinya dengan pelan. Dia terus berjalan, hingga ia melihat tangan sang kakak yang hampir dekat dengannya. Ia tersenyum, ia mengangkat tangannya untuk meraih tangan sang kakak.
"Paru" belum juga sempat ia memegang tangan kakaknya, ia akan terjatuh jika saja Atsuko tidak menangkapnya.
"Sudah sekarang kita istirahat ya? Sepertinya kau sangat lelah sekali" kata Atsuko membantunya berdiri seperti semula.
"Rena, kau sudah siapkan minuman untuknya?" Rena mengangguk.
"Ayo, kau duduk dulu ya?" Paruru mengangguk.
Paruru duduk di kursi yang tersedia di samping rumah mereka, dan Atsuko duduk di sebelahnya. Ia membersihkan kening Paruru yang mengeluarkan keringat. 
"Ne-nee-chan, a-a-ku be-be-lu-lum bi-bi-sa me-me-la-ku-ka-kan-nya" kata Paruru dengan lesu.
"Sabar, nanti juga kau pasti akan bisa Paruru. Kau harus sabar ya" Paruru mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya.
"Bagaimana juga dengan latihan bberbicaramu, apa sudah ada perkembangan?" Paruru menggeleng.
"A-a-ku be-be-lum bi-bi-sa, ne-nee-chan" Atsuko tersenyum dan mengelus kepalanya dengan lembut.
"Sabar ya, pastinya kau akan sembuh dari gagapmu, banyak berlatih ne?" Paruru mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou ne-nee-chan" kata Paruru lagi.
"Untuk adikku, apapun akan aku lakukan Paru" Paruru melebarkan senyumannya.
"Ayo kau minum dulu" Paruru kembali mengangguk.

***

Paruru Pov...

Aku terbaring di kamar, menatap langit atap kamar. Aku kembali terbayang kata-kata pemuda bernama Jun itu. Merangkai kata-kata? Jujur, aku belum bisa melakukannya. Kenapa semua itu sangat sulit, untuk ku lakukan ya?. Aku tidak boleh mengeluh seperti ini, aku tidak ingin lagi membuat nee-chan repot karena aku.
Hmm.... aku menghela nafas sejenak. Kemudian menutup kedua mataku, membayangkan jika aku nantinya bisa berbicara dengan lancar, tanpa penyakit gagap yang ku derita ini. Pasti sangat menyenangkan, jika aku bisa seperti anak normal lainnya.

Sial, kenapa belum bisa ku lakukan?. Ayo Paru, kau pasti bisa. Kau lebih hebat daripada penyakit gagapmu, kau lebih hebat kau mengerti. Percaya diri, Paru. Itu salah satu kuncinya. Ayo, tumbuhkan rasa percaya dirimu, kau pasti bisa. 

"A-a-aku..." aku menghela nafas, ternyata aku belum bisa. Ini lebih membuatku sengsara.

***

Aku terbangun dari tidurku dengan keringat yang bercucuran membasahi keningku. Apa tadi, kenapa aku bermimpi seperti itu?. Itu benar-benar membuatku takut. Ku lihat di mimpiku, aku melihat beberapa orang yang berlarian mengejarku.
Lalu, mereka mengepungku dan mengancamku. Setelah itu, aku hanya ketakutan dan berbiacara seperti orang gagap. Tapi, aku memang gagap. Lalu apa hubungannya dengan mimpi itu?. Tidak, ini tidak mungkin. Aku seperti melihat masa laluku. Tapi, pernahkan aku seperti itu?. Ku rasa tidak, dan itu tidak mungkin.

Tuhan, kenapa mimpi buruk itu mendatangiku begitu saja? Apa ini semua ada hubungannya?. Tunggu, aku gagap. Aku takut, gagap? Jangan-jangan aku gagap karena aku takut. Sial, jadi karena itu aku gagap. Takut, iya keadaan yang tidak pernah ku sukai.
Ku tenangkan diriku sejenak, menghembuskan nafasku berkali-kali. Aku tidak ingin membayangkan mimpi buruk itu, bagitu itu lebih menakutkan. Ku hembuskan lagi nafasku, sambil menutup kedua mataku. 

Setelah tenang, aku membuka kedua mataku. Tunggu, mimpi itu?. Tuhan, kenapa aku baru ingat?. Iya, itu seperti sebuah jawaban. Jawaban, kenapa aku bisa gagap seperti ini. Ku ingat-ingat kembali masa laluku. Ketika aku kecil dulu, kemudian aku berjalan-jalan sendiri dan... dan... dan.... Ah... itukah yang selama ini membuatku gagap?.




 To Be Continue.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar