Jumat, 08 April 2016

May, I Love You ? (Chapter 04)

Title : May, I Love You ? Chapter 04
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman

Cast :
  • Matsui Rena
  • Matsui Jun
Support Cast :
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Yui
  • Furukawa Aiji

Happy Reading All.......




~---0---~



Cinta. Satu kata yang memiliki banyak arti. Apa kau pernah mencintai orang yang memiliki perbedaan status denganmu? Atau perbedaan umur yang jauh denganmu?. Jika iya, apa yang kalian akan lakukan dengan cinta itu?. Mempertahankannya?. Jika iya, kau adalah salah satu salah satu insan yang sangat mempercayai apa itu arti dari kata cinta.

***

Rena Pov...

Sudah sedari tadi, aku duduk di antara kedua pemuda ini. Dan sekarang, belaian lembut dari tangan Jun berhenti. Ku lihat dia tersenyum melihatku dan aku membalasnya. 

"Rena" aku menoleh melihat Aiji.
"Doustano Aiji?" tanyaku.
"Aku masih mencintaimu, Rena" suaranya menjadi rendah.

Ku tolehkan pandanganku ke arah Jun, sepertinya dia tidak mendengar kata-kata Aiji. Melainkan menolehkan pandangannya ke arah dimana Haruka dan Yui tengah bermain bersama.

"Maaf, Aiji. Aku tidak bisa membalas perasaanku" lirihku.
"Baiklah. Aku pergi dulu, Rena" aku mengangguk.

Ku lihat dia bangkit dan kemudian, ia melangkah pergi begitu saja. Aku kembali menoleh Jun. Dia masih saja melihat ke arah taman.

"Jun-kun" dia menoleh.
"Doustano Rena-chan?" tanyanya.
"Boleh aku bersandar di bahumu?" tanyaku.

***

Jun Pov...

"Boleh aku bersandar di bahumu?" apa aku tidak salah dengar? Dia ingin bersandar di bahuku. 
"I-iya tentu saja" dia tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

Aku sangat senang dengan semua ini. Akhirnya, aku bisa berdua dengannya. Pemuda itu sudah pergi, jadi kesempatanku untuk bisa bersamanya sepuasnya. Melihat Haruka dan Yui yang tengah bermain di taman itu.
Aku sudah seperti seorang suami dan istri yang melihat kedua anaknya yang tengah bermain. Bahagianya, jika itu benar-benar terjadi. 

***

Author Pov... 

Ditaman dekat sekolah, Yui dan Haruka tengah asyik bermain. Tak lama, mereka harus berhenti karena mendengar suara mobil. Mereka menoleh, dan melihat Aiji yang baru saja turun dari mobil. Mereka manatap pemuda itu dengan pandangan tidak suka.

"Kenapa paman itu datang lagi?" tanya Yui tidak suka.
"Ah... nii-chan, dia tidak akan pernah lelah untuk mengajar mama" kata Haruka yang mungkin mengerti.
"Kau benar, Haruka. Sepertinya, aku harus melakukan sesuatu lagi" kata Yui yang mulai memikirkan sebuah cara.
"Iya nii-chan" kata Haruka lagi menyetujui.

Sementara yang di tatap, kini sudah ada bersama dengan Rena. Seperti biasa, mereka selalu berbicara. Entah itu pekerjaan, masalah sekolah Rena, atau apapun. Itu di manfaatkan Aiji dengan sebaik mungkin.
Sementara Jun, hanya diam. Dia duduk tidak jauh dari mereka, yang masih berbicara. Sebenarnya Jun cemburu, tapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk menjauhi kedua insan itu. Ia hanya diam sambil memendam rasa dongkol di dalam hatinya. 

***

Aiji kembali menuju mobilnya, ia melihat seorang anak yang tengah berdiri di depan mobilnya. Di tangannya ada sebuah spidol warna dan alat warna lainnya. Kemudian, ia melihat mobilnya yang sudah sangat buruk, seperti hari yang lalu setiap kali ia kemari.
Ia geram, dan ia marah dengan anak itu. Dan ia sangat yakin, jika itu adalah anak yang selama ini mengerjai mobilnya. Ia melangkah dan memanggil bocah kecil itu.

"Ternyata kau, sudah paman duga" kata Aiji setelah melihat wajah anak itu.
"Ada apa paman?" tanya Yui polos.
"Sudah jangan mengelak lagi, paman tahu sebenarnya kau yang mengerjai mobil paman, benar bukan?" kata Aiji menunjuknya.
"Tidak paman" elak Yui menggelengkan kepalanya.
"Jangan bohong" Aiji mulai mengeraskan suaranya karena marah.
"Tidak paman, bukan Yui" kata Yui lagi.
"Jelas-jelas bukti sudah ada di tanganmu, kau masih mengelak? Dasar anak nakal" kata Aiji lagi semakin mengeraskan suaranya.

Anak itu ketakutan, kedua matanya memerah. Ia takut, dan dia juga merasa tubuhnya bergetar. Ia sangat takut, jika Aiji melakukan sesuatu padanya.

"Jawab, kau bukan yang melakukannya?" bentak Aiji menatap tajam Yui.
"Bukan Yui paman" kata Yui lagi membela diri.
"Pembohong. Kau masih kecil saja pandai berbohong, apalagi jika kau besar nanti. Dasar anak nakal" kata Aiji lagi membentak Yui.

Yui menangis. Yui tipe anak yang memang cerdik dan juga pintar. Namun, ia akan menangis jika ia di bentak. Ia tidak bisa di bentak, Yui sangat tidak menyukai hal itu. Ia merasa tertekan jika ada yang membentaknya, dan yang dia lakukan adalah menangis.

"Yui tidak melakukannya paman" kata Yui lagi membela diri.
"Dasar bohong, mengaku saja atau jika tidak aku akan memberi hukuman untukmu?" kata Aiji lagi tidak percaya dengan ucapan bocah cilik itu.
"Huwaa.... bukan Yui paman, bukan Yui" kata Yui yang semakin mengeraskan suara tangisnya. 
"BOHONG" Yui semakin menangis dan merasa tertekan. Ia tidak bisa jika harus berada dalam kondisi seperti ini.
"Aiji" mereka menoleh.
"Apa yang kau lakukan terhadap Yui?" Rena menghampiri Yui dan menggendongnya.
"Dia masih kecil, jangan membentaknya" kata Rena lagi sambil mencoba menenangkan Yui.
"Tapi Rena, dia yang sudah mengerjai mobilku. Lihat kelakuannya" kata Aiji menunjuk mobilnya.
"Yui, benar kau yang melakukannya nak?" tanya Rena halus.
"Bukan sensei, bukan Yui. Yui tadi membawa ini untuk menggambar bersama teman di taman" kata Yui mencoba menjelaskan.
"BOHONG" Aiji kembali membentak dan itu justruh memperburuk suasana hati Yui.
"Aiji jangan membentaknya. Keterlaluan sekali kau ini" kata Rena menatap Aiji dengan kesal.
"Lihat dia bertambah menangis, karena ulahmu. Tidak bisakah kau halus sedikit dengannya. Kita bisa membicarakannya dengan baik-baik, bukan seperti ini" kata Rena lagi.
"Nii-chan" Yui melihat sang kakak yang datang.
"Kenapa kau menangis?" tanya Jun mengambil alih adiknya dari gendongan Rena.
"Paman itu membentak Yui, nii-chan" kata Yui mengadu.
"Adikmu sendiri yang membuat ulah. Lain kali ajari adikmu, agar dia tidak berbuat ulah. Lihat hasil karya adikmu yang tertampang di mobilku" Aiji kembali menunjuk mobilnya.
"Bukan Yui nii-chan, bukan Yui" kata Yui sambil menggeleng.
"Adikmu memang pandai berbohong" kata Aiji.
"Aiji, sudah kau tidak lihat jika Yui sudah benar-benar tertekan. Sudah Aiji" kata Rena lagi.

Aiji menatap kesal Yui yang masih menangis di dalam gendongan kakaknya. Ia benar-benar merasa yakin, jika Yui yang melakukan semua ini. Mengerjai mobilnya. Namun, memang Yui yang sengaja tidak memberi tahu. Mungkin, karena takut di salahkan.

"Pergi sekarang" kata Rena akhirnya.
"Rena, kau mengusirku?" kata Aiji menatap gadis itu tidak percaya.
"Iya, dan jangan pernah kembali lagi. Aku muak melihat wajahmu, kau sudah berani membentak salah satu muridku" kata Rena lagi menatapnya tajam.

Pemuda itu menatap kesal Yui, dan kemudian ia pergi begitu saja. Yui masih menangis di dalam gendongan sang kakak dan Jun terus berusaha menenangkannya.

"Sudah jangan menangis, kau ini laki-laki" kata Jun mencoba menenangkan adik kecilnya.
"Jun, sini kemarikan Yui, biar aku yang menenangkannya" Jun menurut. Rena mengambil alih adiknya.

Rena mengelus kepala muridnya itu yang masih menangis. Dan ia juga sesekali mencoba berbicara kepada Yui, agar Yui tidak menangis lagi. Ia hanya bermaksud menghibur. Ia tersenyum, ketika melihat muridnya tidak menangis.

"Nah... begitu, Yui jangan menangis lagi ya?" Yui mengangguk.
"Paman itu tidak akan kemari lagi, kan sensei? Yui takut" kata Yui lagi.
"Tidak akan sayang, Yui tenang saja ya? Sensei, tidak akan memperbolehkan paman itu kemari lagi, jika dia kemari sensei akan mengusirnya" Yui mengangguk dan tersenyum.

***

Rena Pov...

"Mama" aku menoleh menemukan Haruka yang tengah berjalan ke arahku.
"Ada apa sayang?" tanyaku mengangkat tubuhnya.
"Mama tadi benar ya, Nii-chan menangis karena paman Aiji?" tanyanya polos.
"Iya sayang, tapi mama sudah memberi peringatan kepada pama Aiji" balasku mengelus kepalanya.
"Haruka jadi takut dengan paman Aiji mama" aku tersenyum simpul membalasnya.
"Jangan takut, mama tidak akan membiarkan Haruka di ganggu paman Aiji , mama janji" ku peluk tubuhnya dengan erat.
"Iya mama, terima kasih" dia membalas pelukanku.
"Iya sayang, mama akan melakukan apa saja untuk Haruka" aku tersenyum dan kemudian bangkit.
"Sudah malam, sekarang Haruka harus tidur" dia mengangguk.

Ku timang dia seperti biasa. Aku menyanyikan lagu kesukaannya yang setiap hari ku nyanyikan untuk membuatnya terlelap tidur. 

***

"Sekarang kalian boleh istirahat" seruku ketika aku sudah mendengar bel istirahat. 
Ku lihat mereka berhambur keluar dari ruangan kelas. Aku merapikan mejaku terlebih dahulu, sementara Haruka ku biarkan dia duduk di kursi terlebih dahulu.

"Sensei" aku menoleh.
"Yui, ada apa sayang?" tanyaku melihatnya.
"Yui ingin mengundang sensei, ke ulang tahun Yui. Sensei datang ya?" aku mengangguk dan tersenyum.
"Boleh, memang kapan ulang tahun Yui?" tanyaku.
"Dua hari lagi sensei. Nii-chan yang akan menjemput sensei di rumah, ya?" aku mengangguk dan tersenyum.
"Hai sayang. Sensei juga senang, karena Yui sudah bertambah umurnya. Semoga Yui menjadi anak yang selalu bisa membanggakan orang tuanya, ya?" dia mengangguk.
"Hai sensei. Sekalian Haruka juga ikut ya" pintanya lagi.
"Pasti sayang. Haruka pasti ikut, dia sangat senang bila berada di dekatmu" dia tersenyum dengan girang.
"Aku tunggu kedatangan sensei" aku mengangguk.

***

Jun Pov...

"Hei jagoan" panggilku pada Yui yang berada di atas kamar.
"Doustano nii-chan?" aku melangkah menghampirinya.
"Dua hari lagi kau ulang tahun. Apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku dan sekarang ku lihat dia tampak berpikir.
"Ehm.... aku ingin.... nii-chan menjadikan Matsui sensei calon kakak ipar Yui" ku lebarkan kedua mataku karena terkejut. Kenapa bisa dia berpikiran seperti itu?.
"What? Yang benar saja kau?" ucapku yang mungkin terdengar sedikit berlebihan.
"Ayolah nii-chan. Aku tidak ingin apa-apa aku hanya ingin Matsui sensei bisa menjadi kakak iparku" katanya lagi dengan wajah memelas.
"Yui, tapi bagaimana jika kakakmu yang tampan ini di tolak?" tanyaku takut.
"Tidak akan, nii-chan tenang saja" balasnya. Ia yakin sekali.
"Kau yakin?" aku mencoba memastikan.
"Yakin. 200 persen" apa 200 persen?. Yang benar saja dia. Kenapa tidak 1000 saja. Tapi, kebanyakan juga sih.
"Bagaimana nii-chan? Ayolah, kali ini saja" sekarang dia memelas di hadapanku.
"Baiklah" dia tersenyum.
"Akan nii-chan pikirkan nanti" sambungku lagi.
"Ah... kau ini nii-chan, ku kira kau akan benar-benar melakukannya. Ayolah, nii-chan. Aku mohon" rengeknya lagi.
"Iya akan aku coba"balasku kemudian.
"Seperti itu, baru kakakku" dia tersenyum senang.

***

Aku melangkah ke luar dari kamar Yui. Samar-samar aku mendengar suara dari kamar ibu dan ayah. Karena penasaran, aku mendekat ke arah kamar mereka. Ku buka sedikit pintu kamar, dan terlihatlah kedua orang tuaku yang tengah berbicara sesuatu.

"Kita harus memberi tahukan ini pada Jun" kata ayah. Apa? Kenapa aku?.
"Ku rasa dia tidak akan bisa menerima kenyataan ini. Jun juga sangat menyayangi kita dan Yui" apa? Mereka membicarakan apa?. 
"Lalu apa kita harus menyimpan rahasia ini terus menerus kepada Jun, bahwa dia bukanlah anak kandung kita" apa? Apa aku tidak salah dengar?.

Aku? Aku bukan anak kandung dari ayah dan ibu?. Benarkah itu?. Kenapa bisa seperti ini?. Aku bukan anak kandung mereka?. Tuhan, aku bermimpi bukan?. Aku salah dengar?. Aku mimpi, aku harus bangun dari tidurku.
Ku cubit kedua pipiku, namun aku tidak bangun-bangun juga. Apa ini nyata?. Kenapa semua harus terjadi padaku tuhan. Kenapa semua kenyataan ini, harus ku ketahui. Ini sangat menyakitkan. Aku bukan anak mereka, lalu siapa aku ini?. 

Aku melangkah menjauhi kamar kedua orang tuaku. Jujur, aku masih belum bisa menerima semua kenyataan ini. Aku rasa aku masih bermimpi, dan aku belum bangun dari mimpi burukku itu. Tapi, ini semuanya nyata. Aku tidak bisa mengelak dari semua kenyataan ini. Kenapa tuhan, kenapa kau harus memberi aku cobaan seperti ini?.



To Be Continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar