Title : May, I Love You ? Chapter 04
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman
Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jun
Support Cast :
- Shimazaki Haruka
- Matsui Yui
- Furukawa Aiji
Happy Reading All.......
~---0---~
~---0---~
Cinta.
Satu kata yang memiliki banyak arti. Apa kau pernah mencintai orang yang
memiliki perbedaan status denganmu? Atau perbedaan umur yang jauh denganmu?.
Jika iya, apa yang kalian akan lakukan dengan cinta itu?. Mempertahankannya?.
Jika iya, kau adalah salah satu salah satu insan yang sangat mempercayai apa
itu arti dari kata cinta.
***
Rena
Pov...
Sudah sedari tadi, aku duduk di antara kedua pemuda ini. Dan
sekarang, belaian lembut dari tangan Jun berhenti. Ku lihat dia tersenyum
melihatku dan aku membalasnya.
"Rena" aku menoleh melihat Aiji.
"Doustano Aiji?" tanyaku.
"Aku masih mencintaimu, Rena" suaranya menjadi
rendah.
Ku tolehkan pandanganku ke arah Jun, sepertinya dia tidak
mendengar kata-kata Aiji. Melainkan menolehkan pandangannya ke arah dimana
Haruka dan Yui tengah bermain bersama.
"Maaf, Aiji. Aku tidak bisa membalas perasaanku"
lirihku.
"Baiklah. Aku pergi dulu, Rena" aku mengangguk.
Ku lihat dia bangkit dan kemudian, ia melangkah pergi begitu
saja. Aku kembali menoleh Jun. Dia masih saja melihat ke arah taman.
"Jun-kun" dia menoleh.
"Doustano Rena-chan?" tanyanya.
"Boleh aku bersandar di bahumu?" tanyaku.
***
Jun
Pov...
"Boleh aku bersandar di bahumu?" apa aku tidak
salah dengar? Dia ingin bersandar di bahuku.
"I-iya tentu saja" dia tersenyum dan menyandarkan
kepalanya di bahuku.
Aku sangat senang dengan semua ini. Akhirnya, aku bisa berdua
dengannya. Pemuda itu sudah pergi, jadi kesempatanku untuk bisa bersamanya
sepuasnya. Melihat Haruka dan Yui yang tengah bermain di taman itu.
Aku sudah seperti seorang suami dan istri yang melihat kedua
anaknya yang tengah bermain. Bahagianya, jika itu benar-benar terjadi.
***
Author
Pov...
Ditaman dekat sekolah, Yui dan Haruka tengah asyik bermain.
Tak lama, mereka harus berhenti karena mendengar suara mobil. Mereka menoleh,
dan melihat Aiji yang baru saja turun dari mobil. Mereka manatap pemuda itu
dengan pandangan tidak suka.
"Kenapa paman itu datang lagi?" tanya Yui tidak
suka.
"Ah... nii-chan, dia tidak akan pernah lelah untuk
mengajar mama" kata Haruka yang mungkin mengerti.
"Kau benar, Haruka. Sepertinya, aku harus melakukan
sesuatu lagi" kata Yui yang mulai memikirkan sebuah cara.
"Iya nii-chan" kata Haruka lagi menyetujui.
Sementara yang di tatap, kini sudah ada bersama dengan Rena.
Seperti biasa, mereka selalu berbicara. Entah itu pekerjaan, masalah sekolah
Rena, atau apapun. Itu di manfaatkan Aiji dengan sebaik mungkin.
Sementara Jun, hanya diam. Dia duduk tidak jauh dari mereka,
yang masih berbicara. Sebenarnya Jun cemburu, tapi dia tidak bisa melakukan
apapun untuk menjauhi kedua insan itu. Ia hanya diam sambil memendam rasa
dongkol di dalam hatinya.
***
Aiji
kembali menuju mobilnya, ia melihat seorang anak yang tengah berdiri di depan
mobilnya. Di tangannya ada sebuah spidol warna dan alat warna lainnya.
Kemudian, ia melihat mobilnya yang sudah sangat buruk, seperti hari yang lalu
setiap kali ia kemari.
Ia geram, dan ia marah dengan anak itu. Dan ia sangat yakin,
jika itu adalah anak yang selama ini mengerjai mobilnya. Ia melangkah dan
memanggil bocah kecil itu.
"Ternyata kau, sudah paman duga" kata Aiji setelah
melihat wajah anak itu.
"Ada apa paman?" tanya Yui polos.
"Sudah jangan mengelak lagi, paman tahu sebenarnya kau
yang mengerjai mobil paman, benar bukan?" kata Aiji menunjuknya.
"Tidak paman" elak Yui menggelengkan kepalanya.
"Jangan bohong" Aiji mulai mengeraskan suaranya
karena marah.
"Tidak paman, bukan Yui" kata Yui lagi.
"Jelas-jelas bukti sudah ada di tanganmu, kau masih
mengelak? Dasar anak nakal" kata Aiji lagi semakin mengeraskan suaranya.
Anak itu ketakutan, kedua matanya memerah. Ia takut, dan dia
juga merasa tubuhnya bergetar. Ia sangat takut, jika Aiji melakukan sesuatu
padanya.
"Jawab, kau bukan yang melakukannya?" bentak Aiji
menatap tajam Yui.
"Bukan Yui paman" kata Yui lagi membela diri.
"Pembohong. Kau masih kecil saja pandai berbohong,
apalagi jika kau besar nanti. Dasar anak nakal" kata Aiji lagi membentak
Yui.
Yui menangis. Yui tipe anak yang memang cerdik dan juga
pintar. Namun, ia akan menangis jika ia di bentak. Ia tidak bisa di bentak, Yui
sangat tidak menyukai hal itu. Ia merasa tertekan jika ada yang membentaknya,
dan yang dia lakukan adalah menangis.
"Yui tidak melakukannya paman" kata Yui lagi
membela diri.
"Dasar bohong, mengaku saja atau jika tidak aku akan
memberi hukuman untukmu?" kata Aiji lagi tidak percaya dengan ucapan bocah
cilik itu.
"Huwaa.... bukan Yui paman, bukan Yui" kata Yui
yang semakin mengeraskan suara tangisnya.
"BOHONG" Yui semakin menangis dan merasa tertekan.
Ia tidak bisa jika harus berada dalam kondisi seperti ini.
"Aiji" mereka menoleh.
"Apa yang kau lakukan terhadap Yui?" Rena
menghampiri Yui dan menggendongnya.
"Dia masih kecil, jangan membentaknya" kata Rena
lagi sambil mencoba menenangkan Yui.
"Tapi Rena, dia yang sudah mengerjai mobilku. Lihat
kelakuannya" kata Aiji menunjuk mobilnya.
"Yui, benar kau yang melakukannya nak?" tanya Rena
halus.
"Bukan sensei, bukan Yui. Yui tadi membawa ini untuk
menggambar bersama teman di taman" kata Yui mencoba menjelaskan.
"BOHONG" Aiji kembali membentak dan itu justruh
memperburuk suasana hati Yui.
"Aiji jangan membentaknya. Keterlaluan sekali kau
ini" kata Rena menatap Aiji dengan kesal.
"Lihat dia bertambah menangis, karena ulahmu. Tidak
bisakah kau halus sedikit dengannya. Kita bisa membicarakannya dengan
baik-baik, bukan seperti ini" kata Rena lagi.
"Nii-chan" Yui melihat sang kakak yang datang.
"Kenapa kau menangis?" tanya Jun mengambil alih
adiknya dari gendongan Rena.
"Paman itu membentak Yui, nii-chan" kata Yui
mengadu.
"Adikmu sendiri yang membuat ulah. Lain kali ajari
adikmu, agar dia tidak berbuat ulah. Lihat hasil karya adikmu yang tertampang
di mobilku" Aiji kembali menunjuk mobilnya.
"Bukan Yui nii-chan, bukan Yui" kata Yui sambil
menggeleng.
"Adikmu memang pandai berbohong" kata Aiji.
"Aiji, sudah kau tidak lihat jika Yui sudah benar-benar
tertekan. Sudah Aiji" kata Rena lagi.
Aiji menatap kesal Yui yang masih menangis di dalam gendongan
kakaknya. Ia benar-benar merasa yakin, jika Yui yang melakukan semua ini.
Mengerjai mobilnya. Namun, memang Yui yang sengaja tidak memberi tahu. Mungkin,
karena takut di salahkan.
"Pergi sekarang" kata Rena akhirnya.
"Rena, kau mengusirku?" kata Aiji menatap gadis itu
tidak percaya.
"Iya, dan jangan pernah kembali lagi. Aku muak melihat
wajahmu, kau sudah berani membentak salah satu muridku" kata Rena lagi
menatapnya tajam.
Pemuda itu menatap kesal Yui, dan kemudian ia pergi begitu
saja. Yui masih menangis di dalam gendongan sang kakak dan Jun terus berusaha
menenangkannya.
"Sudah jangan menangis, kau ini laki-laki" kata Jun
mencoba menenangkan adik kecilnya.
"Jun, sini kemarikan Yui, biar aku yang
menenangkannya" Jun menurut. Rena mengambil alih adiknya.
Rena mengelus kepala muridnya itu yang masih menangis. Dan ia
juga sesekali mencoba berbicara kepada Yui, agar Yui tidak menangis lagi. Ia
hanya bermaksud menghibur. Ia tersenyum, ketika melihat muridnya tidak
menangis.
"Nah... begitu, Yui jangan menangis lagi ya?" Yui
mengangguk.
"Paman itu tidak akan kemari lagi, kan sensei? Yui
takut" kata Yui lagi.
"Tidak akan sayang, Yui tenang saja ya? Sensei, tidak akan
memperbolehkan paman itu kemari lagi, jika dia kemari sensei akan
mengusirnya" Yui mengangguk dan tersenyum.
***
Rena Pov...
"Mama" aku menoleh menemukan Haruka yang tengah
berjalan ke arahku.
"Ada apa sayang?" tanyaku mengangkat tubuhnya.
"Mama tadi benar ya, Nii-chan menangis karena paman
Aiji?" tanyanya polos.
"Iya sayang, tapi mama sudah memberi peringatan kepada
pama Aiji" balasku mengelus kepalanya.
"Haruka jadi takut dengan paman Aiji mama" aku
tersenyum simpul membalasnya.
"Jangan takut, mama tidak akan membiarkan Haruka di
ganggu paman Aiji , mama janji" ku peluk tubuhnya dengan erat.
"Iya mama, terima kasih" dia membalas pelukanku.
"Iya sayang, mama akan melakukan apa saja untuk
Haruka" aku tersenyum dan kemudian bangkit.
"Sudah malam, sekarang Haruka harus tidur" dia
mengangguk.
Ku timang dia seperti biasa. Aku menyanyikan lagu kesukaannya
yang setiap hari ku nyanyikan untuk membuatnya terlelap tidur.
***
"Sekarang
kalian boleh istirahat" seruku ketika aku sudah mendengar bel
istirahat.
Ku lihat mereka berhambur keluar dari ruangan kelas. Aku
merapikan mejaku terlebih dahulu, sementara Haruka ku biarkan dia duduk di
kursi terlebih dahulu.
"Sensei" aku menoleh.
"Yui, ada apa sayang?" tanyaku melihatnya.
"Yui ingin mengundang sensei, ke ulang tahun Yui. Sensei
datang ya?" aku mengangguk dan tersenyum.
"Boleh, memang kapan ulang tahun Yui?" tanyaku.
"Dua hari lagi sensei. Nii-chan yang akan menjemput
sensei di rumah, ya?" aku mengangguk dan tersenyum.
"Hai sayang. Sensei juga senang, karena Yui sudah
bertambah umurnya. Semoga Yui menjadi anak yang selalu bisa membanggakan orang
tuanya, ya?" dia mengangguk.
"Hai sensei. Sekalian Haruka juga ikut ya" pintanya
lagi.
"Pasti sayang. Haruka pasti ikut, dia sangat senang bila
berada di dekatmu" dia tersenyum dengan girang.
"Aku tunggu kedatangan sensei" aku mengangguk.
***
Jun
Pov...
"Hei jagoan" panggilku pada Yui yang berada di atas
kamar.
"Doustano nii-chan?" aku melangkah menghampirinya.
"Dua hari lagi kau ulang tahun. Apa yang kau inginkan
dariku?" tanyaku dan sekarang ku lihat dia tampak berpikir.
"Ehm.... aku ingin.... nii-chan menjadikan Matsui sensei
calon kakak ipar Yui" ku lebarkan kedua mataku karena terkejut. Kenapa
bisa dia berpikiran seperti itu?.
"What? Yang benar saja kau?" ucapku yang mungkin
terdengar sedikit berlebihan.
"Ayolah nii-chan. Aku tidak ingin apa-apa aku hanya
ingin Matsui sensei bisa menjadi kakak iparku" katanya lagi dengan wajah
memelas.
"Yui, tapi bagaimana jika kakakmu yang tampan ini di
tolak?" tanyaku takut.
"Tidak akan, nii-chan tenang saja" balasnya. Ia
yakin sekali.
"Kau yakin?" aku mencoba memastikan.
"Yakin. 200 persen" apa 200 persen?. Yang benar
saja dia. Kenapa tidak 1000 saja. Tapi, kebanyakan juga sih.
"Bagaimana nii-chan? Ayolah, kali ini saja"
sekarang dia memelas di hadapanku.
"Baiklah" dia tersenyum.
"Akan nii-chan pikirkan nanti" sambungku lagi.
"Ah... kau ini nii-chan, ku kira kau akan benar-benar
melakukannya. Ayolah, nii-chan. Aku mohon" rengeknya lagi.
"Iya akan aku coba"balasku kemudian.
"Seperti itu, baru kakakku" dia tersenyum senang.
***
Aku
melangkah ke luar dari kamar Yui. Samar-samar aku mendengar suara dari kamar
ibu dan ayah. Karena penasaran, aku mendekat ke arah kamar mereka. Ku buka sedikit
pintu kamar, dan terlihatlah kedua orang tuaku yang tengah berbicara sesuatu.
"Kita harus memberi tahukan ini pada Jun" kata
ayah. Apa? Kenapa aku?.
"Ku rasa dia tidak akan bisa menerima kenyataan ini. Jun
juga sangat menyayangi kita dan Yui" apa? Mereka membicarakan apa?.
"Lalu apa kita harus menyimpan rahasia ini terus menerus
kepada Jun, bahwa dia bukanlah anak kandung kita" apa? Apa aku tidak salah
dengar?.
Aku? Aku bukan anak kandung dari ayah dan ibu?. Benarkah
itu?. Kenapa bisa seperti ini?. Aku bukan anak kandung mereka?. Tuhan, aku
bermimpi bukan?. Aku salah dengar?. Aku mimpi, aku harus bangun dari tidurku.
Ku cubit kedua pipiku, namun aku tidak bangun-bangun juga.
Apa ini nyata?. Kenapa semua harus terjadi padaku tuhan. Kenapa semua kenyataan
ini, harus ku ketahui. Ini sangat menyakitkan. Aku bukan anak mereka, lalu
siapa aku ini?.
Aku melangkah menjauhi kamar kedua orang tuaku. Jujur, aku
masih belum bisa menerima semua kenyataan ini. Aku rasa aku masih bermimpi, dan
aku belum bangun dari mimpi burukku itu. Tapi, ini semuanya nyata. Aku tidak
bisa mengelak dari semua kenyataan ini. Kenapa tuhan, kenapa kau harus memberi
aku cobaan seperti ini?.
To Be Continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar