Senin, 18 April 2016

Star Boy (Chapter 09)

Title : Star Boy Chapter 09
Author : Rena Anisa Azahra ~ Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Fantasi, Love

Main Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
Support Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Yamamoto Sayaka
  • Shimazaki Haruka
  • And Others....
Happy Reading All.....




~---0---~




Jun dan Yui keluar dari istana langit. Mereka sudah bilang pada kedua orang tua mereka, dan kedua orang tua mereka menginjinkan mereka untuk pergi. Dengan bekal senjata berupa pedang dan tombak, mereka pergi menggunaka kuda terbang. Salah satu hewan mitos milik kerajaan langit.
Terlihat mereka yang sekarang tengah mengendari kuda terbang istana langit itu. Mereka terus menatap ke depan, sesekali Jun bertanya bagaimana langit lapis yang ke tujuh itu.

Langit lapis tujuh. Langit itu adalah langit yang paling atas, dimana terdapat kilat disana-sini. Jika kau mempunyai nyali yang lemah, kau tidak akan pernah bisa sampai kesana. Dan justruh kau akan mati disana, atau jika selamat, kau akan mendapat luka besar untuk di bawa pulang.
Dan dimana terdapat tombak yang pernah di mimpikan Paruru. Tombak itu di jaga oleh 7 orang lelaki berbadan besar dengan wajah yang sangat menyeramkan.

"Itu tempatnya" Yui menunjuk sebuah tombak yang terdapat di tengah-tengah 7 orang lelaki berbadan besar.
"Tombak yang sangat indah" komentar Jun terdengar.
"Tunggu, sepertinya bukan kita saja yang mengincar tombak itu" kata Yui yang menyadari kedatangan seorang.
"Maksudmu nii-chan?" tanya Jun tidak mengerti.
"Lihat disana" Yui menunjuk dua orang pemuda yang tengah terbang tanpa sepasang sayap yang melekat di punggung kedua pemuda itu.
"Sial, Sayaka dan Mogi" kata Jun geram.
"Sembunyikan aura kekuatanmu sekarang, Sayaka tidak boleh tahu jika kita berada disini" Jun mengangguk.

Sesuai dengan permintaan sang kakak, Jun menyembunyikan aura kekuatannya. Sesekali dia memperhatikan Sayaka dan Mogi, dan kemudian beralih pada 7 orang yang tengah menjaga tombak sakti itu. Dan pikiran Yui mulai bekerja, memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan tombak itu.
Sementara itu, Sayaka dan Mogi tengah kebingungan memikirkan cara untuk mendapatkan tombak itu. Mereka benar-benar menguras pikiran mereka, untuk bisa mendapatkan tombak sakti itu.

"Kita serang saja, Sayaka" kata Mogi yang tidak sabar.
"Baiklah, tapi kita harus-harus hati-hati" Mogi mengangguk.
"Ayo kta kesana" Sayaka dan Mogi bergerak mendekati ketujuh lelaki menyeramkan itu.
"Mau apa kalian kemari?" salah satu dari mereka langsung bertanya.
"Menginginkan tombak itu" Sayaka menunjuk tombak yang di maksud olehnya.
"Tidak akan pernah bisa kau mendapatkannya, jika kau belum mampu mengalahkan kami" kata orang itu.
"Baik, aku akan mengalahkan kalian semua" Sayaka membalas tajam.

Mereka bertarung. Jual beli serangan sudah terjadi. Sayaka maupun Mogi tidak bisa menggunakan kepala dingin, mereka hanya berniat untuk mengambil tombak itu tanpa memikirkan apa yang terjadi pada mereka.

"Mereka bodoh" komentar Yui.
"Kenapa nii-chan?" tanya Jun.
"Mereka bodoh, Jun. Jika mereka tidak dulu menyerang, mereka tidak akan terluka secepat itu" kata Yui membalas.
"Iya kau benar, nii-chan" balasnya sekilas.

Kedua pemuda yang bertarung itu sudah tidak tahan lagi, mereka sudah terluka parah. Mereka memutuskan untuk pergi begitu saja. Dan meninggalkan ketujuh lelaki itu yang kembali pada tugas mereka untuk menjaga tombak sakti itu.

"Gunakan pedangnya" perintah Yui.
"Baik nii-chan" kata Jun membalas singkat.
"Kita serang mereka, aku sudah tahu kelemahan mereka" Jun kembali mengangguk.
"Hei makhluk jelek" panggil Yui dan ketujuh lelaki itu mendongak.
"Mau apa kau kemari?" salah satu orang itu angkat berbiacara.
"Aku ingin tombak kalian" kata Yui lantang.
"Tidak mudah untuk mendapatkannya, kalian harus mampu mengalahkan kami" kata salah satu orang itu.
"Baiklah, jika itu mau kalian" kata Yui mendesah.
"Jun, serang bagian leher mereka" Jun mengangguk.

Mereka meloncat dan kemudian berdiri di depan ketujuh orang itu. Mereka menyerang. Sesuai permintaan Yui, Jun menyerang leher orang-orang itu dan mereka meringis kesakitan. Jun, tersenyum. Ia mengerti, kenapa Yui memintanya untuk menyerang leher, karena leher adalah kelemahan ketujuh orang menyeramkan itu.
Tak lama, mereka berhasil melumpuhkan ketujuh orang-orang itu. Mereka saling mendekat dan berdiri di depan ketujuh orang itu yang meringis kesakitan.

"Apa kalian masih ingin bermain dengan kami?" Yui memainkan tombak di tangannya.
"Baik, kami menyerah. Kalian bisa memiliki tombak itu" Yui tersenyum mendengarnya.

Yui melompat dan mengambil tombak itu dengan mudah. Kemudian ia kembali kepada adiknya. Ia tersenyum, mereka berhasil mendapatkan pedang itu. Mengagumkan.

"Maaf, sebenarnya kalian siapa?" tanya salah satu orang itu.
"Aku Yokoyama Yui, putra pemimpin langit dan ini adikku, Junichi" kata Yui memperkenalkan dirinya.
"Kau pangeran langit?" Yui mengangguk.
"Pangeran, ijinkan kami menjadi pengikut pangeran. Kami akan melakukan apa saja untuk pangeran" kata orang itu.
"Benarkah?" mereka mengangguk.
"Kami sudah berjanji, jika ada yang bisa mengalahkan kami dan mengambil tombak itu, maka kami juga akan menjadi bawahannya" salah satu dari mereka menjelaskan.
"Baiklah, kami terima" mereka tersenyum.
"Terima kasih pangera" Yui mengangguk dan tersenyum membalasnya.

***

~Rena Pov~

Kenapa pangeran lama sekali?. Apa mungkin dia mendapatkan kesulitan disana?. Perasaanku tidak akan tenang, selama pangeran belum juga kembali ke istana. Ku lihat Paruru nee-chan juga terlihat gelisah. Mungkin, memikirkan suaminya. Pangeran Yui.
Pangeran, apa yang terjadi sebenarnya disana? Kenapa kau sangat lama sekali. Apa kau mendapat kesulitan disana?. Seandainya, aku ikut. Aku pasti akan membantumu pangeran. Karena sungguh khawatir dengan keadaanmu.

"Nee... Rena, kau khawatir kah?" aku mengangguk membalas ucapan nee-chan.
"Hai, aku sangat khawatir nee-chan" balasku kemudian.
"Bersabarlah, pangeran Yui dan pangeran Junichi, pasti selamat" aku mendongak melihat raja.
"Baik ayah" jawab nee-chan.

Tak lama setelah percakapan kami, ku lihat ada seorang pengawal yang masuk dan kemudian menghadap raja. Ada apa dengan pengawal kerajaan itu?.

"Pangeran sudah kembali raja" aku tersenyum mendengarnya.
"Aku akan menyambut mereka" kata raja membalas.

Ku ikuti saja langkah raja dan kemudian kami keluar dari istana. Aku juga sangakhawatir dengan pangeran, aku sangat ingin melihat keadaannya. Mudah-mudahan, dia baik-baik saja.
Sampai di depan istana, aku melihat pangeran yang berjalan kearahku. Aku tersenyum melihat keadaannya yang baik-baik saja. Syukurlah tuhan, kau menjaga pangeranku. Aku benar-benar khawatir dengannya. Dia tersenyum melihatku dan aku membalasnya.

"Putri" sapanya.
"Pangeran" ku peluk tubuhnya mesra.
"Syukurlah kau selamat" ucapku lega.
"Iya aku akan kembali dengan selamat demi dirimu" aku tersenyum dan memeluk tubuhnya semakin erat.
"Kalian sudah sangat akrab, ternyata" aku melepas pelukan dan menoleh melihat raja.
"Bagaimana jika kalian di nikahkan secepatnya?" eh? Menikah? Itu adalah impianku.
"Aku juga sudah tidak sabar menikah dengan putri Rena, ayah" ehm... dia berhasil membuatku malu.
"Baik, minggu depan kalau begitu" secepat itu? Aku tidak menyangka.
"Bagaimana putri, apa kau siap?" dia bertanya kepadaku.
"Apapun yang akan kau lakukan, aku siap saja" dia tersenyum.
"Baik, kalau begitu bersiaplah" aku dan pangeran mengangguk.

***

~Jun Pov~

Senangnya mendengar pengakuan dari ayah, yang akan menikahkanku dengan putri. Satu minggu lagi, aku tidak sabar menunggu hari itu tiba. Tapi, aku juga mendapat firasat buruk. Dan berhubungan dengan Sayaka dan juga 'dia'.
Shit... sungguh, jika aku sudah memikirkan mereka. Pasti aku akan mendapat firasat buruk. Hmm.... lebih baik, aku bersiap saja jika mereka macam-macam.

Tuhan, ku harap aku dan keluargaku bisa mengalahkan musuh kami. Aku benar-benar berharap istana langit ini, bisa menjadi kerajaan yang kuat. Lagi pula, nii-chan sudah menikah dengan Paruru nee-chan. Dan itu, aku sudah sangat yakin, jika kerajaan sudah kuat.

"Kau benar, Jun" aku mendongak.
"Putri bulan?" dia tersenyum dan menghampiriku yang tengah duduk di kamar.
"Kerjaan sudah kuat, apalagi dengan senjata tombak itu dan ketujuh orang-orang yang kalian kalahkan" aku tersenyum mendengarnya.
"Bersiaplah, mungkin saja setelah kau menikah dengan Rena, peperangan akan terjadi" aku mengangguk.
"Dan satu lagi, sepertinya aku mendapat firasat baik tentang kakakmu dan juga cucuku" aku menatapnya heran.
"Firasat apa?" dia kembali tersenyum.
"Entah kenapa, aku berfikir jika aku akan mendapat seorang cucu dari Haruka" aku tersenyum.
"Nee-chan akan hamil?" dia mengangguk.
"Bersabar saja" aku kembali mengangguk.
"Jaga diri kalian baik-baik, aku pergi dulu" aku mengangguk.

Aku terbaring di kasur. Ah... indahnya, aku akan menikah dengan Rena. Rena sayang, aku sudah ingin menikahimu. Sungguh. Aku masih saja ingat bagaimana reaksinya tadi, ketika ayah akan menikahkan kami. Malu. Iya dia tampak malu, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah malunya itu.

***

~Author Pov~

"Kalian bodoh" sentak seorang pemuda pada dua orang pemuda yang berdiri di belakangnya.
"Maaf, kami lengah" kata Sayaka menunduk.
"Seharusnya kalian berfikir dulu, sebelum mengambil tombak itu. Jangan asal serang" pemuda itu membentak.
"Tapi, kau juga tidak bilang pada kami, jika disana ada penjaganya" kata Sayaka sedikit membela.
"Ah... sial, baiklah aku juga yang salah disini" kata pemuda itu lagi.
"Nee.... A,-"
"Jangan sebut aku dengan margaku, aku tidak ingin mendengarnya" kata pemuda itu memotong.
"Baiklah, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ini?" tanya Mogi.
"Membalas perbuatan Jun dan juga bergabung dengan musuh istana langit" kata pemuda itu.
"Memangnya kau kenal dengan musuh istana langit?" tanya Mogi.
"Dia pangeran kegelapan" kata Sayaka menunjuk pemuda itu.
"Apa?" Sayaka mengangguk.
"Dia pangeran kegelapan" Sayaka mengulang.

Mogi menelan ludah. Ia tidak pernah menyangka, jika pemuda itu adalah pangeran kegelapan. Anak dari seorang raja kegelapan. Raja kegelapan sendiri, adalah musuh dari raja langit. Ayah dari Jun dan Yui. Maka dari itu, pemuda itu bermusuhan dengan Jun dan Yui.

"Kita akan membunuh mereka" kata pemuda itu lagi.
"Baiklah" Sayaka membalas singkat.

***

Seorang gadis terduduk di depan istana langit. Wajahnya murung, ia sangat terlihat tidak baik hari ini. Ia memegang sebuah kalung. Kalung kenang-kenangan antara dia dan sang kekasih yang kini sudah berubah menjadi jahat.

"Kenapa kau berubah secepat itu?" lirihnya menangis.
"Aku masih sangat mencintaimu, tapi kau berubah begitu saja" katanya lagi.
"Tidakkah kau tahu, orang yang kini kau ikuti itu adalah pembunuh dari kedua orang tuamu sendiri" dia melirihkan lagi suaranya.

Gadis itu memegang erat kalung itu dan menciumnya dengan perasaan. Sungguh dia masih mencintai orang yang memberikannya kalung itu. Sungguh. Kini hatinya milik orang itu, selalu dan selalu tetap seperti itu.

"Aku mencintaimu" lirihnya lagi.
"Kembalilah padaku, Sayaka" katanya kemudian.
"Aku berjanji akan merubah sifatmu, aku berjanji akan merubahmu seperti Sayaka-ku dulu" katanya lagi.
"Dan kau pangeran kegelapan, kau harus menanggu akibatnya karena kau Sayaka pergi dariku" kedua matanya tajam. Menatap lurus ke depan.
"Sayaka" lirihnya lagi menyebut nama kekasihnya.




To Be Continue...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar